ABSTRAK ABSTRACT
Penggunaan pestisida kimiawi dikalangan pertanian Due to the fact that the use of pesticides in
dapat menimbulkan berbagai macam masalah pada agriculture has potential health effects, expert have
bidang kesehatan oleh karena itu para ahli telah invented a viable alternative like biofungicides.
menemukan bahan alternatif berupa pestisida alami However, the potential risk of biofungicides
yaitu biofungisida. Pengaruh kontaminasi contamination on human health is still unknown.
penggunaan biofungisida yang mengandung spora Biofungicide containing Trichoderma sp spore
Trichoderma sp terhadap bidang kesehatan belum produce antibiotic like gliotoxin and viridian which
diketahui. Biofungisida yang mengandung could be toxic, and they could accumulate over time
Trichoderma sp yang menghasilkan antibiotika in the bodies of human and animal. The purpose of
berupa gliotoxin dan viridin dimana zat tersebut this study was to measure the toxicity of
bersifat toksik dan dapat terakumulasi di dalam biofungicide on histopathology of male
tubuh manusia maupun hewan. Tujuan penelitian reproductive system. The study was an
ini untuk mengetahui toksisitas biofungisida experimental study which used twelve-week-old
terhadap gambaran histopatologi testis. Penelitian male albino laboratory mice (Mus musculus).
ini menggunakan hewan uji mencit albino (Mus Those mice were divided into five groups. Each
musculus) berumur 12 minggu, dan dibagi menjadi group consisted of five mice. Biofungiced were
5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orally administered in the dose of 0, 16, 24, 36, and
ekor mencit. Pemberian biofungisida dilakukan 54 cc per kilogram body weight daily for 14 days.
secara oral dengan dosis 0 cc/Kg BB, 16 cc/Kg BB, The data were analyzed using Analysis of Variance
24 cc/Kg BB, 36 cc/Kg BB, dan 54 cc/Kg BB and Bonferoni test, difference was considered
setiap hari selama 14 hari. Data dianalisis dengan significant when P value was < 0.05. The result
ANOVA dan dilanjutkan dengan uji lanjut showed a decrease in testis weight, diameter of
Bonferroni dengan taraf signifikan p<0,05. Hasil seminiferus tubules, nuclear diameter of leydig cell,
penelitian menunjukkan penurunan berat testis, the number of leydig cell, and the number of certoly
diameter tubulus seminiferus, tebal epitel germinal cell. There were significant differences between
tubulus seminiferus, diameter inti sel leydig, jumlah control groups and treatment groups. The
sel leydig dan jumlah sel sertoli terjadi perbedaan comparison of average spermatogenic index
bermakna antara kelompok kontrol dengan showed significant difference between control
kelompok perlakuan. Untuk indeks group and treatment groups; the greatest decrease
spermatogenesis kelompok kontrol menunjukkan (66,032%) was found in the dose 54 cc per
perbedaan yang bermakna dengan perlakuan kilogram body weight. In conclusion, biofungicide
penurunan terbesar pada dosis 54 cc/Kg BB sebesar affects the testis weight and histopathology of
66,032%. Berdasarkan hasil penelitian dapat testes. Consequently, it is toxic to the male
disimpulkan bahwa pemberian biofungisida reproductive system of albino laboratory mice (Mus
mempengaruhi berat testis dan histopatologi testis, musculus).
jadi biofungisida tersebut bersifat toksik terhadap
organ reproduksi mencit jantan albino (Mus Keywords : Biofungicide, Testes, Trichoderma sp.
musculus).
44
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1 (2016): 44-59
45
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
46
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
48
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
49
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
50
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
Tabel 2. Rata-Rata Diameter Tubulus Seminiferus Mencit Albino (Mus musculus) Setelah
14 Hari Pemberian Biofungisida
Dosis (cc/kg BB) Ulangan (n) Rata-rata Diameter Tubulus Seminiferus (µm) ( x SD)
Tabel 3. Rata-Rata Indeks Spermatogenesis Dan Jumlah Sel Sertoli Mencit Albino
(Mus musculus ) Setelah 14 Hari Pemberian Biofungisida
Dosis (cc/kg BB) Ulangan (n) Indeks Spermatogenesis % ( x SD) Jumlah Sertoli ( x SD)
51
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
Tabel 4. Rata-Rata Berat Testis Mencit Albino ( Mus musculus ) Setelah 14 Hari
Pemberian Biofungisida
Tabel 5. Rata-Rata Diameter inti sel leydig Mencit Albino (Mus musculus) Setelah
14 Hari Pemberian Biofungisida
Dosis (cc/kg BB) Ulangan (n) Rata-rata Diameter Inti Sel Leyig (µm) ( x SD)
Kontrol (0) 5 8,04 ± 0,3577a
16 5 6,76 ± 0,3912b
24 5 6,16 ± 0,4336b
36 5 6,16 ± 0,7733b
54 5 5,36 ± 0,6426bc
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan
yang bermakna pada uji Bonferroni p<0,05.
Tabel 6. Rata-Rata Jumlah Sel leydig Mencit Albino ( Mus musculus ) Setelah
14 hari pemberian Biofungisida
52
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
53
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
54
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
55
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
spermatogenik menjadi rusak bahkan mati, menghambat inti sel untuk mereplikasi
kemudian dapat menurunkan jumlah DNA sehingga DNA maupun RNA yang
sperma secara signifikan dan pada dihasilkan berkurang dan akan
akhirnya mempengaruhi penurunan berat mengganggu kerja sel leydig. Hal tersebut
testis. Hal tersebut didukung Working & didukung oleh pernyataan Rhamalingan &
Chellmen (1993) senyawa yang bersifat Vimaladevi (2002) bahwa pada fase S
toksik dapat mempengaruhi testis. Vander (sintesis) dalam siklus sel, DNA
et al. (2001) juga mengatakan bahwa mengalami replikasi dan hal ini dinyatakan
penurunan berat testis ada kaitannya dengan peningkatan volume inti dan
dengan menurunnya tebal epitel germinal peningkatan diameter inti, dengan
tubulus seminiferus dengan diameter demikian diameter inti dapat dijadikan
tubulus seminiferus yang menyusun 90% parameter untuk mengamati aktif tidaknya
dari volume testis. inti sel.
56
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
cc/Kg BB secara oral bersifat toksik Bramono, K. 2005. Peranan Jamur Pada
Infertilitas. Buku Kumpulan
terhadap jumlah sel sertoli. Makalah/Abstrak Kongres PANDI
IX dan Kongres PERSANDI I. P
Saran 168-169. Jakarta. April 19-22.2005.
Perlu dilakukan penelitian untuk Brinkwoth,M.H. and D.J. Handelsman.
2000. Environment Influence on
mengetahui apakah pemberian
Male Reproductive Health. In
biofungisida dengan dosis yang lebih Neischlog,E and H.M. Behne
rendah dan dalam jangka waktu yang lebih (Editor). Andrology (2nd Edition).
Springer, Berlin.
lama dapat mempengaruhi testis dan
proses spermatogenesis. Bronson, F.H., C.P Dagg and G.D Snell.
1988. Reproduction. In E.L. Green
(Editor) Biology of the Laboratory
Mouse. Mcgraww-Hill Book
DAFTAR PUSTAKA Company, New York, USA. P 933-
974.
Acharya, U.R., M. Mishra. 2003. Lead
Carlson, B.M. 1984. Pattern’s Foundation
Acetat Induced Cytotoxicity in
of Embriology. 4th Edition. TMH
Male Germinal Cells of Swiss
Edition Tata. McGraw-Hill
Mice. Industrial Health 41: 291-
Publishing Company. Ltd. New
294.
Delhi.
(http://www.nih.go.jp/jp/indu_hel?
2003/pdf/ih_41_3_21.pdf) diakses De Kretser, D.M.1988. Evalution of
02 Mei 2006. Male Gonadal Function. In PJ.
Rowe and E.M. Vikhlyaeva
(eds). Diagnosis and
Alberts,B.,Bray,D.,Lewis,J.,Raff,M.,Rober
Treatement of Infertility. Hans
ts,K. and Watson,J.D.1993.
Huber Publisher. Toronto. p: 93-
Molecular Biology of Cell.3rd ed.
97.
Gerland Pibl.,Inc., New York.
Du Pan, M.R. and Campana. 1993.
Physiopathology of
57
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
58
Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik. ISSN: 2527-5267. Vol.1. No.1. (2016): 44-59
59