Anda di halaman 1dari 2

Judul Laporan – Penyakit Dalam Kehamilan (22 Oktober – 17 November 2020)

Follow-up Anak dengan Gizi Buruk

Latar Belakang
Status gizi balita di Indonesia masih meresahkan. Angka stunting di Indonesia pada tahun
2019 adalah 27,9%, sementara angka gizi kurang adalah 16,29%. Sesuai dengan tujuan kita
untuk meningkatkan SDM Indonesia, maka status stunting dan gizi kurang juga harus
diturunkan, karena status gizi juga berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak. Bagi
anak dengan status gizi buruk, keadaan ini masih dapat diperbaiki, asalkan koreksi pola dan
jumlah makan dilakukan sedini mungkin. Oleh karena hal ini, dibutuhkan konsultasi gizi per
orangan untuk perencanaan diet yang sesuai.

Permasalahan
Pada kunjungan 22 Oktober 2020, An. R, berusia 2 tahun memiliki berat badan 8,9 kg dan
tinggi 80,5 cm (BB/TB WHO = z-score <-2), sehingga status nutrisi An. R tergolong gizi
buruk. An. R lebih senang mengemil jajanan dibandingkan makanan utamanya, cenderung
memuntahkan makanan utama yang diberikan padanya. Dari anamnesis, didapatkan ibu An.
R belum memiliki jadwal makan untuk An. R yang teratur, selain itu belum muncul usaha ibu
dalam mendorong anaknya untuk makan-makanan utama, karena sudah terkenyangkan dari
mengemil. Asupan yang kurang ini menyebabkan An. R belum bisa mendapatkan
imunisasinya sejak usia 18 bulan (campak), padahal imunisasi hanya bisa dikejar sampai usia
3 tahun. Maka, aspek tumbuh kembang anak yang terganggu dalam kasus ini adalah nutrisi
dan imunisasi sekaligus.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


Perhitungan berdasarkan tinggi badan An. R (80,5 cm), berat ideal An. R adalah 10.5kg,
sehingga An. R membutuhkan 1.050 kalori dalam sehari. Maka, konseling gizi akan
membahas variasi makanan yang dapat cocok dengan An. R. Setelah itu disusun menjadi
jadwal makan sehari, terdiri dari 3 makan besar dan 2 snack, agar terpenuhi 1.050 kalori yang
dibutuhkan An. R. Edukasi lain yang akan diberikan adalah perihal mengurangi jajanan yang
kurang bernutrisi.

Pelaksanaan
Berdasarkan hasil konseling, disepakati makan besar An. R adalah sebanyak 3 kali dapat
terdiri dari 1 centong nasi, sepotong ikan, dan sayuran rebus (3 x 200 kalori). Sebagai
pengganti ikan, dapat diberikan telur atau ayam yang disukai An. R. Sementara selingan
diberikan sebanyak 4 kali dalam sehari, bubur kacang hijau (2 x 108 kalori) dan susu bubuk
(2 x 120 kalori). Pada selingan kacang hijau, disarankan menambahkan susu kental manis
untuk menambah selera, tetapi susu kental manis tidak bisa menggantikan susu. Jadwal
ditulis dalam secarik kertas dan diberikan pada ibu. Diharapkan dengan perencanaan makan
ini, dapat meningkatkan berat badan An. R sebanyak 0,5 ons (0,05 kg) per minggu.
Pertemuan berikutnya direncanakan 2 minggu lagi, sehingga diharapkan berat badan An. R
meningkat 0,1 kg pada pertemuan berikutnya.

Monitoring dan Evaluasi


Saat kunjungan kembali setelah 4 minggu (17 November 2020), hasil pengukuran An. R (2
tahun 1 bulan) adalah berat badan 9,3 kg dan tinggi 80,5 cm (BB/TB WHO = z-score <-2).
Walaupun sudah tergolong gizi kurang, An. R tetap tergolong berat badan sangat rendah
(BB/U = z-score <-3) dan perawakan sangat rendah (TB/U = z-score <-3). Kenaikan berat
badan An. R adalah sesuai target. Namun, program asupan yang diberikan oleh puskesmas
hanya diterapkan selama 3 hari, dengan alasan BAB An. R menjadi banyak, sehingga
diberikan edukasi bahwa jumlah BAB berbanding lurus dengan asupan yang dikonsumsi.
Orangtua diberikan dukungan untuk mempertahankan pola makan An. R dan kembali kontrol
dalam 2 minggu.

Anda mungkin juga menyukai