Tugas RPL Yusril Irmawan E1f118003
Tugas RPL Yusril Irmawan E1f118003
YUSRIL IRMAWAN
E1F1 18 003
3. Sejak tahun 1950-an masalah lingkungan mendapat perhatian serius, tidak saja
dari kalangan ilmuwan, tetapi juga politisi maupun masyarakat umum.
Perhatian tersebut tidak saja diarahkan pada terjadinya berbagai kasus
pencemaran terhadap lingkungan hidup tetapi juga banyaknya korban jiwa
manusia. Beberapa kasus lingkungan hidup yang menimbulkan korban manusia
seperti pada akhir tahun 1950 yaitu terjadinya pencemaran di Jepang yang
menimbulkan penyakit sangat mengerikan yang disebut penyakit itai-
itai (aduh-aduh). Penyakit ini terdapat di daerah 3 Km sepanjang sungai Jintsu
yang tercemari oleh Kadmium (Cd) dari limbah sebuah pertambangan Seng
(Zn). Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kadar Cd dalam
beras di daerah yang mendapat pengairan dari sungai itu mengandung
kadmium 10 kali lebih tinggi daripada daerah lain. Pada tahun 1953 penduduk
yang bermukim disekitar Teluk Minamata, Jepang mendapat wabah penyakit
neurologik yang berakhir dengan kematian. Setelah dilakukan penelitian
terbukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh air raksa (Hg) yang terdapat di
dalam limbah sebuah pabrik kimia. Air yang dikonsumsi tersebut pada tubuh
manusia mengalami kenaikan kadar ambang batas keracunan dan
mengakibatkan korban jiwa. Pencemaran itu telah menyebabkan penyakit
keracunan yang disebut penyakit Minamata,
Pada tahun 1962 dipublikasikan karya Rachel Carson yang berjudul The
Silent Spring (Musim Bunga yang Bisu) yang menguraikan tentang adanya
penyakit baru yang mengerikan dan kematian hewan yang disebabkan oleh
pencemaran dari penggunaan pestisida. Organisme hama dan vektor menjadi
resisten terhadap pestisida yang dipakai, sehigga di banyak tempat pestisida
tidak ampuh lagi memberantas penyakit malaria. Beberapa kasus lingkungan
hidup yang terjadi dan merenggut banyak korban jiwa serta dipublikasikannya
buku tersebut, menimbulkan keprihatinan masyarakat dan ditindak lanjuti
dengan konferensi lingkungan hidup di Amerika Serikat pada tahun 1968
dengan judul “Teknologi yang Tidak Peduli” (The Careless
Technology) yang mengemukakan tentang kerusakan lingkungan hidup yang
disebabkan oleh bantuan luar negeri negara maju kepada negara berkembang
yang menghasilkan bencana lingkungan. Pada tahun 1972 dipublikasikan karya
dari The Club of Rome yang berjudul “Batas-batas Pertumbuhan” (The
Limits to Growth) yang meramalkan bahwa jika kecenderungan pertumbuhan
penduduk dunia, industrialisasi, pencemaran, produksi makanan dan
menipisnya sumber daya alam terus berlaku tanpa perubahan, maka batas-batas
pertumbuhan di planet kita ini akan tercapai dalam waktu 100 tahun
mendatang.
4. Di dalam Pasal 1 Butir 31 UUPR, ruang terbuka hijau adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun
yang sengaja ditanam. Sedangkan dalam Pasal 1 Butir 2 Permendagri
RTHKP, ruang terbuka hijau kawasan perkotaan yang selanjutnya disingkat
RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi
oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial,
budaya, ekonomi dan estetika. RTH memiliki banyak manfaat, diantaranya:
RTH memiliki fungsi ekologi.
RTH merupakan ‘paru-paru’ kota atau wilayah. Tumbuhan dan tanaman hijau
dapat menyerap kadar karbondioksida (CO2), menambah oksigen,
menurunkan suhu dengan keteduhan dan kesejukan tanaman, menjadi area
resapan air, serta meredam kebisingan.
RTH menjadi ruang tempat warga dapat bersilaturahmi dan berekreasi.
Anak-anak mendapatkan ruang untuk bermain, sehingga tidak terlalu banyak
menghabiskan waktu di depan televisi atau video game. Masyarakat dapat
berjalan kaki, berolahraga, dan melakukan aktivitas lainnya.
RTH memiliki fungsi estetis.
Kehadiran RTH memperindah pemukiman, komplek perumahan,
perkantoran, sekolah, mall, dan lain-lain. Bayangkan suasana kantor yang
‘kering’, sekolah yang panas, perumahan yang gersang, mall yang hanya
dipenuhi tembok dan tanaman artifisial. Bandingkan dengan kantor, sekolah,
perumahan, dan mall yang menghijau. Bukan saja hati dan perasaan jadi
adem. Kepala pun bisa diajak berpikir lebih jernih dan kreatif.
RTH dalam tata kota memiliki fungsi planologi.
RTH dapat menjadi pembatas antara satu ruang dengan ruang lainnya yang
berbeda peruntukannya.
RTH memenuhi fungsi pendidikan.
RTH menjadi ruang tempat satwa dan tanaman yang bisa dijadikan sarana
belajar. Kalau anak-anak juga dilibatkan dalam pengelolaan RTH,mereka
juga akan mendapat pelajaran soft skill yang penting dan mungkin tak bisa
didapatkan di bangku sekolah: belajar berorganisasi dan menghayati nilai-
nilai luhur dari upaya menjaga kelestarian lingkungan. Ini bekal yang penting
bagi mereka sebagai generasi penerus di masa depan, jadi mengapa sekarang?
RTH juga punya fungsi ekonomis.
Jenis-jenis tanaman tertentu punya nilai jual dan nilai konsumsi yang
lumayan. Bunga, buah-buahan, kayu-kayuan. Apabila ditata dengan baik,
RTH bukan saja menjadi lokasi wisata yang strategis, namun juga
menghasilkan nilai ekonomi bagi pengelolanya. Oleh karena itu, keberadaan
RTH dapat menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.