Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

T
DENGAN MIOMEKTOMY

Disusun Oleh
FAJAR SIDIK

15824

DEPARTEMEN PENDIIDIKAN DAN LATIHAN


HERMINA HOSPITAL GRUP
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang
Rahim merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rectum. Dinding belakang dan dinding depan Rahim dan bagian atas
Rahim tertutup peritoneum. Sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung
kemih. Untuk mempertahankan posisinya rahim disangga oleh beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Dinding rahim terdiri dari tiga lapisan:
 Peritoneum
Peritoneum meliputi dinding rahim bagian luar dan menutupi bagian uterus, peritoneum
merupakan penebalan yang diidi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe serta urat syaraf.
 Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari 3 lapisan : lapisan luar, dalam dan tengah.
Lapisan luar berbentuk cup melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum. Lapisan
dalam berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum. Lapian tengah
terletak antara 2 lapisan tersebut, membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah di tembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot
ini membentuk angka delapan, sehingga saat kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
 Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal tipisnya fase pengeluaran lender endometrium ditentukan
oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Kedudukan uterus dalam tulang
panggul ditentukan oleh otot rahim sendiri, otot tonus ligamentum yang menyangga dan
tonus otot–otot dasar panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum
latum, ligamentum rotundum, dan ligamentum infundibulum pelvicum.
B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penyusunan makalah ini

adalah untuk membahas tentang histerektomi yang bertujuan :

1. Mengetahui anatomi rahim wanita

2. Mengetahui pengertian miomektomy

3. Mengetahui Etiologi dari operasi miomektomy

4. Mengetahui klasifikasi miomektomy

5. Agar perawat mengetahui dan memahami dengan jelas tentang cara

melakukan operasi miomektomy

6. Mengetahui efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien

setelah operasi miomektomy.


BAB II

KONSEP DASAR

A. Medis

1. Deefinisi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa

pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi

kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50%. Dan perlu disadari oleh

penderita bahwa setelah dilakukan miomektomi harus dilanjutkan

histerektomi. (Sarwono, 2005)

2. Etiologi

Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti,

namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma

uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell

Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon

estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor

pendukung terjadinya mioma adalah: wanita usia 35-45 tahun, hamil pada

usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi faktor

pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga

merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan

sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari

sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas


kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi

genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.

 Estrogen.

Mioma Uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan

tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma

uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.

Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen

seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%),

adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma uteri

banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita

dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah

estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah).

Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga

mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada

miometrium normal
 Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen.

Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara

yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan

jumlah reseptor estrogen pada tumor.

 Hormon Pertumbuhan

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi

hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa

yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa

pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan

mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan

Estrogen.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor

yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma

uteri, yaitu :

 Umur

Mioma Uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,

ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.

Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45

tahun.

 Paritas

Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relatif

infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas

menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang

menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling

mempengaruhi.
3. Manifestasi Klinis

• Nyeri

• Uterus tidak berkontraksi

• Perdarahan dalam jumlah banyak >500ml

• Nyeri ulu hati

• Konstipasi

4. Pemeriksaan Penunjang

 USG : Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan

endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga

dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI. Tetapi kedua

pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik

USG. Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak

dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya

membutuhkan diagnosa jaringan.

 Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di

rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.

 Histerografi dan histereskopi untuk menilai pasien mioma

submukosa disertai dengan infertilitas.

 Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

 Laboratorium, darah lengkap, urin lengkap, gula darah, tes fungsi hati,

ureum, kreatinin darah.

 Tes kehamilan.

 D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan

untuk menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim ( hyperplasia

atau adenokarsinoma endometrium).


5. Patoflow

Mioma Uteri

Estrogen yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah di intranurel


Sel-sel belum matang

Kontraksi otot
uterus

perdarahan Kekurangan Oksigen Hipoksia Gangguan perfusi jaringan

Resiko kekurangan volume cairan

Syok Hipovolemik

Kematian

6. Prosedur Operatif Histerektomi

operasi miomektomy juga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :

 Miomektomi abdomen (perut) – Prosedur pembedahan yang cukup


besar ini membutuhkan satu insisi panjang di bagian bawah perut
dan di area uterus di mana pertumbuhan sel – sel abnormal tersebut
ditemukan. Jika letak fibroid terlalu dalam, sayatan akan dibuat di
dalam hingga mendekati bagian otot, namun ini dapat
memperlambat pemulihan pasien. Bedah pengangkatan fibroid di
bagian perut dilakukan ketika pasien berada dalam pengaruh bius
total. Berhubung dengan kompleksitasnya, pasien yang menjalani
prosedur ini diwajibkan untuk tinggal sementara di rumah sakit
minimal selama dua hari setelah bedah. Masa pemulihan bagi pasien
pun memakan waktu yang cukup lama, sekitar empat hingga enam
minggu.
 Miomektomi laparoskopi – Walaupun kurang invasif bila
dibandingkan dengan miomektomi abdomen, jenis bedah ini hanya
bisa digunakan untuk mengangkat beberapa jenis fibroid. Prosedur
ini biasanya tidak bisa mengangkat fibroid yang berjumlah cukup
banyak atau berukuran besar atau fibroid yang terletak dalam dan
menempel pada dinding uterus. Alat – alat yang digunakan dalam
prosedur ini adalah laparoskopi, sebuah tabung yang tipis dan
ringan dengan sebuah scope (alat untuk mengambil) di salah satu
ujungnya. Prosedur ini mengharuskan pasien untuk menginap
minimal selama satu hari di rumah sakit dan membutuhkan masa
pemulihan hingga empat minggu. Prosedur ini juga menimbulkan
luka yang minimal seperti empat luka kecil yang bahkan tidak
terlalu terlihat.

 Miomektomi histereskopi – Jenis miomektomi ini hanya sesuai


untuk pasien yang mempunyai fibroid submukosa (fibroid yang
berada di dalam rongga uterus), dikarenakan prosedur ini tidak
didesain untuk mengangkat prosedur yang terdapat di dinding
uterus. Prosedur ini merupakan prosedur yang sedikit invasif dan
dapat dilakukan pada pasien rawat jalan. Prosedur ini dilakukan
dengan meletakkan spekulum di vagina dan kemudian memasukkan
pipa teleskop yang panjang dan tipis dari serviks hingga mencapai
rongga uterus. Spesialis bedah akan mengangkat dinding uterus
dengan menggunakan cairan khusus. Hal ini akan memudahkan alat
untuk mengangkat fibroid. Prosedur ini tidak meninggalkan bekas
luka dan pasien dapat kembali ke aktivitas normalnya setelah
beristirahat selama empat hari.

7. Pathway miomektomy
miomektomy

FIBROID, ENDOMETRIOSIS, RUPTUR UTERI, ATONIA UTERI, MIOMA UTERI

Pre op Intra Op Post Op

Kupeng keluarga, Pemasangan Alat Inkontinuitas Efek Sekunder Perdarahan


Perdarahan elektromedik Jaringan Anastesi

Syok hipovolemik, Resiko Cidera Intra Gastroente Sistem


Kupeng keluarga Operatif Kesadaran
stinal Respirasi

P Peristaltik Kesadaran Ekspansi


Poses Eplisasii Terpapar Agen Robekan paru
menurun Menurun
Infeksius pada menurun
jaringan
Mual Reflek Sesak
Pembatasan Muntah Batuk Napas
Aktifitas

Akumulasi
Intoleransi Resti Infeksi Gangguan Rasa Sekret
Aktifasi Nyaman Nyeri meningkat

Gangguan Bersihan Jalan Pola Napas tidak


Pemenuhan Napas efektif
Nutrisi

Syok
Hipovolemik,
kurang volume
cairan
8. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan

keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan

yaitu pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan

perumusan diagnosa keperawatan.

 Pengumpulan Data.

Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun

informasi (data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada

klien sesudah pembedahan miomektomy adalah sebagai berikut :

Usia :

a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering

ditemukan pada usia 35 tahun keatas.

b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang

c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam

menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada

dirinya akibat tindakan TAH-BSO.

 Keluhan Utama

Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa

nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.

Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun

yang perlu
dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :

1. Lokasi nyeri

2. Intensitas nyeri

3. Waktu dan durasi

4. Kwalitas nyeri.

5. Riwayat Reproduksi

 Haid

Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma

uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami

atrofi pada masa menopause.

 Hamil dan Persalinan

Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri

tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon

estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.

Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi

klien dan keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.

 Data Psikologi.

Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap

emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan

yang terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan,

wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas,

sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya

perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani.

Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas

terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang

dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.

 Status Respiratori

Respirasi biasnya meningkat atau menurun, pernafasan yang ribut

dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh

kebelakang atau akibat terdapat sekret. Suara paru yang kasar

merupakan gejala terdapat sekret pada saluran nafas . Usaha batuk

dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai

anaestesi general.

 Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang

harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah.

Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus

di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala

syok.

 Status Urinari

Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi,

klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6

sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah output urine yang sedikit

akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.

 Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah

pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan

intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk

menghilangkan gas dalam usus.

 Pemeriksaan fisik

Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.

Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan

tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglasi.

Konsultasi padat, kenyal, permukaan tumor umumnya rata.

 Pemeriksaan luar

Teraba masa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan

tumor dapat terbatas atau bebas.

 Pemeriksaan dalam

Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat

terbatas atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.


2. Diagnosa Keperawatan

Pre operasi:

1. Nyeri berhubungan dengan nekrosa dan perkengketan.

2. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan

pendarahan dan muntah

3. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau

tindakan operasi.

Post Operasi:

1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan pada jaringan saraf perifer.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan pasca.

3. Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas

setelah operasi .

4. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan trauma pada kulit atau

tindakan operasi.

3. Intervensi dan Rasional

Pre Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan penurunan atau berkurang.

Tujuan : Nyeri dapat mengalami penurunan atau berkurang.

Kriteria Hasil : Ketidaknyamanan hilang /terkontrol, menunjukkan

postur tubuh rileks, kemampuan istirahat / tidur dengan cukup.

 Intervensi : Kaji tingkat nyeri pasien (skala) Rasional :

Untuk mengetahui skala nyeri.

 Intervensi: Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat


analgetik.

Rasional : Untuk mengurangi/menghilangkan rasa nyeri pada pasien.

 Intervensi: Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk

mengurangi nyeri

Rasional : Pasien bisa dengan mandiri mengurangi rasa nyeri.

2. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan

perdarahan dan muntah.

Tujuan : a). Keseimbangan cairan yang adekuat.

b). Turgor kulit baik.

Kriteria Hasil: Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter

individual yang tepat, misal, membran mukosa lembab, turgot kulit

baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

 Intervensi: Hitung balance cairan

Rasional : Untuk mengetahui tingkat dehidrasi pasien.

 Intervensi: Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

 Intervensi: Kolaborasi pemberian cairan parentera.

Rasional : Untuk meminimalkan tingkat dehidrasi pasien .

 Intervensi: Berikan antiametik sesuai kebutuhan.

Rasional : Untuk meminimalkan iritasi pada lampu.

 Intervensi: Pantau hasil laboratorium.

Rasional: Untuk mengetahui peningkatan hasil laboratorium.

3. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau

tindakan operasi.

Tujuan :
a). Pasien paham terhadap proses penyakit atau operasi dan harapan

operasi.

b). Cemas berkurang.

Kriteria Hasil :

a. Menyatakan kesadaran perasan ansietas dan cara sehat sesuai.

b. Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi.

c. Menunjukkan strategi koping efektif / keterampilan

pemecahan masalah.

 Intervensi: Kaji ulang tingkat pehaman pasien .

Rasional: Untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan pengetahuan

pasien.

 Intervensi : Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran sesuai

keadaan Rasional : Untuk mengetahui sumber teori.

 Intervensi: Pengajaran pra opersi secara individu tentang pembatasan

dan prosedur pra operasi

Rasional : Untuk memberikan gambaran kepada pasien.

 Intervensi: Informasi kepada pasien keluarga atau orang terdekat

tentang rencana prosedur tindakan .

Rasional : Meminimalkan tingkat kecemasan keluarga

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan robekan pada jaringan saraf Perifer.

Tujuan:

 Ekspresi wajah pasien rilek

 Mengungkapkan penurunan nyeri Kriteria Hasil:


Kriteria Hasil :

a). Melaporkan nyeri/ ketidaknyaman hilang / terkontrol

b). Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi

c). Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak

 Intervensi : Kaji tingkat nyeri pasien (skala).

Rasional : Untuk mengetahui skala nyeri

 Intervensi:

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

analgetik

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.

 Intervensi: Atur posisi tidur semalaman mungkin .

Rasional : Dengan posisi yang nyaman nyeri dapat berkurang

 Intervens i: Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk

mengurangi nyeri.

Rasional: untuk mengurangi rasa nyeri

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan pasca.

Tujuan : Bunyi nafas normal, nafas tidak koping hidung, tidak

terjadi. Kriteria hasil : Mempertahankan pola pernapasan normal

/efektif, bebas sianosis, dengan GDA dalam batas normal pasien .

 Intervensi: Atur posisi kepala ekstensi, atau sesuai kebutuhan untuk

mempertahankan ventilasi.

Rasional : Untuk memperlancar jalan nafas

 Intervensi: Bantuan pasien untuk merubah posisi bentuk dan nafas

dalam.
Rasional : Untuk mengefektifan jalan nafas

 Intrvensi: Kaji adanya hipoksia.

Rasional : Untuk mengurangi terjadinya henti nafas

 Intervensi: Monitor respiratori rate

Rasional: Untuk mengetahui perkembangan jalan nafas

3. Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas

setelah operasi .

Tujuan :

a) Melakukan aktivitas sesuai kemampuan .

b). Kebutuhan tubuh pasien terpenuhi.

Kritria Hasil :

a) Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi

perawatan diri sendiri.

b) Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,

dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan .

 Intervensi: Pantau aktivitas yang dapat dilakukan pasien.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kelemahan pasien

 Intervensi : Bantu pasien untuk ambulasi dini dan tingkatkan


aktivitas sesuai kemampuan pasien .
Rasional : Untuk mengetahui tingkat aktivitas pasien
 Intrvensi : Bantuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-
hari
Rasional : Untuk membantu dalam pemenuhan kebutuhan

pasien.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau

tindakan operasi.

Tujuan :

a) Penyembuhan luka tepat waktu .


b) Tidak ada tanda-tanda infeksi .

Kriteria Hasil :

a. Dapat mengidentifikasi intervensi untuk

mencegah/menurunkan risiko infeksi .

b. Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk

meningkatkan lingkungan yang aman.

 Intervensi: Monitor luka operasi.

Rasional : Untuk mengetahui keadaan luka pada pasien.

 Intervensi: Rawat luka sesuai prinsip .

Rasional : Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan.

 Intervensi : Pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan.

Rasional : Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit

Monitor tanda- tanda vital

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien

 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai

indikasi Rasional : Untuk mmencegah

terjadinya infeksi. (Doenges, 2000)


BAB III

LAPORAN KASUS

Ilustrasi Kasus

Pasien dating ke kamar operasi tanggal 29 july 2020 pada pukul 15.00 dari ruang perawatan,

pasien atas nama Ny. R dengan P1A0 direncanakan pukul 17.00 operasi histerektomi atas

indikasi mioma uteri oleh dokter I SpOG. Pasien langsung diantar oleh petugas kamar

perawatan Zr. U menggunakana brankard dan dipindahkan ke ruangan persiapan. Tim kamar

operasi menghubungi tim operasi untuk memgingatkan 1 jam sebelum operasi, pasien

dipindahkan dari ruangan persiapan kamar operasi dengan menggunakan brankard,

selanjutnya perawat kamar operasi melakukan operan dengan perawat ruangan. Pasien telah

di inform konsen untuk persetujuan tindakan dan anastesi, pasien tersedian persediaan daran

PRC 500cc dengan modal Hb 7 gr/dl, target 10 gr/dl.

Pasien dipasang infus 2 line taka Nacl 0.9 % 30tpm, taki RL 20 tpm, akral dingin,

kondisi pasien lemah sedang, GCS 15. Pasien di spinal anasthesi

Time out dilakukan oleh Br. F 15 menit sebelum operasi dimulai, Saturasi 99%

dengan tekanan darah 100/60 mmHg, HR : 70 x/menit, nadi teraba lemah, akral dingin.

Dr.Anastesi menginstruksikan untuk pemberian cairan tetesan cepat RL serta tranfusi. Pukul

19. 00 WIB operasi di mulai dengan spinal anastesi oleh dr. N SpaN. Pada 30 menit pertama

intra operasi Operator mulai melakukan prosedur histerektomi dengan memotong bagian

uterus kemudian operasi telah selesai dilakukan.

Pasien mengalami perdarahan total 500cc, pengeluaran urine 250cc dan in take cairan

kristaloid 500 cc RL + Carbazochrome 500 mg + vitadion 1 mg + asam tranexamat 500 mg


dan transfusi PRC 500 cc. Setelah op selesai, pasien mengeluh nyeri luka op, muka tampak

meringis. dr. N span menginstruksikan untuk memberikan obat tramadol 3x1 dalam RL 500

cc dengan tetesan 20 tpm, fentanyl 50 mcg diberikan secara iv, 25 mcg dicampur RL 500cc

20 tpm.
ASUHAN KEPERAWATAN HISTEREKTOMI

PADA PASIEN NY. R

I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian: 29 July 2020
Identitas Pasien
Nama : Ny T
Tanggal Lahir : 04/02/1987
Usia : 33 tahun
Suku : jawa, Indonesia
Alamat : kp. Lebak. rt 001/009. no 32, Kel. rawa rengas,kec. kosambi

II. Anamesa
a. Pra Operasi
- Keadaan umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS :E:4M:6V:5
- Tanda-tanda vital :
 TD: 130/80 mmHg
 HR: 70x/menit
 nadi teraba lemah dalam
- TB : 150cm BB : 53 kg
- Golongan Darah : B Rhesus : Positif
- Asesmen Nyeri : Ada
- Status mental : Orientasi
- Riwayat penyakit pasien : mioma uteri
- Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
- Indikasi operasi : mioma Uteri
- Jenis Operasi : miomektomy
- Keluhan utama : Pasien mengatakan lemas dan pusing
- Pengobatan saat ini : Tidak ada
- Alat bantu yang digunakan : Tidak ada
- Operasi sebelumnya : miomektomy
- Komplikasi operasi / anestesi yang lalu : tidak ada
- Alergi : Tidak ada
- Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 tahun
 Siklus : 28 hari
 Lamanya : 7 hari
 Banyaknya : 2-3 pembalut/sehari
 Warna darah : merah
 Sifat darah : encer
 Dismenore : tidak
 Teratur/tidak : tidak
 Flour albus : tidak
 HPHT : lupa
- Riwayat Penyakit Pasien
 Jantung : tidak ada
 Hepatitis : tidak ada
 Hipertensi : tidak ada
 Gangguan siklus haid : tidak ada
 DM : tidak ada
 TBC : tidak ada
 Asma : tidak ada
 Tumor : tidak ada
 Kanker : tidak ada
- Riwayat Penyakit Keluarga
 Jantung : tidak ada
 Tumor : tidak ada
 Kanker : tidak ada
 Gangguan siklus haid : tidak ada
 DM : tidak ada
 Hepatitis : tidak ada
 Hipertensi : tidak ada
 TBC : tidak ada
- Status Perkawinan
Menikah 1 kali
- Riwayat Persalinan yang lalu
 Laki-laki / normal / 3100 gr / 50 cm / bidan
- Pemeriksaan Kebidanan
perdarahan pervaginam 500 cc
- Pemeriksaan Penunjang
 USG Kebidanan
Terdapat miom di rahim
 Laboratorium
Hb: 9,3 g/dl dari hb awal 5 g/dl
Leukosit : 15100 /ul
Hematokrit : 32.0 %
Trombosit: 313.000 /ul
Gol.darah: B (+)
Pemeriksaan Fisik

Dalam
batas Jika tidak dalam batas normal, jelaskan!
normal


√ Perdarahan pervaginam


Sign In

1. Identitas gelang resiko pasien Ya

2. Informed consent Ya

3. Tindakan bedah Ya

4. Tindakan anasthesi Ya

5. Surat ijin operasi Ya

6. Mesin dan peralatan anasthesi Ya

7. Obat obatan anasthesi Ya

8. Pulse oximeter Ya

9. Iv line Ya

10. TD : 130/80 mmHg

N : 80x/m

S : 36.5 C

RR : 20x/m

11. Riwayat alergi Tidak

12. Resiko Aspirasi Tidak

13. Resiko Perdarahan Ya,

sediadaah

PRC

500cc

14. Rencana Anasthesi Spinal


i. Intra Operasi

1. Time out : Ya

2. Status psikologis : Gelisah

3. Mulai operasi : 19.45 WIB Selesai operasi : 22.15 WIB

4. Jenis operasi : miomektomy

5. Tipe operasi : Elektif

6. Tingkat kesadaran waktu masuk kamar operasi : Compos Mentis

7. Jenis anestesi : Spinal Anestesi

8. Lokasi pemasangan IV Line :

Tangan kiri RL + carbazohrome 500 mg + vitadion 1 mg + asam tranexamat 500 mg

Tangan kanan tranfusi prc 500cc

9. Posisi operasi : Supine

10. Posisi lengan : Lengan telentang kanan & kiri

11. Posisi alat bantu yang digunakan : Papan penyangga lengan

12. Memakai kateter urine : Ya

13. Persiapan kulit dibersihkan / cuci dengan menggunakan : Iodine 10%

14. Pemakaian cauter : Monopolar dan Bipolar

a. Lokasi patient plate : Kaki kanan

b. Pemeriksaan kondisi kulit sebelum operasi : Utuh


c. Pemeriksaan kondisi kulit sesudah operasi : Utuh

15. Penghangat : Tidak

16. Pemakaian tornikuet : Tidak

17. Pemakaian implant : Tidak

18. Pemakaian Drain : Tidak

19. Irigasi luka : Nacl Steril

20. Pemasangan tampon : Tidak

21. Spesimen PA / Histologi : Ya, jenis miom.

22. Keadaan Umum : Sedang

23. Tingkat kesadaran : CM

24. Tanda – tanda vital : TD: 110/70 – 100/60 mmHg, N: 60 - 70x/mnt, RR: 20x/mnt, S

:36,5oC TB : 150 BB : 50 kg

25. Kesadaran : GCS : E : 4 M : 6 V : 5

26. Jalan nafas : bersih

27. Pernafasan : Spontan

28. Terapi oksigen : Ya, 2 ltr/mnt

29. Kulit : Kering

30. Sirkulasi anggota badan : Merah muda

31. Posisi pasien : Telentang

32. Kondisi balutan : Kering


33. Asesmen Nyeri : Ada Skor Nyeri : 5-6 (0-10) Tipe : Akut Deskripsi : Seperti disayat –
sayat Frekuensi : Hilang timbul VAS
34. Asesmen resiko jatuh : Pasca tindakan Skor : 13
35. Cairan Masuk Cairan keluar
- Infus : Kristaloid 1000 cc - Urine : 200 cc
- Perdarahan pre op : 90 cc
- transfusi PRC 500 cc - perdarahan post op : 750 cc
Total cairan masuk : 1500 cc

Total cairan keluar : 600 cc

ANALIS DATA

No Data Masalah Etiologi

PRE OPERATIF

1. DS : OS mengatakan lemas dan Resiko Perdarahan

pusing Kekurangan

Volume cairan
DO : TD : 110/70 mmHg

N : 70 x/m

S : 36.5 C

RR : 20x/m

Hb : 7

2. Ds : lemas Syok Perdarahan

Hipovolemik
Do :pasien tampak pucat,

gelisah,akral dingin,hr 70x/m,SpO2


99%t,capillary refill >3 detik,

perdarahan 90cc

3. DO : TD : 110/70 mmHg Gangguan perdarahan

Perfusi Jaringan
N : 70 x/m

S : 36.5 C

RR : 20x/m

Hb : 7

4. Ds : Keluarga pasien mengatakan Kupeng keluarga Kurang nya pengetahuan

cemas terhadap penyakit pasien keluarga terhadap

tindakan yang akan


Do : Keluarga pasien tampak gelisah,
dilakukan
keluarga sering bertanya tentang

penyakit dan prosedur operasi yang

akan dilakukan

5. INTRA OPERATIF Resiko cidera Pemasangan alat-alat

intra operatif elektromedik


DS : -

Do : pasien terpasang alat-alat

elektromedik

6. POST OPERATIF Intoleransi Efek sekunder anasthesi

aktivitas
Ds : kaki sulit untuk digerakan

Do : kaki tampak sulit digerakan


7. Ds : pasien mengatakan nyeri luka Gangguan rasa Terputusnya kontinuitas

operasi nyaman nyeri jaringan

Do : ekspresi wajah tegang,pasien

tampak meringis kesakitan,skala

nyeri 6

II. Diagnosa Keperawatan

1. Pre-Operatif

Dx. I Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Dx. II Syok Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

Dx. III Gangguan Perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan

Dx. IV Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

2. Intra operatif

Dx. V resiko Cidera Intra Operatif berhbungan dengan pemasangan alat

elektromedik

3. Pasca Operatif

Dx. VI Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek sekunder anasthesi

Dx. VII Gangguan Rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontuinitas jaringan
D Diagnosa Tanggal Tujuan Kriteria hasil Rencana Tgl
X Keperawat ditegaka tindakan teratasi
an n& dan
nama nama
perawat perawat
I Syok 29/07/20 Teratasi  Pasien  Kaji keluhan 29/07/20
Hipovole 20 setlah tampak segar pasien 20
mik Zr. N dilakukan  Tanda –  Obs TTV Zr. N
berhubung tindakan tanda vital  Beri
an dengan 1x 24 jam dalam batas oksigenasi
perdarahan normal yang cukup
 Pasien  kolaborasi
mengatakan untuk
sudah tidak pemberian
pusing dan cairan
lemas parenteral
berkurang  penkes
tentang
kebutuhan dan
pentingnya
nutrisi
 Libatkan
keluarga
dalam proses
keperawatan
 Kolaborasi
dengan DPJP
untuk therapy
syok
II Resti 29/07/20 Teratasi Menunjukka - Kaji keluhan
Kurang 20 setelah n pasien
Volume Zr. N dilakukan keseimbanga - Obs ttv
Cairan tindakan n cairan - Membantu
selama dengan untuk mika
1x24 jam parameter miki
- Melibatkan
keluarga
 kolaborasi
III Ganguan 29/07/20 Teratasi Tidak terjadi - kaji keluhan 29/07/20
Perfusi 20 setelah hipoksia pasien 20
Jaringan dilakukan - obs ttv Zr. N
tindakan - memberi
selama oksigen
3x24 jam - kolaborasi
pemberian
cairan
parenteral
- kolaborasi
apemberian
teraphy
IV Kupeng 29/07/20 Teratasi  Menyata - Kaji 29/07/20
keluarga 20 Setelah kan tingkat 20
berhubung dilakukan kesiapan kecemas Zr. N
an dengan tindakan operasi an
tidak keperawat  Keluarg keluarga
mengetahu an 1x 24 a pasien
i tentang jam tampak (gelisah,
proses tenangl menolak
penyakit  Keluarg )
dan a pasien - mengaja
prosedur tidak rkan
operasi bertanya Teknik
yang akan -tanya relaksasi
dilakukan lagi - gunakan
tentang sumber
penyakit sumber
nya bahan
pengajar
an sesuai
keadaan
- pengajar
an pra
operasi
secara
individu
tentang
pembata
san dan
prosedur
pra
operasi
- informas
i kepada
pasien
keluarga
atau
orang
terdekat
tentang
rencana
prosedur
tindakan

V Cidera 29/07/20 Tidak Pasien bebas dari  Kaji apakah 29/07/20


Operatif 20 terjadi cedera selama pasien 20
berhungan Zr. N stelah operasi (luka mempunyai
dengan dilakukan bakar, injuri, fasktor resiko
pemakaian tindakan diskolasi sendi) sebelumnya
alat 1x 2 jam (kedinginan,
elektrome luka bakar,
dik injuri)
 Kaji kondisi
pasien seperti
kemampuan
rentang gerak,
abnormalitas
fisik, dan status
sirkulasi
 Berikan
penkes tentang
efek dari
penekanan yang
lama saat
pembaringan
 Kolaborasi
kepada dokter
anestesi, untuk
memindahkan
pasien/ merubah
posisi pasien
yang sudah
dianestesi
VI Gangguan 29/07/20 Teratasi - kondisi - kaji 29/07/20
Perfusi 20 setelah pasien keluhan 20
Jaringan Zr. N dilakukan baik pasien Zr N
berhubung tindakan - tidk - obs ttv
an dengan 3x24 jam terjadi - memberi
perdarahan hipoksia oksigen
- kolabora
si
pemberia
n cairan
parentera
l
- kolabora
si
pemberia
n
theraphy
VI Gangguan 29/07/20 Teratasi  Kondisi  Monitor 29/07/20
I rasa 20 setelah pasien baik tanda-tanda 20
nyaman dilakukan  Tanda-tanda vital Zr. N
nyeri tindakan vital dalam  Kaji skala
berhubung 3x24 jam batas normal nyeri dan
an dengan  Ekspresi lokasi nyeri
terputusny wajah dan  Berikan
a sikap tubuh posisi yang
inkontinui rileks nyaman
nas  Skala nyeri  Ajarkan
jaringan 0-3 tehnik
distraksi dan
relaksasi
 Libatkan
keluarga
dalam
mengajarkan
tehnik
distraksi dan
relaksasi
 Kolaborasi
dengan dpjp
untuk
pemberian
analgetik
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini membahas mengenai kesenjangan yang ada pada teori dari kasus yang di

peroleh dalam “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.T Dengan Tindakan Histerektomi”.

Adapun pembahasan ini meliputi proses perawatan dari pengkajian keperawatan,diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan ,implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan

A. Patoflow

Pada tahap ini dalam operasi miomektomy antara teori dan kasus terdapat kesenjangan. Yaitu

pada patoflow di teori terdapat 7 diagnosa yang terbagi pada 3 bagian, yaitu pada pre operasi

terdapat diagnose keperawatan resti kurang volume cairan, syok hipovolemik, gangguan

perfusi jaringan, ansietas. Pada bagian intra operasi terdapat diagnose keperawatan resiko

cidera, pada bagian postoperasi terdapat 2 diagnosa keperawatan yaitu gangguan rasa nyaman

nyeri, intoleransi aktivitas,dan kurang pengetahuan. Sedangkan pada kasus ini terdapat 8

diagnosa yang terbagi pada pre, intra, dan post operasi. Dimana dari patoflow teori yang

dapat diangkat ada 3 diagnosa yaitu pada pre operasi adalah resti kurang volume cairan, syok

hipovolemik, gangguan perfusi jaringan dan kupeng keluarga. Bagian intra operasi adalah

resiko cidera intra operatif, dan pada bagian post operasi adalah intoleransi aktivitas,

gangguan rasa nyaman nyeri Sedangkan pada bagian post operasi hanya dapat diambil 3

diagnosa dari 4 diagnosa dimana data lainnya tidak cukup untuk menunjang dalam diagnose

tersebut.
B. Pengkajian Keperawatan

Pada tahap ini penyebab operasi miomektomy antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan

yang disebabkan adanya mioma uteri. Etiologi yang terdapat pada teori dan kasus tidak ada

kesenjangan. Pemeriksaan diagnostik yang terdapat pada teori dengan kasus seperti

pemeriksaan darah dan USG kehamilan: terdapat cairan mioma uteri uterus. Sedangkan yang

terdapat pada teori tidak terdapat dalam kasus yaitu foto BNO/IVP, Histerografi, laparoskopi,

tes kehamilan dan D&C karena pada pasien ini tidak di indikasikan.

Penatalaksanaan pada kasus miomektomy dibagi menjadi 3 bagian, yaitu preoperative,

intraoperative, dan postoperative. Antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan, Pada bagian

intraoperative antara kasus dan teori sudah sesuai yaitu klien dilakukan pemasangan alat-alat

elektromedik, seperti pemasangan cauter dan monitor. Pada bagian postoperative antara teori

dan kasus tidak terjadi kesenjangan.

C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan terdapat pada teori 7 diagnosa, sedangkan pada kasus terdapat 8

diagnosa. Diagnosa yang ditemukan pada belum sesuai dengan teori yaitu munculnya

diagonsa syok hipovolemik pada preoperative dikarenakan pasien sudah perdarhan sehingga

dilakukan histerektomi dan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap proses penyakit dan

prosedur operasi. Resiko cidera intraoperative berhubungan dengan pemsangan alat

elektromedik, bersihan jalan nafas berhubungan dengan efek sekunder anastesi, nyeri

berberhubungan dengan terputusnya kontuitas jaringan, kurangnya pengetahuan tentang

pengobatan pasca operasi berhubungan dengan kurang informasi.


Faktor pendukung dari diagnosa tersebut yaitu adanya data-data pengkajian yang lengkap dan

adanya referensi yang cukup menunjang untuk tegaknya diagnosa tersebut. Sedangkan faktor

penghambat tidak ditemukan.

D. Perencanaan Keperawatan

Pada tahap perencanaan penulis membuat prioritas masalah yaitu resti kurang volume cairan

berhubungan dengan perdarahan, tujuan dan kriteria hasil dan perencanaan pada kasus sudah

sesuai. Pada diagnosa kedua yaitu syok hipovolemik penatalaksanaan dan prosedur operasi

tujuan dan criteria hasil dan perencanaan sudah sesuai. Pada diagnose ketiga gangguan

perfusi jaringan sudah sesuai, pada diganosa keempat cemas sudah sesuai dengan teori,

diagnose kelima resti cidera berhubungan dengan pemasangan alat elektomedik tujuan dan

kriteria hasil dan perencanaan pada kasus sudah sesuai dengan teori. Pada diagnosa keenam

intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek sekunder anastesi,tujuan dan kriteria hasil dan

perencanaan pada kasus sudah sesuai dengan teori. Pada diagnosa ketujuh gangguan rasa

nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,tujuan dan kriteria hasil

dan perencanaa pada kasus sudah sesuai dengan teori.

Faktor pendukung pasien dan keluaraga sangat kooperatif sehingga dalam membuat

perencanaan sesuaia dengan masalah yang ada di pasien dan adanya literatur kepustakaan

yang mendukung dalam membuat perencanaan, sedangkan faktor penghambat tidak

ditemukan.

E. Pelakasanaan Keperawatan

Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan. Pelaksanaan

rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan pada pasien

dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimiliki oleh klien

berdasarkan
ilmu keperawatan dan ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah

dibuat dapat terlaksana dengan baik.

Dalam implementasi askep intra operasi, masalah dapat langsung dinilai dan masalah

langsung teratasi. Tidak semua perencanaan dapat diimplementasikan dengan baik, dan

implementasi yang dilakukan hanya tergambar rutinitas tidak menggambarkan lima aspek

yang ada di perencanaan. Saran untuk perawat di lapangan diharapkan perawat melakukan

implementasi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, dan menggambarkan 5 aspek

implementasi.

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses

keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan

menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau

belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan

dan dinilai kembali. Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan timbal balik rencana

keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan

keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditetapkan lebih dulu.

Adapun evaluasi dari tindakan keperawatan diatas adalah karena tindakan yang dilakukan

hanya 1x1 jam dan 1x1 jam, maka tujuan keperawatan dapat tercapai.
BAB V

PENUTUP

1) Kesimpulan
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50%.
Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan miomektomi harus
dilanjutkan histerektomi.
2) Saran
 Sebelum dilakukan tindakan operasi histerektomi sebaiknya dilakukan inform
konsen yang jelas tentang proses penyakit dan prosedur tindakan, sehingga pasien
dan keluarga paham dan mengerti.
 Beri kesempatan kepada pasien dan keluarga pada saat inform konsen tindakan
operasi histerektomy untuk mengajukan pertanyaan.
LAMPIRAN
SPO

SPO PRE OPERATIF

1. SPO TRANFUSI DARAH


2. SPO SERAH TERIMA PASIEN
3. SPO MENGUKUR NADI
4. SPO MENGUKUR TEKANAN DARAH
5. SPOPERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK (INFORM CONCENT)
6. SPO PERSIAPAN TINDAKAN OPERASI
7. SPO PENJADWALAN OPERASI CYTO
8. SPO MENGHUBUNGI TIM OPERASI
9. SPO PRA ANASTESI
10. SPO MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KERETA DORONG
11. SPO CUCI TANGAN BEDAH
12. SPO PEMAKAIAN APD

SPO INTRA OPERATIF

1. SPO TIME OUT


2. SPO SEDASI MODERAT
3. SPO MENDAMPINGI DOKTER ANASTESI DALAM MELAKUKAN INTUBASI
4. SPO PENGELOLAAN ALAT DAN KASSA
5. SPO PENGGUNAAN ALAT DI KAMAR OPERASI
6. SPO MONITORING ANASTESI
7. SPO PEMASANGAN COUTER
8. SPO PEMBALUTAN LUKA

SPO POST OPERATIF

1. SPO MEMINDAHKAN PASIEN DARI KAMAR OPERASI KE ICU


2. SPO PEMBERIAN TERAPI INTRAVENA
3. SPO MERAPIKAN KAMAR OPERASI SETELAH PELAKSANAAN OPERASI
4. SPO PENGIRIMAN SPESIMEN PATOLOGI ANATOMI DARI KAMAR OPERASI
KE LABORATORIUM

Anda mungkin juga menyukai