Anda di halaman 1dari 34

BAB I

SISTIM PNEUMATIK DAN HIDROLIK

Kata pneumatik diturunkan dari kata bahasa Yunani Pnema yang berarti udara. Lebih jauh,
pneumatik didefenisikan sebagai suatu ilmu mengenai sistim-sistim udara bertekanan. Sebelum
era 1950-an, sistim-sistim pneumatik telah dipergunakan dalam proses-proses mekanis
sederhana. Sekarang ini, sistim-sistim pneumatik memainkan peranan yang sangat penting
didalam bidang otomatisasi, hal ini ditunjang pula oleh perkembangan teknologi di bidang
sensor, prosesor dan actuator.

Secara umum, pneumatik berarti suatu aplikasi udara bertekanan sebagai media kerja dan media
kendali pada aplikasi-aplikasi industri. Silinder pneumatik merupakan jenis actuator yang umum
digunakan sebagai actuator gerakan lurus, hal ini disebabkan karena silinder tersebut memiliki
harga yang murah, mudah dipasang, konstruksi yang kuat dan tersedia dalam berbagai ukuran
langkah kerja.

Gambar 1. Alat Pengangkat Beban dengan Menggunkan Tenaga Pneumatik

Gambar 1 menunjukan suatu contoh sistim pneumatik yang digunakan untuk


mengangkat/memindahkan beban (W). Sumber tenaga utama adalah kompresor, yang mengisap
1
udara dari atmosfir dan menaikan tekanannya. Udara bertekanan tinggi ini selanjutnya disimpan
didalam tangki penampung. Udara bertekanan terlebih dahulu disaring dan didinginkan sebelum
disimpan pada tangki penampung. Kompresor digerakan dengan menggunakan motor listrik,
sumber tenaga listrik untuk motor listrik penggerak kompresor dikendalikan dengan
menggunakan saklar tekanan. Jika tekanan udara pada tangki penampung telah mencapai yang
diinginkan maka saklar tekanan akan memutuskan sambungan daya listrik ke kompresor.

Sebaliknya jika tekanan pada tangki penampung turun dari nilai yang telah ditentukan, maka
saklar tekanan akan menyambungkan daya listrik ke kompresor. Dengan demikian, tekanan
udara di dalam tangki penampung dapat dijaga pada suatu tekanan yang relatif konstan.
Selanjutnya udara bertekanan dialirkan melalui peralatan-peralatan pneumatik untuk dipakai
mengangkat beban (W). Pada saat udara bertekanan mengalir melalui saluran masuk A, silinder
pneumatik akan memanjang keatas, sehingga beban terangkat. Sebaliknya jika udara bertekanan
dialirkan melalui saluran masuk B, maka silinder pneumatik akan memendek dan beban (W)
dibawa turun. Saluran buang berguna untuk melepaskan udara bertekanan ke atmosfir setelah
digunakan didalam silinder pneumati.

Gambar 2. Contoh Aplikasi Sistim Pneumatik untuk Penyimpanan Benda Kerja

Gambar 2 menunjukkan contoh aplikasi sistim pneumatik di industri, dimana sebuah silinder
pneumatik dipakai untuk mendorong/mengeluarkan benda kerja dari tempat penyimpanan benda
kerja.

2
1.2 Sistim Pengumpan Benda Kerja

Gambar 3. Contoh Aplikasi Sistim Pneumatik untuk transport benda kerja

Aplikasi lain sistim pneumatik diperlihatkan juga pada Gambar 3. Disini sistim pneumatik
digunakan pada sistim pengumpan berputar untuk benda kerja berupa lembaran-lembaran. Benda
kerja yang berupa lembaran diambil dari tempat penyusunannya (8) oleh pengisap-pengisap (1)
yang ditempatkan pada piringan yang dapat berputar (4), kemudian ditempatkan pada konveyor
belt (2) untuk diproses lebih lanjut pada mesin (3). Alat pemutar (5) berfungsi untuk memutar
pengisap-pengisap, sedangkan alat pengangkat (6) berfungsi untuk menggerakan alat transport
naik - turun. Alat pengangkat elektromekanik (7) digerakan oleh penggerak (6) untuk bergerak
naik – turun. Benda kerja yang berupa lembaran-lembaran disusun diatas dudukan pengangkat
(10)

Pembagian Sistim Pneumatik Berdasarkan Tekanan yang digunakan:

 Sistim pneumatik tekanan rendah:


0 - 150 kPa (0 - 1.5 bar or 0 -21.78 psi)
 Sistim pneumatik tekanan normal:
150 - 1000 kPa (1.5 - 16 bar or 21.75 -232 psi)
 Sistim Pneumatik tekanan tinggi: 1600 kPa (16 bar or 232 psi)

Karakteristik umum silinder pneumatik:

 Diameter: 6 - 320 mm
 Panjang langkah (stroke): 1 - 2000 mm
 Tenaga: 2 – 50 kN
 Kecepatan torak: 0.02 – 1 m/s

3
3.1. Elemen sistim pneumatik

Gambar 4. Diagram Blok Komponen-komponen Sistim Pneumatik

Komponen-komponen dasar dari suatu sistim pneumatik dan susunan koneksi tiap elemen
diperlihatkan pada Gambar 4. Bagian paling bawah dari susunan koneksi terdapat elemen
sumber tenaga atau sumber energi, yang tentu saja berupa udara bertekanan yang dihasilkan oleh
kompresor. Sumber tenaga angin dihubungkan kepada elemen penerima sinyal input (dalam hal
udara bertekanan) dan selanjutnya melanjutkan udara bertekanan tersebut kepada elemen
pemroses. Berikutnya, elemen pemroses menggerakan elemen output atau actuator untuk
melakukan kerja (dalam hal ini melakukan gerakan).

4
BAB 3

ELEMEN SISTIM PNEUMATIK

Detail yang lebih diperluas dari Gambar 4 ditunjukkan pada Gambar 5, pada mana gambaran
yang lebih lengkap dari elemen-elemen penyusun suatu sist

im pneumatik diperlihatkan, disertai dengan contoh gambar dan simbol-simbol masing-masing.

Gambar 5. Simbol Elemen-elemen Sistim Pneumatik

5
Gambar 6. Diagram Aliran Sinyal dan Susunan Hardware Sistim Pneumatik

6
3.1 Produksi dan distribusi udara bertekanan

Sumber energi atau sumber udara bertekanan yang digunakan untuk menggerakan sistim
pneumatik terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

 Kompresor

 Tangki udara

 Pengatur tekanan udara

 Saluran distribusi udara bertekanan

Gambar 7. Instalasi Penyedia Udara Bertekanan

Pada Gambar 7, ditunjukkan layout perpipaan dari saluran distribusi udara bertekanan dengan
gardien kemiringan sebesar 1 – 2 % yang bertujuan untuk menangkap air agar dapat mengalir
keluar ke saluran pembuangan. Jika terjadi tingkat kondensasi yang tinggi pada udara bertekanan
yang dihasilkan maka diperlukan untuk menggunakan alat pengering udara agar tingkat
kelembaban dari udara yang dihasilkan dapat diatur sesuai kebutuhan. Kelembaban yang tinggi
akan pada dari udara bertekanan dapat merusak suatu sistim pneumatik.

Udara dikompresi sehingga berkurang kerapatannya sebesar 1/7 dari ukuran semula. Kegagalan-
kegagalan pada sistim pneumatik dapat dikurangi melalui penyiapan udara bertekanan untuk
menggerakan sistim dengan benar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat
menghasilkan udara bertekanan yang bermutu tinggi adalah hal-hal sebagai berikut:

7
 Tersedianya jumlah udara yang cukup untuk seluruh keperluan pemakaian.

 Tipe kompresor yang digunakan harus sesuai dengan yang diperlukan oleh sistim.

 Kapasitas tangki penyimpanan udara dengan volume yang sesuai untuk menyimpan udara
bertekanan.

 Udara yang diisap masuk oleh kompresor harus benar-benar bersih.

 Pengawasan terhadap kandungan uap air dari udara yang dikompresi untuk mencegah
korosi dan kelembaban pada instalasi pneumatik.

 Gunakan minyak pelumas jika diperlukan.

 Hindari benturan-benturan yang dapat berasal dari tekanan udara dan dari hal-hal lainnya.
Hal ini mirip dengan menghindari fluktuasi tegangan didalam sitim kelistrikan.

 Persyaratan tekanan udara untuk operasi yang diminta harus dipenuhi.

 Saluran-saluran buang udara harus tersedia dengan baik.

 Rancangan sistim distribusi udara harus sesuai dengan standar teknis yang telah
ditetapkan.

Komponen-komponen sistim pneumatik dirancang untuk beroperasi pada tekanan udara 8 – 10


bar maksimum. Dalam prakteknya, untuk alas an-alasan ekonomi dan keselamatan, maka
komponen-komponen pneumatik dianjurkan untuk digunakan pada daerah tekanan udara antara
4 –6 bar atau 400 – 600 kPa. Untuk keperluan ini, kompresor harus dirancang untuk
menghasilkan tekanan udara antara 4.5 – 6.5 bar untuk mengantisipasi kerugian-kerugian pada
saluran distribusi yang terjadi. Suatu tangki penampun diperlukan untuk mengurangi efek
fluktuasi tekanan udara. Tangki penampung difungsikan sebagai reservoir untuk jangka pendek,
sehingga mengurangi siklus on-off dari kompresor.

3.2 Saringan Udara (Filter)

Saringan berfungsi untuk memisahkan materi-materi yang tidak diinginkan dari udara bertekanan
yang dihasilkan, sebelum didistribusikan ke peralatan penumatik. Saringan juga berfungsi untuk
memisahkan air yang berasal dari kondensasi uap air di dalam udara bertekanan yang dihasilkan.
Hasil penyaringan dari partikel-partikel yang tidak diinginkan dan air ditampung pada bagian
dasar dari unit filter. Air dan partikel yang tertampung harus sering dibuang melalui saluran
pembuangan untuk mencegahnya masuk ke dalam komponen-komponen pneumatik melalui
udara bertekanan yang didistribusikan.

8
3.3 Pengatur Tekanan Udara

Alat ini digunakan untuk mengatur besar-kecilnya tekanan udara sekunder dari udara bertekanan
yang dikirim ke komponen pneumatik. Pengaturan tekanan dicapai melalui pengaturan sekrup
pengatur yang terdapat pada bagian atas dari pengatur tekanan.

3.4 Unit Pelumasan

Alat ini digunakan untuk mencampur dan mendistribusikan minyak pelumas dalam bentuk uap
ke komponen-komponen sitim pneumatik. Minyak pelumas digunakan untuk melumasi bagian
dalam dari komponen pneumatik untuk mengurangi gesekan dan mencegah korosi.

BAB IV

DIAGRAM SISTIM PNEUMATIK

Penentuan label komponen terdapat dua jenis penentuan label kompoenen untuk menandai suatu
komponen didalam diagram sistim pneumatik.

1. Penentuan label dengan menggunakan angka


2. Penentuan label dengan menggunakan huruf

4.1 Penggolongan Grup

Grup 0: diberikan kepada semua elemen-elemen sumber energi


Grup 1, 2, 3, … dialokasikan untuk rangakain kendali tunggal misalnya silinder.

9
Gambar 8. Contoh Diagram Sistim Pneumatik

4.2 Penentuan Label Komponen

Terdapat dua jenis penentuan label kompoenen untuk menandai suatu komponen didalam
diagram sistim pneumatik.

1. Penentuan label dengan menggunakan angka


2. Penentuan label dengan menggunakan huruf

4.3 Penggolongan Grup

Grup 0: diberikan kepada semua elemen-elemen sumber energi

Grup 1, 2, 3, … dialokasikan untuk rangakain kendali tunggal misalnya silinder.

4.4 Label dengan Menggunakan Nomor

0Z1, 0Z2, Unit sumber tenaga udara bertekanan


dst

1A, 2A, dst Komponen tenaga/daya

1V1, 1V2, Elemen kendali


dst

10
1S1, 1S2, Elemen-elemen masukan (katup yang diaktifkan
dst secara mekanis atau secara manual)

4.5 Label dengan Menggunakan Huruf

1A, 2A, dst Komponen tenaga/daya

1S1, 2S1, Saklar pembatas yang diaktifkan pada gerakan


dst mundur silinder 1A, 2A (ditempatkan di bagian
awal jarak langkah silinder)

1S2, 2S2, Saklar pembatas yang diaktifkan pada gerakan


dst maju silinder 1A, 2A (ditempatkan di akhir jarak
langkah silinder)

Gambar 8 menunjukkan pemberian angka-angka untuk pelabelan didalam suatu diagram


pneumatik. Bagian bawah dari Gambar 8 menunjukan susunan untuk elemen pemasok tenaga
udara bertekanan dengan nomor 0.1. Selanjutnya dua elemen input (tombol tekan) diberi label
1.2 dan 1.4. Komponen dengan label 1.3 adalah saklar roller yang dimanfaatkan sebagai sensor
untuk mengindera keberadaan poros piston pada silider pneumatik.

Komponen dengan label 1.6 bekerja sebagai pengolah sinyal (signal processor) Hasil pengolahan
sinyal dikirmkan melalui komponen dengan label 1.1 ke actuator (silinder pneumatik) dengan
label 1.0. Komponen dengan label 1.1 merupakan elemen kendali akhir yang berupa katup
kendali arah dengan 5 saluran (ports) masukan dan memiliki dua arah gerak. Sinyal hasil olahan
pengolah sinyal diterima oleh komponen dengan label 1.0 dan sebagai hasilnya poros silinder
pneumatik bergerak ke arah posisi sensor dengan label 1.3.

11
Gambar 9. Simbol-Simbol untuk Komponen Transmisi Udara Bertekanan

4.5 Katup Pneumatik

Katup pneumatik merupakan salah satu komponen penting di dalam peralatan pneumatik. Fungsi
utama dari katup-katup didalam suatu sistim pneumatik adalah untuk mengubah, membangkitkan
atau menghentikan sinyal untuk keperluan keperluan penginderaan, pemrosesan, dan
pengendalian. Katup dibagi-bagi menjadi beberapa golongan berdasarkan fungsinya didalam
rangkaian penumatik. Katup juga dapat dibagi-bagi berdasarkan jenis sinyal yang diterima,
metode pengaktifan, metode kembali ke posisi semula dan konstruksinya.

Katup yang dioperasikan sebagai element sinyal akan menghasilkan sinyal jika diaktifkan (mis.
katup tuas dan katup roler) dan katup jenis ini akan menghasilkan sinyal yang berguna untuk
memberikan informasi mengenai posisi dari poros suatu silinder pneumatik.

Tipe katup pneumatik dapat dikenal melalui,

 Jumlah saluran (ports) yang dimilikinya. Misalnya katup dengan tipe 2,3,4,5 port.

 Jumlah posisi kerja, misalnya katup dengan 2, 3 posisi kerja

12
 Metode pengaktifan, misalnya secara manual, dengan tekanan udara, atau dengan
solenoid (listrik).

 Metode pengembalian ke posisi awal, misalnya dengan tenaga pegas, tenaga udara
bertekanan atau dengan tenaga listrik (solenoid).

 Fungsi operasi khusus, misalnya melalui fungsi pengambil alihan secara manual.

Banyaknya terminal input-outpu atau port dari suatu katup ditunjukkan melalui jumlah garis
lurus yang digambar pada bagian luar dari kotak. Contohnya ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10. Prinsip dasar posisi katup pneumatik

4.6 Katup Pneumatik Saklar Tekan

Katup dengan tipe saklar tekan dengan 3 port dan 2 posisi atau lebih sering disebut sebagai katup
3/2 ditunjukkan simbolnya pada Gambar 13. Disebut katup 3/2 karena memiliki 3 port atau
terminal dan 2 posisi kerja yakni posisi kiri dan kanan.

Katup jenis ini diaktifkan dengan menekannya seperti halnya saklar tekan pada sistim listrik.
Gambar 11 (A) menunjukkan posisi atau keadaan katup sebelum ditekan atau diaktifkan,
sedangkan Gambar 11 (B) menunjukkan posisi atau keadaan setelah katup diaktifkan/diaktifkan
(bergeser ke kanan). Jika tidak ditekan katup akan kembali ke posisi normal (bergeser ke kiri)
akibat daya dorong oleh pegas.

13
Gambar 11. Saklar Tekan (push-button) Pneumatik

Pada posisi awal dimana katup belum diaktifkan, udara bertekanan tertahan pada port no.1. Bila
katup diaktifkan, maka ruangan (kotak) sebelah kiri akan bergeser ke kanan sehingga port no. 1
dan no. 2 akan terhubung. Dengan demikian udara akan mengalir dari port no. 1 ke port no. 2
dan selanjutnya keluar dari katup.

Keterangan:

1(P) = Masuk (Input)

2(A) = keluar (Output)

3(R) = Saluran Buang (exhaust)

14
Penggunaan Katup Saklar Tekan 3/2

Gambar 12. Contoh Aplikasi Saklar Tekan Pneumatik

15
4.7 Katup Pneumatik Saklar Tekan

Gambar 13. Adalah diagram rangkaian pneumatik yang menunjukan penggunaan saklar tekan
pneumatik yang secara langsung (direct) menggerakan aktuator atau elemen daya (silinder
pneumatik).

Gambar 13. Contoh Aplikasi Saklar Tekan Pneumatik (Simbolik) – Direct Drive

16
Gambar 14. Simbol untuk Metode Aktivasi Katup-katup Pneumatik

Catatan:

 General manual operation: katup untuk operasi umum secara manual

 Pushbutton: katup yang dioperasikan dengan menekan tombol

 Detent lever operation: katup dengan tombol yang dapat terkunci

 Foot pedal operation: katup pedal dioperasikan dengan kaki

 Spring return: kembali ke posisi awal dengan gaya tekan pegas

 Spring centered: berada pada posisi tengah dengan gaya tekan pegas

 Roller operated: dioperasikan dengan menggunakan roller

17
 Idle return roller: roller yang bekerja hanya dalam satu arah (arah maju roller bekerja –
arah mundur tidak)

4.8 Simbol untuk Katup-katup Pneumatik

18
Gambar 15. Simbol untuk Katup-katup Pneumatik

4.9 Penampang melintang silinder pneumatik

19
Gambar 16. Penampang Melintang Silinder Pneumatik dalam Keadaan Memanjang (A) dan
keadaan Memendek (B)

4.10 Katup Pengendali Arah

Katup pengendali arah berfungsi untuk mengatur aliran sinyal udara bertekanan. Penamaan
standar untuk katup jenis terdiri dari dua digit angka yang dipisah oleh tanda garis miring (/).
Contoh penamaan diberikan pada keterangan dibawah ini,

Sebagai contoh suatu katup yang diberi kode 3/2 berarti memiliki 3 port (saluran udara) dan dua
posisi kerja.

Katup pengendali arah dibagi menjadi tiga bagian, yakni

power elements (Elemen Daya), signaling elements (Elemen persinyalan) dan processing
elements (Elemen Pemrosesan).

4.11 Simbol Katup-katup Pengendali Arah

20
Gambar 17. Simbol Katup-katup Pengendali Arah

Keterangan:

 Gambar A: Katup 3/2 aktifasi dengan udara – single piloted (NC), kembali ke posisi awal
dengan tekanan udara

 Gambar B: Katup 3/2 aktifasi dengan udara – doubble piloted (NC), kembali ke posisi
awal dengan udara bertekanan

 Gambar C: Katup 5/2 aktifasi dengan solenoid (NC), kembali ke posisi awal dengan
tekanan pegas

 Gambar D: Katup 5/2 aktifasi dengan udara bertekanan ganda – doubble piloted (NC),
kembali ke posisi awal dengan udara bertekanan

Katup Pengendali Arah sebagai Elemen Daya

Katup pengendali arah yang difungsikan sebagai elemen daya mengatus aliran udara bertekanan
ke silinder pneumatic yang akan dikerjakan. Untuk keperluan ini, katup berfungsi sebagai
elemen pengatur gerak maju-mundur dari silinder yang dihubungkan dengan katup tersebut.
Contoh aplikasi dari katup pengendali arah dengan fungsi ketenagaan diperlihatkan pada Gambar
18. Pengaturan gerakan maju-mundur dari silinder diatur dengan memberikan sinyal komando
yang sesuai pada port 12 untuk gerakan mundur dan port 14 untuk gerakan maju. Sinyak
komando dengan tekana udara yang rendah sebesar 6 bar digunakan untuk mengatur kerja maju-
mundur dari silinder pneumatik yang memiliki tekan udara kerja yang lebih besar yakni sebesar
100 bar.

21
Gambar 18. Aplikasi Katup 5/2 aktifasi dengan udara(A) dan

Bentuk Fisik Blok Katup 5/2 Doubble Piloted (B)

Gambar 19. Penampang Melintang Katup 5/2 Doubble Piloted

Keterangan:

 Gambar 20 (atas) – Katup diaktifkan melalui port 12

 Gambar 20 (bawah) – Katup diaktifkan melalui port 14


22
Sensor Mekanis / Katup Roller

Gambar 20. Katup Diaktifkan dengan Roller

Keterangan:

 Gambar 20 (a) Katup normal roller


 Gambar 20 (b) Katup idle return roller

23
Gambar 21. Aplikasi Katup Push-button3/2 dan katup 3/2 air piloted – spring return untuk
menggerakan silinder pneumatic (indirect drive)

Keterangan :

Gambar 21 (atas) push-button belum diaktifkan, (bawah) push-button diaktifkan.

Gambar 21 menunjukan cara pengendalian gerakan silinder pneumatic secara tidak langsung
(indirect dirive) dimana elemen 1.1 katup 3/2 spring return berfungsi sebagai elemen kendali
arah bagi gerakan maju mundur silinder sebagai akibat komando yang diberikan dari penekanan
katup push-button.

24
Gambar 22. Rangkaian Pneumatik Logika AND (atas) dan Logika OR (bawah)

Catatan:

 Katup 1.6 pada Gambar 22 (A) adalah Katup Logika AND


 Katup 1.6 pada Gambar 22 (B) adalah Katup Logika OR

25
Tabel Logika
Input X Input Y Output A (AND) Output A (OR)

1 0 0 1

0 1 0 1

1 1 1 1

Rantai Kendali Sistim Pneumatik

Gambar 23. Contoh Rantai Kendali Sistim Pneumatik

Catatan:

 Power component (1A): komponen penggerak

 Control element (1V2): elemen kendali

 Processing element (1V1): elemen pemrosesan

 Input element (1S1, 1S2, 1S3): elemen-elemen masukan

26
 Supply element (0Z, 0S): elemen-elemen pemasok udara bertekanan

Gambar 24. Perbandingan Aliran Informasi antara Sistim Pneumatik dengan Sistim Elektronik

27
Diagram Displacement-Step (D-S) Sistim 2 Silinder

Gambar 26. Diagram Displacement-Step (D-S)

Urut-urutan Gerakan Silinder

Langkah 1: 1S1 dan 2S1 diaktifkan Silinder 1A maju

Langkah 2: 1S3 diaktifkan Silinder 2A maju

Langkah 3: 2S2 diaktifkan Silinder 1A mundur

Langkah 4: 1S2 diaktifkan Silinder 2A mundur

Langkah 5: 2S1 diaktifkan Kembali ke Posisi Awal (Langkah 1)

28
Gambar 27. Urut-urutan kerja sistim 2 silinder

Gambar 28. Aplikasi sistim dengan 2 silinder pneumatik

29
Gambar 29. Diagram Rangkaian– Posisi Awal

Gambar 25. Standar garis sinyal pada diagram D-S

30
Diagram Displacement-Step (D-S) Sistim 2 Silinder (lanjutan)

Gambar 30. Diagram Rangkaian - Langkah 1 (atas) & Langkah 2 (bawah)

31
Gambar 31. Diagram Rangkaian - Langkah 4 (atas) & Langkah 5 (bawah)

32
Gambar 32. Diagram Rangkaian - Langkah 5 (selesai)

Contoh soal

Problem I. Jika tombol start push button diaktifkan solenoid Y1 energized kemudian
menghubungkan port 1 dan 4 dari katup solenoid 5/2 solenoid. Hasilnya, silinder pneumatic
melakukan gerakan maju. Pada saat silinder mencapai maskimum, sensor A1 aktif, selnajutnya
relay K1 energized. Pada relay K1 energize, kontak K1 bertukar dari posisi NO ke posisi NC dan
solenoid Y2 energized. Pada saat solenoid Y2 energize, port 1 dihubungkan ke port 2 pada katup
solenoid 5/2. koneksi antara port 1 ke port 2 memundurkan silinder ke posisi awalnya. Contoh
soal yang mirip akan diberikan dalam UAS dimana suatu diagram lengkap tanpa label komponen
akan diberikan. Selanjutnya, peserta ujian diminta untuk memberikan label yang benar pada
komponen-komponen dan menjelaskan kerja sistim secara lengkap dengan menggunakan standar
label komponen yang telah dibuat.

Gambar 1. Sistim silinder tunggal

33
Problem II.Jika tombol push button Set diaktifkan relay K2 energize dan lampu menyala
(Perhatikan bahwa tombol push buton Reset digunakan dengan konfigurasi koneksi Normal
Closed (NO)). Setelah relay K2 energize, kontak K2 terhubung dan solenoid Y3 energize.
Selanjutnya, port 1 terhubung ke port 2 pada katup solenoid 3/2 solenoid dengan spring returns.
Hasilnya, silinder bergerak maju hingga posisi maksimumnya. Silinder ditahan pada posisi
memanjang hingga tombol [ush button Reset diaktifkan. Rangkaian ini menggunakan prinsip
dasar rangkaian latching dimana kondisi Set dikunci hingga sinyal Reset diberikan.

Problem ini dapat menjadi salah satu soal UAS, dimana peserta diminta untuk menggambarkan
rangkaian lengkap, baik untuk bagian pneumatik maupun the elektro-pneumatik. Selanjutnya,
diminta juga untuk memberikan label yang sesuai untuk semua komponen dan menjelaskan
dengan lengkap urutan operasi dari sistim.

Gambar 34. Rangkaian Set dan Reset dengan Single Acting Cylinder

34

Anda mungkin juga menyukai