Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Keberkahan Sholat di Awal Waktu

CERITA ISLAMI

Di Susun Oleh:

M. Afli Dwi Indra Maulana

XII MIPA 2

22

SMA NEGERI 04 KOTA PASURUAN

TAHUN AJARAN 2019/ 2020


Saya ada cerita tentang seorang yang “amalannya”. Dia selalu menjaga sholat di awal waktu. Apa
yang terjadi? Dengan menjaga sholat wajib di awal waktu ternyata dia mendapatkan keberkahan
yang tidak pernah terbayang sebelumnya

Orang tersebut sebut saja Joko. Joko adalah seorang sopir angkot. Setiap hari dia menyupir angkot
dengan sistem setoran ke majikan. Setor karena angkotnya punya orang lain.Nah suatu hari,
majikannya bangkrut, karena semakin mahalnya harga bensin. Akhirnya Joko, jadi tidak punya
mata pencaharian.

Karena angkot majikannya sudah dijual.Karena Joko bukan tipe orang yang gampang putus asa,
akhirnya dia mencari pekerjaan lain. Dipilihlah becak sebagai jalan ikhtiarnya. Sebab hanya
berprofesi sebagai tukang becak, kehidupannya pun sangat sederhana, kalau tidak mau dikatakan
kurang.Dia tinggal bersama tiga putri dan seorang istrinya di sebuah rumah kontrakan yang
mungkin cuma layak disebut kamar.

Tidak ada yang istimewa dari kehidupan sehari-harinya. Pagi-pagi pergi dari rumah mencari
penumpang, sore pulang. Setiap hari seperti itu.Namun setelah dicermati, tenyata ada satu hal yang
membuat Joko berbeda dari abang becak lainnya, bahkan dari kebanyakan kita.

Joko selalu menjaga sholat diawal waktu, dan selalu dia lakukan di Masjid.Dimanapun dia berada
selalu menyempatkan bahkan memaksakan sholat diawal waktu. Setiap mendekati waktu sholat,
jika tidak ada penumpang, dia akan mangkal di tempat yang dekat dengan masjid. Iya mendekati
masjid.

Pokoknya dia tidak pernah ketinggalan sholat wajib awal waktu bahkan selalu berjamaah di masjid.
Dan tenyata itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun. Ternyata istri dan ketiga putrinya pun
begitu, mereka selalu sholat diawal waktu, meskipun berada di rumah.

Singkat cerita, suatu hari ketika saya sedang mangkal di salah satu hotel berbintang di Bandung.
Ada seorang ibu turun dari mobil Merci tiba-tiba mendekati saya dan meminta untuk diantar ke
salah satu tempat perbelanjaan di kota, kata Joko.Ketika si Ibu itu bilang minta dianter memakai
becak saya malah balik nanya. “Engga salah Bu naik becak ?” kata Joko.“Engga Bang, jalanan
macet, biar mobil disimpen di hotel aja, sekalian sopir saya istirahat,” jawab si Ibu.

Maka diantarlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan yang dia minta. Saya pun mengayuh becak masih
dalam keadaan kaget. Ketika mendekati alun-alun, terdengarlah suara adzan dzuhur dari
Masjid.“Saya langsung belokkan becak ke pelataran parkir Majid. Si Ibu pun heran dengan apa
yang saya lakukan”, kata Joko.“Bang kok berhenti disini?” kata si Ibu.“Iya Bu, udah adzan, Allah
udah manggil kita buat sholat.”“Saya mau sholat dulu. Ibu turun disini aja, tokonya udah dekat koq,
di belakang masjid ini. Biarin Bu GA USAH BAYAR.”“Tanggung Bang, lagian saya takut nyasar,”
kata si Ibu. “Kalo Ibu mau saya anter saya sholat dulu, ya, Bu.”

Setelah selesai sholat Joko pun kembali menuju ke becaknya. Ternyata si Ibu dan asistennya masih
nunggu di becak. Diantarlah si Ibu tadi ke pusat perbelanjaan di belakang Masjid Raya.“Bang
tunggu disni ya, ntar antar lagi saya ke hotel,” kata si Ibu.“Iya Bu, tapi kalo Ibu balik lagi ke becak
pas adzan ashar, ibu tunggu dulu disini, saya jalan kaki ke masjid.”Singkat cerita si Ibu kembali ke
becak jam 15.30.

Kemudian di becak dia nanya di mana Joko tinggal.Si Ibu penasaran dengan kebiasaan Joko, demi
sholat diawal waktu berani meninggalkan penumpang di becak, ga peduli dibayar atau tidak. “Bang,
saya pengen tau rumah abang,” kata si Ibu.“Waduh emangnya kenapa Bu?” tanya Joko kaget.“Saya
pengen kenal sama keluarga abang,” kata si Ibu.“Jangan Bu, rumah saya jauh. Lagian di rumah saya
engga ada apa-apa.”Si Ibu terus memaksa.

Akhirnya setelah menunggu si Ibu sholat jamak dzuhur dan ashar di hotel, mereka pun pergi
menuju rumah Joko. Tapi kali ini Joko pakai becak, si Ibu mengikuti di belakangnya pake mobil
Merci terbaru. Setibanya di rumah kontrakan Joko, si Ibu kaget, karena rumahnya sangat kecil. Tapi
kok berani tidak dibayar demi sholat.Mungkin karena penasaran si Ibu nanya. “Bang koq berani
engga dibayar?”“Rezeki itu bukan dari pekerjaan kita Bu, rezeki itu dari Allah, saya yakin itu.
Makanya kalo Allah manggil kita harus dateng.”“Haiyya ‘Alal Fallaah … kan jelas Bu. Marilah kita
menuju kemenangan, kesejahteraan, kebahagiaan.

Saya ikhtiar udah dengan narik becak, hasilnya gimana Allah. yang penting kitanya takwa ke Allah
ya kan Bu?” kata Joko.“Saya yakin janji Allah di QS Al-Baqarah ayat 3.” kata Joko. Si Ibu pun
terdiam sambil meneteskan air mata.Setelah dikenalkan dan ngobrol dengan keluarga Udin si Ibu
pun pamit. Sambil meminta Udin mengantarkannya kembali minggu depan.“Insya Allah saya siap
Bu,” kata Joko. Si Ibu pun pamit sambil memberi ongkos becak ke Istrinya Joko.

Setelah si Ibu pergi ongkos becak yang dimasukan kedalam amplop dibuka oleh Joko. Ternyata
isinya satu juta rupiah. Joko dan keluarganya pun kaget dan bersyukur atas apa yang telah Allah
berikan melewati si Ibu tadi.

Seminggu kemudian Joko mendatangi hotel tempat si Ibu menjanjikan. Setelah bertanya ke satpam,
Joko tidak diperbolehkan masuk. Satpam tidak percaya ada tamu hotel bintang lima janjian sama
seorang tukang becak. Joko ga maksa, dia kembali ke becaknya.Nah, itu pula yang sering kita
lakukan, seringkali kita melihat orang dari penampilannya. Padahal Allah tidak melihat pangkat,
jabatan, pekerjaan, harta, warna kulita kita. Allah hanya melihat ketakwaan kita.
Karena penasaran Joko ga masuk-masuk ke Lobby Hotel, akhirnya si Ibu keluar, dan melihat Joko
sedang tertidur di becaknya.“Bang, kenapa engga masuk?” Tanya si Ibu sambil membangunkan
Joko.“Ga boleh sama satpam Bu,”jawab Joko.“Bang, kan kemaren abang yang ngajak saya jalan-
jalan pake becak. Sekarang giliran saya ngajak abang jalan-jalan pake mobil saya,” kata si Ibu.“Lah,
Ibu ini gimana sih, katanya mau saya anter ke toko lagi,” kata Joko.“Iya mau dianter tapi bukan ke
toko bang,” kata si Ibu di awal waktu.

Setelah diajak naik mobil Merci nya si Ibu, Joko pun menolaknya, karena dia merasa
kebingungan.“Mau dibawa kemana saya Bu ?”“Udah saya pake becak saya aja, ngikut di belakang
mobil Ibu. Engga pantes saya naik mobil sebagus itu,” kata Joko.“Lagian becak saya mau ditaro
dimana?”Namun setelah dibujuk oleh sopir dan asisten si Ibu, Udin pun mau ikut naik mobil.
Becaknya dititip di parkiran belakang hotel.

Berangkatlah mereka dari hotel. Masih dengan rasa penasaran Joko pun bertanya, “mau kemana sih
Bu?”Di salah satu kantor Bank Syariah, mereka pun berhenti. “Bang, pinjem KTP nya ya”, kata
asisten si Ibu.“Waduh apalagi nih?” pikir Joko.“Buat apa Neng? Koq saya diajakin ke Bank, trus
KTP buat apa?”, kata Joko heran.

Akhirnya asisten si Ibu menjelaskan, bahwa ketika minggu lalu mereka diantar Joko belanja, si Ibu
mendapatkan sebuah pelajaran.Pelajaran hidup yang sangat mendalam. Dimana seorang abang
becak dengan kehidupan yang pas-pasan tapi begitu percaya kepada janji Allah.

Sementara si Ibu yang merupakan seorang pengusaha besar dan suaminya pun pengusaha, selama
ini kadang ragu pada janji Allah. Seringkali, akibat kesibukan mengurus usaha, belanja, meeting dll,
dia menunda-nunda sholat. Bahkan tidak jarang lupa sholat.“Nah sejak minggu lalu setelah pulang
dari Bandung, Ibu mulai merubah kebiasaannya. Dia selalu berusaha sholat awal waktu”, kata
asisten.

Saat pulang, suaminya pun heran dengan perubahan si Ibu. Padahal dia juga punya kebiasaan yang
sama dengan istrinya. Setelah diceritakan asal mula perubahan itu, suaminya pun menyadari, bahwa
selama ini mereka salah. Terlalu mengejar dunia. Oleh karena itu Ibu dan suaminya ingin
menghadiahi abang Joko untuk berangkat haji.

Mendengar akan DIBERANGKATKAN IBADAH HAJI, Joko pun kaget campur bingung.Dengan
spontan Joko MENOLAK hadiah itu. “Engga mau neng, saya engga mau berangkat haji dulu.
Meskipun itu doa saya tiap hari.”“Loh koq engga mau Bang?” kata asisten kaget.“Apa kata tetangga
dan sodara-sodara saya nanti neng, saat saya pulang berhaji. Koq ke haji bisa tapi masih
ngebecak?”“Memang berangkat haji adalah cita-cita saya. Tapi nanti setelah saya mendapatkan
pekerjaan selain narik becak neng.”

Akhirnya asisten berdiskusi dengan si Ibu. Sambil menunggu mereka diskusi. Joko pun tidak henti-
hentinya bertanya pada Allah.“Ya Allah pertanda apakah ini?” kata Joko.Tidak lama si Ibu
menghampiri Joko dan bertanya “Bang, kan abang bisa bawa mobil, bagaimana kalau menjadi supir
di perusahaan saya di Jakarta?”“Waduh … Jakarta ya, Bu? Ntar, keluarga saya gimana disini.
Anak-anak masih butuh bimbingan saya. Apalagi semuanya perempuan. Kayaknya engga deh Bu.
Biar saya pulang aja deh. Insya Allah kalau Allah ridho lain kali pasti saya diundang untuk berhaji.”

Akhirnya si Ibu membujuk Joko untuk mendaftar haji dulu. Brangkatnya mau kapan terserah, yang
penting dia menjalankan amanat suaminya. Kemudian si Ibu menelpon suaminya, menjelaskan
kondisi yang ada mengenai Joko. Setelah selesai mendaftar haji di Bank, kemudian mereka pergi
menuju sebuah dealer mobil.“Kok masuk ke dealer mobil, Bu? Ibu mau beli mobil lagi? Mobil ini
kurang gimana bagusnya?” kata Joko bingung. Sambil tersenyum si Ibu meminta Joko menunggu di
mobil.

Dia pun turun bersama asistennya. Selang setengah jam, si Ibu kembali ke mobil sambil membawa
kwitansi pembayaran tanda jadi mobil.“Nih bang, barusan saya sudah membayar tanda jadi
pembelian mobil angkutan umum, pelunasannya nanti kalau trayek sudah diurus.”“Mobil angkutan
umum ini buat bang Joko, hadiah dari suami saya.” Kata si Ibu.“Jadi sambil menunggu
keberangkatan abang ke haji tahun depan, abang bisa menabung dengan usaha dari mobil angkutan
milik sendiri.

”Sambil meneteskan air mata tidak henti-hentinya Joko mengucap syukur kepada Allah.“Ini bukan
dari saya dan suami saya, ini dari Allah melalui perantaraan saya,” kata si Ibu.“Hadiah karena
abang selalu menjaga sholat diawal waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi
saya dan suami.”“Mudah-mudahan kita semua bisa istiqomah menjaga sholat awal waktu, ya,
bang,” kata si Ibu.

Akhirnya mereka pun kembali ke hotel, namun sebelumnya mampir di masjid untuk sholat dzuhur
berjamaah.Setelah sholat dzuhur kemudian makan siang, mereka pun berpisah. Joko pulang ke
rumah dengan becaknya. Si Ibu langsung ke Jakarta.

Setelah itu kehidupan Joko semakin membaik. Dia sudah memiliki rumah sendiri, walapun nyicil.
Yang tadinya dia seorang supir angkot dan abang becak, sekarang dia jadi pemilik angkot dan sudah
berhaji.Alhamdulillah sampai saat ini Joko masih terus menjaga sholat awal waktu, malah semakin
yakin dengan janji Allah.
Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua,

dan menjadikan kita semakin yakin dengan janji Allah.


Profil Penulis

Nama : M. Afli Dwi Indra Maulana

Kelas : XII MIPA 2

No Absen : 22

Asal Sekolah : SMA Negeri 4 Pasuruan

Anda mungkin juga menyukai