OLEH :
KELOMPOK 6
MUSLIM
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Karena limpahan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa tidak ada yang
sempurna di dunia ini, maka sewajarnyalah kami memohon maaf dan meminta
Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................2
C .Tujuan.......................................................................................................................2
BAB IIPEMBAHASAN....................................................................................................3
BAB IIIPENUTUP............................................................................................................6
A.Kesimpulan................................................................................................................6
B. Saran..........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam pada masa Rasulullah SAW masih hidup apabila terdapat kekurangan
perkataan, perbuatan dan kebiasaan beliau ketika masih hidup. Ketika sampai
kepada masa tahap ini mereka berpegang kepada Al-Qur’an, As Sunnah dan
sebagai syara’ (hukum Islam). Sehingga seiring perkembangan waktu pun banyak
terjadi perbedaan madzhab. Madzhab adalah cara yang ditempuh atau jalan yang
diikuti. Embriio dari perbedaanm adzhab ini adalah karena terjadi perbedaan cara
pandang dan analisis terhadap nash (teks), walaupun semua mempunyai dasar
yang sama yaitu Al-Qur’an dan As Sunnah. Namun perbedaan tersebut dianggap
wajar oleh para ulama fiqih. Karena berbagai faktor yang mempengaruhinya,
Sebagai contoh ada madzhab sunni yang terdiri dari madzhab Hanafi, Maliki,
Syafi’i dan Hambali. Sedangkan madzhab syi’a terdiri dari madzhab Zaidi dan
Jarani yang semua itu perlu untuk kita ketahui sebagai pertimbangan dalam kita
melaksanakan keislaman.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
PEMBAHASAN
Imam Syafi`i sejak kecil hidup dalam kemiskinan, pada waktu dia
diserahkan ke bangku pendidikan, para pendidik tidak memperoleh upah dan
mereka hanya terbatas pada pengajaran. Akan tetapi setiap kali seorang guru
mengajarkan sesuatu pada murid-murid, terlihat Syafi`i kecil denga ketajaman
akal pikiran yang dimilikinya mampu menangkap semua perkataan serta
penjelasan gurunya. Setiap kali gurunya berdiri untuk meninggalkan
tempatnya, Syafi`i kecil mengajarkan kembali apa yang dia dengar dan dia
pahami kepada anak-anak yang lain, sehingga dai apa yang dilakukan Syafi`i
kecil ini mendapatkan upah. Sesudah usianya menginjak ke tujuh, Syafi`i telah
berhasil menghafal al-Qur`an dengan baik.
Imam Syafi`i bercerita: “Saat kami menghatamkan al-Qur`an dan memasuki
masjid, kami duduk di majlis para ulama. Kami berhasil menghafal beberapa
hadits dan beberapa masalah Fiqih. Pada waktu itu, rumah kami berada di
Makkah. Kondisi kehidupan kami sangat miskin, dimana kami tidak memiliki
uang untuk membeli kertas, akan tetapi kami mengambil tulang-tulang
sehingga dapat kami gunakan untuk menulisnya". Imam Syafi'i amat gemar
mengembara, khususnya bertujuan menuntut ilmu.[1]
Beliau pindah ke Madinah untuk belajar fikih kepada Imam Malik, pada usia
dua puluh tahun sampai Imam Malik meninggal pada tahun 179 H. pada tahun
184 H, Khalifah Harun Al-Rasyid memerintahkan Imam Syafi'i didatangkan ke
Baghdad bersama sembilan orang lainnya atas tuduhan menggulingkan
pemerintahan. Namun beliau dapat lepas dari tuduhan itu atas bantuan
Muhammad Ibn al-Hasan Al-Syaibani, murid dan teman Imam Hanafi, yang
kemudian hari menjadi guru beliau.[2]
Nama lengkap Imam Hambali adalah ابو عبد هللا احمد بن محمد بن حنبل بن هالل بن اسد
[ -.بن ادريس ابن عبد هللا بن حيان بن عبد هللا بن انس بن عوف بن قاسط بن مازن ابن شيبان المروزى البغدادى
]1 Dan beliau dilahirkan di Baghdad pada tahun 780-855 M, beliau juga
merupakan murid dari Imam Syafi’I [2]. Beliau dibesarkan oleh ibunya
lantaran sang ayah meninggal di masa mudanya, pada usia 16 tahun,
keinginannya yang besar membuatnya belajar Al Qur’an dan ilmu-ilmu agama
lainya kepada ulama-ulama yang ada di Baghdad, dan setiap kali mendengar
ada ulama terkenal di suatu tempat, beliau rela menempuh perjalanan jauh
dan waktu yang cukup lama untuk menimba ilmu dari sang ulama, beliau
mengunjungi para ulama terkenal di berbagai tempat, seperti Bashrah, Syam,
Kufah, Yaman, Mekkah dan Madinah, beberapa gurunya antara lain :
Hammad bin Khalid, Ismail bin Aliyah, Muzaffar bin Mudrik, Walin bin Muslim
dan Musa bin Thariq. Kecintaanya terhadap ilmulah yang membuat beliau
tidak menikah di usia muda, namun beliau menikah pada di usia 40 tahun.
Kepandaian Imam Hambali dalam ilmu hadis tak diragukan lagi, menurut
putra sulungnya Abdullah bin Ahmad bahwa Imam Hambali telah hafal
700.000 hadis di luar kepala. Hadis sebanyak itu kemudian diseleksinya
secara ketat dan ditulis kembali dalam kitabnya Al Musnad berjumlah
40.000 hadis berdasarkan susunan nama-nama sahabat yang
meriwayatkan. Dengan kemampuan dan kepandaiannya, mengundang
banyak tokoh ulama yang berguru kepadanya yang melahirkan banyak
ulama dan pewaris hadis terkenal semisal Imam Bukhari, Imam Muslim
dan Imam Abu Daud. [3]
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian singkat dalam makalah ini, maka penulis menyimpulkan
bahwa Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin
al-Abbas bin Utsman bin Syafi'i, nasab beliau bertemu dengan nasab
Rasulullah SAW pada kakeknya Abdul Manaf. Imam Syafi'i lahir pada bulan
Rajab pada tahun 150 H. di Gaza. Tahun kelahiran beliau tepat dengan tahun
wafatnya imam Hanafi. Beliau berguru fikih pada beberapa ulama di Jazirah
Arab, baik di Baghdad, Mesir, Kufah, dan Madinah. Beliau banyak melahirkan
murid-murid yang secara langsung menyebarkan mazhab Syafi’i di dunia ini
seperti ar-Rabi' Ibn Sulaiman al-Marawi, 'Abdullah Ibn Zubair al-Hamidi. Abu
Ibrahim, Yunus Ibn Abdul a'la as-Sadafi, Ahmad Ibn Sibti, Yahyah Ibn Wazir al-
Misri, Harmalah Ibn Yahya Abdullah at-Tujaidi, Ahmad Ibn Hanbal, Hasan Ibn
'Ali al-Karabisi, Abu Saur Ibrahim Ibn Khalid Yamani al-Kalbi serta Hasan Ibn
Ibrahim Ibn Muhammad as-Sahab az-Za'farani, Abu Ibrahim Ismail Ibn Yahya
al-Muzani al-Misri atau dikenal dengan nama al-Muzani, dan Abu Ya'qub Yusuf
Ibn Yahya al-Buwaiti danDi dirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, ia dilahirkan
pada bulan Rabiul Awal, tahun 164 H di Baghdad. Nasabnya adalah orang
arab, sehingga ia seorang syaibani dalam nasabnya kepada ayah dan ibunya.
Dari ayahnya, ia mewarisi sifat tekad yang kuat, kehormatann diri, kesabaran,
dan kemampuan memikul berbagai kesulitan. Ia adalah imam yang kukuh dan
kuat.
B.Saran
Perbedaan adalah hal yang lumrah terjadi mengingat begitu banyaknya
dalil-dalil dan hadist-hadist. Serta begitu banyaknya kaum intelektual Islam
(Mujtahid). Akan tetapi dalam menyikapi perbedaan ini kita sebagai kaum
akademisi harus mampu menengahi masyarakat dalam perbedaan pendapat
ini. Jangan sampai perbedaaan masalah kecil menjadi penyebab perpecahan
umat.
DAFTAR PUSTAKA
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. III, 2003.
Sirry, Mun’im A., Sejarah Fiqh Islam, Surabaya : Risalah Gusti, Cet I, 1995.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab
http://blog.re.or.id/mazhab-dalam-islam.htm
http://www.saidialhady.com/2010/03/4-mazhab-dalam-islam.html
http://diaz2000.multiply.com/journal/item/20?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fite