Anda di halaman 1dari 12

Makalah

SUNNAH/HADIS

MATA KULIAH PENGANTAR STUDI ISLAM

Oleh :

NAMA : ANDI RIPKI CANDRA PUTRA


NIM : 742342020038
PRODI : HUKUM EKONOMI SYARIAH
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Sunnah/Hadis
B. Kedudukan Sunnah/Hadis
C.Fungsi Sunnah/Hadis

BAB III: PENUTUP


A. Simpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahi.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, berkat rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat

waktu. Sholawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya

termasuk kami semua.

Dalam makalah ini menjelaskan tentang “Sunnah/Hadis”. Penulis

menyadari akan kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu kritik dan masukan

dari berbagai pihak penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah ini dan

semoga dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi pembacanya.

Watampone, 16 Oktober 2020


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sunnah adalah segala yang bersumber dari Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan perbuatann, taqrir, sifat khalaqah atau khuluqiyah maupun perjalana
hidupnya sebelum atau sesudah ia diangkat menjadi rasul. Sedangkan hadits
adalah melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi .
keduanya memiliki makna yang sama hanya istilahnya saja yang berbeda.

Sunnah dijadikan sumber ajaran/agama/hukum kedua setelah AlQuran,


hadits nabi merupakan penafsiran, dalam praktek-praktek penerapan ajaran
islam secara faktual dan ideal, umat Islam diwajibkan mengikuti hadits
sebagaimana diwajibkan mengikuti Al-Quran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sunnah ?
2. Apa pengertian dari hadis ?
3. Apa saja fungsi sunnah ?
4. Apa saja fungsi hadis ?
5. Apa kedudukan dari sunnah/hadis?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Dapat menegtahui pengertian dari sunnah/hadis.
2. Dapat mengetahaui fungsi dari sunnah.
3. Dapat mengetahui fungsi dari hadis.
4. Dapat mengetahui kedudukan dari sunnah/hadis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian sunnah/hadis
Sunnah adalah kata Arab yang berarti "kebiasaan" atau "biasa dilakukan".
Secara istilah sunah adalah jalan yang di tempuh oleh rasulullah dan para
sahabatnya, baik ilmu, keyakinan, ucapan, perbuatan, maupun penetapan. Para
penganut Sunni juga disebut sebagai Ahlu as-Sunnah wa'l-Jamā'ah ("orang-orang
dari tradisi dan pengikut (dari Muhammad)") atau Ahlussunnah untuk singkatnya
saja. sunnah mempunyai makna yang berbeda-beda, sesuai pemahaman berbagai
bidang tsaqafah islam.

 Bagi Ulama Hadis :


Sunnah adalah segala sesuatau yang diriwayatkan dari Rasulullah
SAW. Yaitu meliputi perbuatan, perkataan, dan segala hal yang secara
implisit disetujui (taqrir) Rasulullah SAW. Termasuk pula semua riwayat
yang menggambarkan sifat dan akhlak beliau.
 Bagi Ulama Fiqh:
Sunnah adalah salah satu hukum syara’. Dalam hal pengertian ini,
istilah sunnah bersinonim dengan istilah mandub atau nafilah. Sebagai
contoh, mendirikan shalat wajib, atau menjalankan puasa selain puasa
wajib di bulanramadhan disebut ibadah sunnah, mandub, atau nafilah.
 Bagi Ulama Ushul Fiqh :
Sunnah adalah salah satu sumber hukum, disamping al-Qur’an.
Dalam Ushul Fiqh, seseorang dapat mengatakan bahwa berpuasa di hari-
hari selain bulan ramadhan beraal dari sunnah

Sedangkan Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau


"percakapan". Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan,
mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW.
Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan
dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan,
perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad
SAW yang dijadikan ketetapan ataupun ”Hukum Islam”.

Sedangkan pengertian hadits secara terminologis adalah “Segala sesuatu


yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, pernyataan (taqrir) dan sebagainya”.
Pengertian hadis menurut istilah dari 3 sudut pandang Ulama:
1. Menurut para Muhadditsun (ahli hadits)
Hadits didefinisikan sebagai segala riwayat yang berasal dari Rasulullah
baik berupa perkataan , perbuatan , ketetapan (taqrir), sifat fisik dan tingkah laku.

2. Menurut para ahli ushul fiqh (ushuliyyun)


Para ushuliyyun mendefinisikan hadits sebagai segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW selain al-Qur’an, berupa perkataan, perbuatan
maupun ketetapan (taqrir) beliau, yang dapat dijadikan sebagai dalil hukum
syari’ah karena bersangkut-paut dengan hukum islam.
3. Menurut sebagian ulama (jumhur ulama)
Menurut sebagian ulama antara lain at-Thiby, sebagaimana dikutip M.
Syuhudi Ismail , mengatakan bahwa hadits adalah segala perkataan , perbuatan,
dan takrir nabi, para sahabat, dan para tabiin.
Pemberitaan terhadap hal-hal yang didasarkan kepada Nabi Muhammad
SAW disebut brita yang marfu’, sedangkan yang disandarkan kepada sahabat
disebut berita mauquf dan yang disandarkan kepada tabi’iy disebut maqthu’.
B. Kedudukan Sunnah/Hadis

Kedudukan sunnah dari segi statusnya sebagai dalil dan sumber ajaran
islam, menurut jumhur ulama adalah menempati posisi kedua setelah al-quran.
Argumen yang dikemukakan para ulama tentang posisi sunnah terhadap al-Quran
tersebut yaitu :

1) Alquran dengan sifatnya yang qathi al-wurud (keberadaannya yang pastidan


diyakini), baik secara ayat per ayat maupun secara keseluruhan, sudah
seharusnyalah kedudukannya lebih tinggi dari pada sunnah yang statusnya secara
hadits per hadits, kecuali yang berstatus mutawatir, adalah bersifa zhanni al-
wurud (tidak sepenuhnya pasti).
2) Sunnah berfungsi sebagai penjelas dan penjabar (bayan) terhadap al-quran.
Ini berarti bahwa yang dijelaskan (al-mubayyan), yakni al-quran,kedudukannya
adalah lebih tinggi daripada penjelasan (bayan), yaknisunnah.

Sikap para sahabat yang merujuk kepada al-quran terlebih dahulu apabila
mereka bermaksud mencari jalan keluar atas suatu masalah, dan jika didalam Al-
quran tidak ditemui penjelasannya, barulah mereka merujuk kepada as-sunnah yang
mereka ketahui atau menanyakan sunnah kepada sahabat yang lain. Meskipun demikian, hal
tersebut tidaklah mengurangi nilai as-sunnah, karena keduanya, Al-quran dan
sunnah, pada hakikatnya sama-sama berasal dari wahyu Allah SWT. Karenanya
keduanya adalah seiring sejalan.

 Kedudukan hadis

Seluruh umat Islam, telah sepakat bahwa hadits merupakan salah satu sumber
ajaran Islam. Ia menempati kedudukan kedua setelah Al-Qur`an. Keharusan
mengikuti hadits bagi umat Islam baik yang berupa perintah maupun larangannya,
sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al-Qur`an.
Hal ini karena, hadis merupakan mubayyin bagi Al-Qur`an, yang karenanya
siapapun yang tidak bisa memahami Al-Qur`an tanpa dengan memahami dan
menguasai hadis. Begitu pula halnya menggunakan Hadist tanpa Al-Qur`an.
Karena Al-qur`an merupakan dasar hukum pertama, yang di dalamnya berisi garis
besar syari`at. Dengan demikian, antara Hadits dengan Al-Qur`an memiliki kaitan
erat, yang untuk mengimami dan mengamalkannya tidak bisa terpisahkan atau
berjalan dengan sendiri.

Al-Qur’an itu menjadi sumber hukum yang pertama dan Al-Hadits menjadi asas
perundang-undangan setelah Al-Qur’an sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr.
Yusuf Al-Qardhawi bahwa Hadits adalah “sumber hukum syara’ setelah Al-
Qur’an”.

Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam dan


merupakan rujukan umat Islam dalam memahami syariat. Pada tahun 1958 salah
seorang sarjana barat yang telah mengadakan penelitian dan penyelidikan secara
ilmiah tentang Al-Qur’an mengatan bahwa : “Pokok-pokok ajaran Al-Qur’an
begitu dinamis serta langgeng abadi, sehingga tidak ada di dunia ini suatu kitab
suci yang lebih dari 12 abad lamanya, tetapi murni dalam teksnya”.

Keberlakuan hadits sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan


kenyataan bahwa Al-Qur`an hanya memberikan garis-garis besar dan petunjuk
umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat
dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Karena itu, keabsahan hadits sebagai
sumber kedua secara logika dapat diterima.Di antara ayat-ayat yang menjadi bukti
bahwa Hadits merupakan sumber hukum dalam Islam adalah firman Allah dalam
Al-Qur’an surah An- Nisa’: 80

َّ ‫ع‬
َ‫ّللا‬ َ َ ‫الرسُو َل فَقَدْ أ‬
َ ‫طا‬ َّ ‫( … َم ْن يُطِ ِع‬80)

“Barangsiapa yang mentaati Rosul, maka sesungguhnya dia telah mentaati


Alloh…”.

Sejak masa sahabat sampai hari ini para ulama telah bersepakat dalam penetapan
hukum didasarkan juga kepada Hadits Nabi, terutama yang berkaitan dengan
petunjuk operasional.

Dalam ayat lain Allah berfirman QS. Al-Hasyr :: 7

َّ ‫َو َما آَت َاكُ ُم‬


َ ‫الرسُو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َهاكُ ْم‬
‫ع ْنه ُ فَا ْنت َ ُهوا‬

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…”.

Dari beberapa ayat di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak cukup hanya
berpedoman pada Al-Qur’an dalam melaksanakan ajaran Islam, tapi juga wajib
berpedoman kepada Hadits Rasulullah Saw.
C. Fungsi Sunnah/Hadis

1. Memperkuat hukum dalam Al-Quran

Segala jenis hukum, syariat, dan hal-hal yang menyangkut muamalah


kehidupan, semuanya telah ditulis dalam Al-Quran secara sempurna. Seperti
halnya hukum shalat, puasa, zakat, larangan melakukan riba, mencuri,
membunuh, dan sebagainya. Nah, keberadaan As-sunnah disini memperkuat
hukum-hukum yang telah disebuatkan di Al-Quran. Misalnya saja untuk
melakukan shalat, seseorang harus berwudhu terlebih dahulu.

” Rasulullah saw bersabda: tidak di terima salat seorang yang berhadats sebelum
ia berwudhu ” (HR Bukhari ).

2. Menjelaskan atau merinci isi Al-Quran

As sunnah juga berperan untuk menjelaskan atau merinci (menspesifikan)


ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat umum. Misalnya saja, Al-Quran
menuliskan kewajiban untuk berhaji bagi umat yang mampu. Maka As-sunnah
memperjelas tata cara manasik haji yang benar sesuai ajaran Rasulullah SAW.

3. Menetapkan hukum baru yang tidak dimuat dalam Al-Quran

Adakalanya As-sunnah menetapkan hukum baru, dimana hukum tersebut


tidak terdapat dalam al-Qur’an. Contohnya perihal larangan mengenakan kain
sutera dan cincin emas bagi laki-laki.

Penetapan hukum baru di as-sunnah tentunya tidak boleh asal-asalan. Hukum


itu harus benar-benar berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad SAW dan sesuai
syariat islam. Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Apa-apa yang telah
disunnahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak terdapat pada
Kitabullah, maka hal itu merupakan hukum Allah juga.

Seluruh umat Islam, telah sepakat bahwa hadits merupakan salah satu
sumber ajaran Islam. Ia mempati kedudukan kedua setelah Al-Qur`an. Keharusan
mengikuti hadits bagi umat Islam baik yang berupa perintah maupun larangannya,
sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al-Qur`an.
Dr. Yusuf al-Qardhawi menjelaskan tentang Hadits “jadilah Hadits
sebagai rujukan hukum yang tiada pernah habis-habisnya pada pembahasan
fiqih” “ Fungsi Hadits adalah merupakan sumber hukum dalam kehidupan
manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat”.
Berdasar dari penjelasan pak Yusuf, kita sebagai umat Islam meyakini
bahwa Al-Qur’an adalah sebagai tuntunan utama umat Islam, namun posisi Hadits
di sini bukanlah sebagai sisi kontroversi atau sebagai pembanding atau sebagai hal
yang berlawanan dengan Al-Qur’an, maka dari itu Hadits pun memiliki fungsi
terhadap Al-Qur’an :
1. Berfungsi menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telahditentukan
oleh Al-Qur’an. Maka dalam hal ini keduanya bersama-sama menjadi sumber
hukum. Misalnya Allah didalam Al-Qur’an mengharamkan bersaksi palsu dalam
firman-Nya Q.S Al-Hajj ayat 30 yang artinya “Dan jauhilah perkataan dusta.”
Kemudian Nabi dengan Haditsnya menguatkan: “Perhatikan, Aku akan
memberitahukan kepadamu sekalian sebesar-besarnya dosa besar!” Sahut kami:
“Baiklah, hai Rasulullah. “Beliau meneruskan, sabdanya:”(1) Musyrik kepada
Allah, (2) Menyakiti kedua orang tua.” Saat itu Rasulullah sedang bersandar, tiba-
tiba duduk seraya bersabda lagi: ”Awas! bersaksi palsu” (Riwayat Bukhari -
Muslim).

2. Memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an misalnya:


perintah mengerjakan sholat, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji di
dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan jumlah raka’at dan bagaimana cara-cara
melaksanakan sholat, tidak diperincikan nisab-nisab zakat dan jika tidak
dipaparkan cara-cara melakukan ibadah haji.

Fungsi Hadits dalam Menetapkan Masalah yang Belum Dijelaskan oleh


Al-Qur`an; Kedudukan Hadits dalam menetapkan hukum baru yang tidak
ditetapkan oleh al-Qur`an menunjukan bahwa Hadits merupakan sumber hukum
Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Sunnah adalah kata Arab yang berarti "kebiasaan" atau "biasa dilakukan".
Secara istilah sunah adalah jalan yang di tempuh oleh rasulullah dan para
sahabatnya, baik ilmu, keyakinan, ucapan, perbuatan, maupun penetapan.

Sedangkan Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau


"percakapan". Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan,
mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW. Kata
hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah,
maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan, perbuatan, ketetapan maupun
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan
ataupun ”Hukum Islam”.

Fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an :

1. Berfungsi menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telahditentukan


oleh Al-Qur’an.
2. Fungsi Hadits dalam Menetapkan Masalah yang Belum Dijelaskan oleh Al-
Qur`an.

B. Saran
Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini,tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
keterbatasan pengetahuan, kurangnya rujukan dan referensi yang kami peroleh.
Penulis banyak berharap kepada pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangundemi menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para penulis dan para pembaca. Amin
DAFTAR PUSTAKA

http://arhianagirl.blogspot.com/2016/04/hadist-dan-sunnah-by_4.html

http://allahselaluuntukmu.blogspot.com/2017/05/metodelogi-studi-islam-
sunnah.html

https://dalamislam.com/landasan-agama/fungsi-as-sunnah-terhadap-al-quran

https://kurniannisa97.wordpress.com/2016/12/16/kedudukan-hadis-dan-fungsinya/

Anda mungkin juga menyukai