1051 3000 1 PB
1051 3000 1 PB
ARTIKEL PENELITIAN
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
The Correlation Chest Radiograph with The Result of Sputum’s Acid-Fast Bacilli
Smear Examination in Patient whose had Clinical Manifestation of Tubercculosis
Abstrak
Tuberkulosis di Indonesia menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak setelah penyakit
jantung dan saluran pernafasan. Diagnosis penunjang TB paru dapat ditegakkan dengan ditemukannya
kuman Mycobacterium tuberculosis di dalam sputum atau jaringan paru biakan, namun tidak ditemukan
di semua pasien Tuberkulosis sehingga harus ada pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan foto ronsen
thorax untuk mendiagnosis Tuberkulosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
hasil pemeriksaan gambaran foto thorax pada dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pasien
dengan klinis Tuberkulosis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode
observasional analitik dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder dari catatan rekam
medis pasien RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk semua kasus Tuberkulosis periode Januari
2010-Desember 2012. Data rekam medis yang digunakan adalah subyek penelitian pasien dengan
klinis Tuberkulosis yang mempunyai hasil pemeriksaan sputum BTA dan radiologi toraks. Jumlah sampel
sebanyak 51 pasien. Analisis data menggunakan uji Pearson Chi-Square. Hasil uji chi square didapatkan
nilai p 0,000 (p < 0,05), dengan r=0,470. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara
gambaran foto thorax dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pasien dengan klinis Tuberkulosis di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Abstract
In Indonesia, tuberculosis become one of the most common cause of death after heart dissease
and respiratory track dissease. Pulmonal tuberculosis can be diagnosed by finding Mycobacterium tu-
berculosis in the sputum or pulmonal tissue culture. But can’t be found at all of the tuberculosis patient’s,
so must there any additional chest radiology examination to diagnose pulmonal tuberculosis. This re-
search aims to know the correlation between chest radiograph with the result of sputum’s acid-fast bacilli
examination in patient whose had clinical manifestation of Tubercculosis in PKU Muhammadiah Hospi-
tal, Yogyakarta. This research uses observational analitic method, with cross sectional approach, using
secondary data from the medical records of PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta for all cases of
tuberculosis in the period january 2010-December 2012. Medical record data used in this study were
research subjects whose had clinical manifestation of Tubercculosis, sputum’s acid-fast bacilli smear
result and Chest Radiograph result. The sampel total is 51 subjects. Analizyng data using Pearson Chi-
Square. The results of Chi-Square test p-value obtained p 0,000 (<0,05). R=0,470. It was concluded that
there is a sufficiently close relationship between chest radiograph with the result of sputum’s acid-fast
13
Haqqi Pradipta Suganda, Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil ...
bacilli smear examination in patient that had clinical manifestation of Tubercculosis in PKU Muhammadiah
Hospital, Yogyakarta.
14
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
Variabel tergantung adalah pemeriksaan sputum (11,77%), rentang usia 21-60 (dewasa) tahun dida-
BTA {(-), jika tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang patkan sebanyak 40 pasien (78,43%), rentang usia
lebih dari sama dengan 61 tahun didapatkan se-
pandang}, {(+), Jika ditemukan lebih dari 10 BTA
banyak 5 pasien (9,80%). Hasil tersebut menunjuk-
dalam 100 lapang pandang atau ditemukan 1 atau
kan bahwa pasien TB lebih banyak didapatkan
lebih BTA dalam 1 lapang pandang}.
pada usia dewasa.
Data dianalisis dengan uji Pearson Chi-Square
Tabel 2. menunjukkan hasil batuk muncul pada
dan uji koefisien kontingensi.
24 sampel atau 47,06% dari seluruh sampel, sesak
nafas 19 sampel atau 37,25%, Batuk berdarah 17
HASIL
sampel atau 33,33% dari seluruh sampel.
Penelitian didapatkan 51 sampel dengan pem-
Tabel 3. pemeriksaan kadar BTA sputum di
bagian menurut jenis kelamin seperti terlihat pada
dapatkan 27 pasien atau 52,94% dari seluruh total
Tabel 1.
sampel yang dinyatakan negatif (tidak ditemukan
Presentase pasien TB berdasar jenis kelamin
BTA dalam 100 lapang pandang), sedangkan 24
didapatkan jumlah penderita TB laki-laki 22 orang
pasien atau 47,06% dari seluruh total sampel yang
atau 43,41% dari total sampel yang dikumpulkan.
dinyatakan positif (ditemukan lebih dari 10 BTA da-
Jumlah penderita TB perempuan 29 orang atau lam 100 lapang pandang atau ditemukan 1 atau
56,86% dari total sampel yang dikumpulkan. lebih BTA dalam 1 lapang pandang).
Tabel 1. Persentase Pasien TB di Rumah Sakit PKU Tabel 3. Persentase Pasien TB Pasien TB di Rumah Sakit
Muhammadiyah I Yogyakarta Berdasarkan Jenis PKU Muhammadiyah I YogyakartaBerdasarkan
Kelamin dan Usia Kadar Basil Tahan Asam (BTA) Sputum dan Hasil
Jumlah Persentase (%) Pemeriksaan Ronsen Thorax
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 22 43,41 Kadar BTA sputum
Perempuan 29 56,86 Negatif 27 52,94
Jumlah 51 100 Positif 24 47,06
Periode usia (tahun) Jumlah 54 100
Remaja (18-20) 6 11,77 Ronsen
Dewasa (21-60) 40 78,43 Positif 33 64,7
Lanjut usia (61) 5 9,80 Negatif 18 35,3
Jumlah 51 100 Jumlah 51 100
15
Haqqi Pradipta Suganda, Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil ...
16
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat Diantaranya adalah lamanya infeksi bakteri, umur
pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tang- pasien, dan imunitas pasien. Diantara faktor terse-
ganya 20 – 30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka but yang paling berpengaruh adalah faktor imuni-
akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. tas, karena penyebaran dan aktifasi bakteri Tuber-
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga mem- kulosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
berikan dampak buruk lainnya secara sosial – atau imunitas manusia yang terinfeksi.8
stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.3 Pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA)
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan yang bernilai negatif pada penelitian ini 27 pasien
6
oleh Gustafson, et al. (2004), yang menyatakan atau 52,94% dari seluruh sampel yang dikumpul-
bahwa insidensi TB semakin tua umur akan se- kan, sedangkan 24 pasien atau 47,06% dari selu-
makin meningkatkan risiko menderita TB dengan ruh total sampel. Hal ini menunjukkan bahwa pa-
odds rasio pada usia 25-34 tahun adalah 1,36 dan sien yang terdiagnosis TB lebih banyak BTA spu-
odds rasio pada kelompok umur > 55 tahun adalah tum negatif walaupun tidak jauh berbeda dengan
4,08. Hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut BTA sputum positif, dengan perbedaan 5,88%.
dilakukan di negara maju yang memiliki karakteris- Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian yang
tik umur terbanyak pada usia lanjut. dilakukan Lestari (2005)9 dimana 72,58% kasus
Terdapat perbedaan epidemiologi TB dari ne- BTA sputum negatif dan 27,42% BTA sputum positif.
gara-negara berkembang dan industri. Di negara- Hal ini sangat bertolak belakang dengan penelitian
negara di mana standar hidup rendah dan sumber yang dilakukan oleh Mulyadi, et al. (2011)10 yang
daya kesehatan yang buruk, risiko infeksi TB baru menunjukkan hanya 14,7% kasus dengan hasil
80% terjadi pada usia produktif (15-59 tahun). Di BTA negatif, yang berarti terdapat insidensi TB BTA
negara-negara ekonomi maju di mana sudah terjadi positif lebih banyak, sedangkan penelitian
penurunan insidensi TB, mayoritas kasus TB mun- Soesanti, et al. (2006)1 didapatkan BTA sputum
cul akibat dari reaktivasi endogen TB. Hal ini me- negatif 50% kasus, begitu pula dengan BTA spu-
nyebabkan tingkat penyakit tertinggi terjadi pada tum positif.
orang tua (>65 tahun).7 Peran laboratorium dalam memantau terapi TB
Gejala klinis yang sering muncul menurut ca- salah satunya dengan memeriksa sputum BTA
tatan medis didapatkan hasil sebagai berikut, batuk secara mikroskopis. Pemeriksaan apusan sputum
merupakan manifestasi klinis terbanyak pada sam- BTA dengan mikroskop cahaya merupakan peme-
pel yang diambil pada penelitian ini yaitu terdapat riksaan penunjang diagnostik utama di negara yang
24 sampel atau 47,06% dari seluruh sampel, disu- sedang berkembang karena pemeriksaan dengan
sul sesak nafas 19 sampel atau 37,25%, lalu batuk sarana tersebut paling efisien, mudah, murah dan
berdarah 17 sampel atau 33,33% dari seluruh sam- cepat.11
pel. Adanya BTA dalam sputum mempunyai arti
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yang sangat penting untuk menegakkan diagno-
gelaja klinis yang muncul pada infeksi Tuberkulosis. sis TB paru, namun untuk menemukan BTA terse-
17
Haqqi Pradipta Suganda, Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil ...
but tidak mudah, karena terdapat beberapa faktor kan sedikit bekas antara lain sarang Ghon, garis
yang mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrosko- fibrotik dan sarang perkapuran di hilus.13
pis BTA, diantaranya adalah pengambilan sputum TB pasca primer terjadi bertahun-tahun setelah
yang tidak adekuat sehingga mengakibatkan terlalu TB primer. TB pasca primer diawali dengan pem-
sedikit kuman yang ditemukan, cara dan metode bentukan sarang dini (sarang pneumonia), umum-
pemeriksaan yang tidak adekuat dan pengaruh pe- nya di segmen apikal lobus superior maupun infe-
ngobatan dengan pemberian obat anti TB (OAT). 10
rior. Sarang pneumonia tersebut dapat direabsorbsi
Hasil pembacaan foto thorax pada 51 sampel dan sembuh tanpa cacat, meluas dan menyembuh
penderita TB ditemukan paling banyak sampel de- dengan fibrotik dan perkapuran, atau meluas dan
ngan klinis TB dengan ronsen positif sebanyak 33 mengalami nekrosis kaseosa membentuk kavitas.
sampel atau 64,7% dari seluruh sampel yang di- Kavitas tersebut dapat meluas dan membentuk
ambil, sedangkan ronsen negatif sebanyak 18 sam- sarang pneumonia baru, membentuk tuberkuloma,
pel atau 35,3% dari seluruh sampel yang diambil. atau menyembuh membentuk kavitas terbuka yang
Hasil ini hampir sama dengan penelitian yang dila- sembuh.13
kukan oleh Soesanti, et al. (2006)1 dimana paling Untuk sampel dengan BTA positif dapat digo-
banyak didapatkan sampel ronsen positif yaitu 80% longkan menjadi (+), (++), (+++) untuk kejadian BTA
dari seluruh sampel, sedangkan yang paling sedikit positif tersebut apabila dihubungkan dengan gam-
didapatkan 20% dari total 50 sampel yaitu sampel baran foto thorax dengan klasifikasi menurut Na-
yang memiliki ronsen negatif. tional Tuberculosis Association USA (1961) maka
Diagnosis radiografi TB primer dapat menun- akan didapatkan hasil dari 24 sampel dengan BTA
jukkan adanya gambaran infiltrat kecil homogen, (+) terdapat 7 (29,2%) dengan ronsen minimal, 5
pembesaran limfonodi hilus serta paratrakea, dan (20,8%) dengan ronsen moderat, 2 (8,3%) dengan
atelektasis segmen. Efusi pleura dapat juga terjadi ronsen lanjut dan 2 (8,3%) dengan ronsen negatif.
terutama pada penderita dewasa. Kompleks Ghon Untuk sampel dengan BTA (++) terdapat 1 (4,2%)
(fokus klasifikasi primer) dan Ranke (fokus klasifi- dengan ronsen minimal, 1 (4,2%) dengan ronsen
kasi primer dan klasifikasi limfonodi hilus) dapat moderat, 3 (12,5%) dengan ronsen lanjut dan 0
menunjukkan bukti sisa penyembuhan Tuberku- (0%) dengan ronsen negatif, sedangkan untuk
losis primer. Pada Tuberkulosis yang mengalami sampel dengan BTA (+++) terdapat 1 (4,2%) de-
reaktivasi, pada pemeriksaan radiografi dapat me- ngan ronsen minimal, 1 (4,2%) dengan ronsen mo-
nunjukkan gambaran fibrokavitasi apeks, nodul dan derat, 1 (4,2%) dengan ronsen lanjut dan 0 (0%)
12
infiltrat pneumonia. dengan ronsen negatif. Dengan hasil ini maka da-
Sarang primer ini dapat timbul di bagian mana pat diketahui pada BTA (+) lesi ronsen terbanyak
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reakti- adalah lesi negatif 7 sampel atau (29,2%), untuk
vasi. Kompleks primer ini akan sembuh dengan ti- BTA (++) lesi terbanyak terdapat pada lesi lanjut 3
dak meninggalkan cacat namun akan meninggal- sampel atau (12,5%), sedangkan untuk BTA (+++)
18
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
lesi minimal, moderat dan lanjut angka kejadianya Menghitung keeratan dan arah hubungan an-
sama, namun pada BTA (+) tedapat 2 sampel tar variabel dapat dilihat dari nilai koefisien konti-
(8,3%) dengan ronsen yang negatif. ngensi (r). Jika hasil (r) > 0 atau positif maka dapat
Penelitian ini bertujuan mencari hubungan ditarik kesimpulan bahwa arah korelasinya positif,
antara gambaran foto thorax dengan hasil pemerik- yaitu semakin besar nilai suatu variabel semakin
saan sputum BTA pada pasien dengan klinis TB besar pula nilai variabel lainya. Jika nilai (r) < 0
dengan metode penelitian menggunakan observa- atau negatif maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
sional analitik dengan desain cross sectional. arah korelasinya negatif, yaitu semakin besar nilai
Hasil analisis data terhadap 51 sampel pen- suatu variabel, maka nilai variabel lainya semakin
derita TB paru dengan menggunakan uji Pearson kecil. Hasil analisis data diketahui bahwa nilai r ada-
Chi-Square dan uji koefisien kontingensi, didapat- lah 0,470 < 0 (positif), sehingga dapat ditarik kesim-
kan hasil nilai X2 hitung sebesar 14,429, nilai df pulan bahwa semakin positif gambaran foto tho-
sebesar 1 nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 nilai rax, semakin positif pula hasil pemeriksaan spu-
korelasi (r) 0,470. tum BTA pada pasien dengan klinis TB. Untuk ke-
Pengambilan kesimpulan pada uji Pearson eratan hubunganya ditarik kesimpulan dengan
Chi-Square dapat ditempuh dengan dua cara, yang menghitung nilai (r) pula. Semakin nilai (r) mende-
2
pertama dengan membandingkan antara nilai X kati angka 1 semakin kuat pula hubungan keeratan
hitung dengan X2 tabel, dimana dikatakan bila nilai antar variabel tersebut. Hasil analisis SPSS nilai
2 2
X hitung > nilai X tabel, maka Ha diterima atau r= 0,470 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara varia- hubungan yang cukup erat antara gambaran foto
bel yang diteliti. Berdasarkan hasil uji tersebut, dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pa-
didapatkan bahwa nilai X2 hitung (14,429) > nilai sien dengan klinis TB.
2
X tabel (3,841), sehingga, dapat disimpulkan bah- Hasil uji Pearson Chi-Square, menunjukkan
wa terdapat hubungan antara gambaran foto tho- OR 16,00 yang berarti pada sampel yang memiliki
rax dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada foto ronsen positif memiliki kecenderungan untuk
pasien dengan klinis TB (Ho ditolak). mempunyai BTA positif 16,00 kali lebih besar diban-
Cara yang kedua yaitu dengan melihat tingkat dingkan dengan sampel yang memiliki ronsen
signifikansi (p), dengan membandingkan antara ni- negatif.
lai signifikansi (p) dengan koefisien ± (0,05), di Pemeriksaan radiologi dapat menunjukkan
mana dikatakan bila nilai p < 0,05 maka Ha diterima bahwa transmisi basil TB pada penderita menye-
atau ada hubungan antar variabel yang diteliti. Ber- babkan beberapa kelainan spesifik, tetapi gambar-
dasarkan hasil uji Pearson Chi-Square, didapatkan an radiologi tidak dapat menilai apakah proses aktif
bahwa nilai p (0,000) < 0,05, maka dapat disimpul- atau tidak, sehingga dalam menilai suatu kasus
kan bahwa terdapat hubungan antara gambaran yang dicurigai TB paru perlu kombinasi antara
foto dengan hasil pemeriksaan sputum BTA pada pemeriksaan Sputum BTA, pemeriksaan radiologi
pasien dengan klinis TB (Ha diterima). dan pemeriksaan lainnya.5
19
Haqqi Pradipta Suganda, Hubungan Gambaran Foto Thorax dengan Hasil ...
20
Mutiara Medika
Vol. 13 No. 1: 13-21, Januari 2013
TBC Paru Dewasa. Bagian Paru Fakultas 10. Mulyadi, Mudatsir & Nurlina. Hubungan Tingkat
Kedokteran Universitas Sumatera Utara , 1-2. Kepositivan Pemeriksaan Basil Tahan Asam
2005. (BTA) dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi
6. Gustafson P, Gomes VF, Vieira CS, Rabna P, Toraks pada Penderita Tuberkulosis Paru yang
Seng R, Johansson P., et al. Tuberculosis in Dirawat Di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda
Bissau: incidence and risk factors in an urban Aceh. J Respir Indo, 2011; 31 (3): 133-137.
11. World Health Organization. Specimen collec-
community in sub-Saharan Africa. Int J Epide-
tion and transport for microbiological investi-
miol. 2004; 33 (1): 163-72.
gation. Specimen collection and transport for
7. Leung, A.N. Pulmonary Tuberculosis: The Es-
microbiological investigation. WHO Regions
sentials. Radiology, 1999; 210: 307–322
publications. Eastern Mediterranean. Alexan-
8. Icksan, A.G., & Luhur, R. Radiologi Toraks Tu-
dria-Egypt: WHO Regions Publications. 1995.
berculosis Paru. (A. Pradana, Penyunt.) Jakar-
12. Tierney, L.M., McPhee, S.J., & Papadakis, M.A.
ta, Indonesia: CV. Sagung Seto. 2008.
Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penya-
9. Lestari, E. Nilai Diagnostik Pemeriksaan Mi-
kit Dalam (Vol. 1). (A. Ghofir, Penerj.) Jakarta:
kroskopis Basil Tahan Asam Metoda Konsen- Salemba Medika. 2002.
trasi Dibandingkan dengan Kultur Pada Spu- 13. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tubercu-
tum Tersangka Tuberculosis Paru. Semarang: losis. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
p. 9. 2005. Paru Indonesia. 2002.
21