Anda di halaman 1dari 23

Case Report Session

MILIARIA

Oleh :
Ilham Fahrur Arrazi ( 15100701000)
Anjas Adisena ( 1610070100001)
Lisa Wulan Sari ( 1610070100007)
Wenny Sagita ( 1610070100009)

Preseptor :

dr. Yola, Sp. KK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


BAGIAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus
ini dengan judul “Miliaria” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik
dari Bagian Kulit dan Kelamin.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada dr.
Yosse Rizal, Sp. KK selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kasus ini tepat waktu demi memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Senior.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca
untuk penyempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Bukittinggi, Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3


2.1 Definisi.................................................................................................3
2.2 Epidemiologi........................................................................................3
2.3 Etiologi.................................................................................................4
2.4 Patogenesis...........................................................................................4
2.5 Diagnosis..............................................................................................6
2.6 Diagnosis Banding...............................................................................10
2.7 Penatalaksanaan...................................................................................11
2.8 Komplikasi…………………………………………………………... 13
2.9 Pencegahan...........................................................................................13
2.10 Prognosis..............................................................................................13
BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................14
BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah tropis sehingga sering terjadi biang keringat
(miliaria) karena cuaca yang panas sangat berpengaruh untuk terjadinya biang
keringat. Miliaria sering juga disebut biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, atau prickle heat. Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat
akibat penyumbatan saluran keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier,
dimana biasanya terdapat pada bayi dengan kondisi prematur.1,2 Namun, seiring
dengan pertumbuhan anak, kemungkinannya berkurang sehingga hanya kisaran
40% dewasa yang mempunyai kecenderungan untuk terkena miliaria. Hal ini
tampaknya mencerminkan peningkatan kekuatan stuktur dari saluran ekrin
berdasarkan umur, sehingga disamping perkembangan dari penutupan pori dan
anhidrosis, ruptur saluran gagal terjadi dan tidak terdapat bentuk vesikel dari
miliaria.2,3,4
Di dalam kondisi tropis yang ekstrim dan kronik, jumlah dari orang
dewasa yangkemungkinan terkena miliaria terbukti meningkat dari 70% menjadi
90% dan lebih dari 40% pada kondisi panas yang sedang. Tidak ada predisposisi
berdasarkan jenis kelamin ataupun rasdan miliaria bisa didapatkan pada semua
umur.Paparan panas dalam jangka waktu lama, lingkungan yang lembab, seperti
terdapat pada daerah tropis dan pekerjaan yang berhubungan dengan hal itu,
memungkinkan untuk terkena miliaria.Miliaria kristalina biasanya diperlihatkan
pada umur tua, pasien lemah yang relatif berbaring dan tidak bergerak di tempat
tidur, keadaan yang meminimalkan kemungkinan rupturnya vesikel-vesikel ini.3,4
Tidak ada keadaan penyakit yang diketahui memungkinkan sebagai
penyebab miliaria. Data terbaik mengenai insidens miliaria pada bayi baru lahir
adalah hasil survei di Jepang pada lebih dari 5000 bayi. Survei ini mengatakan
bahwa Miliaria kristalina didapatkan 4,5% dari neonatus, dengan usia rata-rata 1
pekan. Miliaria rubra didapatkan 4% dari neonatus dengan usia rata-rata 11-14
hari. Di seluruh dunia, miliaria paling banyak di lingkungan tropis, terutama pada
orang yang baru pindah dari lingkungan tropis yang temperaturnya lebih panas.3,4

1
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan, umumnya
disertai rasa gatal,terutama pada bagian tubuh yang tertutup pakaian. Gambaran
klinik dapat berupa papul, vesikel, atau papulovesikel yang disertai eritema.
Miliaria pada dasarnya dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Tujuan
pengobatan miliaria adalah menghilangkan lesi dan keluhan gatal, menjaga
kelembapan kulit serta menghindari timbulnya lesi kembali dengan obat topikal
dan sitemik. Prognosisnya baik jika ditanganin secara tepat.1,2
Dalam Laporan Kasus ini akan dibahas mengenai beberapa jenis miliaria
yang terdapat di masyarakat, yaitu Miliaria Kristalina, Miliaria Rubra, dan
Miliaria Profunda.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Rumah Sakit
Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021
b. Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2021

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Miliaria juga disebut keringat buntet atau biang keringat adalah gangguan
kulit yang umum berupa gangguan saluran integritas keringat ekrin. Miliaria
adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel
milier. Miliaria, retensi dari kelenjar keringat ini merupakan dampak dari oklusi
saluran keringat ekrin, mengakibatkan erupsi yang biasanya terjadi saat cuaca
panas, iklim yang lembab, seperti pada daerah tropis dan selama musim panas.1,2

2
Miliaria terjadi sebagai akibat dari gangguan integritas saluran kelenjar
keringat dan sekresi keringat ke lapisan epidermis. Paparan sinar ultraviolet,
adanya organisme di kulit, dan episode berkeringat yang berulang mendukung
faktor-faktor ini. Berdasarkan gambaran klinis dan temuan histopatologis, miliaria
dibedakan menjadi 3 kelas : miliaria kristalina, miliaria rubra, dan miliaria
profunda. Miliaria juga dikenal dengan sebutan biang keringat, keringat buntet,
liken tropikus, atau prickle heat.1,2

2.2. Epidemologi
Miliaria umumnya terjadi pada bayi pada minggu pertama kehidupannya
dimana saat ini bayisedang beradaptasi dengan lingkungannya, dan pada segala
usia pada suhu yang panas, berkeringat berlebihan, terjadi sumbatan pada kelenjar
keringat atau kombinasi faktor-faktor ini.1,2,5
Miliaria terjadi pada individu dari semua ras, meskipun beberapa studi
menunjukan bahwa orang asia yang memproduksi keringat lebih sedikit
dibandingkan kulit putih kurangcenderung memiliki miliaria rubra. Predileksi
jenis kelamin umumnya sama. Miliaria rubra danmiliaria kristalina dapat terjadi
pada segala usia. Tetapi yang paling umum pada bayi. Data terbaik mengenai
insidens miliaria pada bayi baru lahir adalah hasil survei di Jepang pada lebih dari
5000 bayi. Survei ini mengatakan bahwa Miliaria kristalina didapatkan 4,5% dari
neonatus, dengan usia rata-rata 1 pekan. Miliaria rubra didapatkan 4% dari
neonatus dengan usia rata-rata 11-14 hari. Di seluruh dunia, miliaria paling
banyak di lingkungan tropis, terutama pada orang yang baru pindah dari
lingkungan tropis yang temperaturnya lebih panas.3,5
Sebuah studi survei 2006 dari Iran menemukan angka kejadian miliaria dari
1,3% pada bayi baru lahir. Dan sebuah survei pasien anak di Norheastren India
memperlihatkankejadian miliaria 1,6%. Miliaria profunda lebih sering terjadi pada
orang dewasa dibandingkan pada bayi dan anak-anak. Di seluruh dunia, miliaria
paling banyak di lingkungan tropis, utamanya orang-orang yang baru saja pindah
dari lingkungan tropis yang temperaturnya lebih panas.3,5

2.3. Etiologi

3
Miliaria disebakan oleh adanya sumbatan pada kelenjar keringat ekrin. Tiga
bentuk miliaria (miliaria kristalina, miliaria rubra/prickly heat, dan miliaria
profunda) terjadi akibat adanya obliterasi ataupun adanya gangguan pada saluran
kelenjar keringat. Tipe miliaria ini berbeda dalam bentuk gejala klinis akibat
adanya perbedaan level dimana letak obliterasi ini terjadi, meskipun beberapa
penulis meyakini bahwa adanya gangguan pada duktus kelenjar keringat ini lebih
memegang peranan penting dibandingkan dengan tingkat obliterasinya.3,4,5
Pada miliaria kristalina, obstruksi yang terjadi sangat superfisial pada
stratum corneum dan vesikel terletak padasubkorneum. Pada miliaria rubra,
perubahan lebih lanjut yang terjadi termasuk keratinisasi dari bagian
intraepidermal dari saluran kelenjar keringat, dengan adanya kebocoran dan
pembentukan vesikel di sekitar saluran. Sedangkan pada miliaria profunda,
terdapat ruptur pada saluran kelenjar keringat pada tingkat atau dibawah dermal-
epidermal junction.3,5

2.4. Patogenesis
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat. Pendapat
pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif,
penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi
sekunder pada bendungan keringat diepidermis. Jika kondisi lembab dan panas
tetap bertahan, individu terus memproduksi keringat secara berlebihan tetapi tidak
dapat mengeluarkan keringat kepermukaan kulit karena adanya penyumbatan
duktus. Hasil penyumbatan ini adalah terjadinya kebocoran saluran kelenjar
keringat yang menuju ke permukaan kulit, baik dalam dermis maupun epidermis
dengan anhidrosis relatif.3,4,5

4
Gambar 1. Histologi penampang kulit1)Sweat glands 2) Miliaria

Ketika titik kebocoran terletak pada stratum corneum atau


tepatdibawahnya, seperti miliaria kristalina, peradangan kecil yang akan muncul,
dan lesinya akan asimptomatik. Sebaliknya, di miliaria rubra, yang kebocoran
keringat ke dalam lapisan subkorneal menghasilkan vesikel spongiotik dan
infiltrat sel radang periductal kronis pada lapisan papillaredermis dan epidermis
bagian bawah. Pada miliaria profunda, keluarnya keringat ke lapisan papillare
dermis menghasikan infiltrat limfositik periduktal dan spongiosis saluran intra-
epidermal.3,5
Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada
kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat.
Staphylococcus diduga juga mempunyai peranan. Miliaria juga dihubungkan
dengan pseudohypoaldosteronisme, meskipun agak jarang. Kadar garam yang
tinggi pada keringat dapat memicu kerusakan saluran ekrin, yang akan
menyebabkan lesi yang mirip dengan lesi pada miliaria rubra.3,5
Bakteri yang mendiami permukaan kulit, seperti Staphylococcus
epidermidis dan Staphylococcus aureus, diperkirakan memainkan peran dalam
patogenesis miliaria. Dalam miliaria tahap akhir, terdapat hiperkeratosis dan
parakeratosis dari acrosyringium. Sumbat hiperkeratotik mungkin muncul dan
menghalangi saluran ekrin, tapi hal ini sekarang diyakini sebagai tahap akhir dan
bukan penyebab atau pencetus dari oklusi.4,5

5
Gambar 2. Klasifikasi Miliaria

2.5. Diagnosa
1. Gejala Klinis
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan, umumnya
disertai rasa gatal,terutama ada bagian tubuh yang tertutup pakaian.
Penyakit ini diklasifikasikan sebagai berikut :1,2,5,6
a. Miliaria Kristalina
Pada miliaria kristalina, oklusi dari saluran ekrin pada
permukaan kulit menyebabkan adanya akumulasi dari keringat
dibawah permukaan stratum korneum. Vesikel bersifat jernih,

6
berdinding tipis, dengan ukuran 1-2 mm, dan tanpa adanya area
inflamasi, umumnya asimptomatik. Vesikel ini kemudian akan
ruptur, dan diikuti dengan deskuamasi superficial. Vesikel berisi
keringat ini terletak dekat dengan permukaan kulit dan tampak
seperti tetesan embun yang jernih. Tidak tampak eritema atau hanya
sedikit, dan lesinya bersifat asimptomatik. Vesikel dapat muncul
sedikit atau berkelompok dan paling sering menyerang balita, orang
dengan tirah baring, atau orang yang sedang kepanasan.

Gambar 3. Miliaria Kristalina

b. Miliaria Rubra
Miliaria rubra (pricky heat) terjadi akibat obstruksi pada
kelenjar keringat yangmenuju di epidermis dan dermis bagian atas,
menyebabkan munculnya papul inflamasi yang gatal disekitar pori-
pori. Miliaria rubra sering pada anak-anak dan orang dewasa setelah
episode berkeringat yang berulang dalam keadaan yang panas dan
lembab. Erupsi ini biasanya mereda dalam sehari setelah pasien
berada pada lingkungan yang lebih dingin. Beberapa kasus dari
miliaria rubra akan membentuk pus, yang akan menjadi miliaria
pustulosa. Lesi miliaria rubra ini muncul sebagai lesi yang khas,
sangat gatal, berbentuk papulo vesikel eritematous yang disertai
dengan rasa seperti tertusuk-tusuk, terbakar, atau kesemutan.

7
Gambar 4. Miliaria Rubra

c. Miliaria Pustulosa
Miliaria pustulosa didahului oleh dermatitis lain yang telah
menyebabkan jejas,destruksi, atau bloking pada saluran keringat.
Pustul gatal ini paling sering terletak pada area intertriginosa,
permukaan fleksor ekstremitas, skrotum, dan punggung
pasiendengan tirah baring. Dermatits kontak, lichen simplek kronis,
dan intertrigo seringdihubungkan dengan miliaria pustulosa,
meskipun miliaria terjadi beberapa minggusetelah adanya penyakit-
penyakit ini.

d. Miliaria Profunda
Bentuk ini hampir selalu mengikuti serangan berulang dari
miliaria rubra, dan tidak lazim ditemukan kecuali pada daerah-daerah
tropis. Kulit yang terkena pada umumnya muncul dengan papul
pucat dan solid dengan ukuran 1-3 mm, khususnya pada batang
tubuh, dan kadang-kadang pada anggota gerak. Tidak ada rasa gatal
ataupun rasa tidak nyaman pada lesi kulit. Miliaria profunda terjadi
ketika keringat merembes ke lapisan dermis yang lebih dalam.
Selama paparan panas yang intens atau setelah injeksi lokal agen
kolinergik, kulit yang terkena dapat tertutupi dengan papul multipel.
Adanya oklusi saluran ini dalam tingkatan yang bervariasi
merupakan penyebab miliaria.

8
Gambar 5. Miliaria Profunda

2. Pemeriksaan Fisis Dermatologikus


a. Lesi primer
Lesi histologis primer awal pada miliaria yaitu vesikel
intraepidermal kristalin yang berkembang menjadi papul eritem kecil
dengan oklusi. Pustul dapat terbentuk kemudian.
- Pada miliaria kristalina, tampak vesikel berdiameter kurang dari
1 mm tanpa peradangan disekitarnya.
- Pada miliaria rubra, makula eritematosa dengan papulovesikel
diatasnya.
- Pada miliaria profunda, tampak papul-papul berukuran 1-3 mm.
b. Lesi sekunder
Infeksi sekunder dapat menyebabkan impetigo.
c. Distribus Lesi
Distribusi mikro periporal (mengelilingi orificium saluran keringat).
Distribusi makro papul perioral dalam jumlah besar muncul secara
simetris pada area batang tubuh, dan intertriginosa. Area wajah,
lengan, telapak tangan, dan telapak kaki tidak ditemukan.

3. Gambaran Histopatologi
Pada miliaria kristalina vesikel intrakorneal atau subkorneal tanpa
sel-sel inflamasidisekitarnya, obstruksi saluran ekrin dapat diamati dalam

9
stratum korneum. Pada miliaria rubra, spongiosis dan vesikel spongiotik
yang diamati dalam stratum malphigi, berkaitandengan saluran keringat
ekrin, tampak peradangan periduktal. Pada lesi awal miliaria profunda,
infiltrat periductal limfositik ini terdapat dalam papillare dermis dan
epidermis bagian bawah. Eosinofilik resisten diastase Periodic Acid
Schiff (PAS) positif dapatdilihat dalam lumen duktus. Pada lesi tingkat
lanjut, sel-sel inflamasi mungkin ada padadermis bagian bawah, dan
limfosit memasuki saluran ekrin. Spongiosis dari epidermissekitarnya
dan hiperkeratosis parakeratotic dari acrosyringium yang dapat diamati.

4. Pemeriksaan Laboratorium
Pada miliaria kristalina pemeriksaan sitologi dari isi vesikuler
gagal untuk menemukan sel-sel inflamasi atau sel raksasa berinti (seperti
yang diharapkan pada herpes vesikel). Pada miliaria pustulosa
pemeriksaan sitologi isi pus menunjukan sel-sel inflamasi. Tidak seperti
eritema toxicum neonatorum, eosinofil tidak menonjol. Pewarnaan gram
dapat mengungkapkan adanya coccus gram positif (misalnya
staphylococcus).

2.6. Diagnosis Banding


a. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (D.A) ialah keadaan peradangan kulit kronis dan
residif, disertai gatal,yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anak, sering berhungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A., rinitis
alergik, dan atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal dan
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan
(fleksural).

b. Folikulitis
Folikulitis adalah infeksi bakteri lokal pada satu folikel rambut.
Disertai dengan pustule dan eritema. Pada tahap lanjut menjadi furunkel

10
atau karbunkel. Lesi pada kulit bisa terjadi krusta dalam beberapa haridan
kambuh tanpa skar pada kebanyakkan kasus.

c. Prurigo
Gambaran klinis seringkali mirip Miliaria, lesinya berupa papula-
papula. Miliaria tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba
dari pada dilihat dan disertai rasa gatal.

2.7. Penatalaksanaan1,2,5
1. Penatalaksanaan Umum
Penderita sebaiknya menghindari aktivitas/keadaan yang memicu
berkeringat, karena hal ini dapat mengeksaserbasi gejala dan
mereaktivasi erupsi. Suhu yang tinggi, khususnya dengan kadar
kelembaban tinggi atau ketika memakai pakaian ketat akan memperburuk
penyumbatan kelenjar keringat. Pakaian yang dikenakan sebaiknya
berbahan ringan, longgar, dan menyerap keringat untuk menjaga tingkat
kelembaban kulit.

2. Penatalaksanaan Khusus
a. Topikal
Penanganan yang dapat dipertimbangkan untuk mempercepat
resolusi miliaria adalah dengan lubrikasi epidermal. Penggunaan
lubrikan OCT yang mengandung urea dan α-hydroxy acid.
Penggunaan topical Anhydrous lanolin juga dilaporkan bermanfaat.
Anhydrous lanolin keringankan penyumbatan pori-pori dan dapat
membantu sekresi keringat yang normal. Oinment hidrofilik juga
membantu dalam mengurangi sumbatan keratinosa dan membantu
memperlancar aliran sekresi keringat. Beberapa data mengungkapkan
penggunaan sabun antibakteri juga dapat menguntungkan, dan pada
kasus-kasus refrakter, penggunaan sabun atau losion Benzoil Peroxida
juga dapat membantu. Losion calamin juga mungkin bermanfaat
untuk mengurangi rasa tidak nyaman, tetapi karena efek

11
mengeringkannya, emolien lunak seperti krim minyak dapat
mencegah timbulnya kerusakan epidermis yang lebih lanjut.
Medikamentosa:1
1) Miliaria Kristalina
Untuk penatalaksanaan miliaria kristalina dapat diberikan bedak
salisil 2% untuk mengurangi gesekan, karena vesikel miliaria
kristalina mudah pecah.
2) Miliaria Rubra
Dapat diberikan bedak salisil 2% dan mentol ¼-2%. Losio Faberi
dapat juga digunakan, komposisinya sebagai berikut:
R/ As. Salisilat 1
Talc. Venet 10
Oxid. Zinc 10
Amyl. Oryzae 10
Spiritus ad. 200 cc

3) Miliaria Profunda
Dapat diberikan losio calamin dengan atau tanpa mentol 0,25%,
dapat pula resorsin 3% dalam alcohol.

b. Sistemik
Pemberian antihistamin untuk mengatasi keluhan gatal. Antibiotik
sistemik sebaiknya digunakan ketika ada bukti yang jelas adanya
infeksi sekunder. Penggunaan antibiotik harus berdasarkan kultur dan
sensitivitasnya. Obat ini tidak berefek pada proses primer dan tidak
dibutuhkan untuk penanganan pada kasus miliaria saja. Terapi awal
sebaiknya yang berkenaan dengan spektrum sensitivitas S.
epidermidis dan antibiotik yang dipilih harus dapat mencapai kelenjar
keringat dan permukaan kulit.Jika tidak ada sepsis sekunder yang
luas, efek dari antibiotik topikal atau sistemik ataupun obat-obatan
antibakterial lainnya dalam penanganan miliaria mengecewakan,
namun terdapat beberapa aturan dalam penggunaan profilaksis. Asam

12
Askorbat oral 500 mg dua kali sehari dapat menurunkan derajat
keparahan miliaria dan derajat anhidrosis pada penyakit yang akan
muncul kemudian. Isotretinoin juga dilaporkan dapat membantu pada
kasus miliari profunda yang sulit.

2.8. Komplikasi
Komplikasi yang paling umum pada miliaria adalah infeksi sekunder yang
dapat muncul sebagai impetigo atau karena beberapa abses terpisah dikenal
sebagai periporitis staphylogenes. Selain itu, intoleransi panas yang paling
mungkin untuk berkembang pada pasien dengan Miliaria profunda yang dikenal
dengan anhidrosis kulit. Dalam bentuk yang paling parah, intoleransi panas ini
dikenal sebagai anhidrotic tropis asthenia.7

2.9. Pencegahan
Usaha-usaha preventif dilaksanakan dengan mengontrol panas dan
kelembaban sehingga keringat tidak distimulasi. Cara-caranya antara lain :
- Mengobati demam
- Tidak menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat
- Mencegah evaporasi
- Membatasi aktifitas yang berlebihan, penggunaan air kondisioner
- Pindah ke tempat yang iklim lebih dingin

2.10. Prognosis
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik. Biasanya miliaria
dapat sembuh dengan sendirinya. Kebanyakan pasien sembuh dalam hitungan
minggu, setelah mereka pindah kelingkungan yang dingin.2

13
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : By. A

Umur : 6 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Padang

Pekerjaan : Tidak bekerja

Status :Belum menikah

Tanggal periksa : 13 Januari 2021

3.2. Anamnesa

3.2.1 Keluhan Utama

Seorang anak laki-laki berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD dr.
Achmad Mochtar datang bersama ibunya dengan keluhan timbulnya gelembung-
gelembung berisi cairan jernih di wajah, dada, dan punggung yang terlihat gatal
bagi si bayi, keluhan muncul sejak 5 hari yang lalu dan semakin bertambah
banyak sekarang.

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


 Timbulnya gelembung-gelembung berisi cairan jernih di wajah, dada, dan
punggung yang terlihat gatal bagi si bayi, keluhan muncul sejak 5 hari
yang lalu dan semakin bertambah banyak sekarang.
 Bayi terlihat gatal sehingga bertambah rewel dan sulit tidur.
 Ibu pasien mengatakan 3 hari sebelum keluhan ini muncul, anaknya
mengalami demam dan banyak keringat, tetapi sekarang demam sudah
tidak ada.
 Keluhan gelembung berisi cairan nanah disangkal ibu pasien.

14
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

 Ibu pasien mengakui pasien tidak pernah menderita penyakit ini


sebelumnya.
 Ibu pasien mengakui 3 hari sebelum keluhan ini muncul, pasien dema dan
berkeringat banyak, tetapi sekarang sudah tidak ada demam.

3.2.4 Riwayat Pengobatan

 Ibu pasien mengakui belum pernah mengobati anaknya dengan apapun.

3.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama seperti pasien.

3.2.6 Riwayat Sosial dan Kebiasaan.

 Ibu pasien mengatakan anaknya sering berkeringat.

3.3. Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Status Generalisata

Keadaan Umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif

Status Gizi : Baik

Pemeriksaan Thoraks : Dalam batas normal

Pemeriksaan Abdomen : Dalam batas normal

3.3.2 Status Dermatologikus

Lokasi : Wajah, Dada, dan Punggung

Distribusi : Regional

Bentuk : Tidak khas

Susunan : Tidak khas

15
Batas : Tegas

Ukuran : Miliar, Gutata

Efloresensi : Vesikel

Gambar 6. Miliaria pada bayi

Gambar 7. Miliaria dari arah dekat

3.3.3 Pemeriksaan Lain

Kelainan selaput lendir : Tidak ditemukan kelainan

Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan

Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan

Kelenjar Limfa : Tidak ditemukan pembesaran KGB

16
3.3.4 Pemeriksaan Veneroligicus

Tidak ditemukan miliaria pada daerah supra pubic, pubic dan alat genetalia

3.4. Pemeriksaan Anjuran

3.5. Diagnosa Kerja

Miliaria kristalina

1.6. Diagnosa Banding


 Impetigo vesikobulosa
 Morbili
 Folikulitis
 Prurigo
3.7. Penatalaksanaan

a. Terapi Umum
 Pakai pakaian tipis dan menyerap keringat
 Hindari banyak berkeringat, pilih lingkungan yang lebih sejuk dan
sirkulasi udara (ventilasi) cukup
 Mandi memakai sabun secara teratur setiap hari.
b. Terapi Khusus
Tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan,
mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat dan bias
diberikan bedak kocok lotio yang mengandung calamine seperti Caladine Lotion
baby untuk penyejuk kulit.

3.8.Prognosis
 Qua ad vitam : ad bonam
 Qua ad kosmetikum : ad bonam
 Qua ad sanationam : dubia ad bonam
 Qua ad functionam : ad bonam

17
RESEP

RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR

Ruangan Poliklinik : Kulit dan Kelamin

Dokter : dr. Y

SIP No: 03/SIP/2020

Bukittinggi, 13 Januari 2021

R/ Caladinlotion 90 ml fls no.1

S. u.e

Pro : By.A
Umur : 6 Bulan
Alamat : Padang

18
KESIMPULAN

Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat yang disebabkan


oklusi duktus ekrin, ditandai dengan erupsi papul-vesikel, tersebar di tempat
predileksi, dapat mengenai bayi, anak dan dewasa. Berdasarkan letak
sumbatannya di dalam saluran kelenjar ekrin, gambaran klinis miliaria dibagi
menjadi 3 yaitu : Miliaria kristalina, miliaria rubra, miliaria profunda. Diagnosa
dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan anjuran
lainnya seperti histopatologi. Pengobatan dapat diberikan sesuai dengan
klasifikasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Natahudasa, E. C. Miliaria dalamBuku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin. Edisi ke-5. Editor Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Jakarta : FKUI.
2010. Hal. 276-277
2. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Jakarta;
EGC. 2005. Hal. 247-249
3. Burns, Tony, dkk. Rook’s Textbook of Dermatology 7th Edition. Volume 1.
UK : Blackwell Science. 2008. Hal 312-313.
4. Freedberd, Irwin M, dkk. Miliaria in Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill. 2003
5. Amiruddin D. Ilmu Penyakit Kulit. Makasar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin FK-UNHAS. 2003.

20

Anda mungkin juga menyukai