MILIARIA
Oleh :
Ilham Fahrur Arrazi ( 15100701000)
Anjas Adisena ( 1610070100001)
Lisa Wulan Sari ( 1610070100007)
Wenny Sagita ( 1610070100009)
Preseptor :
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus
ini dengan judul “Miliaria” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik
dari Bagian Kulit dan Kelamin.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada dr.
Yosse Rizal, Sp. KK selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kasus ini tepat waktu demi memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Senior.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca
untuk penyempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan, umumnya
disertai rasa gatal,terutama pada bagian tubuh yang tertutup pakaian. Gambaran
klinik dapat berupa papul, vesikel, atau papulovesikel yang disertai eritema.
Miliaria pada dasarnya dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Tujuan
pengobatan miliaria adalah menghilangkan lesi dan keluhan gatal, menjaga
kelembapan kulit serta menghindari timbulnya lesi kembali dengan obat topikal
dan sitemik. Prognosisnya baik jika ditanganin secara tepat.1,2
Dalam Laporan Kasus ini akan dibahas mengenai beberapa jenis miliaria
yang terdapat di masyarakat, yaitu Miliaria Kristalina, Miliaria Rubra, dan
Miliaria Profunda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Miliaria juga disebut keringat buntet atau biang keringat adalah gangguan
kulit yang umum berupa gangguan saluran integritas keringat ekrin. Miliaria
adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel
milier. Miliaria, retensi dari kelenjar keringat ini merupakan dampak dari oklusi
saluran keringat ekrin, mengakibatkan erupsi yang biasanya terjadi saat cuaca
panas, iklim yang lembab, seperti pada daerah tropis dan selama musim panas.1,2
2
Miliaria terjadi sebagai akibat dari gangguan integritas saluran kelenjar
keringat dan sekresi keringat ke lapisan epidermis. Paparan sinar ultraviolet,
adanya organisme di kulit, dan episode berkeringat yang berulang mendukung
faktor-faktor ini. Berdasarkan gambaran klinis dan temuan histopatologis, miliaria
dibedakan menjadi 3 kelas : miliaria kristalina, miliaria rubra, dan miliaria
profunda. Miliaria juga dikenal dengan sebutan biang keringat, keringat buntet,
liken tropikus, atau prickle heat.1,2
2.2. Epidemologi
Miliaria umumnya terjadi pada bayi pada minggu pertama kehidupannya
dimana saat ini bayisedang beradaptasi dengan lingkungannya, dan pada segala
usia pada suhu yang panas, berkeringat berlebihan, terjadi sumbatan pada kelenjar
keringat atau kombinasi faktor-faktor ini.1,2,5
Miliaria terjadi pada individu dari semua ras, meskipun beberapa studi
menunjukan bahwa orang asia yang memproduksi keringat lebih sedikit
dibandingkan kulit putih kurangcenderung memiliki miliaria rubra. Predileksi
jenis kelamin umumnya sama. Miliaria rubra danmiliaria kristalina dapat terjadi
pada segala usia. Tetapi yang paling umum pada bayi. Data terbaik mengenai
insidens miliaria pada bayi baru lahir adalah hasil survei di Jepang pada lebih dari
5000 bayi. Survei ini mengatakan bahwa Miliaria kristalina didapatkan 4,5% dari
neonatus, dengan usia rata-rata 1 pekan. Miliaria rubra didapatkan 4% dari
neonatus dengan usia rata-rata 11-14 hari. Di seluruh dunia, miliaria paling
banyak di lingkungan tropis, terutama pada orang yang baru pindah dari
lingkungan tropis yang temperaturnya lebih panas.3,5
Sebuah studi survei 2006 dari Iran menemukan angka kejadian miliaria dari
1,3% pada bayi baru lahir. Dan sebuah survei pasien anak di Norheastren India
memperlihatkankejadian miliaria 1,6%. Miliaria profunda lebih sering terjadi pada
orang dewasa dibandingkan pada bayi dan anak-anak. Di seluruh dunia, miliaria
paling banyak di lingkungan tropis, utamanya orang-orang yang baru saja pindah
dari lingkungan tropis yang temperaturnya lebih panas.3,5
2.3. Etiologi
3
Miliaria disebakan oleh adanya sumbatan pada kelenjar keringat ekrin. Tiga
bentuk miliaria (miliaria kristalina, miliaria rubra/prickly heat, dan miliaria
profunda) terjadi akibat adanya obliterasi ataupun adanya gangguan pada saluran
kelenjar keringat. Tipe miliaria ini berbeda dalam bentuk gejala klinis akibat
adanya perbedaan level dimana letak obliterasi ini terjadi, meskipun beberapa
penulis meyakini bahwa adanya gangguan pada duktus kelenjar keringat ini lebih
memegang peranan penting dibandingkan dengan tingkat obliterasinya.3,4,5
Pada miliaria kristalina, obstruksi yang terjadi sangat superfisial pada
stratum corneum dan vesikel terletak padasubkorneum. Pada miliaria rubra,
perubahan lebih lanjut yang terjadi termasuk keratinisasi dari bagian
intraepidermal dari saluran kelenjar keringat, dengan adanya kebocoran dan
pembentukan vesikel di sekitar saluran. Sedangkan pada miliaria profunda,
terdapat ruptur pada saluran kelenjar keringat pada tingkat atau dibawah dermal-
epidermal junction.3,5
2.4. Patogenesis
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat. Pendapat
pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif,
penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi
sekunder pada bendungan keringat diepidermis. Jika kondisi lembab dan panas
tetap bertahan, individu terus memproduksi keringat secara berlebihan tetapi tidak
dapat mengeluarkan keringat kepermukaan kulit karena adanya penyumbatan
duktus. Hasil penyumbatan ini adalah terjadinya kebocoran saluran kelenjar
keringat yang menuju ke permukaan kulit, baik dalam dermis maupun epidermis
dengan anhidrosis relatif.3,4,5
4
Gambar 1. Histologi penampang kulit1)Sweat glands 2) Miliaria
5
Gambar 2. Klasifikasi Miliaria
2.5. Diagnosa
1. Gejala Klinis
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan, umumnya
disertai rasa gatal,terutama ada bagian tubuh yang tertutup pakaian.
Penyakit ini diklasifikasikan sebagai berikut :1,2,5,6
a. Miliaria Kristalina
Pada miliaria kristalina, oklusi dari saluran ekrin pada
permukaan kulit menyebabkan adanya akumulasi dari keringat
dibawah permukaan stratum korneum. Vesikel bersifat jernih,
6
berdinding tipis, dengan ukuran 1-2 mm, dan tanpa adanya area
inflamasi, umumnya asimptomatik. Vesikel ini kemudian akan
ruptur, dan diikuti dengan deskuamasi superficial. Vesikel berisi
keringat ini terletak dekat dengan permukaan kulit dan tampak
seperti tetesan embun yang jernih. Tidak tampak eritema atau hanya
sedikit, dan lesinya bersifat asimptomatik. Vesikel dapat muncul
sedikit atau berkelompok dan paling sering menyerang balita, orang
dengan tirah baring, atau orang yang sedang kepanasan.
b. Miliaria Rubra
Miliaria rubra (pricky heat) terjadi akibat obstruksi pada
kelenjar keringat yangmenuju di epidermis dan dermis bagian atas,
menyebabkan munculnya papul inflamasi yang gatal disekitar pori-
pori. Miliaria rubra sering pada anak-anak dan orang dewasa setelah
episode berkeringat yang berulang dalam keadaan yang panas dan
lembab. Erupsi ini biasanya mereda dalam sehari setelah pasien
berada pada lingkungan yang lebih dingin. Beberapa kasus dari
miliaria rubra akan membentuk pus, yang akan menjadi miliaria
pustulosa. Lesi miliaria rubra ini muncul sebagai lesi yang khas,
sangat gatal, berbentuk papulo vesikel eritematous yang disertai
dengan rasa seperti tertusuk-tusuk, terbakar, atau kesemutan.
7
Gambar 4. Miliaria Rubra
c. Miliaria Pustulosa
Miliaria pustulosa didahului oleh dermatitis lain yang telah
menyebabkan jejas,destruksi, atau bloking pada saluran keringat.
Pustul gatal ini paling sering terletak pada area intertriginosa,
permukaan fleksor ekstremitas, skrotum, dan punggung
pasiendengan tirah baring. Dermatits kontak, lichen simplek kronis,
dan intertrigo seringdihubungkan dengan miliaria pustulosa,
meskipun miliaria terjadi beberapa minggusetelah adanya penyakit-
penyakit ini.
d. Miliaria Profunda
Bentuk ini hampir selalu mengikuti serangan berulang dari
miliaria rubra, dan tidak lazim ditemukan kecuali pada daerah-daerah
tropis. Kulit yang terkena pada umumnya muncul dengan papul
pucat dan solid dengan ukuran 1-3 mm, khususnya pada batang
tubuh, dan kadang-kadang pada anggota gerak. Tidak ada rasa gatal
ataupun rasa tidak nyaman pada lesi kulit. Miliaria profunda terjadi
ketika keringat merembes ke lapisan dermis yang lebih dalam.
Selama paparan panas yang intens atau setelah injeksi lokal agen
kolinergik, kulit yang terkena dapat tertutupi dengan papul multipel.
Adanya oklusi saluran ini dalam tingkatan yang bervariasi
merupakan penyebab miliaria.
8
Gambar 5. Miliaria Profunda
3. Gambaran Histopatologi
Pada miliaria kristalina vesikel intrakorneal atau subkorneal tanpa
sel-sel inflamasidisekitarnya, obstruksi saluran ekrin dapat diamati dalam
9
stratum korneum. Pada miliaria rubra, spongiosis dan vesikel spongiotik
yang diamati dalam stratum malphigi, berkaitandengan saluran keringat
ekrin, tampak peradangan periduktal. Pada lesi awal miliaria profunda,
infiltrat periductal limfositik ini terdapat dalam papillare dermis dan
epidermis bagian bawah. Eosinofilik resisten diastase Periodic Acid
Schiff (PAS) positif dapatdilihat dalam lumen duktus. Pada lesi tingkat
lanjut, sel-sel inflamasi mungkin ada padadermis bagian bawah, dan
limfosit memasuki saluran ekrin. Spongiosis dari epidermissekitarnya
dan hiperkeratosis parakeratotic dari acrosyringium yang dapat diamati.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pada miliaria kristalina pemeriksaan sitologi dari isi vesikuler
gagal untuk menemukan sel-sel inflamasi atau sel raksasa berinti (seperti
yang diharapkan pada herpes vesikel). Pada miliaria pustulosa
pemeriksaan sitologi isi pus menunjukan sel-sel inflamasi. Tidak seperti
eritema toxicum neonatorum, eosinofil tidak menonjol. Pewarnaan gram
dapat mengungkapkan adanya coccus gram positif (misalnya
staphylococcus).
b. Folikulitis
Folikulitis adalah infeksi bakteri lokal pada satu folikel rambut.
Disertai dengan pustule dan eritema. Pada tahap lanjut menjadi furunkel
10
atau karbunkel. Lesi pada kulit bisa terjadi krusta dalam beberapa haridan
kambuh tanpa skar pada kebanyakkan kasus.
c. Prurigo
Gambaran klinis seringkali mirip Miliaria, lesinya berupa papula-
papula. Miliaria tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba
dari pada dilihat dan disertai rasa gatal.
2.7. Penatalaksanaan1,2,5
1. Penatalaksanaan Umum
Penderita sebaiknya menghindari aktivitas/keadaan yang memicu
berkeringat, karena hal ini dapat mengeksaserbasi gejala dan
mereaktivasi erupsi. Suhu yang tinggi, khususnya dengan kadar
kelembaban tinggi atau ketika memakai pakaian ketat akan memperburuk
penyumbatan kelenjar keringat. Pakaian yang dikenakan sebaiknya
berbahan ringan, longgar, dan menyerap keringat untuk menjaga tingkat
kelembaban kulit.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Topikal
Penanganan yang dapat dipertimbangkan untuk mempercepat
resolusi miliaria adalah dengan lubrikasi epidermal. Penggunaan
lubrikan OCT yang mengandung urea dan α-hydroxy acid.
Penggunaan topical Anhydrous lanolin juga dilaporkan bermanfaat.
Anhydrous lanolin keringankan penyumbatan pori-pori dan dapat
membantu sekresi keringat yang normal. Oinment hidrofilik juga
membantu dalam mengurangi sumbatan keratinosa dan membantu
memperlancar aliran sekresi keringat. Beberapa data mengungkapkan
penggunaan sabun antibakteri juga dapat menguntungkan, dan pada
kasus-kasus refrakter, penggunaan sabun atau losion Benzoil Peroxida
juga dapat membantu. Losion calamin juga mungkin bermanfaat
untuk mengurangi rasa tidak nyaman, tetapi karena efek
11
mengeringkannya, emolien lunak seperti krim minyak dapat
mencegah timbulnya kerusakan epidermis yang lebih lanjut.
Medikamentosa:1
1) Miliaria Kristalina
Untuk penatalaksanaan miliaria kristalina dapat diberikan bedak
salisil 2% untuk mengurangi gesekan, karena vesikel miliaria
kristalina mudah pecah.
2) Miliaria Rubra
Dapat diberikan bedak salisil 2% dan mentol ¼-2%. Losio Faberi
dapat juga digunakan, komposisinya sebagai berikut:
R/ As. Salisilat 1
Talc. Venet 10
Oxid. Zinc 10
Amyl. Oryzae 10
Spiritus ad. 200 cc
3) Miliaria Profunda
Dapat diberikan losio calamin dengan atau tanpa mentol 0,25%,
dapat pula resorsin 3% dalam alcohol.
b. Sistemik
Pemberian antihistamin untuk mengatasi keluhan gatal. Antibiotik
sistemik sebaiknya digunakan ketika ada bukti yang jelas adanya
infeksi sekunder. Penggunaan antibiotik harus berdasarkan kultur dan
sensitivitasnya. Obat ini tidak berefek pada proses primer dan tidak
dibutuhkan untuk penanganan pada kasus miliaria saja. Terapi awal
sebaiknya yang berkenaan dengan spektrum sensitivitas S.
epidermidis dan antibiotik yang dipilih harus dapat mencapai kelenjar
keringat dan permukaan kulit.Jika tidak ada sepsis sekunder yang
luas, efek dari antibiotik topikal atau sistemik ataupun obat-obatan
antibakterial lainnya dalam penanganan miliaria mengecewakan,
namun terdapat beberapa aturan dalam penggunaan profilaksis. Asam
12
Askorbat oral 500 mg dua kali sehari dapat menurunkan derajat
keparahan miliaria dan derajat anhidrosis pada penyakit yang akan
muncul kemudian. Isotretinoin juga dilaporkan dapat membantu pada
kasus miliari profunda yang sulit.
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang paling umum pada miliaria adalah infeksi sekunder yang
dapat muncul sebagai impetigo atau karena beberapa abses terpisah dikenal
sebagai periporitis staphylogenes. Selain itu, intoleransi panas yang paling
mungkin untuk berkembang pada pasien dengan Miliaria profunda yang dikenal
dengan anhidrosis kulit. Dalam bentuk yang paling parah, intoleransi panas ini
dikenal sebagai anhidrotic tropis asthenia.7
2.9. Pencegahan
Usaha-usaha preventif dilaksanakan dengan mengontrol panas dan
kelembaban sehingga keringat tidak distimulasi. Cara-caranya antara lain :
- Mengobati demam
- Tidak menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat
- Mencegah evaporasi
- Membatasi aktifitas yang berlebihan, penggunaan air kondisioner
- Pindah ke tempat yang iklim lebih dingin
2.10. Prognosis
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik. Biasanya miliaria
dapat sembuh dengan sendirinya. Kebanyakan pasien sembuh dalam hitungan
minggu, setelah mereka pindah kelingkungan yang dingin.2
13
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : By. A
Umur : 6 bulan
Alamat : Padang
3.2. Anamnesa
Seorang anak laki-laki berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD dr.
Achmad Mochtar datang bersama ibunya dengan keluhan timbulnya gelembung-
gelembung berisi cairan jernih di wajah, dada, dan punggung yang terlihat gatal
bagi si bayi, keluhan muncul sejak 5 hari yang lalu dan semakin bertambah
banyak sekarang.
14
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama seperti pasien.
Distribusi : Regional
15
Batas : Tegas
Efloresensi : Vesikel
16
3.3.4 Pemeriksaan Veneroligicus
Tidak ditemukan miliaria pada daerah supra pubic, pubic dan alat genetalia
Miliaria kristalina
a. Terapi Umum
Pakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Hindari banyak berkeringat, pilih lingkungan yang lebih sejuk dan
sirkulasi udara (ventilasi) cukup
Mandi memakai sabun secara teratur setiap hari.
b. Terapi Khusus
Tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan,
mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat dan bias
diberikan bedak kocok lotio yang mengandung calamine seperti Caladine Lotion
baby untuk penyejuk kulit.
3.8.Prognosis
Qua ad vitam : ad bonam
Qua ad kosmetikum : ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
Qua ad functionam : ad bonam
17
RESEP
Dokter : dr. Y
S. u.e
Pro : By.A
Umur : 6 Bulan
Alamat : Padang
18
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20