Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Bina Mulia Hukum

Volume 3, Nomor 2, Maret 2019 P-ISSN: 2528-7273 E-ISSN: 2540-9034


Artikel diterima 02 Februari 2019, artikel direvisi 25 Februari 2019, artikel diterbitkan 11 Maret 2019
DOI: 10.23920/jbmh.v3n2.18 Halaman Publikasi: http://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/jbmh/issue/archive

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG


(STUDI PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN AFRIKA SELATAN)
Siti Hidayati*

ABSTRAK
Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan proses pembentukan
produk hukum dan produk politik dengan tujuan untuk mengatur aktivitas manusia demi
terselenggaranya ketertiban masyarakat. Maka dari itu diperlukan partisipasi masyarakat untuk
mewujudkan peraturan perundang-undangan yang dapat diterima dan diimplementasikan oleh
berbagai lapisan masyarakat. Sampai saat ini, belum terdapat pedoman dalam implementasi
partisipasi masyarakat dalam penyusunan undang-undang di Indonesia, sehingga dapat dikatakan
implementasinya di belum berjalan secara maksimal. Metode yang dipergunakan yaitu penelitian
yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder dari bahan hukum primer dan sekunder.
Pendekatan perbandingan dilakukan untuk melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam
pembentukan Undang-Undang di Indonesia dan Afrika Selatan. Di Afrika Selatan, partisipasi
masyarakat merupakan salah satu ketentuan dalam pembentukan undang-undang. Dari berbagai
bentuk partisipasi yang dilakukan di Afrikas Selatan, terdapat beberapa bentuk yang dapat
menjadi masukan bagi konsep partisipasi masyarakat di Indonesia. Demi terwujudnya demokrasi,
partisipasi masyarakat sebaiknya menjadi syarat dalam pembentukan undang-undang dengan
adanya mekanisme lebih lanjut sebagai pedoman pelaksanaan.
Kata kunci: Afrika Selatan; partisipasi masyarakat; pembentukan undang-undang; perbandingan.

ABSTRACT
Lawmaking process is the process of forming legal product and political products with
the aim to regulate human activities for the implementation of public order. Therefore public
participation important to create the law which can be accepted and implemented by differ society.
Untill now, there are no guidelines in the implementation of public participation in legislative
process in Indonesia, so that the implementation has not been running optimally. The research
method used in this study is normative juridicial research, using secondary data in the form of
primary law materials and secondary law materials. A comparative approach is carried out to
see how public participation in legislative process in Indonesia and South Africa. In South Africa,
public participation become one of provision in legislation process. From various forms in public
participation di South Afria, there are several forms which can become input for the concept of
public participation in Indonesia. For the sake of democracy, public participation should become
term in legislation process with further mechanism for guidelines.
Keyword: comparative; legislative process; public participation; South Africa.

*
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122, email: tyakecil@gmail.com.
225 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 2, Maret 2019

PENDAHULUAN Salah satu bentuk partisipasi politik oleh


Demokrasi dalam arti yang sederhana atau masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat
secara harfiah berarti rakyat yang memerintah dalam pembentukan undang-undang. Adanya
atau pemerintahan rakyat. Dengan kata lain, ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi
demokrasi diartikan sebagai sebuah bentuk dalam pembentukan undang-undang
atau corak pemerintahan di mana rakyat yang merupakan sebuah keniscayaan dalam sistem
memerintah, baik secara langsung maupun pemerintahan demokrasi yang menempatkan
melalui wakil-wakil terpilih.1 rakyat sebagai pemegang kedaulatan dalam
negara. Hal ini sejalan dengan pasal 28 Undang-
Di dalam praktik, demokrasi selalu Undang Dasar Negara Republik Indonesia
berubah dan bermetamorfosis sesuai dengan Tahun 1945 yang menyatakan, “Kemerdekaan
pertumbuhan dan perkembangan negara berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
yang bersangkutan, sehingga pelaksanannya pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
berbeda dari waktu ke waktu. Demokrasi tidak ditetapkan dengan Undang-Undang.”
selalu tumbuh dan berkembang dalam wujud
yang sama dan sebangun untuk setiap negara Konsep partisipasi masyarakat muncul
dalam setiap waktu. Bahkan, pelaksanaan dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004
demokrasi juga dapat terkendala karena adanya tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
penguasa yang tidak melaksanakan demokrasi. undangan yang kemudian diatur dalam Pasal 96
Demikian juga halnya, apabila rakyat tidak mau Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
melaksanakan dan mendukung demokrasi itu Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
sendiri.2 Sampai saat ini belum ada pengaturan lebih
lanjut mengenai partisipasi mayarakat. Hal ini
Memasuki era reformasi, terjadi mengakibatkan belum ada mekanisme baku
perubahan drastis yang merubah struktur yang dapat diikuti oleh pembentuk Undang-
ketatanegaraan Indonesia. Konsep check and Undang, sehingga keterlibatan masyarakat
balances menjadikan kedudukan eksekutif, seringkali bersifat formalitas.
legislatif, dan yudikatif menjadi sejajar dan
saling mengawasi. Di saat yang sama demokrasi Pelibatan masyarakat dalam pembentukan
semakin kuat dimana kedaulatan rakyat tidak Undang-Undang diberlakukan di berbagai
hanya berada di salah satu unsur suprastruktur negara di dunia, antara lain Afrika Selatan.
politik dan semua lembaga negara merupakan Afrika Selatan merupakan negara republik
representasi dari kedaulatan rakyat. Peran dengan struktur lembaga negara yang mirip
serta masyarakat dalam politik semakin dengan Indonesia. Kedua negara memiliki
terlihat dengan pemilihan Presiden dan Wakil kondisi sosial politik yang tidak jauh berbeda
Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Hal dan sama-sama sedang berkembang. Sebagai
ini menggambarkan bahwa terjadi pergeseran negara yang memiliki prinsip yang didasarkan
demokrasi dimana partisipasi politik masyarakat atas prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi,
semakin muncul ke permukaan. and keterbukaan, partisipasi masyarakat di

1
Hernadi Effendi, Persamaan Kedudukan di Depan Hukum dan Pemerintahan Konsepsi dan Impelementasi, Mujahid Press, Bandung:
2017, hlm. 61.
2
Ibid, hlm. 63.
Siti Hidayati 226
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang

Afrika Selatan dapat dijadikan pembanding bagi Negara bangsa (Nation-state) dapat
konsep partisipasi masyarakat di Indonesia. digunakan sebagai basis dalam menentukan
Tulisan ini akan mengkaji bagaimana Identitas Konstitusi (Constitutional Identity)
partisipasi masyarakat dalam pembentukan Indonesia. Indonesia termasuk ke dalam Negara
Undang-Undang di Indonesia dan Afrika bangsa pos-kolonial, karena terbentuk dari
Selatan. Dari uraian tersebut akan dilakukan sejarah panjang perlawanan untuk terlepas dari
perbandingan terhadap kedua negara yang sejarah panjang perlawanan untuk terlepas dari
diharapkan dapat memberi masukan terhadap penjajahan (dekolonisasi) bangsa Belanda dan
formula yang tepat bagi partisipasi masyarakat Jepang. Kedudukan Indonesia sebagai Negara
dalam pembentukan undang-undang di bangsa pos-kolonial memiliki pengaruh dalam
Indonesia. pembentukan identitas konstitusi, sehingga
identitas konstitusi tersebut terbentuk dari
METODE PENELITIAN tujuan historis pembentukan konstitusi
Indonesia dan oleh karena itu Indonesia
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis memiliki identitas konstitusi pos-kolonial
normatif dengan menggunakan data sekunder berdasarkan UUD 1945. Identitas konstitusi pos-
dari bahan hukum primer dan sekunder. Bahan- kolonial yang dimiliki Indonesia dapat dilihat
bahan tersebut berupa peraturan perundang- dari norma-norma yang bersifat fundamental
undangan, literatur, dan hasil-hasil penelitian yang terdapat dalam UUD 1945.3
yang relevan dengan objek penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Sejak tahun 2011, proses pembuatan
ini adalah pendekatan perbandingan. Bahan- undang-undang mengacu pada satu Undang-
bahan yang diperoleh kemudian dianalisis Undang yaitu UU No. 12 Tahun 2011. Secara
secara deskriptif kualitatif. garis besar proses pembentukan Undang-
Undang terdiri dari beberapa tahap yaitu:
PEMBAHASAN 1. Proses persiapan pembentukan undang-
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan undang yang merupakan proses
Undang-Undang di Indonesia penyusunan dan perancangan di lingkungan
pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat,
Pembentukan undang-undang adalah atau Dewan Perwakilan Daerah.
bagian dari pembangunan hukum yang 2. Proses pembahasan di Dewan Perwakilan
mencakup pembangunan sistem hukum Rakyat
nasional dengan tujuan mewujudkan tujuan 3. Proses pengesahan oleh Presiden,
negara yang dilakukan mulai dari perencanaan 4. Proses pengundangan oleh Menteri yang
atau program secara rasional, terpadu dan tugas dan tanggungjawabnya di bidang
sistematis. Undang-Undang Dasar 1945 peraturan perundang-undangan.
mengatur bahwa kewenangan membentuk
undang-undang berada pada Dewan Perwakilan Partisipasi masyarakat dalam
Rakyat (DPR) dan Presiden. pembentukan undang-undang penting karena

Franko Johner, dkk., “Negara Bangsa Pos-Kolonial Sebagai Basis Dalam Menentukan Identitas Konstitusi Indonesia: Studi Terhadap
3

Undang-Undang Dasar 1945”, Jurnal Bina Mulia Hukum, Vol. 2 No. 2 2018, hlm. 195.
227 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 2, Maret 2019

undang-undang yang berasal dari masyarakat Ketentuan mengenai partisipasi


diharapkan dapat memiliki daya laku yang masyarakat dalam pembentukan undang-
lama dan daya guna yang efektif sehingga undang juga diatur di dalam Pasal 215-218
dapat memecahkan permasalahan yang terjadi Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Nomor
di masyarakat. Dalam sistem demokrasi, 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib. Pasal 215
hal yang paling penting adalah bagaimana Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2014 mengatur
menjamin ruang partisipasi terbuka seluas- bahwa masyarakat dapat memberikan masukan
luasnya bagi setiap lapisan masyarakat. secara lisan dan/atau tertulis kepada DPR dalam
Tetapi jaminan tersebut juga disertai dengan proses:
berbagai upaya berkesinambungan untuk a. penyusunan dan penetapan Prolegnas;
mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat b. penyiapan dan pembahasan rancangan
untuk terlibat dalam proses penyelenggaraan undang-undang;
pemerintahan. c. pembahasan Rancangan Undang-Undang
Pasal 96 UU No. 12 Tahun 2011 mengatur tentang APBN;
partisipasi masyarakat sebagai berikut: d. pengawasan pelaksanaan undang-undang;
“(1) Masyarakat berhak memberikan masukan dan
secara lisan dan/atau tertulis dalam e. pengawasan pelaksanaan kebijakan
Pembentukan Peraturan Perundang- pemerintah.
undangan. Proses pembentukan Undang-
(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis Undang pada dasarnya, menurut Ubbe dapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi menjadi tiga tahap yaitu: Pra Legislasi,
dapat dilakukan melalui: a. rapat dengar Tahap Legislasi, dan Tahap Pasca Legislasi.4
pendapat umum; b. kunjungan kerja; c. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam salah
sosialisasi; dan/atau d. seminar, lokakarya, satu tahapan ataupun ketiganya. Menurut
dan/atau diskusi. Pataniari Siahaan, pada tahap perencanaan
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada dan penyiapan RUU terdapat empat bentuk
ayat (1) adalah orang perseorangan partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan
atau kelompok orang yang mempunyai dalam proses pembentukan undang-undang
kepentingan atas substansi Rancangan yaitu penelitian, diskusi, lokakarya dan seminar,
Peraturan Perundang-undangan. pengajuan usul inisiatif, dan perancangan.5 Pada
(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam tahap pembahasan RUU terdapat enam bentuk
memberikan masukan secara lisan dan/ partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan
atau tertulis sebagaimana dimaksud pada masyarakat dalam proses pembentukan
ayat (1), setiap Rancangan Peraturan undang-undang yaitu audiensi/ Rapat Dengar
Perundang-undangan harus dapat diakses Pendapat Umum (RDPU), RUU alternatif,
dengan mudah oleh masyarakat.” masukan melalui media cetak, masukan melalui
media elektronik, unjuk rasa, dan diskusi,
lokakarya, dan seminar.6

4
Pataniari Siahaan, Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD 1945, Penerbit Konpress, Jakarta: 2012,
hlm. 431.
5
Ibid, hlm. 432.
6
Ibid, hlm. 434.
Siti Hidayati 228
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang

Keterlibatan publik bisa dilihat dari dua Contoh lain partisipasi masyarakat dalam
sisi. Pertama, inisiatif DPR dan/atau inisiatif penyusunan RUU sebagaimana disampaikan
masyarakat. Adapun bentuk pelibatan yang dalam penelitian Maharanie yaitu pada
dilakukan oleh DPR misalnya melalui RDPU dan pembentukan Undang-Undang Nomor 13
kunjungan kerja. Dalam RDPU, kelompok yang Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
dianggap dapat mewakili masyarakat diundang Korban. Sebelum dilakukan RDPU, studi banding
untuk menyampaikan aspirasinya dalam rangka mengenai pelaksanaan sistem perlindungan
pembahasan suatu undang-undang. Berbeda saksi di negara lain (Amerika dan Australia).
halnya dengan kunjungan kerja. Kunjungan RDPU yang pertama dengan mengundang
kerja adalah saat DPR menjemput bola Komisi Pemberantasan Korupsi, perwakilan
menghampiri masyarakat dan melihat langsung Kejaksaan Amerika, dan perwakilan dari
apa yang terjadi sebagai pengalaman untuk Australia. RDPU yang kedua mengundang ahli
merangsang persepsi saat pembahasan. Kedua, hukum pidana. Dari RDPU tersebut hanya KPK
bentuk keterlibatan publik yang diinisiasi oleh dan ahli hukum pidana sebagai pihak terkait.
masyarakat juga beragam macamnya. Ada DPR tidak melibatkan kelompok keahlian
diskusi, unjuk rasa, hingga judicial review. lainnya. Dari hasil penelitian terlihat adanya
Penyampaian aspirasi melalui media juga tidak keterlambatan akses terhadap dokumen RDPU,
jarang dilakukan.7 laporan singkat, risalah rapat, dan daftar hadir.
DPR sebagai lembaga perwakilan berfungsi Jadwal juga seringkali berubah sehingga sulit
untuk menyalurkan aspirasi rakyat yang untuk memantau perkembangan rapat.9
diwakilinya. Isu-isu yang dibawa masyarakat Dalam analisis yang dilakukan oleh koalisi
dalam proses pembentukan suatu RUU belum masyarakat sipil yang tergabung dalam Aliansi
tentu akan diterima oleh fraksi di DPR. Di DPR Masyarakat Selamatkan Pemilu, ternyata ruang
terdapat berbagai forum yang dapat digunakan partisipasi publik dalam proses pembuatan
untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. peraturan perundang-undangan masih sangat
Berdasarkan penelitian Saifudin terdapat 6 rendah (Perludem 2011). Paling tidak persoalan
forum penyampaian partisipasi masyarakat tersebut dapat dilihat dari lima tahapan yang
dalam proses pembentukan RUU.8 biasa dilakukan dalam proses pembentukan
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Menurut Wawan Ichwanuddin, diantaranya10:
Pertama, tahap penyusunan program
legislasi nasional. Keterlibatan masyarakat
dalam tahap konsultasi dan komunikasi
dimungkinkan untuk memberi masukan
dan memantapkan Ranlegnas (Perancangan

7
Joko Riskiyono, Pengaruh Partisipasi Publik dalam Pembentukan Undang-Undang: Telaah Atas Pembentukan Undang-Undang
Penyelenggara Pemilu, Perludem, Jakarta: 2016, hlm. 209.
8
Ibid, hlm. 258.
9
Maharanie, Skripsi Kedaulatan Rakyat dalam Pembentukan Kebijakan Publik (Studi Kasus : Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan
Undang-Undang di Indonesia), Universitas Indonesia, Depok: 2008.
10
Joko Riskiyono, Op. Cit., hlm. 174-175.
229 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 2, Maret 2019

Legislasi Nasional). Sayangnya, tidak jelas siapa didasarkan atas prinsip-prinsip accountability,
yang dimaksud dengan wakil masyarakat dalam transparancy, and oppennes. Sejumlah bagian
forum tersebut karena semua ditunjuk oleh dari Konstitusi berkaitan langsung dengan
pemerintah. public paricipation sedangkan sebagian yang
Kedua, penyusunan prakarsa rancangan lain secara tidak langsung mendukung interaksi
undang-undang. Ada dua tahap masyarakat bisa publik dengan pemerintah.11
terlibat dalam penyusunan naskah akademik Berdasarkan Konstitusi Afrika Selatan
dan forum konsultasi. Namun keduanya bersifat 1996, fungsi legislatif berada di Parlemen.
fakultatif tergantung dari niat dan kepentingan Parlemen berkedudukan sebagai kekuasaan
pemerintah untuk mengikutsertakan legislatif nasional, dimana parlemen memiliki
masyarakat. kewenangan untuk membentuk undang-
Ketiga, proses perancangan undang- undang. Lembaga ini terdiri dari the National
undang di DPR. Peran masyarakat dapat Assembly dan the National Council of Provinces.
dilakukan melalui perguruan tinggi yang diberi The National Assembly dipilih untuk mewakili
tahu Badan Legislasi DPR untuk membuat masyarakat dan menjamin pemerintahan yang
RUU. Perancangan masyarakat tergantung demokratis berdasarkan konstitusi. Sementara
keikutsertaan kalangan civil society untuk the National Council of Provinces merupakan
berpartisipasi. Perancangan oleh P3LI DPR perwakilan daerah atau provinsi untuk
(Pusat Pengkajian Layanan Informasi) dan menjamin kepentingan provinsi diperhitungkan
Setjen DPR yang melibatkan kalangan akademisi dalam lingkup nasional.
atau LSM untuk memberikan masukan. The National Assembly memiliki tugas
Keempat, proses pengusulan di DPR. untuk melakukan pemilihan presiden,
Dalam tahap ini tidak ada peran serta masyarakat menyediakan forum nasional untuk mendapat
karena sifatnya DPR hanya menyampaikan pertimbangan public terhadap suatu isu,
informasi saja. membentuk undang-undang, melakukan
pengawasan terhadap tindakan eksekutif,
Kelima, pembahasan di DPR. Peran serta melakukan perubahan konstitusi. Selain itu,
masyarakat terletak dalam Rapat Dengar dalam pembentukan RUU terdapat keterlibatan
Pendapat Umum (RDPU). Sayangnya, RDPU National Council of Provinces yang memiliki
tersebut lebih banyak inisiatif dari DPR sehingga tugas untuk ikut berpastisipasi dalam proses
tidak terlihat dari kelompok masyarakat legislasi nasional dan menyediakan forum
mana yang didengarkan dan dapat memberi nasional untuk mendapat pertimbangan publik
masukan.” terkait isu-isu yang memiliki dampak terhadap
provinsi. Presiden merupakan kepala negara dan
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan kepala pemerintahan. Presiden juga memiliki
Undang-Undang di Afrika Selatan fungsi legislatif dan kewenangan antara lain
menerapkan undang-undang kecuali konstitusi
Konsitusi Afrika Selatan 1996 menjadi menentukan lain, membentuk dan menerapkan
tonggak awal pemerintahan Afrika Selatan yang

Saifudin, Partisipasi Publik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, FH UII Press, Yogyakarta: 2009, hlm. 114.
11
Siti Hidayati 230
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang

kebijakan nasional, mempersiapkan dan diserahkan ke Presiden untuk disahkan. Ketika


memulai perancangan undang-undang. sudah disahkan oleh Presiden, RUU menjadi
Pembentukan undang-undang diatur undang-undang yang disusun oleh Parlemen.12
dalam Pasal 73 - 82 Konstitusi 1996. Suatu RUU Ketika Presiden memiliki pertimbangan
hanya dapat diusulkan dalam DPR oleh Menteri, tertentu setelah menerima RUU, maka RUU
Wakil Menteri, Parlemen Komite, atau anggota dapat dikembalikan kepada the National
Parlemen perseorangan. Umumnya RUU Assembly untuk dikaji ulang. Jika RUU
disusun oleh pemerintah, khususnya Menteri memuat materi terkait provinsi, maka the
terkait materi yang disusun. RUU ini harus National Council of Province harus dilibatkan
disetujui terlebih dahulu oleh Kabinet sebelum dalam kaji ulang. Jika RUU yang telah dikaji
diusulkan kepada DPR. RUU yang diusulkan ulang menyetujui pertimbangan Presiden,
oleh anggota Parlemen perseorangan disebut maka Presiden harus mengesahkan RUU
sebagai RUU anggota khusus. Sebelum menjadi tersebut. Tetapi jika pertimbangan Presiden
undang-undang, sebuah RUU harus dilakukan tidak diakomodir seluruhnya, maka Presiden
pembahasan oleh kedua pihak di Parlemen. harus mengesahkan atau mengajukannya
RUU tertentu yang berdampak terhadap daerah ke Constitutional Court untuk memutuskan
provinsi harus dijelaskan terlebih dahulu kepada bagaimana kedudukan RUU terhadap Konstitusi.
National Council of Provinces. RUU lainnya Jika Constitutional Court memutuskan
pertama-tama dipaparkan dalam the National bahwa RUU tersebut konstitusional, maka
Assembly. Ketika sudah dibahas, RUU tersebut Presiden harus mengesahkan RUU tersebut.
diarahkan kepada komite yang berkaitan. Undang-Undang yang telah disahkan harus
RUU dipublikasikan dalam the Government disebarluaskan secara layak dan berlaku sejak
Gazzette untuk dikomentari oleh masyarakat diundangkan.
umum kecuali RUU tersebut sangat mendesak. Partisipasi masyarakat diatur dalam
Perdebatan di komite dan perubahan dapat Konstitusi Afrika Selatan 1996. Bagian yang
dilakukan. Jika mengundang perhatian yang secara langsung berkaitan dengan partisipasi
besar dari masyarakat terhadap RUU, komite masyarakat dalam pembetukan Undang-
dapat mengadakan public hearing. Ketika Undang yaitu a bill of rights; public participatiion
sudah diputuskan isi dari RUU, komite duduk in the legislature; institutions supporting
bersama di Parlemen untuk membahas lebih democracy; and parliamentary committee.13
lanjut dan melakukan pemilihan. RUU dapat Terdapat berbagai bentuk dalam
ditarik kembali ke komite untuk dikaji sebelum melaksanakan partisipasi masyarakat di Afrika
pemilihan dilakukan. RUU kemudian diminta Selatan, antara lain the People’s Assembly, the
masukan atau pertimbangan ke the National Taking Parliament to the People programme, the
Council of Province. Jika RUU telah disepakati Women’s Parliament and the Youth Parliament
baik oleh the National Assembly maupun oleh (sectoral parliaments), public hearings,
the National Council of Province, maka RUU outreach programmes, radio programmes and

12
Parliament of South Africa, “How a Law is Made”, tanpa tahun, <https://www.parliament.gov.za/storage/app/media/EducationPubs/
how-a-law-is-made.pdf>, [diakses pada tanggal 11/12/2017}.
13
Id.
231 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 2, Maret 2019

broadcasts, television broadcasts, business dampak serta pengaruh terhadap pengambilan


and educational publications, newsletters, keputusan sangat terbatas. Selain itu tantangan
promotional material, the website, Facebook, berikutnya yatu bagaimana mencari masukan
Twitter and YouTube.14 Penelitian Renee Scott yang berkualitas bukan hanya berjumlah
menggambarkan public outreach, public banyak dan dari berbagai sektor dan kelompok
hearings, petitions, public education, committee di masyarakat.
proceedings and house sittings, and the use of 2. Public hearings
constituency offices sebagai berikut15:
Public hearings biasanya dilaksanakan
1. Public outreach dalam penyusunan Undang-Undang serta
Semua lembaga legislatif memiliki Peraturan Daerah. Prosesnya biasanya
kegiatan public participation outreach yang memerlukan pemberitahuan, workshop pra
dilaksanakan di komunitas kota dan daerah dengar pendapat dengan stakeholder, mobilisasi
pedesaan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan masyarakat dan submission dalam public
berbagai tipe dan format. Sebagai contoh yaitu hearing, finalisasi post-hearing submission dan
kegiatan sektoral parlemen (untuk remaja, membuat daftar materi RUU untuk dijadikan
disabilitas, orangtua, pekerja, dan wanita), masukan. Semua Komite melaksanakan
program sekolah, workshop peran dalam public hearing dan prosesnya terbuka untuk
penyusunan Undang-Undang, dan lain-lain. masyarakat. Secara umum untuk memfasilitasi
Untuk mendorong agar masyarakat dapat public hearing dilakukan kegiatan:
terlibat terutama di daerah yang sumber a. Penyimpanan rekaman komite prosiding
dayanya rendah dan tidak terorganisir, maka b. Ringkasan dari komite prosiding
legislatif menyediakan transportasi, akomodasi, dipublikasikan
konsumsi, pendampingan dalam petisi, c. Mempublikasikan rekaman transkrip dari
mengajak parlemen ke komunitas, dan pelatihan prosiding
di daerah pedesaan. Lembaga memiliki mailing d. Mempublikasikan data anggota pemilih
list dari masyarakat yang diundang secara e. Mempublikasikan ringkasan Undang-
perseorangan untuk berpartisipasi, dan data Undang atau kebijakan dengan bahasa
ini sudah terkomputerisasi dan terdaftar. sederhana
Selain itu terdapat pengkategorisasian f. Mengadakan public hearing untuk RUU
terhadap partisipan berdasarkan sektor seperti g. Mengadakan public hearing untuk
kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. kebijakan
Kesulitan dari kegiatan ini masyarakat h. Mempublikasikan public hearing
memiliki kesempatan yang kecil untuk i. Mengumumkan undangan untuk semua
berpartisipasi dan memberikan masukan masyarakat untuk hadir atau membuat
karena biasanya melibatkan massa yang masukan
banyak. Walaupun kegiatan ini bermanfaat, tapi j. Mengundang ahli untuk dengar pendapat
komite

14
Parliament of Republic of South Africa, “What Parliament Does”, tanpa tahun, <https://www.parliament.gov.za/what-parliament-
does>, [diakses pada tanggal 12/12/2017].
15
Renee Scott, An Analysis of Public Participation in the South African Legislative Sector, Stellenbosch University, Stellenbosch: 2009,
hlm. 81-96.
Siti Hidayati 232
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang

k. Prosiding komite dibuka ke masyarakat proses Parlemen lainnya merupakan ketentuan


Target peserta dari public hearing konstitusional yang penting bagi demokrasi
berdasarkan materi yang dibahas dalam RUU, Afrika Selatan. Parlemen telah mengembangkan
contohnya RUU Perikanan maka targetnya sejumlah cara untuk mempromosikan
adalah komunitas dan pengusaha perikanan. keterlibatan publik dalam pekerjaan lembaga
Kelompok target termasuk stakeholder dari tersebut. Salah satu cara masyarakat dapat
komunitas terbatas, kelompok yang tertarik menggunakan hak mereka untuk berpartisipasi
terhadap isu tertentu, lembaga swadaya di Parlemen adalah dengan mengajukan petisi.16
masyarakat, partai politik, pengusaha dan Aspek partisipasi masyarakat melalui petisi
masyarakat umum. Komunikasi dilakukan cukup diatur dengan baik karena tujuh lembaga
melalui undangan, pertemuan pendahuluan, daerah telah mengeluarkan pengaturan petisi
pra dengar pendapat, pengumuman, radio, yang spesifik. Berdasarkan pasal 56 Konstitusi
lembaga komunitas, kantor konstituen, dan Afrika Selatan 1996, the National Assembly atau
pemerintah daerah. Komitenya dapat menerima petisi, representasi
Berdasarkan hasil penelitian Renee atau masukan dari pihak atau lembaga terkait.
Scott, umpan balik dari kegiatan ini cukup Parlemen sudah mengatur secara formal tata
baik dimana kegiatan ini sudah tertata dengan cara petisi dalam part 3 9th Edition Rules of
baik selama 14 tahun demokrasi. Legislatif National Assembly.
mengembangkan pengkategorisasian data 4. Public Education
yang digunakan untuk menargetkan peserta Pendidikan masyarakat diakukan melalui
yang spesifik untuk hadir dalam public hearing. kunjungan sekolah, edukasi materi, pelatihan
Masyarakat umum mengetahui kegiatan dalam pembentukan peraturan, petisi dan
melalui media yang mengundang semua warga peran legislatif dan pameran. Target utamanya
masyarakat untuk hadir berpartisipasi. Menjadi yaitu pelajar, kantor perwakilan konstituen,
tantangan yaitu waktu pemberitahuan, lembaga swadaya masyarakat, anggota
menarik minat masyarakat terkait untuk komunitas, dan pekerja pengembangan
berpartisipasi, dan meyakinkan bahwa masukan komunitas. Kelompok ini dihubungi melalui
yang diberikan berkualitas dan bermanfaat berbagai metode termasuk pertemuan, iklan,
untuk dipertimbangkan dalam pengambilan selebaran, radio, kantor konstituen, pemerintah
keputusan. daerah, pekerja pengembangan komunitas,
3. Petitions dan non-governmental organisations. Kegiatan
Sebuah petisi adalah permintaan formal ini masih diperlukan hanya perlu diperluas
kepada Parlemen untuk melakukan intervensi target peserta dengan metoda pendidikan yang
dalam suatu masalah. Dapat berupa permintaan tepat agar tujuannya tercapai. Tantangannya
bantuan untuk masalah tertentu atau untuk yaitu kurangnya sumber daya manusia
pemulihan keluhan. Partisipasi publik dalam penyelenggara, perencanaan dan program,
pembuatan undang-undang, pengawasan dan kurangnya anggaran, kurangnya partisipan,

Parliament of The Republic of South Africa, “Petitions”, tanpa tahun, <https://www.parliament.gov.za/petitions#>, [diakses pada
16

tanggal 12/12/2017].
233 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 2, Maret 2019

pengembangan materi pendidikan, kesulitan 7. Monitoring and Evaluation


dukungan logistik dan teknis, kendala bahasa, Monitoring berfungsi mengetahui
area geografi yang harus menjadi arahan, pelaksanaan dari pgoram. Mekanismenya
mencapai target peserta dan lain sebagainya. terdiri dari strategi, perencanaan, laporan
5. Committee Proceedings and House Sittings berkala, bulanan, dan triwulan begitu juga
Memperbolehkan masyarakat untuk dengan laporan evaluasi proyek, statistik
mengakses Committee Proceedings dan masukan, kehadiran pihak-pihak, dan kunjungan
hadir dalam Parlemen merupakan aspek lapangan. Evaluasi melihat bagaimana
yang penting dalam partisipasi masyarakat. implementasi dari strategi sehingga dapat dikaji
Kegiatan ini diumumkan melalui berbagai cara, aspek negatif dan meningkatkan efektifitas dan
seringkali melalui radio, koran, tempat umum, efisiensi. Program partisipasi publik dievaluasi
dan internet. Organisasi komunitas, NGO, triwulan dan tahunan, menggunakan standar
pengusaha, partai politik, ahli dan masyarakat evaluasi, melalui laporan, kuesionair, workshop
umum diundang untuk memberi masukan pasca dengar pendapat, dan rencana kegiatan
dalam Committee Proceedings dan lembaga tahunan.
membuat daftar yang hadir. Kegiatan ini
sangat positif sebagai perwujudan tranparansi Perbandingan Partisipasi Masyarakat dalam
dan akses informasi oleh masyarakat. Dalam Pembentukan Undang-Undang di Indonesia
committee proceeding dilakukan pemrosesan dan Afrika Selatan
masukan-masukan dari masyarakat yang Partisipasi masyarakat diartikan sebagai
kemudian diserahkan kepada Parlemen. Tindak keikutsertaan masyarakat, baik secara
lanjut dari Parlemen disampaikan kembali individual maupun kelompok, secara aktif
kepada stakeholder terkait. Berdasarkan survey dalam penentuan kebijakan publik atau
Parliamentary Monitoring Group pada tahun peraturan perundang-undangan.18 Menurut
2015-2016 sebenarnya banyak masyarakat yang Creighton, partisipasi publik adalah “the process
ingin terlibat tapi terkendala masalah biaya.17 by which public concerns, needs, and values are
6. The Use of Constituency Offices incorporated into governmental and corporate
decision-making. It is two-way communication
Kantor konstituen didanai oleh lembaga and interaction, with the overall goal of better
legislatif dan menjadi tempat bagi anggota decisions that are supported by the public.”19
Parlemen untuk konstituennya bekerja, Sebagai sebuah konsep yang berkembang
sehingga seperti menjadi kantor partai politik. dalam sistem politik modern, partisipasi
Semestinya ia dapat lebih berperan aktif merupakan ruang bagi masyarakat untuk
dalam memfasilitasi partisipasi publik. Kantor melakukan negosiasi dalam proses perumusan
konstituen umumnya tidak berinteraksi secara kebijakan terutama yang berdampak langsung
baik dengan komunitas, pemerintah daerah. terhadap kehidupan masyarakat.
Sehingga kurang dirasa manfaatnya oleh
masyarakat.

17
Monique Doyle, Public Participation Parliament-Survey of Participant, Parliamentary Monitoring Group, Cape Town: 2017, hlm. 14.
18
Joko Riskiyono, Op. Cit., hlm. ix.
19
Renee Scott, Op. Cit., hlm. 25.
Siti Hidayati 234
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang

Karen Czapanskiy berpendapat bahwa Terdapat berbagai prinsip-prinsip pokok


dengan adanya partisipasi publik, pembentuk bagi terwujudnya partisipasi politik dalam
undang-undang tidak hanya mengumpulkan proses penyelenggaran pemerintahan. Prinsip-
informasi yang akan menghasilkan undang- prinsip dasar tersebut adalah23 guaranteed
undang yang lebih baik, tetapi juga merupakan access, equality, freedom to express opinions, the
gambaran akan penghargaan terhadap notion of public good, dan the democratic ideal.
masyarakat itu sendiri. Sebagai timbal balik Sherry R Arnstein membagi jenjang partisipasi
masyarakat akan lebih terikat dan lebih peduli masyarakat terhadap program pembangunan
terhadap hal-hal yang berkenaan dengan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam
masyarakat.20 8 tingkat partisipasi masyarakat dengan
Bambang Sugiono dan Ahmad Husni M.D berdasarkan kekuasaan yang diberikan kepada
menjelaskan bahwa pelaksanaan prinsip peran masyarakat24:
serta masyarakat bertujuan untuk21: pertama, 1. Manipulation, merupakan tingkatan
melahirkan prinsip kecermatan dan kehati- partisipasi yang paling rendah, dimana
hatian dari pejabat publik dalam membuat masyarakat hanya dipakai namanya saja.
kebijaksanaan publik; dan kedua, membawa Kegiatan untuk melakukan manipulasi
konsekuensi munculnya suatu kontrol sosial informasi untuk memperoleh dukungan
yang konstruktif dan kesiapan sosial masyarakat publik dan menjanjikan keadaan yang lebih
terhadap setiap bentuk dampak akibat baik meskipun tidak akan pernah terjadi
suatu kegiatan pembangunan. Pentingnya 2. Therapy, pemegang kekuasaan memberikan
keterlibatan masyarakat sebagai perwujudan alasan proposal dengan berpura-pura
kedaulatan rakyat juga dijelaskan oleh R. M. melibatkan masyarakat. Meskipun terlibat
Peters, Jr yang menyatakan bahwa “All modern dalam kegiatan, tujuannya lebih pada
constitutions and fundamental or basic laws mengubah pola pikir masyarakat daripada
contain and declare the concept and principle mendapatkan masukan dari masyarakat itu
of popular sovereignty, which essentially means sendiri
that the people are the ultimate source of public
power or government authority. The concept 3. Informing, pemegang kekuasaan hanya
of popular sovereignty holds simply that in a memberikan informasi kepada masyarakat
society organized for political action, the will of terkait proposal kegiatan, masyarakat tidak
the people as a whole is the only right standard diberdayakan untuk mempengaruhi hasil.
of political action.”22 Informasi dapat berupa hak, tanggung

20
Karen Czapanskiy and Rashida Manjoo, “Righ of Public Participation in the Law-Making Process and the Role of the Legislature in the
Promotion of This Right”, Duke Journal of Comparative & International Law, Vol. 19: 1, 2009, <https://papers.ssrn.com/sol3/papers.
cfm?abstract_id= 1273610>, [diakses pada tanggal 5 Maret 2019].
21
Iza Rumesten R.S., “Model Ideal Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Daerah”, Jurnal Dinamika Hukum , Vol. 12 No.
1 Januari 2012, hlm. 139.
22
László Vértesy, “The Public Participation in the Drafting of Legislation in Hungary”, International Public Administration Review, 14 (4),
<https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id= 3002383>, [diakses pada tanggal 5 Maret 2019]
23
Saifudin, Op. Cit., hlm. 93.
24
Sherry R. Arnstein, “The Ladder of Citizen Participation”, Journal of the American Planninng Association, 2010, hlm. 218-223.
235 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 2, Maret 2019

jawab dan berbagai pilihan, tetapi tidak ada untuk membuat keputusan pada
umpan balik atau kekuatan untuk negosiasi rencana tertentu. Untuk menyelesaikan
dari masyarakat. Informasi diberikan pada permasalahan, pemerintah harus
tahapan akhir perencanaan dan masyarakat mengadakan negosiasi dengan masyarakat
hanya memiliki sedikit kesempatan untuk tidak dengan tekanan dari atas,
mempengaruhi rencana yang telah disusun dimungkinkan masyarakat mempunyai
4. Consultation, masyarakat tidak hanya tingkat kendali atas keputusan pemerintah.
diberitahu tetapi juga diundang untuk 8. Citizen control, masyarakat dapat
berbagi pendapat, meskipun tidak berpartisipasi di dalam dan mengendalikan
ada jaminan bahwa pendapat yang seluruh proses pengambilan keputusan.
dikemukakan akan menjadi pertimbangan Pada tingkatan ini masyarakat memiliki
dalam pengambilan keputusan. Metode kekuatan untuk mengatur program atau
yang sering digunakan adalah survei tentang kelembagaan yang berkaitan dengan
arah pikiran masyarakat atau pertemuan kepentingannya. Masyarakat mempunyai
lingkungan masyarakat dan public hearing wewenang dan dapat mengadakan
atau dengar pendapat dengan masyarakat. negosiasi dengan pihak-pihak luar yang
5. Placation, pemegang kekuasaan hendak melakukan perubahan. Usaha
(pemerintah) perlu menunjuk sejumlah bersama warga ini langsung berhubungan
orang dari bagian masyarakat yang dengan sumber dana untuk memperoleh
dipengaruhi untuk menjadi anggota bantuan tanpa melalui pihak ketiga.
suatu badan publik, di mana mereka Mencari konsep terbaik partisipasi
mempunyai akses tertentu pada proses masyarakat dalam pembentukan undang-
pengambilan keputusan. Walaupun undang bukanlah perkara mudah. Salah satu
dalam pelaksanaannya usulan masyarakat upaya tersebut dapat dilakukan melalui metode
tetap diperhatikan, karena kedudukan perbandingan. Dalam proses membandingkan
relatif rendah dan jumlahnya lebih sedikit partisipasi masyarakat dalam pembentukan
dibandingkan anggota dari pemerintah undang-undang pada dua negara, kita harus
maka tidak mampu mengambil keputusan mencari persamaan dan perbedaaan dari
6. Partnership, masyarakat berhak berunding keduanya. Persamaan dan perbedaan tersebut
dengan pengambil keputusan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
pemerintah, atas kesepakatan bersama sejarah, konsep, struktur, dan latar belakang
kekuasaan dibagi antara masayrakat budaya.
dengan pemerintah. Untuk itu, diambil Afrika Selatan dan Indonesia merupakan
kesepakatan saling membagi tanggung negara yang sedang berupaya mewujudkan
jawab dalam perencanaan, pengendalian demokrasi dalam berbagai segi kehidupan
keputusan, penyusunan kebijakan serta bernegara. Kondisi sosial politiknya tidak
pemecahan masalah yang dihadapi jauh berbeda terlihat dari kesamaan dalam
7. Delegated power, pada tingkatan ini terjadinya proses pemberdayaan rakyat dalam
masyarakat diberi limpahan kewenangan berbagai aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Siti Hidayati 236
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang

Terdapat persamaan dan perbedaan proses pembentukan undang-undang.


antara partisipasi masyarakat di Indonesia dan Dalam tahapan partisipasi masyarakat,
Afrika Selatan dalam pembentukan undang- jika menggunakan teori Sherry R. Arnstein,
undang. Jika dilihat dari bentuk negara, bentuk Indonesia berada pada tahap consultation. Hal
pemerintahan dan sistem pemerintahan, ini dikarenakan Indonesia melakukan pelibatan
keduanya merupakan negara kesatuan terhadap masyarakat dalam pembentukan
berbentuk republik yang dipimpin oleh Presiden undang-undang, tetapi tetap keputusan akhir
selaku kepala negara dan kepala pemerintahan. berada di tangan legislatif. Masyarakat tidak
Kedua negara sama-sama mengatur mengenai hanya diberitahu tetapi juga diundang untuk
partisipasi masyarakat dalam pembentukan berbagi pendapat, meskipun tidak ada jaminan
undang-undang. Partisipasi masyarakat dalam bahwa pendapat yang dikemukakan akan
pembentukan undang-undang di Afrika Selatan menjadi pertimbangan dalam pengambilan
merupakan kewajiban lembaga legislatif yang keputusan. Selain itu tidak ada jaminan bahwa
diatur dalam Konstitusi Afrika Selatan 1996 dan kelompok masyarakat yang menjadi partisipan
9th Edition Rules of National Assembly. merupakan masyarakat yang terdampak atau
Pasal 96 UU No. 12 Tahun 2011 menyatakan terkait dengan suatu rancangan undang-
bahwa RUU harus dapat diakses dan undang.
masyarakat berhak untuk memberi masukan Dari penelitian Saifudin terlihat bahwa
secara lisan atau tulisan terhadap suatu RUU. masyarakat tidak terlibat dalam semua forum
Pasal 117 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat yang memungkinkan adanya partisipasi
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib DPR masyarakat. Sebagai contoh dalam penyusunan
(Peraturan DPR NO. 1 Tahun 2014) mengatur RUU Ketenagakerjaan yang notabene
bahwa dalam penyusunan rancangan undang- merupakan undang-undang yang terkait dengan
undang, anggota, komisi, atau gabungan komisi, berbagai elemen masyarakat dan berdampak
dapat meminta masukan dari masyarakat secara massif terhadap masyarakat, pelibatan
sebagai bahan bagi panitia kerja untuk masyarakat hanya dilakukan pada 3 forum
menyempurnakan konsepsi rancangan undang- yaitu pertemuan dengan Ketua DPR tanpa
undang. Dari pengaturan tersebut terlihat didampingi, pertemuan dengan fraksi, dan
bahwa di Indonesia partisipasi masyarakat pertemuan dengan panitia khusus. Sementara
dalam pembentukan Undang-Undang sifatnya pada forum dengan panitia kerja dan rapat
tidak wajib melainkan pilihan. Partisipasi paripurna masyarakat tidak dilibatkan.
dapat berasal dari inisiatif masyarakat ataupun
legislatif/pemerintah. Afrika Selatan berada pada tahapan
placation. Posisi Afrika Selatan yang lebih
Berdasarkan pasal 59 Konstitusi Afrika mengedepankan partisipasi masyarakat
Selatan 1996 disebutkan bahwa The National tergambar ketika pada tahun 2006
Assembly harus memfasiitasi keterlibatan diselenggaran Konferensi Birchwood.
masyarakat dalam proses legislatif dan proses Konferensi ini mempertemukan perwakilan
lainnya di Assembly dan Komite. Berbeda dari semua legislatif dan pemangku
dengan Indonesia, di Afrika Selatan terdapat kepentingan dari sektor legislatif Afrika Selatan,
kewajiban untuk melibatkan masyarakat dalam termasuk organisasi masyarakat sipil yang
237 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 2, Maret 2019

menghasilkan sejumlah rekomendasi penting ditambah dengan adanya petitions, committee


salah satunya adalah pentingnya kebutuhan proceedings and house sittings, dan the use of
partisipasi publik di semua Komite.25 Selain constituency offices.
itu Parlemen menyediakan forum nasional Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian
untuk pertimbangan publik mengenai isu dan Saifudin, diketahui bahwa partisipasi
memfasilitasi keterlibatan masyarakat dalam masyarakat lebih sering dilakukan secara
proses Parlemen.26 tertulis daripada secara lisan dalam rapat. Dari
Dalam UU No. 12 Tahun 2011 telah bentuk partisipasi tersebut, terlihat bahwa
ditentukan bentuk-bentuk yang dapat belum terbentuknya komunikasi dua arah yang
digunakan adalah rapat dengar pendapat umum, sinergis antara pembentuk undang-undang
kunjungan kerja, sosialisasi, seminar, lokakarya, dengan masyarakat. Pihak-pihak yang terlibat
dan/atau diskusi. Konstitusi Afrika Selatan 1996 dalam rapat sifatnya lebih tertutup karena tidak
walaupun tidak menentukan secara eksplisit, dipublikasikan secara umum sehingga hanya
tapi terkait kewenangan menyiapkan dokumen pihak-pihak berkepentingan yang diundang
sebelum pembahasan, maka the National saja yang hadir dalam RDPU. Sementara belum
Assembly dapat menerima petisi, representasi, ketentuan bagaimana pengertian dari pihak
atau usulan dari individu atau lembaga terkait. yang berkepentingan.
9th Edition Rules of National Assembly memuat Berdasarkan pasal 217 Peraturan DPR
tata cara petisi. Selain itu bentuk yang disebut No. 1 Tahun 2014 masukan masyarakat yang
dalam aturan National Assembly yaitu public disampaikan secara lisan, pimpinan komisi,
hearing. pimpinan gabungan komisi, pimpinan panitia
Sampai saat ini Indonesia belum memiliki khusus, pimpinan Badan Legislasi, atau
standardisasi model untuk pelaksanaan pimpinan Badan Anggaran, menentukan
partisipasi masyarakat. Afrika Selatan telah waktu pertemuan dan jumlah orang yang
memiliki pedoman partisipasi publik melalui diundang dalam pertemuan. Sehingga yang
Public Participation Framework. Tetapi dapat memberi masukan hanya yang mendapat
berdasarkan hasil penelitian Parliamentary undangan. Pertemuan tersebut dapat berupa
Monitoring Group, sampai saat ini pedoman RDPU, pertemuan dengan pimpinan komisi,
tersebut belum diimplementasikan secara pimpinan gabungan komisi, pimpinan panitia
maksimal.27 khusus, pimpinan Badan Legislasi, atau
Bentuk partisipasi di Indonesia hampir pimpinan Badan Anggaran, atau pertemuan
serupa dengan Afrika Selatan yang secara dengan pimpinan komisi, pimpinan gabungan
umum berupa rapat dengar pendapat umum, komisi, pimpinan panitia khusus, pimpinan
kunjungan kerja, sosialisasi; dan/atau seminar, Badan Legislasi, atau pimpinan Badan Anggaran
lokakarya, dan/atau diskusi. Perbedaannya didampingi oleh beberapa Anggota yang
yaitu di Afrika Selatan pada praktiknya terlibat dalam penyiapan RUU.

25
Legislative Sector South Africa, Public Participation Framework for the South African Legislative Sector, Legislative Sector South Africa,
Cape Town: 2013, hlm. 32.
26
Parliament of Republic of South Africa, What Parliament Does, Loc. Cit.
27
Monique Doyle, Op. Cit., hlm. 18.
Siti Hidayati 238
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang

Sementara di Afrika Selatan, Parlemen karena dapat berdialog secara langsung aspirasi
lebih terbuka terhadap keterlibatan masyarakat masyarakat Aceh.
terlihat dari lebih beragamnya praktek bentuk Lain halnya dengan kunjungan kerja ke
partisipasi. Parlemen tidak boleh melarang luar negeri yang sering dilakukan oleh DPR.
masyarakat untuk berada di Komite. Terdapat Sebagai contoh, dalam penyusunan Undang-
rapat yang terbuka untuk umum maupun yang Undang Nomor 14 Tahun 2011 tentang
tertutup. Untuk rapat yang terbuka untuk umum Keinsinyuran, DPR melakukan kunjungan kerja
akan diumumkan baik melalui media maupun ke Jeman. Kunjungan kerja tersebut disinyalir
undangan secara langsung terhadap pemangku kurang tepat, karena pertemuan yang dilakukan
kepentingan terkait materi RUU yang akan oleh DPR di Jerman dengan Deutsches Institut
dibahas. Berdasarkan hasil survey partisipasi fur Normung yang merupakan lembaga untuk
masyarakat dalam pembentukan undang- standardisasi ‘produk’, bukan standardisasi
undang yang dilakukan oleh Parliamentary profesi seperti yang menjadi agenda utama
Monitoring Group pada tahun 2015-2016, anggota DPR.29 Maka dari itu untuk bentuk
sebanyak 46,1% partisipan merasa puas dengan kunjungan kerja perlu disusun SOP sehingga
batas waktu yang diberikan untuk memberi jelas latar belakang, siapa yang ditemui, apa
masukan terhadap suatu RUU. Dari hasil survey yang dilakukan, dimana kunjungan dilakukan,
tersebut terlihat bahwa masyarakat diberi kapan waktu kunjungan kerja, dan bagaimana
waktu yang cukup untuk memberi masukan metode yang dilakukan.
terhadap suatu RUU.28
Persamaan berikutnya yaitu, di Afrika
Untuk metode kunjungan kerja, di Selatan tidak diatur kewajiban legislatif untuk
Afrika Selatan terkait pembentukan undang- terikat dengan masukan masyarakat. Dari
undang metode ini dirasa kurang signifikan hasil survey Parliamentary Monitoring Group,
hasilnya karena seringkali bercampur dengan hanya 30% responden merasa masukan mereka
kegiatan lain yang melibatkan massa banyak. terhadap RUU diakomodir oleh lembaga
Sehingga masukan terkait RUU tertentu kurang legislatif. Bahkan 79,5% responden merasa
maksimal. Walaupun secara manfaat terhadap bahwa setelah oral hearing masukannya
masyarakat kunjungan kerja ini juga menjadi tidak direspon secara memadai.30 Dari hasil
sarana komunikasi antara masyarakat dengan survey tersebut terlihat bahwa mengakomodir
lembaga legislatif. Di Indonesia, kunjungan kerja kepentingan masyarakat bukanlah hal yang
dalam rangka penyusunan RUU juga dilakukan. mudah. Tidaklah mungkin bagi pembentuk
Sebagai contoh, kunjungan kerja DPR ke Aceh undang-undang untuk mengakomodir semua
dalam rangka penyusunan Undang-Undang masukan dari masyarakat. Sehingga pembentuk
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan undang-undang harus menindaklanjuti
Aceh. Kunjungan kerja tersebut bermanfaat masukan dari masyarakat baik masukan
terhadap penyusunan UU No. 11 Tahun 2006 tersebut ditolak ataupun diterima. Hal ini sangat

28
Ibid, hlm. 8.
29
Gilang Fauzi, “Deretan Kasus Kunjungan Ke Luar Negeri DPR”, 2015, <https://www.cnnindonesia.com/
nasional/20150908104558-32-77282/deretan-kasus-kunjungan-luar-negeri-dpr>, [diakses pada tanggal 12/12/2017].
30
Monique Doyle, Op. Cit., hlm. 9.
239 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 2, Maret 2019

penting dilakukan agar tujuan dari partisipasi DPR masih belum optimal. Masih terdapat
masyarakat dapat terwujud. keterbatasan informasi dalam situs www.dpr.
Maka dari itu di Afrika Selatan terdapat go.id. Untuk memperoleh informasi dari DPR,
proceeding committee yang memperbolehkan banyak pihak masih harus mendatangi secara
masyarakat untuk mengakses proceeding langsung DPR. Mereka khawatir ketinggalan
committee. Hasil masukan dari partisipasi informasi legislasi hingga perlu berdiskusi
masyarakat didokumentasi kemudian diolah panjang lebar.31
dalam proceeding committee untuk menjadi Jika dilihat dalam situs www.dpr.go.id,
bahan bagi Parlemen dan kemudian tindak tidak terdapat informasi mengenai partisipasi
lanjutnya disampaikan kepada pemangku masyarakat. Situs badan legislatif Afrika
kepentingan terkait. Kegiatan ini merupakan Selatan yaitu www.parliament.gov.za memuat
aspek yang penting dalam partisipasi informasi secara lengkap mengenai sarana
masyarakat. Kegiatan ini diumumkan melalui partisipasi masyarakat apa saja yang disediakan
berbagai cara, seringkali melalui radio, koran, dalam proses legislasi.
tempat umum, dan internet. Kegiatan public outreach Afrika Selatan,
Tidak terdapat ketentuan mengenai lembaga legislatif atau Komite membuat
kewajiban pemerintah atau DPR untuk terikat mailing list dari masyarakat yang diundang
dengan masukan atau aspirasi masyarakat secara perseorangan untuk berpartisipasi, dan
dalam proses pembentukan undang-undang. data ini sudah terkomputerisasi dan terdaftar.
Berdasarkan Tata Tertib DPR, hasil partisipasi Hal ini dapat diadaptasi sebagai salah satu upaya
masyarakat tersebut dijadikan bahan masukan untuk menjaring masukan dari masyarakat.
dalam pengambilan keputusan. Walaupun tidak Sebagai negara dengan kondisi geografis berupa
disebut sebagai bentuk partisipasi, berdasarkan kepulauan, maka cara ini dapat mengefektifkan
pasal 218 Peraturan DPR No. 1 Tahun 2014, komunikasi antara pembuat undang-undang
pimpinan alat kelengkapan yang menerima dan masyarakat.
masukan menyampaikan informasi mengenai
tindak lanjut atas masukan kepada masyarakat Penutup
melalui surat atau media elektronik. Implementasi partisipasi masyarakat
Di Indonesia walaupun jadwal rapat dalam pembentukan undang-undang baik di
tercantum dalam situs DPR dan masyarakat Afrika Selatan maupun di Indonesia sudah
boleh memasuki ruang rapat tetapi faktanya mulai berjalan. Secara umum bentuk yang
akses masyarakat di DPR masih terbatas. dipergunakan hampir sama di kedua negara.
Sebagaimana tercantum dalam temuan PSHK, Di Indonesia, sampai saat ini belum terdapat
dimana layanan informasi publik di DPR masih standar baku bentuk partisipasi masyarakat.
perlu dibenahi. Kecepatan menyediakan risalah Di Afrika Selatan sudah terdapat pedoman
rapat atau informasi status suatu rancangan bagi partisipasi masyarakat tetapi belum
undang-undang yang sedang dibahas di dilaksanakan secara optimal.

31
Ronald Rofiandri, “Mengamankan Akses Publik di Parlemen”, 2016, <http://www.pshk.or.id/id/blog-id/mengamankan-akses-publik-
di-parlemen/>, [diakses pada 12 Desember 2017].
Siti Hidayati 240
Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Undang-Undang

Tahapan partisipasi Afrika Selatan lebih Joko Riskiyono, Pengaruh Partisipasi Publik
tinggi daripada Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam Pembentukan Undang-Undang:
akses informasi di parlemen Afrika Selatan Telaah Atas Pembentukan Undang-
cukup baik terlihat dari kewajiban untuk Undang Penyelenggara Pemilu, Perludem,
melibatkan masyarakat dalam proses legislasi Jakarta: 2016.
dan kewaijban parlemen untuk melakukan Pataniari Siahaan, Politik Hukum Pembentukan
publikasi terhadap berbagai dokumen legislasi, Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
kecuali yang dikecualikan. Berbeda dengan 1945, Penerbit Konpress, Jakarta: 2012.
Indonesia, keterlibatan masyarakat dalam
proses legislasi merupakan pilihan. Saifudin, Partisipasi Publik Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, FH UII
Diperlukan adanya ruang untuk bentuk Press, Yogyakarta: 2009.
lain selain yang tercantum dalam UU No. 12
Tahun 2012. Salah satu yang dapat diadaptasi Jurnal
dari Afrika Selatan yaitu public hearing yang
dapat dihadiri dan diberi masukan oleh Franko Johner, dkk., “Negara Bangsa Pos-
warga masyarakat, penjaringan masukan dari Kolonial Sebagai Basis Dalam Menentukan
masyarakat melalui maling list, dan pengolahan Identitas Konstitusi Indonesia: Studi
aspirasi masyarakat dalam committee Terhadap Undang-Undang Dasar 1945”,
proceeding. Dengan committee proceeding Jurnal Bina Mulia Hukum, Vol. 2 No. 2
masyarakat dapat mengetahui tindak lanjut 2018, hlm. 195.
dari masukan yang disampaikan. Iza Rumesten R.S., “Model Ideal Partisipasi
Partisipasi masyarakat sebaiknya menjadi Masyarakat dalam Pembentukan
syarat dalam pembentukan undang-undang Peraturan Daerah”, Jurnal Dinamika
dengan adanya pedoman pelaksanaan Hukum, Vol. 12 No. 1 Januari 2012.
partisipasi masyarakat dalam pembentukan Karen Czapanskiy and Rashida Manjoo, “Right
Undang-Undang. Seperti dalam proses apa of Public Participation in the Law-Making
keterlibatan partisipasi, standar pihak-pihak Process and the Role of the Legislature in
yang dapat terlibat, perencanaan sampai the Promotion of This Right”, Duke Journal
dengan monitoring dan evaluasi sehingga of Comparative & International Law, Vol.
bentuk partisipasi yang dilakukan dapat terarah 19: 1, 2009, <https://papers.ssrn.com/
dan mencapai tujuannya. sol3/papers.cfm?abstract_id= 1273610>.
László Vértesy, “The Public Participation in
DAFTAR PUSTAKA the Drafting of Legislation in Hungary”,
Buku International Public Administration
Hernadi Effendi, Persamaan Kedudukan di Review, 14 (4), <https://papers.ssrn.com/
Depan Hukum dan Pemerintahan Konsepsi sol3/papers.cfm?abstract_id= 3002383>.
dan Impelementasi, Mujahid Press, Sherry R. Arnstein, “The Ladder of Citizen
Bandung: 2017. Participation”, Journal of the American
Planninng Association, 2010.
241 Jurnal Bina Mulia Hukum
Volume 3, Nomor 2, Maret 2019

Peraturan Perundang-Undangan Monique Doyle, Public Participation Parliament-


Undang-Undang Dasar Negara Republik Survey of Participant, Parliamentary
Indonesia Tahun 1945. Monitoring Group, Cape Town: 2017.

Konstitusi Afrika Selatan 1996. Parliament of South Africa, “How a Law is


Made”, tanpa tahun, <https://www.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang parliament.gov.za/storage/app/media/
Pembentukan Peraturan Perundang- EducationPubs/how-a-law-is-made.pdf>.
Undangan.
Parliament of Republic of South Africa, “What
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 1 Parliament Does”, tanpa tahun, <https://
Tahun 2014 tentang Tata Tertib. www.parliament.gov.za/what-parliament-
9th Edition Rules of National Assembly. does>.
Renee Scott, An Analysis of Public Participation
Sumber lainnya in the South African Legislative Sector,
Gilang Fauzi, “Deretan Kasus Kunjungan Stellenbosch University, Stellenbosch:
Ke Luar Negeri DPR”, 2015, 2009.
< h tt p s : / / w w w. c n n i n d o n e s i a . c o m / Ronald Rofiandri, “Mengamankan Akses Publik
nasional/20150908104558-32- 77282/ di Parlemen”, 2016, <http://www.pshk.
deretan-kasus-kunjungan-luar-negeri- or.id/id/blog-id/mengamankan-akses-
dpr>. publik-di-parlemen/>.
Legislative Sector South Africa, Public Susan de Villiers, “A Review of Public
Participation Framework for the South Participation in the Law and Policy-Making
African Legislative Sector, Legislative Process in South Africa”, 2001, <https://
Sector South Africa, Cape Town: 2013. www.parliament.gov.za /peoples-
Maharanie, Skripsi Kedaulatan Rakyat dalam government-peoples-voice#>.
Pembentukan Kebijakan Publik (Studi
Kasus: Partisipasi Masyarakat dalam
Pembentukan Undang-Undang di
Indonesia), Universitas Indonesia, Depok:
2008.

Anda mungkin juga menyukai