Anda di halaman 1dari 26

LAUNCHING BUKU PEDOMAN TATALAKSANA COVID-19 EDISI 3

“UPDATE PEDOMAN
TATALAKSANA COVID-19”

ERLINA BURHAN
DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI
FKUI-RSUP PERSAHABATAN / PERHIMPUNAN DOKTER PARU INDONESIA
DEFINISI KASUS

SUSPEK PROBABLE

KONTAK
KONFIRMASI
ERAT

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS SUSPEK
Kriteria A
Memenuhi > 1 kriteria klinis DAN > 1 kriteria epidemiologis

Kriteria Klinis
• Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam DAN batuk;
ATAU
• > 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut: demam/riwayat demam, batuk, kelelahan (fatigue),
sakit kepala, myalgia, nyeri tenggorokan, coryza/ pilek/ hidung tersumbat, sesak nafas,
anoreksia/mual/muntah, diare, penurunan kesadaran
Kriteria Epidemiologis; dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
• Riwayat tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan
ATAU
• Riwayat tinggal atau bepergian di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal
ATAU
• Bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan non-medis,
serta petugas yang melaksanakan kegiatan investigasi, pemantauan kasus dan kontak

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS SUSPEK

Kriteria B Kriteria C

• Seseorang dengan ISPA • Seseorang yang


Berat • Asimtomatik
• Tidak memenuhi kriteria
epidemiologis
• Rapid antigen SARS-
CoV-2 (+)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS PROBABLE
SALAH SATU DARI:

Kriteria A Kriteria B Kriteria C Kriteria D

• Seseorang yang • Kasus suspek • Seseorang dengan • Orang dewasa


memenuhi • Gambaran gejala akut yang meninggal
kriteria klinis radiologis anosmia dengan distress
• Memiliki riwayat sugestif ke arah (hilangnya pernapasan
kontak erat COVID-19 kemampuan indra • Riwayat kontak
dengan kasus penciuman) atau erat dengan kasus
probable; atau ageusia (hilangnya probable atau
terkonfirmasi; kemampuan indra terkonfirmasi, atau
atau berkaitan perasa) dengan berkaitan dengan
dengan cluster tidak ada cluster COVID-
COVID-19 penyebab lain 19
yang dapat
diidentifikasi

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KASUS KONFIRMASI
SALAH SATU DARI:

Seseorang tanpa gejala


Seseorang dengan Seseorang dengan hasil
(asimtomatik) + hasil
hasil RT-PCR rapid antigen SARS-
rapid antigen SARS-
positif CoV-2 positif
CoV-2 positif

Memenuhi kriteria Memiliki riwayat


definisi kasus probable kontak erat dengan
ATAU kasus suspek kasus probable ATAU
(kriteria A atau B) terkonfirmasi

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KONTAK ERAT

Riwayat kontak dengan kasus probable / konfirmasi COVID-19

• Kontak tatap muka/berdekatan dalam radius 1 meter + jangka waktu


> 15 menit
• Sentuhan fisik langsung (bersalaman, berpegangan tangan, dll)
• Orang yang memberikan perawatan langsung, tanpa menggunakan
APD sesuai standar
• Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan
epidemiologi setempat

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN COVID-19

PEMERIKSAAN RT-PCR
• Untuk diagnosis: hari ke-1 dan 2
• Hari ke-1 (+)→ tidak perlu swab hari ke-2
• Hari ke-1 (-) → swab ulang hari ke-2
• Untuk pasien rawat inap, PCR swab hanya dilakukan 3 kali
• PCR untuk follow-up hanya dilakukan pada pasien dengan
gejala berat & kritis (10 hari setelah pengambilan swab yang
positif)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
RAPID ANTIGEN SARS-COV-2
REKOMENDASI WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO)

1. Memiliki sensitivitas > 80% dan Izin Edar oleh Kemenkes (>37 jenis)
spesifisitas > 97% jika dibandingkan dengan • SD BioSensor Inc
RT-PCR • Abbot
• Indec
2. Hanya digunakan dalam kondisi RT-PCR
• GenBody
tidak tersedia atau membutuhkan hasil
• Dan lain lain
diagnosis yang cepat berdasarkan
pertimbangan klinis Rekomendasi WHO
3. Hanya dilakukan oleh petugas terlatih • SD BioSensor Inc → Standard Q COVID-19 Ag
Test
dalam 5-7 hari pertama onset gejala • Abbot → Panbio COVID-19 Ag Rapid Test Device
(Nasal & Nasopharyngeal)

WHO.Antigen-detection in the diagnosis of SARS-CoV-2 infection using rapid immunoassays. 2020


Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: TANPA GEJALA
• Vitamin C
• Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14 hari)
• Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30 hari)
• Multivitamin dengan kandungan viamin C 1-2 tabler perhari (30 hari)
• Vitamin D
• Suplemen:400 – 1000 IU/hari
• Obat: 1000-5000IU/hari
• Komorbid (+) → lanjutkan pengobatan
• Bila rutin meminum ACE-inhibitor dan ARB → konsultasi ke SpPD / SpJP
• Obar dengan sifat antioksidan dan Obat suportif lainnya
• Isoman dan protokol Kesehatan

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA RINGAN (FARMAKOLOGI)
• Vitamin C • Azitromisin 1x 500mg selama 5 hari
• Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14 • Antivirus
hari) • Oseltamivir (Tamiflu) 2x75mg 5-7
• Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30 hari
hari) ATAU
• Multivitamin dengan kandungan viamin
• Favipiravir (Avigan) 2x600mg 5 hari
C 1-2 tabler perhari (30 hari)
• Dianjurkan vit komposisi C-B-E-Zink • Terapi simptomatik
• Vitamin D • Pengobatan komorbid/komplikasi
• Suplemen: 400 – 1000 IU/hari • Obat suportif
• Obat: 1000-5000IU/hari
• Isoman dan protokol Kesehatan
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA SEDANG (FARMAKOLOGI)

Azitromisin Favipiravir (Avigan) • Vitamin C 3x200-400mg


1x500mg IV/oral Hari 1: Loading dose 2x1600mg dalam 100cc NaCl 0.9%
habis dalam 1 jam IV
(5-7 hari) Hari 2-5: 2x600mg
• Antikoagulan
LMWH/UFH sesuai
ATAU ATAU pertimbangan DPJP

Levofloksasin Remdesivir • Pengobatan simptomatis


(curiga infeksi bakteri) 200mg IV drip (hari I) • Pengobatan
1x750mg IV/oral (5-7 hari) 1x100mg IV drip (hari ke 2-5 ATAU ke 2-10) komorbid/komplikasi

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19:
GEJALA BERAT/KRITIS (FARMAKOLOGI)

Azitromisin Favipiravir (Avigan) • Vit C


1x500mg IV/oral Hari 1: Loading dose 2x1600mg 3x200-400mg dalam 100cc NaCl 0.9%
(5-7 hari) Hari 2-5: 2x600mg habis dalam 1 jam IV
• Vit B1 1 amp/24 jam IV
ATAU ATAU
• Vit D 1000-5000 IU/hari
Levofloksasin Remdesivir • Antikoagulan LMWH/UFH sesuai
(curiga infeksi bakteri) 200mg IV drip (hari I) pertimbangan DPJP
1x750mg IV/oral 1x100mg IV drip • Dexametason 6 mg/24 jam IV (10
(5-7 hari) (hari ke 2-5 ATAU ke 2-10) hari)

Pengobatan simptomatis | Pengobatan komorbid/komplikasi | Tatalaksana Syok

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
Klasifikasi
Pemeriksaan Antiviral Anti-inflamasi Vitamin & Suplemen Pengobatan Lain
(WHO)
Ringan DPL, Swab PCR Oseltamivir1 Vitamin C Terapi O2: arus
ATAU Vitamin D rendah
Vitamin E
Favipiravir2
Sedang DPL, PCR, AGD, Favipiravir2 Kortikosteroid, Vitamin C Plasma
GDS, SGOT/SGPT, ATAU antiinterleukin-6 Vitamin D3 konvalesens, sel
Ureum, Kreatinin, D- Remdesivir (jika sangat dipertimbangkan) Vitamin E punca
Dimer, Ferritin,
Troponin, IL-6, k/p Terapi O2:
NT proBNP, XRay Noninvasif: arus
Thorax (k/p CT sedang-tinggi
scan) (HFNC)
Berat DPL, PCR, seri AGD, Favipiravir2 Kortikosteroid, Vitamin C Plasma
GDS, SGOT/SGPT, ATAU antiinterleukin-6 Vitamin D konvalesens, sel
Ureum, Kreatinin, D- Remdesivir Vitamin E punca
Dimer, Ferritin,
Troponin, IL-6, k/p IVIG
NT proBNP, k/p CK- HFNC/
CKMB, CT scan Ventilator
Kritis Favipiravir Kortikosteroid, Vitamin C Sel punca
ATAU antiinterleukin-6 Vitamin D
Remdesivir Vitamin E IVIG
Ventilator/
ECMO
1Oseltamivir diberikan terutama bila diduga ada infeksi influenza
2Favipiravir (Avigan) tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau yang merencanakan kehamilan
Klasifikasi Gejala Tanpa Gejala Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat

Isolasi Mandiri Isolasi Mandiri Rujuk ke RS Rujuk ke RS


Tindak Lanjut
di Rumah di Rumah Darurat Rujukan

10 sejak timbul 10 sejak timbul 1x PCR negatif + 3


10 hari tanpa
Durasi Isolasi gejala + 3 hari gejala + 3 hari hari bebas gejala
gejala
bebas gejala bebas gejala

Pemantauan Lanjut isolasi


Lanjutan mandiri 7 hari

Berdasararkan rekomendasi WHO:


• Bila KAPASITAS LABORATORIUM Selesai
memungkinkan, tetap lebih baik evaluasi
pemeriksaan PCR

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
KRITERIA SELESAI ISOLASI
Derajat Awal Dilakukan RT-PCR? Kriteria Selesai Isolasi
Keparahan
Asimptomatik Tidak perlu Isolasi mandiri 10 hari sejak pengambilan
specimen diagnosis konfirmasi
Ringan – Tidak perlu 10 hari setelah onset gejala DAN > 3 hari
Sedang (pada kasus sedang + bebas gejala demam & gangguan pernapasan
komorbid atau yang
berpotensi peruburukan,
evaluasi RT-PCR dapat
dilakukan)
Berat/Kritis + Ya Follow up RT-PCR 1x negatif DAN > 3 hari
dirawat di RS bebas gejala demam & gangguan pernapasan
Bila tidak bisa dilakukan Isolasi di RS 10 hari setelah onset gajala + > 3
hari bebas gejala demam/gangguan pernapasan
→ alih rawat non isolasi / pulang

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
KRITERIA SEMBUH

Tanpa Gejala
Kriteria Selesai
Isolasi
Gejala Ringan

Gejala Sedang Surat Selesai


Pemantauan dari
Fasyankes / DPJP
Gejala Berat / Kritis

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
KRITERIA PEMULANGAN

Kriteria Selesai Isolasi + Kriteria Klinis


• Hasil kajian klinis menyeluruh (radiologi, pemeriksaan darah >>
perbaikan) oleh DPJP menyatakan pasien diperbolehkan untuk pulang.
• Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien, baik
terkait sakit COVID-19 ataupun masalah kesehatan lain yang dialami
pasien

Pasien berat/kritis yang dipulangkan: lanjut isoman > 7 hari


[untuk pemulihan / monitoring muncul kembali gejala] + protokol kesehatan

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
REINFEKSI SARS-CO-V 2

• Mekanisme utama belum diketahui secara pasti, namun sudah ada laporan reinfeksi terjadi
karena dua virus dengan tipe yang berbeda yang telah dibuktikan dengan analisis genome.
• Hal tersebut tidak menutup kemungkinan reinfeksi terjadi karena satu virus dengan tipe
yang sama dan mengalami reaktivasi
• Antibodi yg terbentuk menghilang setelah 3- 12 bulan
• Perkiraan mekanisme yang dapat menjelaskan mengapa infeksi sekunder lebih berat, adalah:.
• Kadar virus yang sangat tinggi pada infeksi kedua
• Kemungkinan bahwa infeksi ulang disebabkan oleh virus yang lebih ganas
• Peningkatan respon imun terkait antibodi, yaitu di mana sel-sel imunitas yang memiliki
reseptor Fc,terinfeksi virus yang mengikat antibodi tertentu.
• Mekanisme ini telah terlihat sebelumnya pada betacoronavirus yang menyebabkan sindrom
pernafasan akut yang parah

Tillett RL, Sevinsky JR, Hartley PD, Kerwin H, Crawford N, Gorzalski A, et al. Genomic evidence for reinfection with SARS-CoV-2: a case study. The Lancet Infectious Diseases. 2020
POSITIF PERSISTEN

• Pasien yang sudah perbaikan kondisi pasca terdiagnosis COVID-19,


namun hasil RT-PCR tidak konversi menjadi (-) → virus masih
“terdeteksi”
• Alat RT-PCR masih dapat mendeteksi komponen virus yang sudah
inaktif
• Beberapa penelitian menemukan pasien yang sudah tidak menunjukkan
gejala masih dapat memperlihatkan hasil (+) pada RT-PCR

https://www.cdc.gov/coronavirus
POSITIF PERSISTEN

• Penelitian di Korea ditemukan bahwa walaupun sudah tidak ditemukan


virus yang dapat bereplikasi 3 minggu setelah onset gejala pertama di
tubuh pasien, SARS-CoV-2 RNA masih terdeteksi di spesimen
pemeriksaan RT-PCR hingga 12 Minggu (Korea CDC, 2020; Li et
al., 2020; Xiao et al, 2020)
• Spesimens dari pasien yang sudah dinyatakan recovered namun memiliki
RT-PCR positif karena muncul gejala lagi (reinfeksi) tidak terdeteksi
replication-competent virus (Korea CDC, 2020; Lu et al., 2020).

https://www.cdc.gov/coronavirus
FENOMENA LONG COVID-19

• Sebagian besar pasien tergolong ke dalam gejala yang ringan hingga moderate.

• 10-15% ➔ berprogresi menjadi gejala yang berat dan sekitar 5% menjadi critical illness.
• Pasien Covid-19 seharusnya mengalami recovery setelah 2-6 minggu.
• Pada beberapa orang, beberapa gejala dapat bertahan atau muncul Kembali setelah
berminggu- minggu hingga berbulan- bulan setelah pulih.

World Health Organization. Long-term Effects of Covid-19. Geneva: World Health Organization; 2020
Batuk,
Fatigue kongesti,
• Berdasarkan survey telepon, orang dewasa dengan
sesak napas
gejala dengan hasil pemeriksaan SARS-COV-2 positif,
35% belum kembali ke kondisi Kesehatan
Sakit kepala,
Anosmia, biasanya atau recovery saat di wawancara 2-3
nyeri-nyeri
ageusia
badan minggu setelah dilakukan pemeriksaan.
• Diantara usia 18-34 tahun dengan kesehatan yang
Yü`q65
Nyeri
Diare, mual abdomen dan baik, sekitar 20% dilaporkan mengalami
nyeri dada prolonged symptoms.
• Faktor risiko: hipertensi, obesitas, kondisi
Kesehatan mental.
Confusion

World Health Organization. Long-term Effects of Covid-19. Geneva:


World Health Organization; 2020
TERAPI TAMBAHAN PADA COVID-19
IVIG
Anti il-6 Anti IL-1
(Intravenous
(TOCILIZUMAB) (Anakinra)
Immunoglobulin)

Plasma Mesenchymal
Spironolakton
Konvalesens Stem Cell (MSC)

Kolkisin
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai