Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN TUGAS MANDIRI

DIKLAT BERJENJANG TINGKAT MAHIR


BAGI PENDIDIK PAUD
TAHUN 2020

PENILAIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN


MEMBATIK UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA PAUD
SPS AL MUTTAQIN TSANI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN
PELAJARAN 2019/2020

NAMA TRAINING PROVIDER : PP.PAUD DAN DIKMAS PROVINSI JATTENG

ALAMAT PROVIDER RUKHANAH, S.Pd


: Jl. Diponegoro 250 Ungaran

TANGGAL PELAKSANAAN DIKLAT : 2/11/2020 sd 20/11/2020

TANGGAL PELAKSANAAN TUGAS MANDIRI : 19/11/2020 sd 11/12/2020

TEMPAT PELAKSANAAN TUGAS MANDIRI : SPS AL MUTTAQIN TSANI

ALAMAT TEMPAT TUGAS MANDIRI : Dsn. Made RT/RW : 002/002

Desa Botoputih Kec. Tikung Kab. Lamongan

HP : 085646480436

EMAIL : rukhanah.nana@gmail.com

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS MANDIRI


DIKLAT BERJENJANG TINGKAT MAHIR
BAGI PENDIDIK PAUD

Disusun Oleh :
RUKHANAH, S.Pd

Diajukan sebagai persyaratan kelulusan


Diklat Berjenjang Tingkat Mahir

Lamongan, 10 Desember 2020


Ketua Pelaksana, Pendamping Lapangan,

(PUJIANAH, M.Pd) (ENDANGWATI, S.Pd)


NIP. 196605101990031017 NIP. 19790916 200604 2 022

Mengetahui,
Kepala PPPAUD dan DIKMAS
Provinsi Jawa Tengah

(Ir. Djajeng Baskoro, M.Pd)


NIP. 196306251990021001

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan
hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan Laporan Tugas Mandiri Diklat Berjenjang Tingkat Mahir ini
di SPS Al Muttaqin Tsani Kabupaten Lamongan, dengan baik dan lancar.
Laporan ini kami susun untuk memenuhi Tugas Mandiri Diklat
Berjenjang Tingkat Mahir. Adapun isi dari laporan ini adalah laporan
penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di SPS Al Muttaqin
Tsani Kabupaten Lamongan beserta sarana dan prasarana yang ada di
lembaga tersebut. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Ir. Djajeng Baskoro, M.Pd., selaku Kepala PPPAUD dan
Dikmas Provinsi Jawa Tengah
2. Pujianah, M.Pd., selaku Ketua Pelaksana Diklat Berjenjang Tingkat
Mahir
3. Ibu Endangwati, S.Pd., selaku Pendamping Lapangan Diklat
Berjenjang Tingkat Mahir Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan
4. Muthoharoh, S.Pd., selaku Pengurus SPS Al Muttaqin Tsani
5. Wali Murid dan Murid SPS Al Muttaqin Tsani serta semua pihak yang
terlibat dalam memberikan bantuan dan masukan selama
pembuatan laporan ini.
Semoga laporan hasil Praktek Pengalaman Lapangan ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Lamongan, 11 Desember 2020

Penulis

RUKHANAH

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................69
KATA PENGANTAR.....................................................................................................71
DAFTAR ISI...................................................................................................................73
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................75
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................75
B. Dasar Hukum.....................................................................................................78
C. Rumusan Masalah.............................................................................................78
D. Tujuan Penelitian...............................................................................................79
E. Manfaat Penelitian.............................................................................................79
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................................81
A. Kajian Teori........................................................................................................81
1. Fisik Motorik...................................................................................................81
2. Metode Demonstrasi.....................................................................................83
3. Kegiatan membatik........................................................................................87
B. Penelitian yang Relevan...................................................................................90
C. Kerangka Pikir................................................................................................90
D. Hipotesis.........................................................................................................91
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................92
A. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................92
B. Subyek Penelitian..............................................................................................93
C. Prosedur Penelitian.......................................................................................93
D. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................101
E. Instrumen Pengumpulan Data.......................................................................102
F. Teknik Analisis Data........................................................................................103
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................104
A. Hasil Pengolahan Data...................................................................................105
B. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................................116
BAB V PENUTUP........................................................................................................118
A. Simpulan...........................................................................................................118
B. Rekomendasi...................................................................................................118

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia dini adalah anak pada usia 0-6 tahun. Usia ini merupakan
usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Anak pada usia ini mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas
(golden age). Dimana pada masa itu otak anak sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Dan otak
merupakan kunci utama bagi pembentukan kecerdasan anak. Periode ini
dimulai sejak bayi dalam kandungan hingga usia 6 (enam) tahun. Pada
masa ini diperlukan adanya pemberian rangsangan pendidikan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
28 ayat 1 berbunyi “Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak
sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan persyaratan
untuk mengikuti pendidikan dasar”. Untuk dapat menggali potensi yang
dimiliki oleh setiap anak, maka diperlukan adanya usaha yang sesuai
dengan kondisi anak masing-masing. Upaya ini bisa dilakukan dengan
berbagai macam kemampuan termasuk tentang perkembangan fisik
motorik anak. Hasil pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti di
PAUD SPS Al Muttaqin Tsani, Kabupaten lamongan mengenai
pembelajaran motorik halus masih rendah atau belum optimal. Semua ini
terlihat pada tingkat pencapaian perkembangan anak yaitu, pada kegiatan
mewarnai yang meliputi menggambar sesuai dengan gagasannya,
melakukan eksploratif dengan berbagai media dan kegiatan, dan
menggunakan alat tulis dengan benar. Dalam kegiatan tersebut anak
masih mengalami kesulitan.

1
Perkembangan Fisik motorik adalah proses seorang anak belajar
untuk trampil menggerakkan anggota tubuh. Perkembangan tersebut
berupa pengendalian gerakan jasmaniah anak melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pada perkembangan
motorik, anak belajar dari guru tentang beberapa pola gerakan yang dapat
mereka lakukan untuk melatih ketangkasan, kekuatan, kelenturan serta
ketepatan koordinasi mata dan tangan. Mengembangkan keterampilan
motorik sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Perkembangan fisik motorik di bagi menjadi dua yaitu
motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh
yang menggunakan otot-otot besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Misalnya berjalan, berlari,
melompat, dan menari. Sedangkan Motorik halus adalah gerakan yang
menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Menurut pendapat Suyadi (2010: 69) Motorik halus adalah
meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot syaraf
yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan syaraf inilah yang
nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti meremas
kertas, menyobek menggambar, menulis, dan lain sebagainya. Tujuan
dari melatih motorik halus adalah untuk melatih agar anak terampil dan
cermat menggunakan jari-jemari dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
melatih kemampuan tersebut tentu diperlukan stimulasi-stimulasi yang
dilakukan sejak dini sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya.
Stimulasi adalah upaya orang tua atau guru untuk mengajak anak bermain
dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang. Stimulasi hendaknya
dilaksanakan pada saat suasana yang menyenangkan dan kegembiraan
antara orang tua/guru dengan anak. Jangan memberikan stimulasi
dengan memaksakan kehendak, tidak memperhatikan minat anak, atau
anak sedang mengantuk, bosan atau bermain yang lain. Pemberian

2
stimulasi ini tentu saja diperlukan beberapa metode, strategi, dan media
yang sesuai dengan lingkungan dan kondisi anak.
Adapun salah satu cara meningkatkan kemampuan motorik halus
anak adalah dengan mengajak anak melakukan kegiatan membatik. Kata
Batik berasal dari bahasa Jawa “ambatik” yang terdiri dari kata “amba”
yang memiliki arti menulis dan “tik” berarti titik kecil, tetesan atau membuat
titik. Jadi Batik adalah menulis atau melukis titik (Sari, 2003: 3). Menurut
Prasetyo (2010: 1-2) batik adalah salah satu cara pembuatan bahan
pakaian. Namun mengacu pada dua hal yang pertama yaitu teknik
pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah
meresapnya pewarnaan dari sebagian kain. Kedua adalah kain atau
busana yang dibuat dengan motif-motif tertentu melalui teknik tersebut.
Pada kegiatan di PAUD untuk mengajarkan kepada anak mengenai
cara membatik, guru memerlukan media membatik yang bervariasi. Media
yang digunakan antara lain seperti kuas, cutton buds, pasta berwarna-
warni serta alas yang terbuat dari kertas atau kain untuk menjelaskan dan
menunjukkan bagaimana cara membatik.
Manfaat bagi anak membatik yaitu melestarikan budaya batik yang
sudah diakui dunia, sehingga sangat perlu diperkenalkan kepada anak
sedini mungkin. Membatik juga dapat menyeimbangkan otak kiri dan
kanan sehingga anak dapat melatih konsentrasi. Selain itu membatik juga
melatih koordinasi mata dan tangan.
Pembelajaran di PAUD SPS Al Muttaqin Tsani selain karena
kegiatan pembelajaran kurang menarik masih menggunakan metode
ceramah karena dianggap lebih praktis. Guru hanya menjelaskan kepada
anak tentang langkah atau cara mengerjakan tugas tersebut tanpa adanya
bimbingan dari guru. Guru jarang memberi kegiatan yang menstimulasi
anak sehingga tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak
masih rendah. Sehingga dibutuhkan desain dan strategi baru dalam
pembelajaran bidang pengembangan motorik halus.

3
Peneliti memilih metode demonstrasi yang dianggap sangat
membantu perkembangan anak dan kegiatan pembelajaran yang menarik
bagi anak. Metode demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan
menjelaskan. Jadi dalam demonstrasi kita menunjukkan dan menjelaskan
cara-cara mengerjakan sesuatu melalui demonstrasi diharapkan anak
dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan” (Moeslichatun, 2001: 27).
Melalui metode demonstrasi dalam kegiatan membatik, anak dapat
berekspresi membuat suatu pola menggunakan berbagai media sehingga
bentuk gambar bervariasi. Kegiatan membatik dengan metode
demonstrasi membuat anak lebih percaya diri berdasarkan hasil batik
sendiri dari pada hanya menerima penjelasan yang disampaikan pendidik
atau dari buku. Anak lebih memahami cara-cara membatik yang tepat,
agar terbentuk suatu pola yang optimal.
Berdasarkan Uraian diatas pada kesempatan ini penulis mengambil
judul yaitu: “Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan Membatik
Untuk Meningkatkan Motorik Halus Pada PAUD SPS Al Muttaqin Tsani
Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 perihal Sistem
Pendidikan Nasional pasal 26 ayat (4) sentra acara berguru
masyarakat dinyatakan sebagai satuan pendidikan nonformal.
2. Peraturan Mendikbud Nomor 81 Tahun 2013 perihal Pendirian
Satuan Pendidikan Nonformal pasal 4 ayat (4) bahwa PKBM
yang didirikan dapat menyelenggarakan di antaranya yaitu
jadwal pendidikan anak usia dini.
3. Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
PAUD
4. Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum PAUD

4
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan teridentifikasi masalah yang


dikemukakan di depan, maka dalam penelitian dibatasi pada Penerapan
Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan Membatik Untuk Meningkatkan
Motorik Halus Pada PAUD SPS Al Muttaqin Tsani Kabupaten Lamongan
yang dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2019/2020.
1. Apakah penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan membatik
dapat meningkatkan motorik halus pada PAUD SPS Muttaqin Tsani
Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020?
2. Seberapa besar peningkatan Motorik Halus pada PAUD SPS Al
Muttaqin Tsani Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020
dengan metode demonstrasi melalui kegiatan membatik?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan
membatik dapat meningkatkan motorik halus pada PAUD SPS Al
Muttaqin Tsani Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Untuk mendeskripsikan besarnya peningkatan Motorik Halus pada
PAUD SPS Al Muttaqin Tsani Kabupaten Lamongan Tahun
Pelajaran 2019/2020 setelah diberikan metode demonstrasi melalui
kegiatan membatik.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ditinjau dari manfaat teoritis dan manfaat
praktis adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan acuan dari peneliti yang akan meneliti untuk hal yang
sama atau hampir sama untuk meneliti yang lebih luas.

5
b. Menggunakan penelitian ini akan menambah wawasan dalam
penelitian berkaitan dengan pembelajaran fisik motorik pada anak
usia dini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
Manfaat metode demonstrasi melalui kegiatan membatik bagi anak
adalah:
1) Meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak.
2) Memberikan kemudahan bagi anak untuk meningkatkan
motorik halusnya.
3) Senang belajar tentang motorik halus.
b. Bagi Guru atau Calon guru
Manfaat metode demonstrasi melalui kegiatan membatik bagi guru
adalah:
1) Memudahkan guru dalam memberikan pembelajaran tentang
meningkatkan motorik halus.
2) Memperoleh gambaran tentang cara meningkatkan motorik
halus.
c. Bagi Sekolah
Manfaat metode demonstrasi melalui kegiatan membatik bagi
sekolah adalah:
1) Hasil perbaikan pembelajaran memberikan kontribusi positif
bagi kemajuan sekolah.
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan bagi
sekolah.
3) Menghasilkan lulusan yang bermutu.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Fisik Motorik
Suyadi (2010: 67) Perkembangan fisik motorik adalah
perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat saraf, dan
otot yang berkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan
refleks dan kegiatan yang telah ada sejak lahir. Dengan demikian,
sebelum perkembangan gerak motorik ini mulai berproses, maka anak
tetap tak berdaya.
Laura E. Berk (dalam Suyadi, 2010: 67) menjelaskan perkembangan
fisik motorik pada anak usia dini dengan melakukan pengamatan terhadap
anak-anak yang sedang bermain di halaman sekolah atau pusat-pusat
permainan edukatif lainnya. Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa
ketika anak-anak bermain, akan muncul adanya keterampilan motorik
baru yang masing-masing membentuk pola kehidupannya. Ia
menyatakan, “You will see that an explosion of new motor skills occurs in
early chealhood, each of which build on the simpler movement patterns
oftoddlerhod.” (Anda akan melihat adanya keterampilan motorik baru yang
muncul pada anak-anak yang masing-masing membentuk pola
kehidupannya).
Perkembangan fisik motorik terdiri atas dua jenis, yaitu motorik kasar
dan motorik halus. Gerakan motorik kasar bersifat gerakan utuh,
sedangkan gerakan motorik halus lebih bersifat keterampilan detail.
Menurut pendapat Suyadi (2010: 69) Motorik halus adalah
meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot syaraf
yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan syaraf inilah yang
nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti meremas
kertas, menyobek menggambar, menulis, dan lain sebagainya.
Menurut pendapat Santrock (dalam Suyadi, 1995: 225) Pada usia 4
tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan

7
menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun koordinasi motorik halus akan
semakin meningkat. Saputra dan Rudyanto (dalam Suyadi 2005: 118)
mengatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas
dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,
menggambar, menggenggam, menyusun balok, dan memasukkan
kelereng.
Sujiono (2009: 114) berpendapat bahwa motorik halus adalah
gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari
jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Sehingga
gerakan ini tidak memerlukan tenaga melainkan membutuhkan koordinasi
mata dan tangan yang cermat. Dalam melakukan gerakan motorik halus,
anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan
mental.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa motorik halus adalah gerakan yang tidak banyak
menggunakan tenaga. Gerakan motorik halus melibatkan bagian-bagian
anggota tubuh seperti jari-jemari tangan dan pergelangan tangan.
Gerakan pada motorik halus dilakukan oleh otot-otot kecil. Kegiatan yang
dilakukan pada motorik halus membutuhkan koordinasi antara mata dan
tangan secara tepat dan cermat.
Motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot halus
pada kaki dan tangan. Gerakan motorik halus memerlukan beberapa
unsur menurut pendapat Moeslichatoen (2004: 16) bahwa kecepatan,
ketepatan, dan juga keterampilan menggerakkan.
Hurlock, (1997: 151) Menyatakan bahwa aspek-aspek
perkembangan itu terdiri dari perkembangan fisik, kognitif, bicara
(bahasa), emosi dan sosial.
Tingkat pencapaian perkembangan motorik halus pada anak usia 5
sampai kurang dari 6 tahun menurut Peraturan Menteri Pendidikan

8
Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 (2009: 12) adalah sebagi
berikut:
Menggambar sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi
dengan berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan
benar, menggunting sesuai dengan pola, menempel gambar dengan
tepat, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara
sederhana.
2. Metode Demonstrasi
Menurut Djamaluddin dan Aly (dalam Sujiono, 1999: 114) metode
berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode
adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan
menurut Depag RI (2001:19) Metode berarti cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan. Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di
atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan
jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit
menentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Metode adalah
salah satu alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga
tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).
Menurut Ahmadi (dalam Sanjaya, 1997: 52) metode pembelajaran adalah
suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh
guru atau instruktur. Pengertian lain mengatakan bahwa metode
pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat
diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

9
Adapun yang dimaksud pembelajaran Menurut Sanjaya (2008: 129)
adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Sedangkan
menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkingan belajar.
Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Jadi dapat dikatakan Teori belajar
merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar,
sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks
dari belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru
untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai. Dapat juga disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini
mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam
penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa.
Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan
penggunaan metode mengajar.
Metode pembelajaran banyak macam-macam dan jenisnya, setiap
jenis metode pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-
masing, tidak menggunakan satu macam metode saja,
mengkombinasikan penggunaan beberapa metode yang sampai saat ini
masih banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut
Sudjana (1989: 78 – 86), Terdapat bermacam-macam metode dalam
pembelajaran, yaitu:
a. Metode ceramah
b. Metode Tanya Jawab

10
c. Metode Diskusi
d. Metode Resitasi
e. Metode Kerja Kelompok
f. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
g. Metode sosiodrama (role-playing)
h. Metode problem solving
i. Metode sistem regu (team teaching)
j. Metode latihan (drill)
k. Metode karyawisata (Field-trip)
l. Metode survai masyarakat
m. Metode simulasi.
Bagi guru Pendidikan Anak Usia dini (PAUD) mengajarkan materi
pembelajaran seringkali tidak cukup hanya menjelaskan secara lisan saja.
Mengajarkan penguasaan keterampilan anak lebih mudah
mempelajarinya dengan menirukan seperti apa yang dilakukan oleh
gurunya. Sehingga diperlukan suatu metode dalam melaksanakan
pembelajaran tersebut, yaitu melalui metode demonstrasi. (Sanjaya: 152)
berpendapat “Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekadar tiruan”. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas
dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam
strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
a. Kelebihan Metode Demonstrasi
1) Melalui metode demonstrasi terjadi verbalisme akan dapat
dihindari, sebab anak disuruh langsung memerhatikan
bahan pelajaran yang dijelaskan.

11
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab anak tak
hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang
terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan
memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori
dan kenyataan. Dengan demikian anak akan lebih
meyakini kebenaran materi pembelajaran.
b. Kelemahan Metode Demonstrasi
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih
matang, sebab tanpa persiapan yang memadai
demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan
metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk
menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru
harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu,
sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan
tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode
ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal
dibandingkan dengan ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan
guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja
lebih profesional. Disamping itu demonstrasi juga
memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus
untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan
memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proes
mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu

12
proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang
membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan
untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

3. Kegiatan membatik
Kata Batik berasal dari bahasa Jawa “ambatik” yang terdiri dari kata
“amba” yang memiliki arti menulis dan “tik” berarti titik kecil, tetesan atau
membuat titik. Jadi Batik adalah menulis atau melukis titik (Sari, 2003: 3).
Mengenai pengertian membatik, Sari (2013: 3) berpendapat bahwa
“Membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam
secara berulang-ulang di atas kain. Lilin malam digunakan sebagai
penahan untuk mencegah agar warna tidak menyerap ke dalam serat kain
di bagian-bagian yang tidak dikehendaki”.
Batik merupakan warisan yang perlu dijaga dan dilestarikan. Seperti
nenek moyang yang mampu menjaga dan mewariskan batik dari generasi
ke generasi. Sebagai bangsa yang baik, harus mampu mengembangkan
dan mewariskan batik kepada anak cucu dengan rasa bangga. Batik
Indonesia merupakan batik yang memiliki keragaman dari setiap daerah
yang ada di Indonesia, walaupun jaraknya dekat namun batik yang
dihasilkan dari setiap daerah memiliki keragaman. Hal ini yang membuat
batik Indonesia ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia.
Ditetapkannya batik sebagai warisan dunia, sebagai bangsa
Indonesia harus bangga dengan adanya batik yang sudah diwariskan oleh
nenek moyang. Kebanggaan tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai
cara, seperti menggunakan batik sebagai busana. Selain itu, dapat
menunjukkan kebanggaan dengan cara belajar membatik.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa membatik adalah teknik menahan warna menggunakan lilin malam
secara berulang-ulang di atas kain. Penggunaan lilin malam yaitu sebagai
penahan agar warna tidak menyerap kedalam serat kain yang diberi lilin
malam.

13
Belajar membatik dilaksanakan sejak dini, yaitu pada anak usia dini.
Pada usia ini perlu dikenalkan tentang membatik, yaitu agar anak dapat
mengenal batik dan juga mencintai budaya batik yang sudah mendunia
sejak dini. Membatik yang dikenalkan pada anak usia dini merupakan
kegiatan membatik yang sederhana, yaitu menggunakan media yang
sederhana dan yang aman bagi anak. Disini kegiatan membatik yang
dilaksanakan tidak seperti orang dewasa.
Membatik tradisional dibuat dengan cara mengoleskan lilin panas
pada kain sebelum dilakukan pewarnaan. Rahayu (2010: 89) menyatakan
bahwa membatik bagi anak usia dini adalah anak mengoleskan perintang
pada kain sebelum diberi warna. Pemberian perintang pada kain untuk
anak usia dini dilakukan tidak menggunakan lilin panas, karena berbahaya
bagi anak. Sehingga digunakan pasta tepung sebagai gantinya.
Menurut Sari (2013: 4) menyatakan kegiatan membatik yang
dilakukan yaitu:
Menggambar bebas menggunakan lilin, menggambar bebas
menggunakan crayon, mewarnai gambar menggunakan kuas, membuat
pola menggunakan kertas krep, mencelupkan kertas menggunakan
larutan pewarna makanan, dan mengeringkan kertas.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


membatik bagi anak usia dini adalah mengoleskan perintang ke suatu
media sebelum diberi warna. Sehingga pada media yang diberi perintang,
pewarna yang diberikan tidak akan tembus. Perintang yang digunakan
pada anak usia dini yaitu lilin biasa yang dikenal anak, pasta tepung,
crayon, dan lain-lain.
Berbeda dengan perlengkapan yang digunakan untuk membatik
pada orang dewasa, perlengkapan yang digunakan untuk membatik pada
anak usia dini adalah lebih sederhana. Perlengkapan yang digunakan
pada anak usia dini menurut Rahayu (2010: 90) berupa bahan dan alat
yaitu kain katun, tepung, air, pewarna makanan, papan, jarum pentul atau

14
selotip kertas, pewarna air dingin, kuas atau spons, kartu atau kertas,
gunting celemek, tisu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
membatik pada anak usia dini lebih sederhana dibandingkan kegiatan
membatik pada orang dewasa. Kegiatan membatik yang lebih sederhana
pada anak usia dini dapat dilihat dari perlengkapan yang digunakan pada
kegiatan membatik. Perlengkapan yang digunakan tidak berbahaya bagi
anak, yaitu menggunakan alat dan bahan yang dekat dengan kehidupan
anak. Alat dan bahan yang digunakan kuas, pasta tepung, kain, pewarna
air dingin, selotip, kertas, papan, dan celemek.
Proses membatik pada orang dewasa berbeda dengan proses
membatik pada anak usia dini. Bagi anak usia dini menggunakan proses
yang lebih sederhana. Menurut Rahayu (2010: 90-91) proses membatik
yang dilakukan bagi anak usia dini adalah:
a. Membuat pasta kental dari tepung dan air dengan menambahkan
setetes pewarna makanan pada pasta.
b. Menempelkan sepotong kain katun pada sebuah papan
menggunakan selotip.
c. Meminta anak untuk membuat desain pada kain menggunakan pasta
tepung pada menggunakan kuas kaku. Pastikan daerah yang ditutupi
telah tertutup dengan tebal.
d. Warnai kain dengan pewarna air dingin.
Proses membatik menurut Sudono (2007: 62-63) menyatakan bahwa
dalam proses membatik yang dilakukan yaitu menggunakan poster
colour/cat air yang dilarutkan menggunakan sedikit air di dalam mangkok
kecil. Selanjutnya anak diminta untuk mewarnai kertas berwarna-warni
menggunakan tiga atau empat warna (seperti kue lapis), dan ditunggu
sampai kering, kita nyalakan lilin, minta anak untuk meneteskan lilin diatas
kertas warna-warni, sehingga kertas dipenuhi corak tetesan lilin. Dalam
kegiatan ini dampingi anak dalam meneteskan lilin pada kertas. Larutkan

15
cat warna hitam, ajak anak untuk memulas kertas yang sudah ditetesi lilin
dengan cat warna hitam, kemudian keringkan.
Selain beberapa proses membatik di atas, masih ada proses
membatik yang lain, yaitu membatik jumputan. Membatik jumputan yang
dilkukan oleh anak usia dini adalah membatik dengan sederhana. Menurut
Handoyo (2008: 29) proses membatik jumputan adalah “menyiapkan kain,
proses pengikatan kain, dan yang terakhir adalah proses pewarnaan”.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa proses membatik pada anak usia dini dilakukan secara sederhana
dan menggunakan bahan yang dekat dengan anak. Proses yang
dilakukan yaitu berupa menyiapkan alat dan bahan, dan juga proses
pewarnaan. Proses pewarnaan yang dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda tergantung pada teknik membatik yang digunakan.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam hasil penelitian terdahulu yang relevan akan dibahas
mengenai penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti
terdahulu sebagai acuan dalam menentukan tindakan lanjut sebagai
pertimbangan penelitian. Beberapa penelitian yang relevan dalam
penelitian ini.
1. Peningkatan kemampuan kreativitas anak melalui kegiatan membatik
dengan teknik jumputan di taman kanak-kanak Sari, Endang
Permata (2014) peningkatan Kemampuan Kreativitas anak melalui
kegiatan Membatik dengan teknik jumputan di Taman Kanak-Kanak.
S1 Thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui bermain membatik
dengan pelepah pisang pada anak Kelompok B TK Dharmawanita
Gondanglegi III Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk Tahun
pelajaran 2014/2015 Artikel penelitian diajukan untuk memenuhi
sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Pada Program Studi PG Paud.

16
C. Kerangka Pikir
Kerangka berfikir merukan gambaran tentang konsep bagaimana
suatu variabel memiliki hubungan dengan variabel lainnya. Bagaimana
faktor-faktor dalam penelitian tersebut dapat saling berhubungan. Berikut
karang berfikir penelitian ini.

MEMBATIK METODE
DEMONSTRASI

KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS

D. Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka berpikir diatas, diambil hipotesis
penelitian sebagai berikut :
Ada peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan
membatik dengan metode demonstrasi pada anak PAUD SPS Al Muttaqin
Tsani Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas tentang segala hal yang terkait
dengan penelitian tindakan kelas yaitu rancangan penelitian, tempat dan
waktu penelitian, subyek penelitian, instrumen pengumpulan data,
teknik/prosedur pengumpulan data, prosedur penelitian, dan teknik
analisis data.

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di PAUD SPS Al Muttaqin
Tsani Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester I Tahun
pelajaran 2019/2020, yaitu dimulai dari Bulan Nopember 2019.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini yaitu Anak PAUD SPS Al Muttaqin Tsani


Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020 tentang penerapan
metode demonstrasi melalui kegiatan membatik untuk meningkatkan
motorik halus. Jumlah anak yang diteliti adalah 10 anak yang terdiri dari 5
anak laki-laki dan 5 anak perempuan.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan di PAUD SPS Al Muttaqin Tsani


Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020 adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan yang disengaja dimunculkan, dan terjadi
dalam sebuah kelas. Ada beberapa ahli yang menekuni penelitian
tindakan ini, namun dalam sajian ini dikemukakan pendapat tentang

18
model penelitian tindakan antara lain Kurt Lewin, Kemmis, Henry, Mc
Taggart, John Elliott, dan Hopkins. Ahli yang pertama kali menciptakan
model penelitian tindakan adalah Kurt Lewin, tetapi yang sampai sekarang
banyak dikenal adalah Kemmis dan Mc Taggart (1988).
Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep
pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang
juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaan atau planning, tindakan
atau acting, pengamatan atau observing, refleksi atau reflecting.
Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut
kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart.
Berikut ini dikutipkan model visualisasi bagan yang disusun oleh
kedua ahli tersebut, yaitu Kemmis dan Mc Taggart.

Gambar 3.1 Siklus PTK

Penelitian ini merupakan penilaian tindakan kelas karena


penelitiannya dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang ada di
kelas, dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti bertanggung jawab
penuh atas kegiatan yang dilaksanakan oleh guru. Peneliti melakukan
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada setiap siklusnya.

19
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan beberapa siklus sampai tujuan
yang akan dicapai oleh peneliti tercapai dan dapat mengatasi
permasalahan yang ada.
Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian dilakukan di PAUD SPS Al Muttaqin Tsani yang berjumlah
10 anak. Tema yang diambil dari silabus berbentuk program
semester pada bidang pengembangan motorik halus. Rencana
tindakan meliputi:
a. Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH)
b. Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran
sesuai tema dan sub tema yang menggunakan metode
demonstrasi melalui kegiatan membatik sederhana yang
didemonstrasikan oleh guru dan anak.
c. Menyiapkan media kertas, kelereng, tali, kuas, cat air, air, dan
mangkuk kecil pada pertemuan pertama dan media kertas, lilin,
pasta, air, kuas, mangkuk kecil pada pertemuan kedua.
d. Materi bahan ajar membatik melalui kegiatan yang sederhana,
yaitu menggunakan bahan yang ada disekitar anak dan mudah
diperoleh, misalnya kertas, karet gelang, pewarna, lilin biasa
yang sering digunakan pada saat mati lampu, dan juga air.
Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang sesuai dengan
perkembangan anak.
e. Menyusun alat evaluasi berupa lembar evaluasi proses
pengembangan motorik halus.
f. Menyusun instrumen (format observasi)
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan oleh guru kelas yang sudah diberi penjelasan
terlebih dahulu oleh peneliti dan sudah mencoba pembelajaran
dengan metode demonstrasi melalui kegiatan membatik pada kelas
lain. Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari rencana

20
pembelajaran yang dibuat, yaitu dengan metode demonstrasi dalam
kegiatan membatik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pembukaan
Kegiatan pembukaan ini diawali dengan guru mengatur tempat
duduk anak, yaitu pada saat demonstrasi semua anak dapat
memperhatikan apa yang akan didemonstrasikan oleh guru.
Kegiatan pembukaan dilaksanakan dengan memberikan
orientasi, apersepsi, dan motivasi kepada anak agar siap secara
mental dan fisik untuk menerima pembelajaran membatik. Pada
kegiatan ini anak diajak dan dirangsang untuk membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru pada
pengetahuan awal. Pembelajaran pada kegiatan awal ini bersifat
membangun bukan hanya pengetahuan. Yang dimaksud dengan
kegiatan ini yaitu dengan cara menumbuhkan minat anak dalam
pembelajaran, seperti merangsang anak agar aktif dalam
menunggu pembelajaran yang akan diberikan. Anak tidak hanya
diam secara pasif mendengarkan penjelasan dari guru. Kegiatan
dengan bernyanyi, tanya jawab dengan anak mengenai
membatik.
b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti dilakukan sesuai dengan yang telah
direncanakan dan dipersiapkan oleh peneliti, yang selanjutnya
dilaksanakan oleh guru. Pada kegiatan ini guru harus mampu
memusatkan perhatian pada anak kepada hal-hal yang penting
dan harus dikuasai anak sehingga anak dapat mengikuti metode
demonstrasi melalui kegiatan membatik dengan baik. Guru juga
harus membuat suasana yang kondusif agar anak mampu
menerima pembelajaran dengan baik. Guru memberi
kesempatan kepada anak untuk aktif dan kritis mengikuti proses

21
demonstrasi dengan memberikat kesempatan bertanya dan
komentar.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan alat dan bahan pada kegiatan membatik
2) Guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
membatik
3) Guru meminta kepada anak untuk mengerjakan tugas yang
diberikan guru, sesuai dengan contoh.
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup dilaksanakan dengan adanya refleksi, yaitu
mengingat dan berfikir tentang apa yang telah dipelajari yaitu
mengingat kembali kegiatan membatik dan langkah-langkah
yang dilaksanakan. Selain itu guru mengajak anak untuk
bernyanyi, berdo’a, dan salam. Setelah kegiatan semua selesai
anak boleh pulang.
3. Observasi
Kegiatan ini dilaksanakan oleh peneliti dan observer yang lain.
Observer di sini adalah untuk mengamati perkembangan motorik
halus anak dalam mengikuti pembelajaran secara langsung. Alat
yang digunakan dalam observasi ini adalah instrumen penilaian,
yaitu menilai anak mampu memegang alat batik, mampu
menggoreskan sesuai pola, mampu menyerasikan warna, dan
kerapian dalam membatik.
4. Analisis refleksi
Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan yang harus ditempuh. Guru dan peneliti
mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1 dan 2.
Berdasarkan hasil refleksi dapat mengetahui kelemahan guru dan
peneliti, sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas
pada siklus berikutnya. Permasalahn yang timbul pada siklus
pertama dicari pemecahannya dan ditindak lanjuti pada siklus kedua.

22
Bila hasil refleksi pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan motorik halus namun belum memenuhi target indikator
kinerja 80% maka perlu dilakukan siklus II.
Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
a. Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH)
b. Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran
sesuai tema dan sub tema yang menggunakan metode
demonstrasi melalui kegiatan membatik sederhana yang
didemonstrasikan oleh guru dan anak.
c. Menyiapkan media kertas, kelereng, tali, kuas, cat air, air, dan
mangkuk kecil pada pertemuan pertama dan media kertas, lilin,
pasta, air, kuas, mangkuk kecil pada pertemuan kedua.
d. Materi bahan ajar membatik melalui kegiatan yang sederhana,
yaitu menggunakan bahan yang ada disekitar anak dan mudah
diperoleh, misalnya kertas, karet gelang, pewarna, lilin biasa
yang sering digunakan pada saat mati lampu, dan juga air.
Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang sesuai dengan
perkembangan anak.
e. Menyusun alat evaluasi berupa lembar evaluasi proses
pengembangan motorik halus.
f. Menyusun instrumen (format observasi)
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan oleh guru kelas yang sudah diberi penjelasan
terlebih dahulu oleh peneliti dan sudah mencoba pembelajaran
dengan metode demonstrasi melalui kegiatan membatik pada kelas
lain. Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari rencana
pembelajaran yang dibuat, yaitu dengan metode demonstrasi dalam
kegiatan membatik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan pembukaan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.

23
a. Kegiatan Pembukaan
Kegiatan pembukaan ini diawali dengan guru mengatur tempat
duduk anak, yaitu pada saat demonstrasi semua anak dapat
memperhatikan apa yang akan didemonstrasikan oleh guru.
Kegiatan pembukaan dilaksanakan dengan memberikan orientasi,
apersepsi, dan motivasi kepada anak agar siap secara mental dan
fisik untuk menerima pembelajaran membatik. Pada kegiatan ini
anak diajak dan dirangsang untuk membangun pemahaman
mereka sendiri dari pengalaman baru pada pengetahuan awal.
Pembelajaran pada kegiatan awal ini bersifat membangun bukan
hanya pengetahuan. Yang dimaksud dengan kegiatan ini yaitu
dengan cara menumbuhkan minat anak dalam pembelajaran,
seperti merangsang anak agar aktif dalam menunggu pembelajaran
yang akan diberikan. Anak tidak hanya diam secara pasif
mendengarkan penjelasan dari guru. Kegiatan dengan bernyanyi,
tanya jawab dengan anak mengenai membatik.
b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti dilakukan sesuai dengan yang telah
direncanakan dan dipersiapkan oleh peneliti, yang selanjutnya
dilaksanakan oleh guru. Pada kegiatan ini guru harus mampu
memusatkan perhatian pada anak kepada hal-hal yang penting dan
harus dikuasai anak sehingga anak dapat mengikuti metode
demonstrasi melalui kegiatan membatik dengan baik. Guru juga
harus membuat suasana yang kondusif agar anak mampu
menerima pembelajaran dengan baik. Guru memberi kesempatan
kepada anak untuk aktif dan kritis mengikuti proses demonstrasi
dengan memberikat kesempatan bertanya dan komentar. Pada
siklus kedua ini kegiatan yang dilakukan berbeda dengan siklus
sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan yaitu setelah guru
mendemonstrasikan kegiatan membatik, salah satu anak diminta
untuk mencontohkannya kepada teman-teman yang lain.

24
Kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan alat dan bahan pada kegiatan membatik
2) Guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
membatik
3) Guru meminta salah satu anak yang paham kegiatan
membatik dan mau maju kedepan untuk mencontohkan
kegiatan membatik kepada teman-teman yang lain.
4) Guru meminta kepada anak untuk mengerjakan tugas yang
diberikan guru, sesuai dengan contoh.
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup dilaksanakan dengan adanya refleksi, yaitu
mengingat dan berfikir tentang apa yang telah dipelajari yaitu
mengingat kembali kegiatan membatik dan langkah-langkah
yang dilaksanakan. Selain itu guru mengajak anak untuk
bernyanyi, berdo’a, dan salam. Setelah kegiatan semua selesai
anak boleh pulang.
3. Observasi
Kegiatan ini dilaksanakan oleh peneliti dan observer yang lain.
Observer di sini adalah untuk mengamati perkembangan motorik
halus anak dalam mengikuti pembelajaran secara langsung. Alat
yang digunakan dalam observasi ini adalah instrumen penilaian,
yaitu menilai anak mampu memegang alat batik, mampu
menggoreskan sesuai pola, mampu menyerasikan warna, dan
kerapian dalam membatik.
4. Analisis Refleksi
Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan yang harus ditempuh. Guru dan peneliti
mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, 3, dan 4.
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui bahwa kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus.

25
Bertolak dari uraian yang telah dijelaskan di atas, jika hasil dari siklus
I dan II sudah menunjukkan peningkatan keterampilan motorik halus
dan sudah memenuhi target indikator kerja maka tidak perlu
melakukan siklus selanjutnya. Selanjutnya, jika belum memenuhi
indikator kerja yang ditetapkan maka penelitian akan berlanjut
kesiklus yang selanjutnya sampai indikator kerja yang ditetapkan
tercapai atau terlampaui.
Apabila indikator kinerja sudah tercapai, namun masih ada anak
yang belum tuntas maka akan dilaksanakan suatu tindakan bagi
anak. Tindakan yang dilakukan yaitu menyerahkan kepada guru
untuk melaksanakan pembelajaran mengenai keterampilan motorik
halus yang lebih bagi anak yang belum tuntas, sehingga anak yang
belum tuntas dapat mencapai ketuntasan seperti teman yang lain.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data


yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan (Observasi)
Menggunakkan lembar observasi berisi capaian perkembangan
peserta didik.

Tabel 3.1 Lembar Observasi Kemampuan Membatik

Anak Anak
Anak
mampu mampu Kerapian
mampu
memegang menggores dalam
No Nama menyerasi KET
kan sesuai membatik
kan warna
alat batik pola
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Sumber: Data yang dikembangkan.


Keterangan :

26
 : BSB (Berkembang sangat baik) Anak mau melakukan
dengan mandiri
 : BSH (Berkembang sesuai harapan) Anak mau melakukan
dengan baik dengan motivasi
 : MB (Anak Mulai Berkembang) Anak mau melakukan
kegiatan dengan bantuan
 : BB (Anak Belum Berkembang) Anak belum mau
melakukan kegiatan
Observasi dilakukan dalam bentuk aktivitas guru dalam kegiatan
belajar mengajar. Dan menggunakan metode observasi dengan
menggunakan lembar observasi dalam memantau perkembangan
motorik halus peserta didik yang meliputi aspek kemampuan anak
mampu memegang alat batik, mampu menggoreskan sesuai pola,
menyerasikan warna dan kerapian dalam membatik.
2. Dokumentasi
Sugiyono (2012: 329) berpendapat bahwa teknik pengumpulan data
dengan dokumen data sebagai berikut:
a. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories,
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.
b. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Dokumentasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan
mengambil data dan sumber data yang ada di PAUD, seperti
mengambil rencana kegiatan harian, foto saat kegiatan membatik,
hasil karya anak dalam kegiatan membatik.

27
E. Instrumen Pengumpulan Data

Bahwa penulis memberikan instrumen berupa:


1. Lembar Pengamatan (Observasi)
Menurut Hadi (Dalam Sugiyono, 2014: 145) bahwa Observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan juga psikologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.
Metode observasi dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar
observasi. Observasi pada penelitian ini dilakukan pada PAUD SPS Al
Muttaqin Tsani Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan
cara observasi partisipatif pasif yaitu penelitian ini tidak ikut dalam proses
pembelajaran tetapi bekerja sama dengan guru kelas sebagai guru atau
pengajar yang berperan untuk melakukan tindakan.
Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.
Data-data yang mengenai seluruh aktivitas diperoleh dengan cara
mengamati motorik halus dan keaktifan anak dalam proses pembelajaran
membatik melalui metode demonstrasi untuk memenuhi kegiatan anak
selama proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan pada setiap
pertemuan di tiap siklus.
Penilaian instrumen yang digunakan dalam penilaian adalah
observasi yang digabungkan dengan ceklis. Observasi yang dilakukan
dengan menggunakan pedoman lembar observasi sebagai intrumen dan
pengamatan.
2. Lembar Dokumentasi
Arikunto (2013: 274) Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak
begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih

28
tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan
benda hidup tetapi benda mati.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi


data dengan tujuan untuk menunjukkan berbagai informasi sesuai dengan
fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan
penelitian (Sanjaya, 2011: 106). Selanjutnya, untuk mengetahui
keefektifan suatu metode yang digunakan pada penelitian tindakan kelas
ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif dalam
penelitian ini adalah hasil observasi selama proses kegiatan belajar
mengajar menggunakan media pembelajaran membatik. Motorik halus
anak ditingkatkan melalui kegiatan membatik dengan membandingkan
hasil observasi sebelum tindakan dan sesudah tindakan, dengan demikian
hasil akan diketahui dan dapat dilihat dari ketuntasan belajarnya.
Ketuntasan belajar ada dua yaitu ketuntasan individu dan ketuntasan
klasikal.
1. Penilaian Ketuntasan Individu:

2. Penilaian Untuk Ketuntasan Klasikal:

Untuk menentukan peringkat persentase hasil belajar siswa, maka


peneliti harus menggunakan kriteria penilaian sebagai berikut:
Persentase Kriteria

<20% Sangat rendah


20% - 39% Rendah
40% - 59% Sedang
60% - 79 % Tinggi
>80% Sangat tinggi

29
Tabel 3.2 Ketuntasan Belajar Siswa

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan membahas tentang segala hal yang terkait
dengan penelitian tindakan kelas yaitu data pra survey, interpretasi hasil
penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Pengolahan Data

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2


siklus. Waktu dalam penelitian ini dilakukan dari kegiatan awal sampai
akhir, yaitu dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB. Setiap siklus meliputi
empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (acting),
(3) Pengamatan (observation), (4) Refleksi (reflection).
1. Deskripsi Pra Siklus
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di PAUD SPS Al
Muttaqin Tsani, Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020.
Lembaga ini terletak di Dusun Made Desa Botoputih Kecamatan
Tikung Kabupaten Lamongan. Letak PAUD ini sangat strategis
walaupun tidak berada pas di samping jalan raya, karena Lembaga
ini berada di tengah-tengah Dusun Made Desa Botoputih Kecamatan
Tikung Kabupaten Lamongan. PAUD SPS Al Muttaqin Tsani memiliki
1 ruangan. PAUD SPS Al Muttaqin Tsani memiliki halaman yang luas
untuk bermain. Permainan yang ada di PAUD ini juga bervariasi
seperti ayunan, perosotan, dan lain-lain. Kelas yang digunakan
dalam penelitian adalah kelompok B dengan jumlah 10 anak, yang
terdiri dari 5 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Dari keadaan fisik
semua anak memiliki fisik yang sehat tidak ada yang berkebutuhan
khusus. Guru yang mengajar pada PAUD SPS Al Muttaqin Tsani,
Kabupaten Lamongan ada satu orang. Melalui kegiatan observasi
dan dokumentasi menemukan kendala yang dihadapi sekolah dalam
proses kegiatan belajar. Salah satunya belum optimalnya

31
kemampuan anak dalam keterampilan motorik halus. Hal inilah yang
menjadikan latar belakang peneliti mengadakan penelitian pada anak
PAUD SPS Al Muttaqin Tsani, Kabupaten Lamongan dalam
keterampilan motorik halus menggunakan metode demonstrasi
dalam kegiatan membatik.
Dan dari 10 peserta didik PAUD SPS Al Muttaqin Tsani
Kabupaten Lamongan yang terdiri dari 5 peserta didik perempuan
dan 5 peserta didik laki laki, hanya 3 orang yang bisa aktif dalam
kegiatan sementara dari hasil tersebut diperoleh persentase 30%.
Sedangkan standart ketuntasan 80%. Adapun data yang diperoleh
saat pra survey sebagai berikut terlihat pada:
Tabel 4.1 Lembar Observasi Anak Pra Survey

Anak Anak mampu


Anak mampu Kerapian
mampu menggores-

Jumlah
menyerasi- dalam Nilai
No Nama memegang kan sesuai Ket
kan warna membatik %
alat batik pola
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Akbar √ √ √ √ 5 31,25 TT
2. Iqbal √ √ √ √ 5 31,25 TT
3. Mamat √ √ √ √ 6 37,50 TT
4. Radit √ √ √ √ 13 81,25 TT
5. Tya √ √ √ √ 13 81,25 T
6. Lia √ √ √ √ 9 56,25 TT
7. Puput √ √ √ √ 6 37,50 TT
8. Salsa √ √ √ √ 6 37,50 TT
9. Siti √ √ √ √ 6 37,50 TT
10. Vika √ √ √ √ 13 81,25 T
JUMLAH ANAK YANG TUNTAS 30% 3
JUMLAH ANAK YANG TIDAK TUNTAS 70% 7
Keterangan : T = Tuntas TT = Tidak Tuntas
 : BSB (Berkembang sangat baik) Anak mau melakukan dengan
mandiri

32
 : BSH (Berkembang sesuai harapan) Anak mau melakukan
dengan baik dengan motivasi
 : MB (Anak Mulai Berkembang) Anak mau melakukan kegiatan
dengan bantuan
 : BB (Anak Belum Berkembang) Anak belum mau melakukan
kegiatan

Dari tabel 4.1 ketuntasan dan hasil belajar keterampilan motorik


halus yang diperoleh anak PAUD SPS Al Muttaqin Tsani, Kabupaten
Lamongan masih kurang. Dilihat dari anak yang mendapat kriteria
tuntas sebanyak 3 anak atau 30%. Anak yang belum tuntas
sebanyak 7 anak atau 70%. Nilai tersebut merupakan nilai
keseluruhan dari nilai yang didapat anak dari beberapa aspek yang
diukur yaitu anak mampu memegang alat batik, mampu
menggoreskan sesuai pola, mampu menyerasikan warna, dan
kerapian dalam membatik.

2. Deskripsi Hasil Siklus I


Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 13 Januari 2020, dimulai dari kegiatan awal sampai kegiatan
akhir. Adapun langkah dalam siklus I pertemuan pertama dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Penelitian dilakukan di PAUD SPS Al Muttaqin Tsani yang
berjumlah 10 anak. Tema yang diambil dari silabus berbentuk
program semester pada bidang pengembangan motorik halus.
Rencana tindakan meliputi:
1. Menyusun Rencana
Kegiatan Harian (RKH)
2. Menyusun rencana
tindakan berupa skenario pembelajaran sesuai tema dan sub

33
tema yang menggunakan metode demonstrasi melalui kegiatan
membatik sederhana yang didemonstrasikan oleh guru dan
anak.
3. Menyiapkan
mediakertas putih, kuas,pewarna makanan dengan warna
merah, kuning, hijau, dan mangkuk kecil.
4. Materi bahan ajar
membatik melalui kegiatan yang sederhana, yaitu
menggunakan bahan yang ada disekitar anak dan mudah
diperoleh, kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang
sesuai dengan perkembangan anak.
5. Menyusun alat
evaluasi berupa lembar evaluasi proses pengembangan
motorik halus.
6. Menyusun
instrumen (format observasi)
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan oleh guru kelas yang sudah diberi
penjelasan terlebih dahulu oleh peneliti dan sudah mencoba
pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui kegiatan
membatik pada kelas lain. Pelaksanaan tindakan merupakan
penerapan dari rencana pembelajaran yang dibuat, yaitu dengan
metode demonstrasi dalam kegiatan membatik. Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan
pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan
Pembukaan
Kegiatan pembukaan ini diawali dengan guru mengatur tempat
duduk anak, yaitu pada saat demonstrasi semua anak dapat
memperhatikan apa yang akan didemonstrasikan oleh guru.
Kegiatan pembukaan dilaksanakan dengan memberikan

34
orientasi, apersepsi, dan motivasi kepada anak agar siap
secara mental dan fisik untuk menerima pembelajaran
membatik. Pada kegiatan ini anak diajak dan dirangsang untuk
membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
pada pengetahuan awal. Pembelajaran pada kegiatan awal ini
bersifat membangun bukan hanya pengetahuan. Yang
dimaksud dengan kegiatan ini yaitu dengan cara
menumbuhkan minat anak dalam pembelajaran, seperti
merangsang anak agar aktif dalam menunggu pembelajaran
yang akan diberikan. Anak tidak hanya diam secara pasif
mendengarkan penjelasan dari guru. Kegiatan dengan
bernyanyi, tanya jawab dengan anak mengenai membatik.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti dilakukan sesuai dengan yang telah
direncanakan dan dipersiapkan oleh peneliti, yang selanjutnya
dilaksanakan oleh guru. Pada kegiatan ini guru harus mampu
memusatkan perhatian pada anak kepada hal-hal yang penting
dan harus dikuasai anak sehingga anak dapat mengikuti
metode demonstrasi melalui kegiatan membatik dengan baik.
Guru juga harus membuat suasana yang kondusif agar anak
mampu menerima pembelajaran dengan baik. Guru memberi
kesempatan kepada anak untuk aktif dan kritis mengikuti
proses demonstrasi dengan memberikat kesempatan bertanya
dan komentar.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan alat dan bahan pada kegiatan
membatik
2. Guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
membatik
3. Guru meminta kepada anak untuk mengerjakan tugas
yang diberikan guru, sesuai dengan contoh.

35
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup dilaksanakan dengan adanya refleksi, yaitu
mengingat dan berfikir tentang apa yang telah dipelajari yaitu
mengingat kembali kegiatan membatik dan langkah-langkah
yang dilaksanakan. Selain itu guru mengajak anak untuk
bernyanyi, berdo’a, dan salam. Setelah kegiatan semua selesai
anak boleh pulang.
c. Observasi
Kegiatan ini dilaksanakan oleh peneliti dan observer yang lain.
Observer di sini adalah untuk mengamati perkembangan motorik
halus anak dalam mengikuti pembelajaran secara langsung. Alat
yang digunakan dalam observasi ini adalah instrumen penilaian,
yaitu menilai anak mampu memegang alat batik, mampu
menggoreskan sesuai pola, mampu menyerasikan warna, dan
kerapian dalam membatik.
d. Analisis refleksi
Hasil observasi siklus I diketahui bahwa metode demonstrasi
melalui kegiatan membatik telah meningkatkan kemampuan motorik
halus anak. Sebagai contoh hasil membatik dari data yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai rata-rata anak keseluruhan yang tuntas
adalah 50% atau 5 anak. Anak yang belum tuntas yaitu sebesar
50%. Nilai yang diperoleh anak yaitu pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Lembar Observasi Anak Pada Siklus I

Anak mampu Anak mampu Anak mampu Kerapian


Jumlah

memegang menggoreskan menyerasikan dalam Nilai


No Nama alat batik sesuai pola warna membatik Ket
%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Akbar √ √ √ √ 6 37,50 TT

2 Iqbal √ √ √ √ 6 37,50 TT

3 Mamat √ √ √ √ 7 43,75 TT

36
Anak mampu Anak mampu Anak mampu Kerapian

Jumlah
memegang menggoreskan menyerasikan dalam Nilai
No Nama alat batik sesuai pola warna membatik Ket
%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

4 Radit √ √ √ √ 13 81,25 T

5 Tya √ √ √ √ 14 87,50 T

6 Lia √ √ √ √ 13 81,25 T

7 Puput √ √ √ √ 6 37,50 TT

8 Salsa √ √ √ √ 6 37,50 TT

9 Siti √ √ √ √ 13 81,25 T

10 Vika √ √ √ √ 14 87,50 T

JUMLAH ANAK TUNTAS BELAJAR 50% 5

JUMLAH ANAK TIDAK TUNTAS 50% 5

Keterangan : T = Tuntas TT = Tidak Tuntas


 : BSB (Berkembang sangat baik) Anak mau melakukan dengan
mandiri
 : BSH (Berkembang sesuai harapan) Anak mau melakukan
dengan baik dengan motivasi
 : MB (Anak Mulai Berkembang) Anak mau melakukan kegiatan
dengan bantuan
 : BB (Anak Belum Berkembang) Anak belum mau melakukan
kegiatan
Nilai yang diperoleh pada siklus I ini sudah meningkat,dengan
nilai presentase 50% namun pada keadaan ini dikatakan belum
tuntas karena standart ketuntasan 50%. Namun pada keadaan ini
rata-rata anak dikatakan masih belum optimal. Pernyataan belum
optimal ini karena disini peneliti menargetkan indikator kinerja
sebesar 80%. Maka Peneliti melanjutkan ke siklus II.

37
3. Deskripsi Hasil Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Januari
2020, dimulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Adapun
langkah dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:

38
a. Perencanaan Tindakan
1. Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH)
2. Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran
sesuai tema dan sub tema yang menggunakan metode
demonstrasi melalui kegiatan membatik sederhana yang
didemonstrasikan oleh guru dan anak.
3. Menyiapkan media kain,, kuas, pewarna, air, dan mangkuk kecil.
4. Materi bahan ajar membatik melalui kegiatan yang sederhana,
yaitu menggunakan bahan yang ada disekitar anak dan mudah
diperoleh, misalnya kain, pewarna, lilin biasa yang sering
digunakan pada saat mati lampu, dan juga air. Kegiatan yang
dilakukan adalah kegiatan yang sesuai dengan perkembangan
anak.
5. Menyusun alat evaluasi berupa lembar evaluasi proses
pengembangan motorik halus.
6. Menyusun instrumen (format observasi)
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan oleh guru kelas yang sudah diberi
penjelasan terlebih dahulu oleh peneliti dan sudah mencoba
pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui kegiatan
membatik pada kelas lain. Pelaksanaan tindakan merupakan
penerapan dari rencana pembelajaran yang dibuat, yaitu dengan
metode demonstrasi dalam kegiatan membatik. Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan
pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pembukaan
Kegiatan pembukaan ini diawali dengan guru mengatur tempat
duduk anak, yaitu pada saat demonstrasi semua anak dapat
memperhatikan apa yang akan didemonstrasikan oleh guru.
Kegiatan pembukaan dilaksanakan dengan memberikan
orientasi, apersepsi, dan motivasi kepada anak agar siap secara

39
mental dan fisik untuk menerima pembelajaran membatik. Pada
kegiatan ini anak diajak dan dirangsang untuk membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru pada
pengetahuan awal. Pembelajaran pada kegiatan awal ini bersifat
membangun bukan hanya pengetahuan. Yang dimaksud dengan
kegiatan ini yaitu dengan cara menumbuhkan minat anak dalam
pembelajaran, seperti merangsang anak agar aktif dalam
menunggu pembelajaran yang akan diberikan. Anak tidak hanya
diam secara pasif mendengarkan penjelasan dari guru. Kegiatan
dengan bernyanyi, tanya jawab dengan anak mengenai
membatik.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti dilakukan sesuai dengan yang telah
direncanakan dan dipersiapkan oleh peneliti, yang selanjutnya
dilaksanakan oleh guru. Pada kegiatan ini guru harus mampu
memusatkan perhatian pada anak kepada hal-hal yang penting
dan harus dikuasai anak sehingga anak dapat mengikuti metode
demonstrasi melalui kegiatan membatik dengan baik. Guru juga
harus membuat suasana yang kondusif agar anak mampu
menerima pembelajaran dengan baik. Guru memberi
kesempatan kepada anak untuk aktif dan kritis mengikuti proses
demonstrasi dengan memberikat kesempatan bertanya dan
komentar. Pada siklus kedua ini kegiatan yang dilakukan
berbeda dengan siklus sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan
yaitu setelah guru mendemonstrasikan kegiatan membatik, salah
satu anak diminta untuk mencontohkannya kepada teman-teman
yang lain.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru yaitu sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan alat dan bahan pada kegiatan membatik
2. Guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
membatik

40
3. Guru meminta salah satu anak yang paham kegiatan
membatik dan mau maju kedepan untuk mencontohkan
kegiatan membatik kepada teman-teman yang lain.
4. Guru meminta kepada anak untuk mengerjakan tugas yang
diberikan guru, sesuai dengan contoh.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup dilaksanakan dengan adanya refleksi, yaitu
mengingat dan berfikir tentang apa yang telah dipelajari yaitu
mengingat kembali kegiatan membatik dan langkah-langkah
yang dilaksanakan. Selain itu guru mengajak anak untuk
bernyanyi, berdo’a, dan salam. Setelah kegiatan semua selesai
anak boleh pulang.
c. Observasi
Kegiatan ini dilaksanakan oleh peneliti dan observer yang lain.
Observer di sini adalah untuk mengamati perkembangan motorik
halus anak dalam mengikuti pembelajaran secara langsung. Alat
yang digunakan dalam observasi ini adalah instrumen penilaian,
yaitu menilai anak mampu memegang alat batik, mampu
menggoreskan sesuai pola, mampu menyerasikan warna, dan
kerapian dalam membatik.
d. Analisis Refleksi
Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan
langkah-langkah perbaikan yang harus ditempuh. Guru dan peneliti
mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1, 2, dan 3.
Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui bahwa kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus.
Bertolak dari uraian yang telah dijelaskan di atas, jika hasil dari
siklus I dan II sudah menunjukkan peningkatan keterampilan motorik
halus dan sudah memenuhi target indikator kerja maka tidak perlu
melakukan siklus selanjutnya. Selanjutnya, jika belum memenuhi

41
indikator kerja yang ditetapkan maka penelitian akan berlanjut
kesiklus yang selanjutnya sampai indikator kerja yang ditetapkan
tercapai atau terlampaui.

Tabel 4.4 Lembar Observasi Anak Siklus II

Anak Anak mampu


Anak mampu Kerapian
mampu menggores-

Jumlah
menyerasikan dalam Nilai
memegang kan sesuai
No Nama warna membatik Ket
alat batik pola %

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Akbar √ √ √ √ 11 68,75 TT

2 Iqbal √ √ √ √ 13 81,25 T

3 Mamat √ √ √ √ 14 87,50 T

4 Radit √ √ √ √ 15 93,75 T

5 Tya √ √ √ √ 15 93,75 T

6 Lia √ √ √ √ 14 87,50 T

7 Puput √ √ √ √ 13 81,25 T

8 Salsa √ √ √ √ 13 81,25 T

9 Siti √ √ √ √ 14 87,5 T

10 Vika √ √ √ √ 15 93,75 T

JUMLAH ANAK TUNTAS BELAJAR 90% 9

JUMLAH ANAK TIDAK TUNTAS 10% 1


Keterangan : T = Tuntas TT = Tidak Tuntas
 : BSB (Berkembang sangat baik) Anak mau melakukan dengan
mandiri
 : BSH (Berkembang sesuai harapan) Anak mau melakukan
dengan baik dengan motivasi
 : MB (Anak Mulai Berkembang) Anak mau melakukan kegiatan

42
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus III
ini ketuntasan belajar anak mengalami peningkatan secara
signifikan, dan telah tuntas. Dengan nilai kelas 90% dan telah
melebihi target yang ditentukan.
Apabila indikator kinerja sudah tercapai, namun masih ada
anak yang belum tuntas maka akan dilaksanakan suatu tindakan
bagi anak. Tindakan yang dilakukan yaitu menyerahkan kepada guru
untuk melaksanakan pembelajaran mengenai keterampilan motorik
halus yang lebih bagi anak yang belum tuntas, sehingga anak yang
belum tuntas dapat mencapai ketuntasan seperti teman yang lain.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan


membatik untuk meningkatkan motorik halus pada PAUD SPS Al Muttaqin
Tsani, Kabupaten Lamongan Tahun 2019/2020 dilaksanakan berdasarkan
analisis kebutuhan dengan melaksanakan observasi dan dokumentasi.
Hasil observasi diperoleh beberapa permasalahan sebagai berikut: (1)
anak merasa kesulitan untuk melaksanakan motorik halus, (2)
Penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan guru monoton, yaitu
menggunakan metode ceramah, (3) Pembelajaran yang diberikan guru
kurang menarik bagi anak.
Metode demonstrasi yang peneliti kembangkan mempunyai
beberapa hal yang menjadi kelebihannya yaitu anak lebih mudah
memahami pembelajaran yang disampaikan melalui demonstrasi,
pembelajaran yang disampaikan akan menarik bagi anak karena anak
tidak hanya mendengarkan, namun juga bisa melihatnya secara langsung,
anak akan lebih aktif untuk mengamati pembelajaran dan meningkatkan
minatnya untuk mencoba pembelajaran yang didemonstrasikan.
Kegiatan membatik yang peneliti kembangkan mempunyai beberapa
kelebihan bagi anak yaitu, kegiatan membatik merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi anak dapat melatih konsentrasi, dapat

43
mengkoordinasikan antara mata dan tangan, selain itu dapat melestarikan
budaya bangsa yang diakui dunia.
Keterampilan motorik halus anak yang peneliti teliti menggunakan
metode demonstrasi melalui kegiatan membatik ada 4 aspek yaitu anak
mampu memegang alat batik, mampu menggoreskan sesuai pola, mampu
menyerasikan warna, dan kerapian dalam membatik. Pada penelitian ini
semua aspek yang diteliti dapat meningkat dengan baik, yaitu sesuai
dengan target yang ditentukan oleh peneliti sebesar 80%.
Metode demonstasi yang dilaksanakan merupakan media yang
paling baik dalam pembelajaran motorik. Selain itu kegiatan membatik
yang dilakukan merupakan kegiatan yang baik untuk mengkoordinasikan
mata dan tangan menurut Rahayu (2010: 69-74). Penggunaan kegiatan ini
dapat mempermudah guru untuk melatih motorik halusnya. Kegiatan
membatik yang dilaksanakan oleh peneliti disini merupakan kegiatan
membatik yang sudah dimodifikasi, yaitu yang sederhana dan sesuai
dengan tingkat perkembangan anak
Peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan hanya sedikit demi
sedikit. Pada anak yang belum tuntas dalam penelitian yang dilaksanakan
oleh peneliti tetap dibimbing melalui pengayaan dan latihan yang
dilakukan di rumah oleh orang tua dan di sekolah oleh guru. Semua ini
dilaksanakan agar keterampilan motorik halus anak dapat meningkat
dengan baik. Selain itu ditambahkan saran bagi guru untuk melaksanakan
pembelajaran yang mengenai motorik halus yang lebih kepada anak yang
belum mencapai target. Pemberian bimbingan dilaksanakan pada saat
waktu khusus yaitu pada saat waktu kosong dan anak-anak lain sedang
istirahat. Semua ini dilaksanakan agar anak yang belum tuntas dapat
mencapai ketuntasan seperti teman yang lain.

44
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang


dilakukan pada siklus pertama hingga siklus ketiga maka secara umum
dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui
kegiatan membatik dapat meningkatkan motorik halus pada PAUD SPS Al
Muttaqin Tsani, Kabupaten Lamongan.
Keberhasilan ini dapat dijabarkan dalam beberapa kesimpulan
antara lain:
1. Dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan membatik
dapat meningkatkan motorik halus PAUD SPS Al Muttaqin Tsani,
Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Setelah diberi tindakan prosentase nilai ketuntasan meningkat yaitu
pada hasil penelitian prasiklus 30%, siklus I sebesar 50% pada siklus
II peningkatan hasil ketuntasan sangat terlihat yaitu 90%.
B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti


menyampaikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat
memberikan manfaat yang besar dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan. Adapun saran-saran yang peneliti sampaikan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Anak
a. Dengan guru menerapkan metode demonstrasi melalui
kegiatan membatik dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus.
b. Dengan semangat guru saat pembelajaran akan
mempermudah anak dalam memahami pelajaran.

45
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya memilih dan menggunakan metode
pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran,
seperti menggunakan metode demonstrasi. Pelaksanaan
metode demonstrasi harus memperhatikan aspek suasana
yang menyenangkan bagi anak dan memberikan motivasi
dalam pembelajaran.
a. Guru hendaknya memilih kegiatan pembelajaran yang menarik
bagi anak, seperti kegiatan membatik.
3. Bagi Sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya sering mengadakan pembinaan bagi
guru-guru agar lebih memahami mengenai metode
pembelajaran, sehingga dapat menambah ilmu yang dimiliki
oleh para guru. Dengan bertambahnya ilmu yang didapat,
maka guru akan lebih aktif dan lancar dalam memberikan
pembelajaran kepada anak.
a. Pihak sekolah hendaknya sering mengadakan pembinaan bagi
guru-guru mengenai kegiatan pembelajaran yang menarik
seperti membatik, sehingga dalam pembelajaran anak akan
lebih aktif, kreatif, dan imajinatif.
b. Pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan dalam
pengadaan sarana pembelajaran yang dapat digunakan dan
yang lebih memudahkan anak dalam belajar.

46
Lampiran I
INSTRUMEN PENELITIAN

LEMBAR OBSERVASI ANAK PADA SIKLUS I

Anak mampu Anak mampu Anak mampu Kerapian

Jumlah
memegang menggoreskan menyerasikan dalam Nilai
No Nama alat batik sesuai pola warna membatik Ket
%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

JUMLAH ANAK TUNTAS BELAJAR

JUMLAH ANAK TIDAK TUNTAS

47
LAMPIRAN II

Siklus I
LEMBAR OBSERVASI ANAK PADA SIKLUS I

Anak Anak mampu


Anak mampu Kerapian
mampu menggores-

Jumlah
menyerasi- dalam Nilai
memegang kan sesuai
No Nama kan warna membatik Ket
alat batik pola %
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Akbar √ √ √ √ 6 37,50 TT

2. Iqbal √ √ √ √ 6 37,50 TT

3. Mamat √ √ √ √ 7 43,75 TT

4. Radit √ √ √ √ 13 81,25 T

5. Tya √ √ √ √ 14 87,50 T

6. Lia √ √ √ √ 13 81,25 T

7. Puput √ √ √ √ 6 37,50 TT

8. Salsa √ √ √ √ 6 37,50 TT

9. Siti √ √ √ √ 13 81,25 T

10 Vika √ √ √ √ 14 87,50 T

JUMLAH ANAK TUNTAS BELAJAR 50% 5

JUMLAH ANAK TIDAK TUNTAS 50% 5

48
Siklus II
LEMBAR OBSERVASI ANAK SIKLUS III

Anak Anak mampu


Anak mampu Kerapian
mampu menggores-

Jumlah
menyerasi- dalam Nilai
memegang kan sesuai
No Nama kan warna membatik Ket
alat batik pola %
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Akbar √ √ √ √ 11 68,75 TT

2. Iqbal √ √ √ √ 13 81,25 T

3. Mamat √ √ √ √ 14 87,50 T

4. Radit √ √ √ √ 15 93,75 T

5. Tya √ √ √ √ 15 93,75 T

6. Lia √ √ √ √ 14 87,50 T

7. Puput √ √ √ √ 13 81,25 T

8. Salsa √ √ √ √ 13 81,25 T

9. Siti √ √ √ √ 14 87,50 T

10 Vika √ √ √ √ 15 93,75 T

JUMLAH ANAK TUNTAS BELAJAR 90% 9

JUMLAH ANAK TIDAK TUNTAS 10% 1

49
LAMPIRAN III
FOTO KEGIATAN

SIKLUS I

Kegiatan Membatik

Hasil Karya Anak Sederhana Pada Siklus I

50
SIKLUS II

Kegiatan Membatik

Hasil Karya Anak Lebih Rumit Pada Siklus II

51
LAMPIRAN IV
JURNAL

52
LAMPIRAN V

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH)


SPS AL MUTTAQIN TSANI

Hari/Tanggal : Senin, 13 Januari 2020


Kelompok/Usia : 3-4 tahun
Tema : Alam Semesta
Sub tema/ Sub-sub tema : Benda-benda Langit (Matahari, bumi, bulan)
Indikator : Fm.36, B.9, K.19, F.52, N.8, S.11, N.7

Materi dalam kegiatan


1. Menciptakan bentuk dari kepingan geometri
2. Mengelompokkan macam-macam gambar
3. Membatik dengan jumputan
4. Membedakan berat badan dengan timbangan
Materi dalam pembiasaan
1. Berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan sesuai dengan
keyakinannya
2. Memberi dan membalas salam
3. Mau memohon dan memberi maaf
Alat Dan Bahan
1. Kepingan Geometri warna (segitiga, segiempat, lingkaran), pensil,
crayon
2. Gambar bumi, matahari, bulan, Crayon, pensil
3. Kain, pasta, kuas, lilin, air, mangkuk
4. Timabangan
Pembukaan
o “ Bernyanyi sesuka hati
o Do’a sebelum kegiatan
o Membaca surat pendek Annas-Al lahab
o Presensi
o “Tepuk semangat”
o Mengenalkan aturan main
o Berdiskusi tentang macam-macam benda langit

53
o Bercakap-cakap tentang anak yang mau meminta maaf dan
memberi maaf

Kegiatan Inti
o Guru mengajak anak mengamati obyek sesuai dengan tema yang
didiskusikan.
o Guru memberikan anak kesempatan untuk menanyakan hal-hal
yang terkait dengan tema yang didiskusikan.
o Anak melakukan kegiatan sesuai minat dan gagasannya
Kegiatan 1 : Membuat bentuk dari kepingan geometri
Kegiatan 2 : Mengelompokkan gambar matahari, bumi, bulan
Kegiatan 3 : Membatik dengan menggunakan kuas
o Guru menanyakan kepada anak dimana mereka menemukan
konsep tersebut.
o Guru menanyakan kepada anak contoh konsep yang mereka
pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
o Anak menceritakan kegiatan main yang dilakukannya.
Penutup
o Menanyakan perasaan anak selama hari ini
o Berdiskusi Memberi salam dan membalas salam jika bertemu
teman
o Tanya jawab nama-nama benda langit
o Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
o Menginformasikan kegiatan untuk besok hari
o Menyanyi bersama lagu “Pul Pulang”
o Berdo’a setelah belajar
o Bersalam
o Pulang

Mengetahui,
Pengurus Guru

MUTHOHAROH, S.Pd RUKHANAH, S.Pd

54
Siklus II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH)


SPS AL MUTTAQIN TSANI

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Januari 2020


Kelompok/Usia : 3-4 tahun
Tema : Alam Semesta
Sub tema/ Sub-sub tema : Ciptaan Allah Yang Ada D Bumi
Indikator : N.20, S.1, B.20, K.38, F.56, F.52

Materi dalam kegiatan


1. Membuat sajak sederhana
2. Menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda
sampai 5
3. Mengukur tinggi badan, pemeriksaan UKS dan mengukur lingkar
kepala
4. Membatik
Materi dalam pembiasaan
1. Suka menolong
2. Dapat melaksanakan tugas kelompok
Alat Dan Bahan
1. Kartu Angka dan gambar
2. Pengukur tinggi badan dan lingkar kepala
3. Kain, pasta, kuas, lilin, air, mangkuk
Pembukaan
o “ Bernyanyi sesuka hati
o Do’a sebelum belajar
o Membaca surat pendek Annas-Al lahab
o Presensi
o “ Tepuk semangat ”
o Mengenalkan aturan main
o Berdiskusi tentang aciptaan allah yang ada di bumi
o Dapat mengikuti tugas kelompok
Kegiatan Inti

55
o Guru mengajak anak mengamati obyek sesuai dengan tema yang
didiskusikan.
o Guru memberikan anak kesempatan untuk menanyakan hal-hal
yang terkait dengan tema yang didiskusikan.
o Anak melakukan kegiatan sesuai minat dan gagasannya
Kegiatan 1 : Menghubungkan dan memasangkan lambang bil
sampai 5
Kegiatan 2 : Mengukur tinggi badan
Kegiatan 3 : Membatik dengan teknik tulis
o Guru menanyakan kepada anak dimana mereka menemukan
konsep tersebut.
o Guru menanyakan kepada anak contoh konsep yang mereka
pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
o Anak menceritakan kegiatan main yang dilakukannya.
Penutup
o Menanyakan perasaan anak selama hari ini
o Tanya jawab nama-nama benda ciptaan allah
o Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
o Menginformasikan kegiatan untuk besok hari
o Menyanyi bersama lagu “Pul Pulang”
o Berdo’a setelah belajar
o Bersalam
o Pulang

Mengetahui,
Pengurus Guru

MUTHOHAROH, S.Pd RUKHANAH, S.Pd

56
57
BIODATA PENULIS
I. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Rukhanah, S.Pd
Nama Panggilan : Khanah
Tempat Tanggal Lahir : Lamongan, 13Mei 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Lengkap : Dsn. Made, Ds.Botoputih,
Kec.Tikung,Kab.Lamongan.
NUPTK : 7845769670130102
Alamat E-mail : rukhanah.nana@gmail.com
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
 SDN Botoputih II : Tahun 2003
 SMP N 1 Tikung : Tahun 2006
 SMK PGRI 3 Lamongan : Tahun 2009
 UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE : Tahun 2016
III. PENGALAMAN ORGANISASI
 Kepala PG Al Muttaqin Tsani : Tahun 2015-sekarang
 Guru PG Al Muttaqin Tsani : Tahun 2009-sekarang

58

Anda mungkin juga menyukai