Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP DETEKSI

KECURANGAN LAPORAN KEAUANGAN DENGAN


MENGGUNAKAN PERSPEKTIF FRAUD DIAMOND
(studi kasus pada badan usaha milik negara BUMN)

USULAN PENELITIAN

NAMA : HARI SYAPUTRA


NIM : 222017258

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecurangan akuntansi telah mendapat banyak perhatian public sebagai

suatu dinamika yang menjadi pusat perhatiaan para pelaku bisnis. Bahkan di

Indonesia kecurangan akuntansi sudah menjadi kebiasaan dari tahun ke tahun.

Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga

menimbulkan kerugian.  Jika pengendalian internal diperusahaan lemah maka

kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan semakin besar. Begitu pula

sebaliknya jika pengendalian perusahaan kuat maka kecurangan dapat diperkecil.

Keefektifan pengendalian internal mempunyai pengaruh yang besar dalam upaya

pencegahan kecenderungan kecurangaan akuntansi, Kecurangan ini terjadi dari

keinginan perusahaan untuk mendapatkan laporan keuangan yang baik, sehingga

para investor maupun kreditur meminati perusahaan tersebut untuk berinvestasi,

sehingga perusahaan berupaya untuk merubah laporan keuangannya, tidak

disajikan sebagaimana mestinya dan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang

sesungguhnya dan pada akhirnya merugikan pihak-pihak yang menggunakan

laporan keuangan tersebut.

Kemajuan ekonomi dan kemajuan teknologi informasi mendorong

munculnya pelaku kecurangan baru untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-

besarnya. Kecurangan atau yang sering disebut fraud, Dalam rangka

menindaklanjuti berbagai kecurangan (fraud) yang terjadi, bidang akuntansi


mengembangkan adanya akuntansi forensik yang bertujuan untuk mencari bukti-

bukti penyimpangan atau kecurangan sehingga dapat mengerahkan pelakunya ke

meja pengadilan, sehingga akuntansi forensik ini digunakan apabila telah diyakini

bahwa di suatu instansi terdapat indikasi adanya pelaku kejahatan (korupsi,

kecurangan, dan sebagainya). Perusahaan ataupun institusi pemerintah

memerlukan seorang auditor untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Tanpa

menggunakan jasa auditor indenpenden, manajemen perusahaan tidak akan dapat

menyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen

perusahaan berisi informasi yang dapat dipercaya. Karena dari sudut pandang

pihak luar, manajemen mempunyai kepentingan, baik kepentingan keuangan

maupun kepentingan lainnya. Salah satu contoh kasusnya yaitu, kecurangan yang

di lakukan PT Kimia Farma (Persero) Tbk, Pada audit tanggal 31 Desember 2001,

manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar,

dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan

tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut

terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada

3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated),

karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan

yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih

rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.

Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa

overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa

overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar
Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated

penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Permasalahan Kasus Skandal Manipulasi

Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk. Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik atas manajemen lama

direksi PT Kimia Farma Tbk. Ataupun terhadap akuntan publik Hans Tuanakotta

dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus

bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma

tahun buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.

Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk. Mengidentifikasi

dan menilai risiko etika. Dampak Terhadap Profesi Akuntan Menurut Darmawati,

Khomsiyah dan Rika (2004), Corporate governanace merupakan salah satu

elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian

hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham

dan stakeholders lainnya. Corporate Governance juga memberikan suatu struktur

yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai

sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja.

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan

manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal

tersebut memberikan informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan

tidak menerima informasi yang adil (fair).

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan kecurangan laporan

keuangan dan fraud triangle sudah banyak dilakukan. Laila T & Marfuah, (2015),

hasilnya disimpulkan sebagai berikut: Financial stability (ACHANGE) dan


external pressure (LEVERAGE) berpengaruh positif signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang

mempunyai ketidakstabilan keuangan dan tekanan eksternal yang tinggi,

manajemen mempunyai potensi yang lebih tinggi dalam melakukan kecurangan

laporan keuangan. Variabel effective monitoring (IND) berpengaruh negatif

signifikan terhadap financial statement fraud. Hasil ini mengindikasikan bahwa

semakin besar proporsi komite audit independen, maka proses monitoring

terhadap peusahaan semakin efektif sehingga akan menurunkan potensi

manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Variabel personal

financial need (OSHIP), financial target (ROA), nature of industry

(RECEIVABLE) dan rationalization (AUDCHANGE) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan, artinya keempat variabel

tersebut tidak mampu mendeteksi potensi kecurangan yang terjadi dalam

perusahaan.

Menurut Betri (2018:17) Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang

disengaja dilakuakan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang

dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan.

Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan

penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan

adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.

Secara umum, kecurangan akan selalu terjadi jika tidak ada pencegahan

dan pendeteksian. Kelemahan pada pengendalian internal telah diidentifikasi

dapat mengakibatkan terjadinya fraud (Hamdani dan Albar 2016). Melihat kasus
di Indonesia, korupsi atau fraud tidak hanya terjadi di sektor lembaga pemerintah

saja, melainkan di sektor swasta juga banyak terjadi (Hamdani et al. 2017).

Menurut teori Cressey (1953) diteruskan oleh Skousen et al. (2008) terdapat tiga

kondisi yang selalu hadir dalam tindakan fraud yaitu pressure, opportunity, dan

rationalization yang disebut sebagai fraud triangle. Untuk meningkatkan

pencegahan dan pendeteksian fraud, kemudian diperkenalkanlah unsur yang

keempat yaitu “capability” (Wolfe dan Hermanson 2004). Fraud Diamond adalah

pandangan baru terhadap fenomena fraud yang diusulkan oleh Wolfe &

Hermanson (2004). Teori ini adalah bentuk pembaruan dari Teori Fraud Triangle

oleh Cressey (1950) yang menambahkan elemen qualitatif yang diyakini memiliki

hubungan signifikan dengan tindakan fraud. Jika dalam Teori Fraud Triangle

(Cressey, 1950) Tuanakotta (2010:207) menjelaskan bahwa terdapat elemen yaitu

Incentive/Pressure (tekanan), Opportunity (peluang), dan Rasionalization

(rasionalisasi), 3 elemen tersebut dalam Teori Fraud Diamond mengalami

penambahan elemen yaitu Capability/Capacity (kemampuan).

Daniel & Hardika. (2015), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel tekanan diproksikan oleh stabilitas keuangan, tekanan eksternal, dan

target keuangan, kesempatan diproksikan oleh pemantauan dan sifat industri yang

tidak efektif; Rasionalisasi adalah diproksikan oleh pergantian auditor dan

kemampuan yang diproksikan oleh perubahan direksi. Namun dalam penelitian ini

terbukti bahwa variabel tekanan dengan proksi stabilitas keuangan, tekanan

eksternal dan target keuangan, variabel kesempatan, sifat industri, variabel

pemantauan dan rasionalisasi yang diproksikan perubahan auditor hasilnya tidak


efektif dan tidak mempengaruhi kecurangan laporan keuangan sedangkan variabel

kemampuan dengan pergantian wakil direksi memberi hasil positif dan

berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan kecurangan.

Rahman & Anwar (2014). Upaya pencegahan kecurangan dilihat dari

persepsi para bankir terhadap efektivitas pencegahan dan deteksi kecurangan

teknik di bank-bank Islam Malaysia. temuan tersebut mengindikasikan bahwa

perangkat lunak / aplikasi perlindungan sebagai komponen pencegahan

kecurangan yang paling efektif teknik. Sementara itu, rekonsiliasi bank, proteksi

password dan review pengendalian internal dan perbaikan merupakan teknik yang

paling efektif saat menilai secara mandiri. Penelitian di Indonesia tentang deteksi

kecurangan telah dilakukan sebelumnya oleh Sukirman dan Maylia (2013) yang

menunjukkan bahwa financial stability (ACHANGE), external pressure (LEV)

dan financial target (ROA) dan nature of industry (RECEIVABLE) tidak

berpengaruh terhadap fraud. Hanya satu variabel yang berpengaruh terhadap fraud

yaitu audit report yang merupakan proksi dari rasionalisasi.

Sebuah survai yang dilakukan oleh ACFE indonesia, fraud yang paling

banyak terjadi di indonesia adalah korupsi. sebanyak 154 responden survai fraud

indonesia atau sebesar 67% memilih korupsi. hal ini berbeda dengan hasil report

to the nationss (2016) yang dilakukan oleh ACEF yang menyatakan bahwa jenis

fraid terbanyak di temukan dalam bentuk asset missappropriation. dalam survei

fraud indonesia sendiri, Asset Missappropriation dipilih oleh 71 responden atau

31% dari jumlah responden. fraud berupa laporan keuangan menjadi jenis fraud

terbanyak ketiga yang di pilih responden sebamyakn 2%.


Sunardi (2019) penelitian yang berjudul “Deteksi Kecurangan Laporan

Keuangan Dengan Menggunakan Perspektif Fraud Diamond” . simpulan

penelitian adalah sebagai berikut: 1) Financial stability yang diproksikan dengan

total aset (ACHANGE) tidak berpengaruh terhadap indikasi terjadinya financial

statement fraud. 2) Financial target yang diproksikan dengan rasio ROA

berpengaruh positif signifikan terhadap indikasi terjadinya financial statement

fraud. ROA 3) External Pressure yang diproksikan dengan rasio LEV tidak

berpengaruh terhadap indikasi terjadinya financial statement fraud.. 4) Effectife

monitoring yang diproksikan dengan rasio proporsi dewan komisaris (BDOUT)

berpengaruh negatif signifikan terhadap indikasi terjadinya financial statement

fraud. 5) Auditor Change yang diukur dengan variabel dummy tidak berpengaruh

terhadap indikasi terjadinya financial statement fraud. 6) Rationalization yang

diproksikan dengan total accrual to total asset (TATA) berpengaruh positif

signifikan terhadap indikasi terjadinya financial statement fraud. 7) Capability

berpengaruh positif terhadap indikasi terjadinya financial statement fraud.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Audit Internal Terhadap

Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Perspektif Fraud

Diamond”. di harapkan hasil penelitian dapat memberikan pengembangan teoritis

maupun dapat membantu pembuatan kebijakan


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian tersebut yang dikemukakan

diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah “Bagaimana Pengaruh Audit

Internal dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan

persepktif fraud diamond” di harapkan hasil penelitian dapat memberikan ilmu

pengetahuan dan teoritis, maupun dapat membantu dalam pembuatan kebijakan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin di

capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui apakah Audit internal berperan efektif dalam

mendeteksi kecurangan laporan keuangaan dengan menggunakan

persepektif fraud diamond

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan

penelitian hliilmu pengetahuan dibidang akutansi, khususnya dalam

bidang akutansi forensik dan audit investigasi.


2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk

mengetahui bahwasannya telah terjadinya kecurangan laporan keuangan.

3. Bagi Almamater

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan bagi

penelitian selanjutnya sebagai pertimbangan bagi yang menghadapi

masalah serupa.
BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

A. KAJIAN KEPUSTAKAAN

1. Manajemen Laba

Scott (2015) mendefinisikan earning management sebagai pilihan yang

dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai

beberapa tujuan tertentu.Dalam kondisi ini manajer menyajikan laporan keuangan

dengan maksud untuk menyembunyikan keadaan laporan keuangan yang

sebenarnya dengan cara meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan atas

suatu unit menggunakan pemilihan suatu kebijakan akuntansi. Dalam hubungan

keagenan principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinera agent.

Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan

kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan

informasi (information asymmetric) yang dimiliki oleh principal dan agent.

motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning management, antara

lain sebagai berikut: motivasi bonus, motivasi kontrak, motivasi politik, motivasi

pajak, 229 Kecurangan Laporan Keuangan (Manajemen Laba) Y 229 pergantian

CEO (Chief Executive Officer, ) penawaran saham perdana (Initial Public

Offering - IPO) dan motivasi pasar modal.


2. Kecuraangan Laporan Keuangan

Menurut ACFE (2014), kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan

sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji

material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini

dapat bersifat financial atau kecurangan non financial. ACFE membagi

kecurangan kedalam tiga tipologi atau cabang utama, yaitu: (1) Penggelapan aset

(asset missapropriation) merupakan tindakan berupa pencurian, menggelapkan,

atau juga penyalahgunaan aset yang dimiliki oleh perusahaan. (2) Pernyataan yang

salah (fraudulent missatement) dimana tipologi ini menyatakan bahwa laporan

keuangan yang disajikan tersebut tidak dinyatakan dengan yang sebenarnya. (3)

Korupsi (corruption) yaitu kecurangan yang satu ini kerap dan marak terjadi

dalam dunia bisnis maupun pemerintahan. Korupsi merupakan tindakan

kecurangan yang sulit terdeteksi dan cenderung dilakukan oleh satu orang, namun

melibatkan pihak lainnya. Menurut SAS No.99 (AICPA 2002), financial

statement fraud dapat dilakukan dengan: (1) Manipulasi, pemalsuan, atau

perubahan catatan akuntansi, dokumen pendukung dari laporan keuangan yang

disusun. (2) Kekeliruan atau kelalaian yang disengaja dalam informasi yang

signifikan terhadap laporan keuangan. (3) Melakukan secara sengaja

penyalahgunaan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara

penyajian, atau pengungkapan. Menurut Wells (2011) kecurangan laporan

keuangan mencakup beberapa modus, antara lain:

(1) Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial

record), dokumen pendukung atau transaksi bisnis.


(2) Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau

informasi signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan

keuangan.

(3) Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi,

kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui,

melaporkan dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.

(4) Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya

disajikan dan diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi

yang digunakan dalam membuat laporan keuangan

3. Fraud Management

management fraud (kecurangan manajemen), adalah kecurangan yang

dilakukan oleh pihak manajemen dengan menggunakan laporan keuangan atau

transaksi keuangan sebagai sarana fraud, biasanya dilakukan untuk mencurangi

pemegang kepentingan (stakeholders) yang terkait organisasinya.

a. Tekanan

Variabel tekanan (pressure) yang pertama yaitu stabilitas keuangan

(financial stability) dijelaskan bahwa manajer menghadapi tekanan untuk

melakukan kecurangan dan manipulasi laporan keuangan ketika stabilitas

keuangan dan profitabilitas perusahaannya terancam kondisi ekonomi, industri,

dan situasi lainnya. Loebbecke et al. (1989) dan juga Skousen et al. (2008)

mengindikasikan bahwa saat perusahaan sedang dalam masa pertumbuhan di

bawah rata-rata industri, manajemen bisa saja memanipulasi laporan keuangan


untuk meningkatkan performa perusahaan. Pernyataan tersebut didukung hasil

penelitian Hanum (2014) yang menyatakan bahwa untuk menarik minat investor

dalam menanamkan modalnya, perusahaan harus berusaha memperindah tampilan

total aset yang dimiliki. Oleh karena itu, rasio perubahan total aset dijadikan

proksi pada variabel stabilitas keuangan (financial stability). Sesuai hasil

penelitian Sihombing (2014) disimpulkan bahwa financial stability berpengaruh

secara signfikan terhadap financial statement fraud.

Financial stability

Financial stability adalah suatu keadaan yang menunjukkan kondisi

keuangan perusahaan dalam keadaan stabil. SAS No. 99 menjelaskan bahwa

manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan

ketika stabilitas keuangan atau profitabilitasnya terancam kondisi ekonomi,

industri dan kondisi entitas yang beroperasi. Bentuk kecurangan laporan keuangan

yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan.

Oleh karena itu, financial stability diproksikan dengan persentase perubahan total

aset (Skousen et al., 2009). Semakin tinggi persentase perubahan total aset maka

praktek kecurangan dalam laporan keuangan juga semakin tinggi.

Financial Target

Financial targets adalah tekanan berlebihan pada manajemen untuk

mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen. Target

keuangan adalah salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh

perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah ROA. Menurut SAS No.99
(AICPA, 2002), financial target adalah risiko adanya tekanan berlebihan pada

manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau

manajemen, termasuk tujuantujuan penerimaan insentif dari penjualan maupun

keuntungan

Financial prasure

Masalah keuangan yang dialami pelaku dapat dipecahkan dengan mencuri

uang atau asset lainnya. Berikut faktor-faktor dari tekanan keuangan :

a. Greed. Keserakahan seseorang akan kekayaan dapat memicu orang

tersebut bertindak curang karena merasa tidak puas dengan apa yang

dimiliki.

b. Gaya hidup mewah

c. High personal debts. Hutang yang menumpuk dapat membuat

seseorang t ertekan. Ketertekanan akan semakin tinggi ketika hutang

tersebut tidak dapat dilunasi, sehingga akan menghalalkan segala cara

untuk dapat melunasinya.

d. High medical bills. Ketika calon pelaku kecuranganmengalami

masalah kesehatan dan membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi,

sedangkan si calon pelaku tidak mempunyai cukup dana, maka dari

tekanan biaya tersebut akan mendorong tindakan kriminal/ curang sebagai

cara memenuhi biaya tersebut.

e. Kerugian keuangan yang tak terduga


External Presure

External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen

untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Menurut SAS No.

99, saat tekanan berlebihan dari pihak eksternal terjadi, maka terdapat risiko

kecurangan terhadap laporan keuangan

b. Opportunity

adalah peluang / kesempatan yang dapat kita pahami sebagai situasi dan

kondisi yang ada pada setiap orang atau individu. Situasi dan kondisi tersebut

memungkinkan seseorang bisa berbuat atau melakukan kegiatan yang

memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena internal control suatu

organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan

wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen

yang paling mendasari terjadinya kecurangan. Peluang ini dapat muncul kapan

saja, sehingga pengawasan dan kontrol internal perusahaan sangat diperlukan

untuk mengantasipasi kemungkinan adanya peluang seseorang melakukan

kecurangan. Seseorang yang tanpa tekanan sekalipun dapat melakukan

kecurangan dengan adanya peluang ini, meskipun pada awalnya tidak ada peluang

untuk melakukan ini.

Effective Monitoring

Fraud dapat diminimalkan salah satunyadengan mekanisme pengawasan

yang baik. Dengan adanya dewan komisaris independen yang berasal dari luar

perusahaan dalam penelitian Beasley (1996) akan meningkatkan efektivitas


mengawasi manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan laporan keuangan.

Pernyataan tersebut dibuktikan dari hasil penelitian Diany (2014) yang

menyatakan bahwa faktor effective monitoring memiliki hubungan Analisis Fraud

Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud yang negatif terhadap

financial statement fraud.

c.  Rationalization

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebutkan bahwa

faktorketiga terjadinya sebuah fraud adalah rasionalisasi. Secara garis besar rasion

alisasi dapat diartikan sebagai tindakan yang mencari alasan pembenaran oleh

orang-orangyang merasa dirinya terjebak dalam suatu keadaan yang buruk. Pelaku

akan mencarialasan untuk membenarkan kejahatan untuk dirinya agar tindakan

yang sudahdilakukannya dapat diterima oleh masyarakat.Menurut Spillane

(2003), rasionalisasi adalah sebuah gaya hidup dalam masyarakat yang tidak

sesuai dengan prinsip yang menyatukan, secara tidak langsung rasionalisasi

menyediakan cara untuk membenarkan tindakan-tindakan yang tidak sesuai

dengan keadaan yang ada. Cara berasionalisasi yang sering terjadi adalah

memindahkan kebenaran dasar sejajar dengan prestasi yang tidak tepat, namun

sebaliknya rasionalisasi ini hanya akan menghasilkan penghargaan diri yang

palsu.Para pakar sosiolog merujuk pada proses di mana peningkatan jumlah

tindakan sosialmenjadi berdasarkan pertimbangan efisiensi perhitungan bukan

pada motivasi yang berasal dari moralitas, emosi, kebiasaan atau tradisi. 

Seperti yang kita ketahui kejahatan kerah putih atau white collar crime

memiliki ciri khas kurangnya perasaan atau ketidakpedulian pelaku yang berasal
dariserangkaian alasan atau rasionalisasi untuk membebaskan diri dari rasa

bersalah yangtimbul dari perilaku mereka yang menyimpang (Dellaportas, 2013).

Rasionalisasi merupakan senjata yang digunakan para pelaku dalam menyangkal

seluruh kesalahanatau kecurangan yang mereka buat dengan tujuan

mempertahankan citra diri.

Auditor Change

Auditor changes (pergantian auditor) merupakan salah satu tindakan

pengambilan keputusan yang umum dilakukan bagi perusahaan untuk

meningkatkan keuntungannya. Tindakan pergantian auditor tersebut dilakukan

dengan penuh pertimbangan karena akan berdampak besar bagi perusahaan,

seperti: tingkat kepercayaan investor untuk mau menanamkan modal di

perusahaan, ketelitian dan keakuratan data yang disajikan oleh KAP (Kantor

Akuntan Publik) yang dipilih dan saran yang nantinya akan diberikan oleh KAP

berdasarkan hasil audit kepada perusahaan tersebut.

Rationalization

Rationalization (Pembenaran) merupakan hal penting dalam terjadinya

fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakannya, misalnya: Bahwa

tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintainya,

perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa

jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.


d. Capacity/Capability

(Kemampuan) Capacity atau kapabilitas diartikan sebagai suatu kemampuan

atau kelebihan seseorang dalam memanfaatkan keadaan yang melingkupinya,

yang mana kemampuan ini lebih banyak diarahkan pada situasi untuk mengelabui

sistem pengendalian internal dengan tujuan untuk melegalkan hal-hal yang

sebenarnya dilarang dalam suatu organisasi (Arles, 2014)

4. Audit Internal Atau Pengendalian Internal

Audit Internal memiliki fungsi utama dan tanggung jawab untuk memastikan

dan membantu Manajemen Perseroan terkait pengawasan implementasi tata

kelola, efektivitas, serta pengendalian internal untuk memastikan penerapan tata

kelola berjalan dengan optimal. Fungsi dan tanggung jawab audit ini diterapkan

dan dilaksanakan dengan prinsip independen, profesional dan objektif yang

bertujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional .

Tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh Audit Internal, antara lain

adalah:

a. Menyusun dan melaksanakan Rencana Audit Internal tahunan.

b. Menilai efektivitas sistem pengendalian internal, sistem manajemen

risiko, dan sistem teknologi informasi sesuai kebijakan Perseroan.

c. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di

bidang keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia,

pemasaran, teknologi informasi dan kegiatan lainnya

d. Melaksanakan audit investigasi, apabila diperlukan.


e. Menguji ketaatan atas peraturan dan ketentuan yang berlaku di

Perseroan dan entitas anak Perseroan.

f. Mengembangkan dan melaksanakan rencana kerja Audit Internal

berbasis risiko bagi Perseroan.

g. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang

kegiatan yang diperiksa pada semua tingkat manajemen.

h. Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut

kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris.

i. Memantau, menganalisis, dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut

atas perbaikan yang telah disarankan.

j. Bekerja sama dengan Komite Audit.

k. Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan.

l. Berkoordinasi atas aktivitas pekerjaan audit internal dan eksternal

untuk menghindari duplikasi

B. Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sebelumnya

No Judul, nama penelitian Persamaan Perbedaan


dan tahun penelitian

1 Deteksi financial Persamaan penelitian Perbedaan penelitian ini


statement fraud: yang akan prnulis terletak pada variabel
Pengujian dengan lakukan terletak pada adanya pengaruh audit
fraud diamond ( variabel finacial target internal dan financial
Merissa Yesiariani, yaitu target keuangan stability
Isti Rahayu 2017)
2 Deteksi Kecurangan Persamaan penelitian Perbedaan penelitian ini
Laporan Keuangan yang akan prnulis terletak pada variabel
Dengan Menggunakan lakukan terletak pada pengaruh internal audit
Perspektif Fraud variabel Financial dalam mendeteksi
Diamond (Sunardi Target kecurangan laporan
2019) keuangan

3 Pengaruh peran audit Persamaan penelitian Perbedaan penelitian ini


internal dan yang akan prnulis terletak pada variabel
pengendalian intern lakukan terletak pada Personal Financial Need
terhadap pencegahan peran audit internal dan financial stability,
fraud (Suginam 2017) pengaruh internal audit
dalam mendeteksi
kecurangan laporan
keuangan
4 Pengaruh fraud Persamaan penelitian Perbedaan penelitian ini
diamond dalam yang akan prnulis terletak pada variabel
mendeteksi financial lakukan terletak pada pengaruh audit internal dan
statement fraud (studi Financial target financial stability,dan
pada perusahaan pengaruh internal audit
manufaktur (Esterine dalam mendeteksi
Puspitadewi 2017) kecurangan laporan
keuangan
5 Pengaruh internal Persamaan penelitian Perbedaan penelitian ini
audit terhadap yang akan penulis terletak pada variabel
efektivitas lakukan terletak pada Personal Financial target
pengendalian intern pengaruh audit dan financial stability,
persediaan barang internal pengaruh internal audit
(Torang P. dalam mendeteksi
Simanjuntak 2018) kecurangan laporan
keuangan
Sumber: berbagai penelitian yang (diolah)

C. Kerangka Pemikiran

Pengendalian Intern

Efektivitas Pengendalian
Internal (X1)
Presure
.
Financial Stability (X2).
Financial Target (X.3)
Financial Presure (X4)
External Pressure(X5)

Opportunity

Effective Monitoting (X6)

Ratinalization

Auditor Change (X7)


Rationalization (X8)

Capability(X9)

Sumber: Penulis, 2020

D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, maka perumusan hipotesis dalam penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Secara Bersama

H1 : Efektivitas Pengendalian Internal berpengaruh positif terhadap terjadinya

financial statement fraud.

2. Secara Parsial
H2a: Financial stability berpengaruh positif terhadap terjadinya financial

statement fraud

H3b: Financial target berpengaruh positif terhadap terjadinya financial

statement fraud

H4c: Financial Pressure berpengaruh positif terhadap terjadinya financial

statement fraud

H5d: Effectife monitoring berpengaruh positif terhadap terjadinya

financial statement fraud

H6: Auditor Change berpengaruh positif terhadap terjadinya financial

statement fraud.

H7e: Rationalization berpengaruh positif terhadap terjadinya financial

statement fraud

H8f: Capability berpengaruh positif terhadap terjadinya financial

statement fraud
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ditinjau menurut tingkatan eksplanasinya ada 3 macam, yaitu:

1. Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

dari masing-masing variabel, baik satu variabel atau lebih yang bersifat

independen untuk mendapatkan gambaran tentang variabel-variebel tersebut.

2. Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif adalah penelitian yang diarahkan untuk mengetahui

apakah anatara dua variabel ada perbedaan dalam suatu aspek yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan secara alami, dengan mengumpulkan data dengan

suatu instrumen.

3. Penelitian Asosiatif

Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel atau lebih, dengan penelitian ini maka akan

dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan suatu

gejala (V. Wiratna, 2018:11)


Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian

Asosiatif untuk mengetahui apakah audit internal bepengaruh dalam mendeteksi

kecurangan laporanan keuangan dengan menggunakan perspektif fraud diamond


B.Lokasi Penelitian

Loakasi yang penulis pilih adalah BUMN di kota PALEMBANG

Tabel III.1

Daftar BUMN di Kota Palembang

NO Nama perusahaan BUMN Alamat Perusahaan BUMN


1 BPJS kesehatan JL.R.Sukamto 8 Ilir, Kec. Ilir Timur
II,Kota Palembang
2 PT.PLN (Persero) Jl. Kapten A. Rivai No. 37, Sungai
Pangeran Ilir Timur I, Palembang
3 PT.KAI (Persero) Jl.Jendral Ahmad Yani No.541 13 Ulu
Kec, Sebrang Ulu II, Kota Palembang
4 PT Kimia Farma (persero) Jl.Kolonel Atmo No.1250, 17 Ilir, Kec.
Ilir Timur I, Kota Palembang
5 Pt. Pupuk Sriwidjaya Jl. May Zen, Kalidoni, Kota Palembang
Palembang
Sumber: Penulis, 2020

C.operasionalisasi variabel

Tabel III.2

Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala


Kecurangan Salah saji atau 1. Salah pernyataan
Laporan pengabaian jumlah
dan pengukapan 2. Adanya
Keuangan manipulasi Ordinal
yang di sengaja
(Y) dengan maksud 3. Salah penyajian
menipu para pemakai
laporan keuangan
Efektivitas Merupakan 1. Intergritas
Pengendalian mencegah dan
Internal (X1) menghindari 2. Komptensi
terjadinya kesalahan, Ordinal
3. indenpedensi
kecurangan dan
penyelewengan

Financial adanya tekanan 1. adanya tekanan


Stability (X2). untuk melakukan untk melakukan
kecurangan dan kecurangan
manipulasi laporan Ordinal
keuangan 2. Terancam
3. Tidak jujur
Financial adalah resiko adanya 1. kewajiban
Target (X.3) tekanan berlebihan
pada manajemen 2. tidak adanya
untuk mencapai kepuasan kerja Ordinal
target keuangan 3. 3. ketidak adilan
Financial melakukan 1. Manipulasi
Presure (X4) pelanggaran terhadap
perjanjian 2. Penyimpangan
Ordinal
3. penghilangan
External merupakan tekanan 1. tekanan bebabn
Pressure(X5) yang berlebihan bagi pekerjaan
manajemen untuk
memenuhi 2. tamak Ordinal
persyaratan atau 3. manipulasi
harapan dari pihak
ketiga
Effective ketidakefektian 1. kelalaian
Monitoting pengawasan pengawasan
(X6) (ineffective
monitoring) 2. adanya
merupakan dampak kesempatan
dari kelemahan 3. kebutuhan Ordinal
pengawasan, hal ini
memberikan 4. penyuapan
kesempatan terhadap
agen perusahaan
yaitu manajer
berperilaku
menyimpang dengan
melakukan
manajemen laba
Auditor adanya pergantian 1. manipulasi
Change (X7) auditor dalam
perusahaan dapat 2. penyalagunaan
menjadi indikasi Ordinal
terjadinya
kecurangan
Rationalization Kondisi dimana 1. tamak atau seraka
(X8) pelaku kecurangan
mencari suatu 2. kebutuhan
pembenaran terhadap Ordinal
3. gaya hidup
tindakan yang
dilakukannya
Capability(X9) artinya seberapa 1. memiliki
besar daya dan kekuasaan
kapasitas dari
seseorang itu 2. mempunyai Ordinal
melakukan fraud di pengaruh
lingkungan
perusahaan
Sumber: Penulis, 2020

3. Populasi dan Sempel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarikkesimpulan

(V. Wiratna, 2018:105). Populasi yang diteliti adalah bagian Auditor

Internal yang bekerja di 5 perusahaan BUMN yang terdapat di Kota

Palembang.
2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap

telah mewakili atau mencerminkan populasi. Metode sampel yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Sampel

jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi

(Nurlina,dkk,2017:70-74). Sampel yang akan diteliti adalah auditor

yang bekerja di perusahaan BUMN yang ada di Kota Palembang

dengan jumlah 39 auditor internal yang bersedia untuk diteliti.

Tabel III.3

Perusahaan BUMN yang Menjadi Populasi

NO Nama Perusahaan BUMN Jumlah Auditor


1 BPJS kesehatan 9
2 PT.PLN (Persero) 7
3 PT.KAI (Persero) 8
4 PT Kimia Farma (persero) 5
5 Pt. Pupuk Sriwidjaya Palembang 10
Jumlah Auditor 39
Sumber: Penulis, 2020

E. Data yang diperlukan

Data penelitian menurut cara memperolehnya, dibedakaN menjadi

dua, yaitu :

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden mealuli

kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil

wawancara penelitian dengan narasumber. Data primer ini harus

diolah lagi, sumber data langsung memberikan data kepada

pengumpul data.

2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang didapat dari catatan, buku, dan

majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan

pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain

sebagainya. Data yang diperoleh dari data skunder ini tidak perlu

diolah lagi, sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data (V. Wiratna,2018:114).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer diperoleh melalui wawancara dan penyebaran koesioner kepada

responden yaitu auditor internal perusahaan BUMN yang bekerja pada di

Kota Palembang.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data yang biasa dilakukan dapat dibagi atas beberapa

kelompok, yaitu :
1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk

menggali data secara lisan. Hal ini dilakukan secara mendalam agar

data valid dan detail dengan menggunakan wawancara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktur.

2. Kuesioner (Aangket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada para responden untuk dijawab

3. Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (V.

Wiratna,2018:118-121).

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan kuesioner. Koesioner yakni dilakukan dengan memeberikan

seperangkat pertanyaan tertulis untuk dijawab responden yaitu auditor

internal.

G. Analisis Data dan Teknik Analisis

1. Analisis Data

Analisis dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua jenis :


a. Analisis Kualitatif

Analisis Kualitatif adalah analisis yang mengguankan model

matematika, model statistik, dan ekonometrik atau model-

model tertentu lainnya. Analisis data yang dilakukan terbatas

pada teknik pengolahan datanya seperti pada pengecekan data

dan tabulasi, dalam hal ini, sekedar membaca table-tabel,

grafik-grafik, angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan

uraian dan penalaran.

b. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat

analisis yang bersifat kuantitatif, yaitu alat analisis yang

menggunakan model-model, seperti model matematika

(misalnya fungsi multivariat), model statistik, dan ekonometrik.

Hasil analisis disajiakan dalam bentuk angka yang kemudian

dijelaskan dan diinterpetasikan dalam suatu uraian ( V.

Wiratna,2018:11-12).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis data kuantitatif. Analilis kuantitatif dilakukan

dengan menggunakan pengujian statistik dari hasil kuesioner yang

telah di ajukan.

2. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui Pengaruh Audit Internal Terhadap Deteksi Kecurangan

Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Perspektif Fraud

Diamond , mendeteksi kecurangan adalah dengan menggunkan

teknik analisis regresi linier berganda, yaitu untuk meyakinkan

bahwa variabel Untuk Mengetahui apakah Audit internal berperan

efektif dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangaan ,Apakah

Diamond fraud berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan

keuangan., variabel tekanan (pressure), kesempatan (opportunity),

rasionalisasi (rationalization) dan kemampuan (capability) variabel

terikat serta membuat kesimpulan dan yang terakhir adalah

menghitung koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Teknik analisis dalam penelitian ini di bantu oleh statistical

program for special science (SPSS). Sebelum melakukan analisis,

sesuai dengan syarat metode OLS (ordinary least square). Maka

terlebih dahulu dilakukan uji sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sah atau valid jika

pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu

yanga akan diukur oleh kuesioner itu. Uji signifikan dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung (nilai corrected item-total correction

pada output Cronbach alpha) dengan r tabel (V. Wiratna,2018:178).

r hitung > r tabel maka butir antar pertanyaan tersebut valid

r hitung < r tabel maka butir atau pernyataan tersebut tidak valid

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang

dinyatakan valid. Uji ini digunakan untuk mengukur sutau kuesioner

yang merupakan dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terdapat pernyataan yang konsisten dan

stabil dari waktu-kewaktu (V. Wiratna,2018:178). Kriteria jika :

Cronbach Alpha > 0,60 maka riabel

Cronbach Alpha < 0,60 maka tidak riabel

c. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Uji normalitas ini ada 2 cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan uji

statistik kolmogorof (V. Wiratna,2018:179).


Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal

Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada

tidakanya variabel independen yang memiliki kemiripan antar

variabel independent dalam suatu model. Kemiripan antar variabel

independen akan mengakibatkan korelasi yang sangat kuat. Uji ini

juga untuk menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan

keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing

variabel independent terhadap variabel dependen. Jika VIF yang

dihasilkan diantara 1-10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas menguji terjadinya perbedaan

variance residual satu periode pengamatan ke periode pengamatan

yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya heterokedastisitas pada

suatu model dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang

tidak terjadi heterokedastisitas jika titik-titik data menyebar diatas

dan dibawah atau disekitar angka 0, titik-titik data tidak

mengumpul hanya diatas atau dibawah saja, peneyebaran titk-titik

data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian

menyempit dan melebar Kembali, peneybaran titik-titik data tidak

berpola (V. Wiratna,2018:179-182).


d. Uji Hipotesis

1) Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda terdapat asumsi klasik yang harus

terpenuhi yaitu residual berdistribusi normal, tak ada

multikolinieritas dan tak ada heteroskedositas (V.

wiratna,2018:180).

Y = ɑ + β1X1 + β2X2 + β2X3 + e

Keterangan :

Y = Manajemen Laba

α = Konstanta

β1 – β3 = Koefisien Regresi

X1 = Efektivitas Pengendalian Internal

X2 = Financial Stability

X3 = Financial Target

X4 = Financial presure

X5 = External Pressure

X6 = Effective Monitoring
X7 = Auditor Change

X8 = Rationalization

X9 = Capability

e = Error Term

2) Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan variabel-variabel dependen. Nila

koefisien determinasi (R2) adalah antara nol atau satu. Nilai R2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Jika koefisien

determinasi sama dengan nol, maka variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika besarnya koefisien

determinasi mendekati angka 1, maka variabel independen

berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Dengan

menggunakan model ini, maka kesalahan penggangu diusahakan

minimum R2 mendekati 1, sehingga perkiraan regresi akan lebih

mendekati keadaan yang sebenarnya (V. Wiratna,2018:182).

3) Uji Hipotesis Secara Bersama (Uji F)

Pengujian hipotesis secara bersama merupakan pengujian

signifikasi persamaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8,
X9) secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas (Y).

Langkah-langkah dalam uji hipotesis secara bersama yaitu :

a) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

Ho1: Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan

Dengan Menggunakan Perspektif Fraud Diamond

tidak berpengaruh positif Terhadap Kemampuan

Auditor Internal Mendeteksi Kecurangan Laporan

Keuangan.

Hα1: Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan

Dengan Menggunakan Perspektif Fraud Diamond

berpengaruh positif Terhadap Kemampuan Auditor

Internal Mendeteksi Kecurangan Laporan

Keuangan.

b) Menentukan Taraf Nyata

Tingkat signifikan sebesar 5% taraf nyata dari ttabel

ditentukan dari derajat bebas (db) = n-l-k taraf nyata

(α) berarti nilai ttabel, taraf nyata dari Ftabel

ditentukan dengan derajad bebas (db) = n-l-k.

c) Kesimpulan
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima atau Ha

ditolak.

Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak atau Ha

diterima.

4) Pengujian Hipotesis Secara Parsial/Individu (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial merupakan pengujian koefisien regresi

parsial individual yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independent (X1) secara individual mempengaruhi variabel dependen (Y).

Langkah-langkah dalam uji hipotesis secara parsial yaitu :

a) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

(1) Hipotesis 2a Pengaruh Audit Internal Terhadap Deteksi

Kecurangan laporan keuangan Mengunakan Perpektif

Fraud Diamond

H02a: internal audit tidak berpengaruh terhadap deteksi

kecurangan laporan keuangan menggunakan

perpektif fraud diamond.

Ha2a: internal audit berpengaruh terhadap deteksi

kecurangan laporan keuangan menggunakan perpektif

fraud diamond
(2) Hipotesis 2b pengaruh tekanan terhadap deteksi

kecurangan laporan keuangan menggunakan perspektif

fraud diamond

H02b: Tekanan tidak berpengaruh positif terhadap deteksi

kecurangan laporan keuangan menggunakan

perspektif fraud diamond

Ha2b: Tekanan berpengaruh positif terhadap deteksi

kecurangan laporan keuangan menggunakan

perspektif fraud diamond

(3) Hipotesis 2c Pengaruh kesempatan Terhadap kemampuan

Auditor internal terhadap deteksi kecurangann laporan

keuangaan menggunakan perspektif fraud diamond

H02c: kesempatan tidak berpengaruh positif terhadap

Auditor internal Mendeteksi Kecurangan laporan keuangan

menggunakan perspektif fraud diamond.

Ha2c: kesempatan berpengaruh positif terhadap

Kemampuan Auditor internal Mendeteksi Kecurangan

laporan keuangan menggunakan perspektif fraud diamond

(4) Hipotesis 2d pengaruh rasionalisasi Terhadap

kemampuan Auditor internal terhadap deteksi


kecurangann laporan keuangaan menggunakan

perspektif fraud diamond

H02d: rasionalisasi tidak berpengaruh Terhadap

kemampuan Auditor internal terhadap deteksi

kecurangann laporan keuangaan menggunakan

perspektif fraud diamond

Ha2d; : rasionalisasi berpengaruh Terhadap kemampuan

Auditor internal terhadap deteksi kecurangann

laporan keuangaan menggunakan perspektif fraud

diamond

(5) Hipotesis 2e kemampuan Pengaruh kesempatan

Terhadap kemampuan Auditor internal terhadap deteksi

kecurangann laporan keuangaan menggunakan

perspektif fraud diamond

H02e: kemampuan tidak berpengaruh Terhadap

kemampuan Auditor internal terhadap deteksi

kecurangann laporan keuangaan menggunakan

perspektif fraud diamond

Ha2e; : kemampuan berpengaruh Terhadap kemampuan

Auditor internal terhadap deteksi kecurangann

laporan keuangaan menggunakan perspektif fraud

diamond
b) Menentukan Tarif Nyata

Tingkat signifikan sebesar 5% taraf nyata dari ttabel ditentukan

dari derajad bebas (db) = n-k-l, taraf nyata (α) berarti nilai ttabel,

taraf nyata dari Ftabel ditentukan dengan derajad bebas (db) = n-k-

l.

c) Kesimpulan

Jika Sig > 0,05 maka H0 diterima, dan jika Sig < 0,05 maka H0

ditolak. Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak.

Sebaliknya, jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak atau Ha

diterima (V. Wiratna,2018:161-164).

DAFTAR PUSTAKA

AICPA, SAS No. 99. 2002. Consideration of Fraud in a Financial Statement


Audit, AICPA. New York.
ACFE. 2014. Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse. Austin
Betri sirajudin. 2018 . Akutansi Forensik Dan Audit Investigasi. Edisi 1, Penerbit
CV Amanah. Palembang.
Beneish, M. 1997. Detecting GAAP Violation: Implications for Assessing
Earnings Management among Firms with Extreme Financial Performance.
Journal of Accounting and Public Policy 16 (3): 271-309.
Hanum. 2008. Tekanaan (pressure). Salemba Empat. Jakarta
Herawaty, A. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance,
Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. 12(1): 53-68.
Messier. 2005. Insititu Of Internal Auditors – IIA. Vol. 5 No. 3, 2005
Poppy Indriani & M Titan Terzaghi. 2017. Fraud Diamod Dalam Mendeteksi
Kecurangan Laporan Keuangan. 2017: 171
Sunardi. 2019. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Menggunakan
Perspektif Fraud Diamond (studi kasus pada dilakukan pada perusahaan
manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012– 2016
sebanyak 12 perusahaan) 2019: 234
Sawyer, Lawrence B, Dittenhofer Mortimer A, Scheiner james H, 2006 Internal
Auditing, Diterjemahkan oleh: Ali Akbar, Jilid 1, Edisi 5, Salemba Empat :
Jakarta.
Scott. 2015. Erning Manajemen. Seventh Edition. Pearson Prentice Hall: Toronto
Tuanakotta, M. Theodorus.2010.Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif.
Jakarta: Salemba Empat
V. Wiratna Sujarweni. (2015). Sistem Akuntansi. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
V. Wiratna Sujarweni. 2015. Metode Penelitian Bisnis Dan Ekonomi Pendekatan
Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Baru
V. Wiratna Sujarweni. 2018. Metode Penelitian Bisnis Dan Ekonomi Pendekatan
Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Baru
Wolfe & hermanson. 2004. Fraud diamond. CPA Journal. 74.12: 38-42. The New
York state society of CPAs

Anda mungkin juga menyukai