angin? Dalam pertandingan silat misalnya, si A berbekal pedang, sedangkan si B pegang angin, atau tangan kosong?
Kalau si B keahlian silatnya 10 kali mengungguli
si A, mungkin ada kemungkinan akan menang. Tapi bagaimana jika level keahilannya sama atau si B lebih rendah daripada si A? Bisa ditebak, si B akan mudah dikalahkan.
Si B itulah umat Islam zaman sekarang. Yang
hanya pegang angin. Semua uangnya berbentuk kertas dan digital. Angka2 kekayaannya hanya tertera di buku tabungan, surat saham, uang kertas, kartu plastik tipis atau tertanam di aplikasi sejenis ovo, gopay, dan uang digital lainnya.
Tanpa disadari, pelan-pelan semua akan
menguap. Adanya inflasi, perampokan bank dengan cara halus, hutang luar negeri, turunnya harga saham, tutupnya sebuah aplikasi, adalah yang nyata terjadi di masa kini. Sekuat apapun kita berjuang, selama masih pegang angin, tidak akan memenangkan pertandingan. Begitu juga umat Islam Indonesia, sekuat apapun melakukan berbagai strategi penguatan keummatan, tidak akan bisa menang melawan kekuatan yang Anda menyerahkan uang dan kekayaan pada mereka.
Ditambah lagi, sebagian besar produk-produk
yang dikonsumsi, saat ini juga bukan milik Umat Islam.
Dulu, saya berfikir, kita harus punya produk
sendiri. Tapi saya sadari, membuat produk sendiri itu tidaklah mudah. Merekapun, para pemilik brand dan produk, membangun sampai titik ini bukannya mudah. Mereka membangun pabrik dan disosialisasikan menggunakan media profesional selama puluhan tahun, lalu membombardir ruang maya dengan iklan berbiaya raksasa. Hingga tertanam kuat produk- produk yang mereka produksi.
Sebagus apapun produk yang kita buat, tidak
akan masuk dalam fikiran umat. Mungkin bisa, tapi skalanya sangat kecil sekali. Belum lagi perang dagang dalam skala global. Baru-baru ini, sahabat saya, Ustadz Rendy Saputra menulis tentang kerjasama antara Rebel Food dan Gojek. Bahwa rebel food akan masuk ke Indonesia dengan menggandeng gojek atau sebaliknya, gojek yang menggandeng Rebel food.
Tulisan itu berjudul “Bersiap Benturan”, yang
secara tepat menggambarkan hal yang akan terjadi (kembali) pada diri umat Islam Indonesia. Sampai urusan perut, harus “dijajah” oleh pihak luar.
Bahkan, ustadz Yusuf Mansur mengomentari.
Dalam channel telegramnya, beliau menulis “asli ga bener, ga ada hati nurani. Setelah orang-orang kecil menyerahkan dirinya (baca: duitnya, kerjanya, lalu lintasnya, perdagangannya, seluruh rahasia dirinya) eh sekarang pengumpul data, kepengen juga jadi orang2 kecil. Ini kapitalis murni, yang negara kayak ga hadir. Ga boleh. Ga bener”
Kalimatnya tegas sekali. Dan tentu kita
berharap suara beliau didengar oleh pemerintah. Tulisan ini saya tujukan bukan untuk pemerintah tapi pada rakyat kecil, dan sebagian besar rakyat kecil itu adalah umat Islam. Yang kata pak Bambang Widianto, sekretaris eksekutif TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan), 90% rakyat Indonesia hanya menguasai 30% kekayaan Indonesia. Dan angka itu semakin mengecil. Dari 30% mungkin menuju ke titik 0%. Kepada kelompok inilah tulisan ini ditujukan. Bahwa Anda bisa menyelamatkan diri Anda.
Ya In Syaa Allah bisa. Walaupun Anda tidak
punya produk. Walaupun Anda diserang dari berbagai perang dagang global. Walaupun tidak ada kekuatan di dunia ini yang melindungi Anda. Ya Anda bisa selamat.
Syaratnya hanya satu : Anda Tidak Memegang
Angin. Sepanjang Anda memegang angin, Anda tidak akan menang.
Apa maknanya? Uang dan Harta Anda tidak boleh
lagi berbentuk digital. Uang dan Harta Anda harus Anda pegang. Selamatkan diri Anda.
Dalam materi di Magnet Rezeki saya sampaikan
logika keuangan. Bahwa jika Anda punya dana 1 juta dan Anda memberikan hutangan ke teman Anda, maka dana 1 juta itu bukan lagi milik Anda. Anda hanya memegang trust. Anda pegang angin. Jika nanti dia mengembalikan, itu nasib baik. Tapi jika dia tidak mengembalikan, ya itu salah Anda, kenapa melepaskan harta Anda. Yg bisa Anda lakukan hanya introspeksi atas dosa2 Anda sendiri dan mendoakan teman Anda.
Jadi untuk menyelamatkan diri kita dimulai dari
pola fikir yang tepat. Mindset kita harus distel bahwa : Uang dan Harta yang tidak bisa Anda pegang dan lihat dengan mata kepala sendiri, bukanlah milik Anda. Biarlah produk (untuk sementara) milik orang, asalkan hartanya masih Anda pegang.
Jika dijabarkan, lebih kurang strateginya seperti
ini:
1. Setiap Anda punya uang lebih, jadikan emas.
Walaupun mungkin harus mencicil. Tidak mengapa, toh sekarang juga ada emas-emas mini. Beli semampunya. Lalu tahan diri Anda untuk tidak menggunakan emas Anda dalam jangka selama mungkin. Itu akan jauh lebih berguna dibandingkan Anda pegang angka-angka digital yang tidak berbentuk. Jadi jangan pegang angin, tapi peganglah emas.
2. Tahan surat tanah dan kendaraan Anda.
Jangan dijaminkan. Semenggiur apapun tawarannya. Anda harus bersabar menghadapi kesederhanaan hidup. Pandemi ini mengajarkan ternyata semua barang2 mewah yang kita beli selama ini tidak ada yang terpakai. Jadi, jangan pegang angin, peganglah erat asset properti Anda.
3. Jangan lagi membeli produk-produk surat2
berharga seperti surat saham dan sejenisnya. Kecuali yang syariah dan kecuali juga yang terpaksa, seperti bpjs misalnya. Lebih baik Anda menabung emas atau properti sebagai jaminan masa depan Anda. Jika sudah terpaksa bagaiman? Istikhoroh saja, minta petunjuk kepada Allah apa yang harus dilakukan.
4. Jadikan uang kertas dan uang digital sebagai
alat mempermudah transaksi. Tidak lebih. Sekali lagi, Mindset Anda harus distel, bahwa uang yang tidak Anda pegang bukan uang Anda. Namun ini tidak berarti, setelah ini Anda mengambil seluruh uang Anda di Bank. Tidak. Tidak boleh begitu. Tapi uang Anda dibagi-bagi. Harta jangka panjang jadikan emas dan atau properti. Uang kertas dipakai untuk belanja harian. Uang digital dipakai untuk bayar-bayar elektronik. Saldo di bank digunakan untuk kemudahan transfer. Namun harta Anda yang benar2 milik Anda adalah emas dan properti itu.
5. Jika Anda sekarang sebagai orang yang
berhutang, atau punya gaya hidup berutang. bertaubatlah. Itulah yang membuat Anda lemah selama ini. Katakan pada diri Anda dengan tegas, STOP. Lebih baik Anda berpuasa tiap hari daripada harus berutang. Memang puasa tiap hari tidak ada sunnahnya, tapi kalau darurat, malah jadi pahala, daripada Anda harus berutang.
Tentu, hutang (amanah) yang sekarang harus
Anda lunasi. Ada tulisan dan audio saya menjelaskan tentang caranya. Silahkan dipelajari. Dan minta kepada Allah agar apapun bisa membeli secara cash, dan harus disiplin. Kalau tidak bisa beli cash, mending tidak usah beli sama sekali.
Akhirnya, kita menggantungkan harapan kita
kepada Allah. DIA yang akan menjaga kita, sepanjang kita mendekat kepada-Nya. Apapun, kini Kita hidup di akhir zaman. Mesti eling nan waspada. Mesti hati-hati dan bertakwa. Strategi kehidupan kita juga harus merujuk kepada apa yang Nabi Nubuwahkan.
Salah satunya, ada hadits Nabi saw,
“Akan datang suatu masa, di mana tidak bermanfaat di masa itu kecuali Dinar dan Dirham” (HR Ahmad)
Tentang Dinar dan Dirham, insya Allah akan saya
sampaikan di tulisan berikutnya. Semoga Allah memudahkan kita untuk selamat dari fitnah dunia dan dimasukkan-Nya ke syurga. Aaamiin.
Silaturrahim: Dapatkan ilmu2 Magnet Rezeki
secara gratis di: - t.me/audiomagnetrezeki - www.youtube.com/c/nasrullahmagnetrezeki