Anda di halaman 1dari 8

Prawiroharjo P, Sundoro J, Hartanto J, Hatta GF, Sulaiman A.

Tinjauan Etik Layanan Konsultasi Daring ISSN 2598-179X (cetak)


dan Kunjungan Rumah Berbasis Aplikasi. JEKI. 2019;3(2):37–44. doi: 10.26880/jeki.v3i2.33. ISSN 2598-053X (online)

Tinjauan Etik Layanan Konsultasi Daring


dan Kunjungan Rumah Berbasis Aplikasi
Pukovisa Prawiroharjo1,2, Julitasari Sundoro1,3, Jonathan Hartanto, Ghina Faradisa Hatta, Ali Sulaiman1
1
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
2
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
3
The Indonesian Technical Advisory Group on Immunization Communicable Disease Control (ITAGI CDC)

Kata Kunci Abstrak Teknologi digital telah merambah berbagai aspek


Etik, layanan kedokteran daring, kehidupan, salah satunya adalah jasa layanan kedokteran berbasis
konsultasi daring, kunjungan rumah aplikasi di gawai baik berupa konsultasi kedokteran maupun
Korespondensi fasilitasi kunjungan rumah oleh dokter. Berbagai keuntungan dan
pukovisa@ui.ac.id kenyamanan dirasakan oleh pasien yang menggunakan layanan
Publikasi ini. Namun, layanan ini memerlukan berbagai adaptasi terutama
© 2019 JEKI/ilmiah.id
dalam pertimbangan etik dan regulasi. Perusahaan aplikasi
DOI
sebagai pihak ketiga dan penyedia layanan, seyogyanya juga
10.26880/jeki.v3i2.33
mengambil tanggungjawab sebagai “fasilitas layanan kesehatan
Tanggal masuk: 5 Agustus 2019 daring” termasuk menjaga rekam medik, mengelola komplain
Tanggal ditelaah: 6 Oktober 2019 hingga sengketa medik, serta memiliki tata kelola organisasi
Tanggal diterima: 13 November 2019 layaknya fasilitas layanan kesehatan pada umumnya. Dokter yang
Tanggal publikasi: 30 Desember 2019 menjadi subyek layanan perlu mawas diri dari kekeliruan dalam
memberikan simpulan dan konsultasi, terlebih dalam memberikan
resep obat. Terutama jangan sampai penyakit yang berpotensi
mengakibatkan kematian atau kecacatan tidak teridentifikasi.
Pemberian saran dan motivasi kepada masyarakat yang menjadi
klien pengguna layanan untuk melanjutkan upaya diagnosis dan
penanganan lebih lanjut ke fasilitas layanan kesehatan harus
senantiasa dilakukan. Izin praktek dokter perlu diregulasi khusus
sehingga dokter yang menjadi subyek layanan terlindung dari
aspek hukum administratif. Pemerintah bersama organisasi
profesi perlu meregulasi proses-proses yang berkaitan dengan
perwujudan hal-hal tersebut.

Abstract Digital technology has advanced to a number of ascpects in life, not to mention application-
based medical services that includes medical consultation or direct physician home visit. Various
advantages and conveniences felt by patients using the service. Nevertheless, these services need various
adaptations, notably ethical deliberation and regulation. Application companies, being the third party
and service provider, are also held responsible as “online health care facility” to keep confidentiality
of medical records, to manage complains and medical disputes, also to have organizational governance
like the conventional health care facility. Physician in the respected services needs to be self aware
from making a mistake in doing consultation and concluding, moreover in prescripting and identifying
conditions potentially causes disability and life-threatening situations. Giving advice and motivations to
application users to go to health care facilities for further handling and diagnosing means are constantly
needed to be done. Medical practice licenses need to be regulated specifically so that physicians who are
subject to serveces are protected from administrative law aspects. The government and professional
organizations need to regulate the procecsses related to the realization of the respected ideas.

Seiring perkembangan zaman, teknologi berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalamnya


turut mengalami kemajuan yang signifikan. aspek pelayanan kesehatan. Muncullah suatu
Perkembangan teknologi digital telah merambah fenomena baru yang dikenal sebagai “kesehatan
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019 37
Tinjauan Etik Layanan Konsultasi Daring dan Kunjungan Rumah Berbasis Aplikasi

digital”, yang konsekuensinya akan membuat disabilitas dan mobilitas terbatas. Misalnya
perubahan-perubahan dalam pelayanan pasien cacat berat pasca stroke, patah tulang
kedokteran klasik selama ini.1 kronik yang tidak bersedia atau memungkinkan
Salah satu bentuk dari “kesehatan digital” ditatalaksana lebih lanjut, pasien terminal
yang muncul belakangan adalah berkembangnya dengan pendekatan paliatif, dan sebagainya.4
jasa layanan kedokteran baik sebatas konsultasi Faktor kenyamanan juga didapatkan
daring maupun kunjungan rumah berbasis pasien dalam menggunakan layanan ini karena
aplikasi yang melibatkan jasa dokter umum tidak perlu beranjak keluar rumah, efisien
maupun spesialis.2 Jasa ini hadir sebagai karena berkurangnya waktu tunggu di RS,
jawaban atas permasalahan di masyarakat dan sebagainya.7 Manfaat ini juga dirasakan
terutama golongan menengah ke atas dengan oleh pasien terminal di mana ia dapat sesering
karakter yang ingin serba instan, memiliki mungkin dekat dengan keluarga dan kerabat
tuntutan lebih atas kenyamanan fasilitas di sisa waktu hidupnya jika itu yang menjadi
kesehatan, serta memiliki keterbatasan waktu kehendak otonominya.
akibat kesibukan.3-5 Selain itu, teknologi ini juga Bagi layanan kunjungan rumah, hubungan
dibuat atas kehendak mengatasi batasan jarak, dokter-pasien yang terjadi di rumah pasien
geografis, serta biaya terkait pada daerah yang berpotensi menguntungkan kualitas hubungan
terpencil dengan tenaga medis yang kurang.2,4,5 tersebut karena berpotensi lebih menghadirkan
Hal ini juga sangat erat dengan permasalahan suasana kekeluargaan yang dapat meningkatkan
yang ada di Indonesia.2,4 loyalitas dan kepatuhan berobat pasien.5,8,9
Sekilas jasa layanan kedokteran kunjungan
rumah ini menguntungkan masyarakat terutama Aspek rahasia medis dalam layanan kedokteran
dalam aspek mempermudah akses layanan konsultasi daring dan kunjungan rumah
kesehatan bagi masyarakat, khususnya mereka berbasis aplikasi
yang memiliki imobilitas atau disabilitas.3-5 Jasa Meski menawarkan berbagai macam
layanan ini juga dapat membantu memenuhi keuntungan, beberapa aspek dari layanan
hak setiap orang untuk memperoleh akses ini perlu ditelaah lebih jauh. Salah satunya
sumber daya di bidang kesehatan serta pelayanan adalah masalah terkait kerahasiaan medis. Pada
kesehatan yang bermutu, aman, dan terjangkau layanan kesehatan umumnya, rekam medis
sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor yang digunakan dapat berbentuk kertas atau
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 5 ayat elektronik, namun terbatas penggunaanya di
1 dan 2.6 dalam lingkungan RS. Namun, penggunaan
Kendati demikian, berbagai kritik pun rekam medis dengan medium kertas tentunya
timbul, termasuk dalam aspek regulasi etik tidak dapat digunakan dalam layanan konsultasi
maupun hukum kedokteran, seperti mengenai daring maupun kunjungan rumah berbasis
surat izin praktik (SIP) dokter maupun rekam aplikasi. Mengacu pada pasal 5 Permenkes
medis pasien. Di sisi lain, perusahaan aplikasi Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis
sebagai pihak ketiga yang mempertemukan yang berbunyi “setiap dokter atau dokter gigi
dokter dan pasien perlu dikaji pula status dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
etiknya dalam spektrum layanan kedokteran. membuat rekam medis”, pada hakikatnya
layanan kedokteran konsultasi daring dan
Aspek manfaat (beneficence) layanan kunjungan rumah tidak terkecuali dan harus
kedokteran konsultasi daring dan kunjungan menggunakan rekam medik elektronik.10
rumah berbasis aplikasi Apabila menggunakan rekam medis
Tidak dapat dipungkiri bahwa layanan digital, maka perlu jaminan kerahasiaan rekam
kedokteran kunjungan rumah berbasis aplikasi medis tersebut. Seperti yang tertulis di dalam
menawarkan manfaat. Utamanya adalah UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
menyediakan akses kesehatan yang mudah bagi Kedokteran pasal 47 ayat 2, rekam medis
masyarakat, terutama bagi masyarakat dengan harus dijaga dan disimpan kerahasiaannya
38 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019
Prawiroharjo P, Sundoro J, Hartanto J, Hatta GF, dan Sulaiman A

oleh dokter dan pimpinan sarana pelayanan Sehingga aplikasi penyedia layanan tidak boleh
kesehatan.11 Menjadi masalah apabila rekam menganggap rekaman tersebut tidak berbeda
medis elektronik tersebut berada bersama-sama dengan data yang ada pada media sosial pada
dengan informasi lainnya milik penyedia aplikasi umumnya.13-15,17-19
yang merupakan pihak ketiga pada server yang Oleh karena rekaman komunikasi tersebut
sama. Hal ini membuat rekam medis pasien sejatinya merupakan rekam medik, maka
dapat terbuka bagi pihak non-dokter, seperti menjadi kewajiban layanan untuk memelihara
teknisi dan pekerja IT sehingga menjadi tidak sekuritas dan otoritas akses terhadap rekam
rahasia/confidential.7,12-15 medik tersebut menyesuaikan dengan semangat
Aplikasi penyedia layanan meskipun yang ada dalam UU Nomor 29 Tahun 2004
membangun struktur (platform) layanannya tentang Praktik Kedokteran pasal 47.7
berbasis enkripsi end-to-end, umumnya Seluruh rantai manajemen pengelolaan
tetap akan menempuh kebijakan merekam rekam medik yang dibangun oleh aplikasi
komunikasi baik dalam bentuk video, gambar, tersebut perlu dipastikan hanya dilakukan
maupun audio antara masyarakat pengguna oleh profesional yang diangkat sumpah profesi,
layanan dengan dokter sebagai subyek aplikasi. terikat oleh kode etik profesi, terikat oleh aturan
Hal ini diperlukan agar terdapat bukti aspek- intrinsik perusahaan yang mengedepankan
aspek apa saja yang dibicarakan antara kedua penjaminan sekuritas dan otoritas yang baik,
pihak, termasuk bukti bahwa masyarakat serta terikat oleh aturan hukum dan profesi
pengguna layanan memberikan persetujuan kedokteran dan kesehatan.
(consent) terhadap dirinya baik untuk membuka Pada lain sisi, layanan kedokteran
informasi medis dirinya hingga persetujuan kunjungan rumah berbasis aplikasi lebih
untuk mendapatkan tatalaksana selanjutnya unggul dalam hal konfidensialitas rekam medis
termasuk mematuhi saran dokter.5,14 apabila dibandingkan dengan aplikasi yang
Kebijakan merekam komunikasi dapat sebatas konsultasi daring. Layanan tersebut
dikategorikan sebagai kebijakan yang baik memungkinkan pasien untuk membicarakan hal
dan adil dari aplikasi layanan sebagai asas yang bersifat sangat privasi dan hanya dilakukan
transparansi untuk melindungi dokter yang saat pasien bertemu fisik di rumahnya. Rekam
merupakan subyek dari layanan sekaligus medik dan persetujuan tindakan (informed
memperoleh kepercayaan dari masyarakat consent) masih mungkin dilakukan tertulis
pengguna layanan tersebut.14 saat pertemuan fisik di rumah pasien. Secara
Rekaman yang dihasilkan dari komunikasi kontras, isu tersebut lebih rentan untuk tidak
baik video, gambar, maupun audio di mana terpenuhi pada aplikasi yang hanya terbatas
masyarakat pengguna layanan membuka pada konsultasi daring.
dirinya untuk menjabarkan kondisi tubuh dan
medisnya pada layanan tersebut, maka sejatinya Aspek non-maleficence layanan kedokteran
rekaman tersebut adalah rekam medik.4,1 konsultasi daring dan kunjungan rumah
Lazimnya sebagian besar masyarakat pengguna berbasis aplikasi
layanan tentu tidak menginginkan informasi Momentum saat pasien melakukan
yang ada dalam komunikasi pada aplikasi konsultasi daring atau perkenalan untuk
tersebut diunggah masif di aplikasi dengan selanjutnya dibuat program kunjungan rumah
struktur (platform) media sosial misalnya. oleh aplikasi dapat beranjak dari suatu keluhan
Masyarakat pengguna aplikasi bersedia atau beberapa keluhan tertentu. Dari keluhan
membuka informasi medik mengenai tubuhnya yang ada, ilmu kedokteran telah banyak
melalui aplikasi tersebut tentu saja karena meneliti untuk kemudian menjadikan sebagai
membayangkan bahwa informasi tersebut identifikasi suatu keluhan cenderung memiliki
sama terjamin rahasianya seperti saat mereka tanda bahaya (red flags). Misalnya keluhan
mengunjungi dokter dan berkonsultasi di dalam nyeri kepala, tidak boleh dianggap enteng jika
kamar praktek yang menjamin privasi dirinya. awitannya di atas usia 40 tahun, diperberat
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019 39
Tinjauan Etik Layanan Konsultasi Daring dan Kunjungan Rumah Berbasis Aplikasi

dengan mengedan, disertai defisit neurologis, beban tanggungjawab tidak hanya dipikul
dan sebagainya.20 Tanda bahaya lainnya terdapat dokter subyek layanan konsultasi daring.
pada keluhan berbeda, misalnya tanda bahaya Penyedia aplikasi juga memiliki tanggungjawab
batuk, tanda bahaya sakit perut, dan sebagainya. yang sama untuk membangun sistem monev
Keterbatasan yang ada dengan (monitor dan evaluasi) terhadap perkembangan
menggunakan aplikasi adalah bahwa dokter klinis pasien.10,14 Komitmen terhadap hal
subyek pengguna aplikasi tidak dapat memeriksa tersebut harus terus terwujud dan diawasi oleh
secara langsung, terlebih secara teliti, yang pemerintah atau lembaga yang berkompeten
membuat dokter berada di posisi sulit memiliki sebagaimana prinsip keselamatan pasien benar-
keyakinan pasti apa yang terjadi sebenarnya benar diawasi pelaksanaannya di Rumah Sakit
pada tubuh pasiennya.4 Sementara jamak dan fasilitas layanan kesehatan lainnya.
terjadi diskrepansi pemahaman antara dokter
dan pasien tentang penjabaran suatu keluhan.17 Tinjauan etik pemberian obat kepada pasien
Terlebih di era informasi yang bertubi-tubi menggunakan layanan konsultasi daring dan
datang yang tak jarang terpolusi oleh informasi kunjungan rumah berbasis aplikasi
keliru (hoax) di internet, membuat pasien Sebagian dokter berpendapat bahwa
cenderung sudah menyimpulkan dahulu secara seluruh dokter yang ikut dalam aplikasi layanan
prematur apa yang ia alami dan menyodorkan konsultasi kedokteran daring untuk tidak
kesimpulan prematur itu ke dokter yang ia ajak meresepkan obat apapun menggunakan layanan
berbincang. Posisi seperti ini kadang menjadi tersebut. Namun sebagian lain berpendapat
beban ekstra bagi dokter untuk sampai pada masih membolehkan, dengan membatasi pada
simpulan tepat, yaitu perlu sabar meluruskan obat bebas (over the counter). Bagaimana tinjauan
simpulan yang prematur tersebut sambil di etik pemberian obat kepada pasien pada layanan
saat yang sama menghimpun informasi yang konsultasi daring dan kunjungan rumah?
didapatkan untuk memperoleh simpulan Pemberian obat sebagai bagian dari mata
yang lebih akurat. Beban ekstra ini lebih rantai layanan kedokteran perlu berdasarkan
sulit ditanggung pada situasi terbatas seperti keyakinan diagnosis yang baik. Maka dokter
interaksi daring.17,18 Bahkan, dengan situasi ini perlu menyadari bahwa saat ia memutuskan
bisa jadi membuat dokter cenderung minim memberikan obat pada layanan konsultasi
melakukan penilaian silang (cross-check) terkait daring maupun kunjungan rumah, di mana
kondisi pasien.18 informasi dengan menggunakan layanan ini
Pada layanan konsultasi daring, penggalian jauh lebih terbatas dibandingkan tatap muka,
informasi oleh dokter terbatas pada komunikasi maka hal itu harus didasarkan pada keyakinan
verbal (terkadang via video) dan gambar. Dokter profesional dirinya terkait kondisi medis pasien.
pada konteks serba terbatas ini memerlukan Dokter juga perlu memahami bahwa
kemampuan dan kemauan untuk terus terdapat obat yang sangat khas ditujukan
membayangkan adanya diagnosis banding dalam pada suatu penyakit tertentu. Misalnya obat
melakukan layanan tersebut. Tak terelakkan antiretroviral, obat anti tuberkulosis, obat
pula keharusan untuk memperhitungkan ambeien, obat impotensi, obat epilepsi,
kemungkinan diagnosis banding bersifat gawat psikofarmaka, obat diabetes, dan sebagainya.
yang ternyata dialami oleh pasien. Jenis-jenis obat seperti ini perlu disadari secara
Jika kemampuan dan kemauan untuk tidak langsung membuka kondisi medis pasien.
terus membayangkan adanya diagnosis banding Hal ini dapat menjadi masalah apabila kondisi
tersebut luput dari dokter yang menjadi subyek medis tersebut memiliki stigma di masyarakat
layanan konsultasi daring, maka layanan dan berpotensi menyebabkan masalah sosial
kedokteran ini cenderung melanggar kaidah dan keluarga. Jika mengandaikan proses
non-maleficence dan karenanya juga melanggar bisnis dari aplikasi konsultasi daring dalam
asas/prinsip keselamatan pasien (patient safety). memberikan obat adalah dengan mengirim
Untuk menghidari luputnya hal tersebut, maka obat ke kediaman pasien, maka setidaknya
40 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019
Prawiroharjo P, Sundoro J, Hartanto J, Hatta GF, dan Sulaiman A

ada potensi informasi yang tidak diinginkan setelah diberi analgesik, pasien merasa membaik
tersebut terbuka ke pihak pengantar obat (jasa di hari-hari pertama sehingga memutuskan
kurir) dan pihak penerima di luar diri pasien untuk menunda akses ke rumah sakit? Dalam
itu sendiri yang kebetulan tinggal di kediaman contoh kasus ini, perlu disadari pemberian obat
pasien. Dalam perspektif ini, isunya bukan simtomatik karena menekan keluhan pasien
obat bebas atau bukan, tetapi melihat obat dapat berisiko mengakibatkan pasien mengalami
sebagai bagian dari identitas medis yang perlu penanganan kegawatan yang terlambat.
dijaga rantai distribusinya penuh kerahasiaan
dan memastikan hanya pasien yang membuka Regulasi administratif yang diperlukan
paket antar obat tersebut. Tentu saja jika hal layanan konsultasi daring dan kunjungan
ini diinginkan sebagai bagian dari proses bisnis rumah berbasis aplikasi
penyedia layanan konsultasi daring, penyedia Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
harus bertanggung jawab penuh atas rantai layanan konsultasi daring dan kunjungan rumah
distribusi yang aman. Dalam hal ini, layanan berbasis aplikasi adalah regulasi administratifnya
kunjungan rumah lebih memperhatikan supaya tidak menabrak aturan perundang-
keamanan di mana dapat diorganisasi bahwa undangan yang ada. Salah satunya adalah
kurirnya yang datang ke rumah adalah dokter mengenai SIP dokter. Menurut UU Nomor
atau tenaga kesehatannya sendiri, yang dapat 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
memastikan obat itu diserahterimakan kepada pasal 37 ayat 2 dan 3, SIP hanya diberikan
pasien secara langsung. untuk paling banyak tiga tempat dengan satu
Hal lain yang menjadi wacana ikutan SIP hanya berlaku untuk satu tempat praktik.
dari pemberian obat menggunakan layanan Namun, dokter yang bekerja dengan layanan
konsultasi daring adalah perlunya dihindari ini tentunya akan bekerja dari rumah ke
persepsi masyarakat pengguna layanan bahwa rumah yang berbeda. Dengan demikian, dokter
dirinya merasa cukup dengan obat yang tersebut akan terhitung “praktek” di lebih dari
diberikan tanpa perlu tindak lanjutan ke fasilitas tiga tempat praktik.12 Oleh karena itu, regulasi
layanan kesehatan. Hal ini terutama sangat administratif perlu dilakukan secara progresif.
merugikan dan berbahaya apabila kasusnya Penyedia aplikasi sudah semestinya ikut
ternyata berpotensi jatuh kepada kegawatan bertanggungjawab kepada publik seperti fasilitas
medis. Hal ini dapat direfleksikan pada kasus layanan kesehatan pada umumnya serta demi
psikiatri yangmana walaupun konsultasi memenuhi aspek keadilan dan terhindar dari
dilakukan dengan video dan audio sekalipun, persepsi hanya menjadikan dokter “sapi perah”
sangat sulit untuk menentukan dengan bisnisnya tanpa mau tanggung jawab jika terjadi
pasti keparahan kondisi seorang pasien yang tuntutan/ sengketa medik di kemudian hari,
mungkin adalah suatu kegawatdaruratan yang maka dapat saja diatur oleh regulator bahwa
dapat mengakibatkan kematian. Hal ini sangat aplikasi tetap harus memiliki lokalisasi yang
memungkinkan untuk mengancam kaidah jelas pada suatu fasilitas layanan kesehatan dan
bioetik non-maleficence pada praktiknya.4,21,22 tunduk pada aturan perundangan yang berlaku.
Misalnya seorang lansia menggunakan Dokter yang “berpraktek” pada aplikasi tersebut
layanan konsultasi daring mengeluhkan tentang baik yang terbatas pada konsultasi daring
nyeri kepala yang ia derita. Tanpa disadari maupun kunjungan rumah akan teregistrasi
ternyata nyeri kepala yang dikeluhkan pasien salah satu SIP nya di lokasi fasilitas layanan
adalah merupakan manifestasi dari perdarahan kesehatan yang menjadi “home base” aplikasi
subaraknoid yang volumenya kian hari kian tersebut. Peraturan serupa juga mengikat
bertambah sehingga saat volumenya membesar, klinisi di Amerika Serikat karena secara umum,
daya kompensasi ruang otak tidak lagi memadai penyedia layanan kesehatan harus dilisensikan
sehingga pasien jatuh pada kondisi tekanan di negara di mana pasien yang menerima
intrakranial meningkat yang gawat dan dapat layanan berada sehingga sedang marak untuk
mematikan. Mari membayangkan apabila dokter memperoleh SIP pada lebih dari satu
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019 41
Tinjauan Etik Layanan Konsultasi Daring dan Kunjungan Rumah Berbasis Aplikasi

negara bagian, bahkan hingga mencapai SIP melanggar kaidah bioetik non-maleficence.24
pada 50 negara bagian.23 Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan
No. 81 Tahun 2004 serta nilai-nilai yang
Tanggungjawab tata kelola organisasi terkandung dalam KODEKI pasal 2 tentang
perusahaan aplikasi penyedia layanan Standar Pelayanan Kedokteran Yang Baik dan
konsultasi daring dan kunjungan rumah pasal 13 tentang Kerjasama, jumlah maksimum
berbasis aplikasi jam kerja memang tidak secara tegas dinyatakan,
Perusahaan aplikasi sebagai pihak ketiga, namun dapat diketahui rata-rata jam kerja yang
perlu menyusun tata kelola organisasi pada diperkenankan adalah 8 jam sehari selama 5
aspek layanan kedokterannya yang mirip dengan hari kerja per minggu dengan mempertahankan
tata kelola organisasi fasilitas layanan kesehatan. perilaku profesional demi kepentingan dan
Misalnya memiliki divisi-divisi penting seperti keselamatan pasien.25-27
komite medik, kredensial, komite etik, komite Demikian pula aplikasi tidak boleh lalai
farmasi (apabila meresepkan obat), dan komite melakukan pembaruan data (update) di mana
rekam medik. Di samping tata kelola organisasi dokter yang awalnya bergabung kemudian
khas yang diperlukan seperti divisi teknologi memutuskan tidak lagi bergabung. Jika hal itu
informasi dan sebagainya. terjadi, maka aplikasi sebagai entitas hukum
Dokter dan tenaga medis lainnya yang dapat diproses secara hukum ataupun mendapat
bekerja di aplikasi tersebut harus melalui sanksi sosial dari organisasi profesi.
proses kredensial yang layak demi kepentingan
masyarakat. Hal tersebut juga diatur oleh Kesadaran perlunya keterampilan khusus
American Medical Association dalam operasional dokter subyek pengguna layanan kedokteran
telemedis.13 Jangan sampai dokter atau tenaga konsultasi daring dan kunjungan rumah
medis yang palsu gelarnya atau sedang dalam berbasis aplikasi
proses sanksi etika atau disiplin berat, sebagai Perusahaan aplikasi perlu menyadari
bagian dari tanggung jawab moral aplikasi bahwa karena pola interaksi dokter-pasien
dalam menjaga kepercayaan dan keselamatan menggunakan aplikasi yang dibuat adalah
masyarakat kemudian menjadi subyek di aplikasi berbeda dengan interaksi yang klasik, di mana
tersebut. Aplikasi juga dilarang keras mencatat seluruh dokter di Indonesia tidak pernah
nama dokter tanpa seizinnya yang diklaim bekerja diajarkan dalam kurikulum pendidikan
pada aplikasi tersebut. Pada dasarnya, potensi kedokteran sampai saat ini untuk berpraktek
risiko dalam telemedis tidak hanya memicu di aplikasi konsultasi daring maupun
kekhawatiran terhadap verifikasi identitas dan kunjungan rumah, maka penyedia aplikasi
consent pasien, melainkan juga menyangkut perlu menetapkan rencana strategis penyiapan
identitas dan surat izin praktik praktisi. Dalam serta peningkatan kompetensi bagi dokter yang
hal ini penting untuk mempertimbangkan tergabung dalam layanan mereka. Kemudian
kerangka kerja regulasi suatu penyelenggara direksi dan komite medik yang dibentuk
telemedis. Setiap negara memiliki peraturan penyedia aplikasi melakukan langkah-langkah
tersendiri terhadap telemedis, dari aspek pemeliharaan dan pengawasan mutu layanan
perizinan praktik, standarisasi, dan penyediaan konsultasi daring dan kunjungan rumah yang
pelatihan.24 dilakukan dokter-dokter tersebut.
Kontrak kesepakatan antara dokter dan Kemampuan-kemampuan khusus tersebut
aplikasi juga harus jelas dalam bentuk tertulis di antaranya adalah seni memilih modalitas
dan kontrak tersebut harus bersifat adil kepada komunikasi kapan menggunakan cukup
seluruh pihak termasuk masyarakat pengguna. komunikasi teks, audio, gambar, dan video;
Termasuk jangan sampai dokter bekerja secara membayangkan kasus dengan keterbatasan
berlebihan (over time). Kelelahan (fatigue) informasi; kemampuan diagnosis banding;
merupakan faktor yang dapat membahayakan kemampuan prognosis medis dari keterbatasan;
keselamatan pasien sehingga berpotensi mengedukasi pasien agar melanjutkan upaya
42 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019
Prawiroharjo P, Sundoro J, Hartanto J, Hatta GF, dan Sulaiman A

diagnostik dan terapi di fasilitas layanan org/10.21037/mhealth.2017.08.07  


kesehatan; kemampuan edukasi agar pasien
2. Ping an good doctor and grab form joint
senantiasa mawas diri; kemampuan melakukan
venture to deliver transformative o2o
klarifikasi suatu pemahaman prematur pasien
healthcare solutions in Southeast Asia
mengenai kondisi medis dirinya; kemampuan
[Internet]. 2018 [diakses pada 2019 Jul
melakukan monev khasiat maupun efek
13]. Dapat diakses melalui: https://www.
samping obat dalam keadaan serba terbatas;
grab.com/sg/press/business/ping-an-
serta kemampuan mengantisipasi informasi
good-doctor-and-grab-form-joint-venture-
sesat (hoax) yang masif beredar di internet
to-deliver-transformative-o2o-healthcare-
mengingat bahwa pengguna aplikasi hampir
solutions-in-southeast-asia/
semuanya melek dan sering menggunakan
internet. 3. Ensign SF, Baca-Motes K, Steinhubl SR,
Topol EJ. Characteristics of the modern-
KESIMPULAN day physician house call. Medicine.
2019; 98(8). http://dx.doi.org/10.1097/
Layanan kedokteran konsultasi daring MD.0000000000014671
dan kunjungan rumah memiliki aspek positif
4. Prawiroharjo P, Pratama P, Librianty
terutama memenuhi kaidah beneficence di
N. Layanan Telemedis di Indonesia:
samping banyak tantangan yang perlu disadari
Keniscayaan, Risiko, dan Batasan Etika.
di antaranya adalah kerahasiaan medis
JEKI. 2019;3(1):1–9. http://dx.doi.
dan rekam medis, aspek non maleficence
org/10.26880/jeki.v3i1.27
yang dapat ditimbulkan akibat keterbatasan
komunikasi dokter pasien. Penyedia layanan 5. Mehta SJ. Telemedicine’s potential ethical
aplikasi perlu memperhatikan betul tata kelola pitfalls. Virtual Mentor. 2014;16(12):1014-
organisasi sebagaimana tata kelola RS di luar 1017. http://dx.doi.org/10.1001/
sistem aplikasi yang ada. Dokter dan aplikasi virtualmentor.2014.16.12.msoc1-1412.
penyedia layanan harus menyadari perlunya
6. Undang-undang Republik Indonesia
keterampilan khusus yang mesti dijaga mutunya
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
dalam menjalankan konsultasi daring. Layanan
2009.
kunjungan rumah memiliki kelebihan dalam
mengatasi kelemahan layanan yang hanya 7. Fang J, Liu L, Fang P. What is the
terbatas pada konsultasi daring. Diperlukan most important factor affecting patient
dukungan regulasi administratif dari seluruh satisfaction - a study based on gamma
pihak terkait agar layanan ini dapat bekerja coefficient. Patient Prefer Adherence. 2019
dengan aman, baik, dan memberikan manfaat Apr 10;13. http://dx.doi.org/10.2147/PPA.
luas sesuai harapan. S197015
8. Why improving the patient experience is
KONFLIK KEPENTINGAN vital for the health care industry and how
to do it [Internet]. 2019 [diakses pada 2019
Seluruh penulis tidak memiliki konflik
Jul 13]. Dapat diakses melalui: https://hbr.
kepentingan terhadap layanan kedokteran
org/sponsored/2019/01/why-improving-
konsultasi daring dan kunjungan rumah.
the-patient-experience-is-vital-for-the-health-
care-industry-and-how-to-do-it
REFERENSI
9. Arafaat SM, Andalib A, Kabir R. Progression
1. Mesko B, Drobni Z, Benyei E, Gergely of doctor patient relationship model in
B, Gyorffy Z. Digital health is a cultural light of time and culture: a narrative review.
transformation of traditional healthcare. International Journal of Perceptions in
Mhealth. 2017;3:38. http://dx.doi. Public Health2017:1(2);102-8.
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019 43
Tinjauan Etik Layanan Konsultasi Daring dan Kunjungan Rumah Berbasis Aplikasi

10. Kementerian Kesehatan Republik dx.doi.org/ 10.1089/tmj.2013.9989


Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
20. Clinch CR. Evaluation of Acute
Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam
Headaches in Adults. Am Fam
Medis. 2008.
Physician. 2001 Feb 15;63(4):685-693.
11. Undang-undang Republik Indonesia
21. Young JD, Borgetti SA, Clapham PJ.
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Telehealth: exploring the ethical issues.
Kedokteran. 2004.
DePaul J. Health Care L. 2017:19(3).
12. Kaplan B, Litewka S. Ethical challenges of https://via.library.depaul.edu/jhcl/vol19/
telemedicine and telehealth. 2008:17;401- iss3/2
16. http://dx.doi.org/10.1017/
22. Clark PA, Capuzzi K, Harrison J.
S0963180108080535
Telemedicine: Medical, legal and ethical
13. American Medical Association. 50-state perspectives. Med Sci Monit, 2010; 16(12):
survey: establishment of a patient-physician RA261-272. PMID 21119593.
relationship via telemedicine. 2018.
23. Interstate Medical Licensure Compact
14. Chaet D, Clearfield R, Sabin JE, Skimming Commission Issues 3,000th License
K. Ethical practice in telehealth and [Internet]. Federation of State Medical
telemedicine. JGIM. 2017:32(10);1136-40. Boards. 2019 [diakses pada 2019 Des 23].
https://doi.org/10.1007/s11606-017-4082-2 Dapat diakses melalui: https://www.fsmb.
org/advocacy/news-releases/interstate-
15. Moghbeli F, Langarizadeh M, Ali A.
medical-licensure-compact-commission-
Application of Ethics for Providing
issues-3000th-license/
Telemedicine Services and Information
Technology. Medical Archives. 24. Europe Economics. Regulatory approaches
2017;71(5):351. http://dx.doi.org/10.5455/ to telemedicine. London: Europe
medarh.2017.71.351-355 Economics; 2019.
16. Santosa F, Purwadianto A, Sidipratomo P, 25. Baharuddin M, Lefrandt R, Santosa F.
Pratama P, Prawiroharjo P. Sikap etis dokter Tinjauan etik regulasi jam kerja dokter
pada pasien yang “mendiagnosis” diri sendiri di indonesia. JEKI. 2017;1(1):25. http://
menggunakan informasi internet pada dx.doi.org/10.26880/jeki.v1i1.6.
era cyber medicine. JEKI. 2018;2(2):53–7.
26. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.
http://dx.doi.org/10.26880/jeki.v2i2.16.
Kode etik kedokteran Indonesia. Kode Etik
17. Prawiroharjo P, Librianty N. Tinjauan Kedokteran Indonesia. Jakarta; 2012.
etika penggunaan media sosial oleh dokter.
27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81
JEKI. 2017;1(1):31–4. http://dx.doi.
Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan
org/10.26880/jeki.v1i1.7.
Perencanaan Sumber Daya Manusia
18. Lambert KM, Barry P, Stokes G. Risk Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/
management and legal issues with the use Kota, serta Rumah Sakit. 2004.
of social media in the healthcare setting. J
Heal Risk Manag. 2012;31(4):41–7. http://
dx.doi.org/10.1002/jhrm.20103.
19. Turvey C, Coleman M, Dennison O,
Drude K, Goldenson M, Hirsch P et al.
ATA practice guidelines for video-based
online mental health services. Telemedicine
and e-Health. 2013;19(9):722-730. http://

44 Jurnal Etika Kedokteran Indonesia Vol 3 No. 2 Des 2019

Anda mungkin juga menyukai