SISTEM PERKEMIHAN
Nama Kelompok :
Nining Safitri
Devisca Nora
Sufani Suharsi
Yeyen Cintya Mustika
1
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
A. Latar Belakang
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal akut (GGA,
acute renal failure [ARF]) merupakan salah satu sindrom dalam bidang nefrologi yang dalam
15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan insidens. Beberapa laporan dunia menunjukkan
insidens yang bervariasi antara 0,5-0,9% pada komunitas, 0,7-18% pada pasien yang dirawat
di rumah sakit, hingga 20% pada pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU),
dengan angka kematian yang dilaporkan dari seluruh dunia berkisar 25% hingga 80%.
2
b. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan tentang Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Pasien
GGA Dirumah mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan Definisi
2. Menjelaskan Klasifikasi
3. Menjelaskan Terapi Cairan Dan Nutrisi Pada Gagal Ginjal Akut
1. Materi (Terlampir)
Definisi
Klasifikasi Etiologi
Terapi Cairan Dan Nutrisi
2. Sasaran / Target
Sasaran: Seluruh mahasiswa Keperawatan STIKes Alifah Padang semester VI
3. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
Leaflet
Laptop
LCD Proyektor
6. Pengorganisasian
3
Moderator : Devisca Nora
Presenter : Nining Safitri
Observer : Sufani Suharsi
Fasilitator : Yeyen Cintya Mustika
7. Setting Tempat
Keterangan :
: Moderator
: Leader/Co leader
: Audien
: Fasilitator
: Observer
D. Uraian Tugas
1. Penanggung jawab Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Moderator
a. Pada acara pembukaan
Membuka acara
Memperkenalkan anggota
Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
Menjelaskan kontrak waktu
b. Kegiatan inti
Meminta peserta memberikan pertanyaan atas penjelasan yang tidak
dipahami
Memberikan kesempatan pada mahasiswa atas jawaban yang diajukan untuk
menjawab
4
c. Pada acara penutup
Menyimpulkan dan menutup diskusi
Mengucapkan salam
3. Leader / Co Leader
Memberikan penyuluhan pada peserta
Melakukan evaluasi
4. Fasilitator
Memotivasi peserta agar berperan aktif
Membuat absensi penyuluhan
Mengantisipasi suasana yang dapat menganggu kegiatan penyuluhan
5. Observer
Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
E. Kegiatan Penyuluhan
Klasifikasi
e. Memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk
5
bertanya
f. Memberikan reinforcement
pada peserta yang
mengajukan pertanyaan
g. Menjawab pertanyaan
mahasiswa dengan tepat dan
mudah dimengerti
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Kelompok penyuluh dan peserta pada posisi yang sudah direncanakan
60 % peserta penyuluhan menghadiri penyuluhan
Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
Pre Planning telah disetujui
Leaflet telah tersedia
peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
Peserta dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan sampai selesai
Peserta berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evaluasi Hasil
minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan defenisi GGA
minimal 60 % yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan Klasifikasi GGA
mnimal 60 % yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan Terapi pada GGA
6
MATERI
A. Defenisi
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom yang ditandai oleh penurunan laju
filtrasi glomerulus secara mendadak dan cepat (hitungan jam–minggu) yang mengakibatkan
terjadi-nya retensi produk sisa nitrogen seperti ureum dan kreatinin . Batasan GGA yang lain
adalah peningkatan kreatinin serum 0,5 mg/dl dari nilai sebelumnya, penurunan klirens
kreatinin (CCT = Creatinin Clearance Test) hitung sampai 50% atau penurunan fungsi ginjal
yang meng-akibatkan kebutuhan akan dialisis.
B. Klasifikasi GGA
1. Pre-renal: 5–60% .
2. Renal: 35-40% .
3. Post-renal: £ 5% .
Sekitar 50% GGA yang didapat di rumah sakit (hospital acquired) disebabkan oleh
multifaktor, misalnya pasien sepsis yang diobati dengan aminoglikosida, prosedur
7
radiokontras pada pasien yang mendapat terapi penghambat ACE , gagal jantung kongestif
yang mengalami sepsis, dan lain-lain.
1. Kebutuhan Nutrisi
Telah diketahui bahwa pada GGA pemakaian enersi (energy expenditure)
meningkat akibat keadaan hiper-metabolik. Perkiraan kebutuhan enersi selama ini
tampaknya berlebihan bila dibandingkan dengan jumlah kebutuhan
sesungguhnya. Melalui pemeriksaan pengeluaran enersi secara rutin pada pasien
GGA dengan menggunakan metode kalorimetri indirek, menunjuk-kan bahwa
kebutuhan enersi lebih rendah dari pada yang dilaporkan sebelumnya. Kebutuhan
enersi berkisar antara 20–30% di atas expected resting energy expenditure. Pada
GGA tan-pa komplikasi tampaknya pemakaian enersi tidak meningkat, sedangkan
GGA dengan keadaan stres pemakaian enersi meningkat sebesar 15–20%.
Pemakaian enersi juga meningkat dalam jumlah yang sama pada GGA yang
menjalani hemodialisis5 . Dengan demikian pada GGA tanpa komplikasi
membutuhkan 30 Kalori/Kg berat badan perhari, sedangkan pada GGA yang berat
di mana terdapat keadaan stres (infeksi, luka bakar,operasi) kebutuhannya
ditambah 15–20%.
Akumulasi produk sisa nitrogen tergantung dari jumlah asupan protein, derajat
berat GGA dan lama GGA berlangsung . Asupan tinggi protein dapat
menyebabkan kebutuhan akan dialisis makin meningkat. Pada GGA simpel
cukup diberikan 0,6–0,8 gram /kg berat badan perhari dengan nilai biologik
8
tinggi. Sedangkan pada GGA berat dimana terjadi hiperkatabolisme membutuhkan
protein 1–1,5 g/kg berat badan per hari6. Harus diingat pula bahwa kebutuhan
kalori harus terpenuhi dari sumber karbohidrat dan lemak. Perbandingan
karbohidrat dan lemak kira-kira 70 : 30. Suplementasi asam amino tidak
memberikan manfaat yang berarti dan tidak dianjurkan.
2. Terapi Cairan dan Elektrolit
Menjaga keseimbangan cairan, berarti memelihara sirkulasi internal dan
volum ekstraselular secara konstan dengan mengatur asupan cairan pasien. Terapi
cairan pada GGA dapat berbeda pada satu pasien dengan pasien lainnya, dan
berbeda pula pada seorang pasien dari hari kehari. Sebelum memberikan terapi
cairan harus ditentukan terlebih dahulu status hidrasi pasien, apakah hipovolemia,
normovolemia, atau kelebihan cairan (overload). Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan di dalam klinik. Bila memungkinkan dapat dinilai perubahan ortostatik
karena hipovolemia dengan memeriksa perubahan tekanan darah dan nadi saat
tidur dan berdiri. Dilakukan pula pemeriksaan turgor kulit, auskultasi paru untuk
menilai edema paru, pemeriksaan edema tungkai , catatan keluar dan masuk cairan
setiap hari, dan pengukuran berat badan setiap hari. Pengukuran tekanan vena
sentral sangat membantu bila ada fasilitas.
Pada GGA karena penyebab pre-renal, keadaan hipovolemia harus
dikoreksi segera. Jenis cairan yang diberikan tergantung dari penyebab prerenal.
Hipovolemia akibat perdarahan harus diberikan transfusi darah packed red cell dan
cairan isotonik3. Hematokrit dipertahankan sekitar 30%7. Kehilang-an cairan
akibat diare, muntah, atau akibat asupan cairan yang kurang dapat diberikan cairan
kristaloid sesuai kebutuhan, contoh cairan Ringer laktat dan NaCl 0,9%. Pada
keadaan normo-volemia, cairan yang masuk dan keluar dibuat seimbang. Asupan
cairan per hari sama dengan jumlah cairan yang keluar melalui urin dan insensible
water loss. Bila dijumpai adanya muntah atau diare turut diperhitungkan sebagai
cairan yang keluar. Pada pasien dengan hiper-volemia asupan cairan dibatasi
dengan jumlah lebih sedikit dibanding cairan yang keluar. Faktor lain yang harus
diperhatikan dalam merancang terapi cairan pasien adalah fase GGA berdasarkan
jumlah urin. Pada fase anuria atau oliguria cairan yang diberikan sebanyak jumlah
urin perhari ditambah insensible water loss. Asupan cairan pada fase poliuria
dibatasi kira-kira 2/3 dari jumlah urin3,7.
9
Hipernatremia dan hiponatremia sering ditemukan pada GGA di mana kedua keadaan
ini dapat mengakibatkan gangguan kesadaran. Kejadian hipernatremia dan hiponatremia pada
GGA disebabkan karena gangguan metabolisme air pada GGA di mana penatalaksanaannya
berhubungan dengan terapi cairan. Hiponatremia terutama akibat kelebihan free water
secara relatif terhadap solut. Sementara hipernatremia timbul akibat asupan free water tidak
adekuat. Keadaan ini sering disebabkan karena pemilihan terapi cairan yang tidak tepat.
Sebagai contoh, pemberian cairan hipotonik yang ditujukan untuk menghindari overload
mengakibatkan jumlah cairan electrolyte free water akan meningkat. Pemberian 1000 ml
NaCl 0,45% setara dengan 500 ml NaCl 0,9% (isotonik) dan 500 ml electrolyte free
water. Sebaliknya 1000 ml NaCl 0,9% adalah isotonik dan tidak terdapat electrolyte free
water.
Hiperkalemia sangat sering dijumpai pada GGA, keadaan ini dapat meng-akibatkan
fibrilasi ventrikel dan kematian mendadak . Dalam keadaan normal kalium diekskresi melalui
ginjal kira-kira 100 mEq/hari. Pada pasien GGA ekskresi ini terganggu. Asupan kalium pada
GGA harus dibatasi menjadi < 50 mEq/hari. Hindari makanan yang banyak mengandung
kalium seperti coklat dan buah-buahan. Hindari pula obat yang mengganggu ekskresi kalium
seperti penghambat ACE dan diuretik hemat kalium. Pemberian cairan yang mengandung
kalium sebaiknya dihin-dari seperti cairan Ringer laktat, demi-kian juga hindari nutrisi
parenteral yang mengandung KCl atau Kalium Fosfat.
10
Hipokalsemia dapat ditemukan pada GGA. Pada keadaan ringan diberikan koreksi per
oral 3–4 gram perhari da-lam bentuk kalsium karbonat. Bila sampai timbul tetani dapat
diberikan kalsium glukonas injeksi 10% yang mengandung 10 mg kalsium per mililiter.
Untuk menghindari toksik terhadap jantung obat ini diencerkan di dalam cairan NaCl 0,9%
atau Dekstrosa 5% dan diberikan secara pelan-pelan.
Berbeda dengan GGA simpel, pada GGA berat yang pada umumnya dirawat di unit
perawatan intensif terapi dialisis diberikan lebih agresif. Menunda terapi dialisis pada GGA
berat hanya akan memperburuk gangguan fisiologis dengan konsekuensi peningkatan
mortalitas. Kriteria untuk memulai dialisis pada GGA berat dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Walaupun masih terdapat kontro-versi mengenai waktu inisiasi dialisis pada GGA,
tindakan ini sudah terbukti dapat memperbaiki morbiditas dan mortalitas. Dokter hendaknya
senan-tiasa ingat kepada prinsip pengelolaan GGA dalam setiap mengambil keputus-an, yaitu
mengeluarkan produk sisa nitrogen secara adekuat, mempertahan-kan homeostasis yang
optimal dan menjaga kestabilan hemodinamik, metabolik dan respiratorik6. Tindakan dialisis
memudahkan pengaturan pemberian cairan dan nutrisi. Gunakan membran dialiser yang
biokompatibel dengan tujuan untuk menghindari aktivasi komplemen karena reaksi ini dapat
memperburuk kerusakan ginjal. Tipe dialisis yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan
pasien. Keseim-bangan cairan dan kecepatan ultra-filtrasi lebih mudah dikontrol dengan
hemodialisis intermiten, akan tetapi pada pasien yang membutuhkan cairan dan nutrisi dalam
11
jumlah banyak lebih mudah dikontrol dengan terapi pengganti kontinyu seperti Continuous
Arteriovenous Hemofiltration (CAVH)6,11.
DAFTAR PUSTAKA
Brady HR, Brenner BM, Lieberthal W. Acute renal failure. In: Brenner BM (ed).
The Kidney,5th ed. Philadelphia: WB Saunders Company,1996 : 1211 – 38.
Thadani RT, Pascual M, Bonventre J. Acute renal failure. N Engl J Med 1996;334
(22): 1448 – 57.
Brady HR, Singer GG. Acute renal failure. Lancet 1995; 346 : 1533 – 39.
12