Anda di halaman 1dari 91

SISTEM INFORMASI DAN STATISTIK

BAB XXV

SISTEM INFORMASI DAN STATISTIK

A. PENDAHULUAN

Keberadaan sistem informasi dan statistik yang andal menjadi


kebutuhan mutlak suatu bangsa dalam penyelenggaraan kehidupan di
segala bidang, dan untuk mendukung upaya pembangunan. Sejarah
telah menunjukkan betapa sistem informasi dan statistik berkembang
terus seiring dengan kemajuan suatu peradaban, serta berperan sangat
besar dalam kegiatan perekonomian dan strategi penyelenggaraan
pembangunan. Perkembangan kemampuan sistem informasi untuk
menyediakan dan menggunakan informasi secara efektif dan produktif
telah dianggap sebagai salah satu indikator kemajuan suatu bangsa.

Sejak proklamasi kemerdekaan sampai Pembangunan Jangka


Panjang Pertama (PJP I) yaitu antara tahun 1945-1968 atau pra PJP I,
pembangunan sistem informasi masih berada pada tahap awal.
XXV/3
Keadaan data dan informasi pada umumnya masih sangat terbatas dan
kurang akurat, sistem informasi belum berkembang, serta belum
mempunyai peran dan arti bagi pengambilan keputusan, demikian
pula peralatan yang dimiliki masih sangat sederhana. Pada tahun
1950-an, teknologi informasi mulai dikenal, yaitu dengan
digunakannya mesin akunting IBM generasi pertama dengan sistem
elektro mekanik oleh Angkatan Darat, yang selanjutnya diikuti oleh
penggunaan komputer generasi kedua oleh Pertamina, BNI 1946 dan
Biro Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 1960-an, penggunaan
komputer semakin bertambah, antara lain dalam pengembangan
aplikasi pemesanan tiket oleh PN Garuda Indonesia Airways. Dengan
perkembangan demikian, pada saat itu Indonesia telah menjadi
pelopor dalam penggunaan komputer di Asia Tenggara.

Selama PJP I, pembangunan sistem informasi mengalami


kemajuan yang cukup berarti. Penyelenggaraan sistem informasi
termasuk pembangunan berbagai aplikasi, dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan, ketersediaan sumber daya, dan perkembangan teknologi
informasi. Di bidang sumber daya manusia, walaupun dari segi
jumlah dan kualitas masih belum memadai, namun dengan
dikembangkannya pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi
informasi baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta,
sudah cukup banyak tenaga ahli yang dihasilkan. Dalam rangka
memantapkan pengembangan profesionalisme dan menjamin
perkembangan karir pegawai negeri sipil yang mempunyai keahlian di
bidang teknologi informasi, sejak tanggal 1 Oktober 1989 ditetapkan
jabatan fungsional pranata komputer, di mana BPS ditunjuk sebagai
instansi pembina. Pemasyarakatan sistem informasi dilakukan sebagai
upaya untuk meningkatkan budaya sadar informasi. Untuk
meningkatkan akses dan pelayanan informasi, telah dibangun dan
dikembangkan jaringan informasi di berbagai sektor seperti
perdagangan, industri, dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek);

XXV/4
serta dikembangkan pusat-pusat penerangan masyarakat sebagai
serambi depan informasi. Kemajuan prasarana sistem informasi makin
tampak dengan dibangunnya jaringan komunikasi data sistem digital
dan sistem komunikasi satelit, serta digunakannya sistem komunikasi
serat optik. Industri perangkat keras dan perangkat lunak komputer
terus meningkat, sehingga industri jasa yang bergerak di bidang
teknologi informasi makin berkembang pula, diikuti ekspor alat
pengolahan data yang juga terus meningkat.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas


administrasi negara, pada tahun 1969 dibentuk Badan Kerjasama
Otomatisasi Administrasi Negara (BAKOTAN). Di samping itu,
terbentuk pula organisasi profesi dan asosiasi di bidang teknologi
informasi, seperti Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia
(IPKIN) sebagai organisasi para pemakai komputer; Ikatan Pejabat
Pranata Komputer Indonesia (IPPI) sebagai wadah bagi para pejabat
fungsional pranata komputer pemerintah; Forum Komunikasi
Pengelola/Pembina Sistem Informasi BUMN (FK-PSI BUMN);
Asosiasi Pengusaha Nasional Informatika (APNI) sebagai organisasi
perusahaan komputer perancang sistem solusi yang pada umumnya
terdiri atas perusahaan besar; Asosiasi Industri Komputer Indonesia
(AIKI) sebagai organisasi pembuat komputer; Asosiasi Pengusaha
Komputer Indonesia (APKOMINDO) sebagai organisasi perusahaan
penjual komputer; serta Asosiasi Piranti Lunak Komputer Indonesia
(ASPILUKI) sebagai organisasi perusahaan penjual dan pembuat
perangkat lunak komputer.

Pada akhir PJP I, penggunaan sistem informasi telah meluas di


berbagai sektor pembangunan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya
sistem informasi dan dalam penggunaan teknologi informasi makin
tinggi, terlihat dari meningkatnya kegiatan yang memanfaatkan
teknologi informasi pada berbagai bidang kehidupan. Informasi sudah

XXV/5
menjadi kebutuhan dan komoditi yang mempunyai potensi untuk
diperdagangkan. Bersamaan dengan makin tertatanya kelembagaan
sistem informasi, kemampuan industri dan sumber daya manusia di
bidang teknologi informasi, serta akses terhadap informasi telah
meningkat pula.

Memasuki PJP II, sejalan dengan perkembangan dunia yang


berubah dengan cepat dan persaingan dunia usaha yang makin ketat,
maka pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan informasi secara
lebih tepat dan cepat menjadi suatu tuntutan. Untuk itu, pembangunan
sistem informasi akan dilanjutkan dan ditingkatkan sejalan dengan
perkembangan pembangunan yang makin meningkat dan untuk
mendukung manajemen pembangunan nasional secara terpadu.

Di bidang statistik setelah kemerdekaan RI, sampai pertengahan


tahun 1950-an, sistem statistik masih mempergunakan sistem masa
kolonial Hindia Belanda. Pada periode ini statistik yang telah
berkembang adalah statistik ekonomi. Statistik yang mendapat
prioritas sebagai penyangga sistem statistik saat itu adalah statistik
ekspor dan impor, statistik perdagangan antar pulau, statistik
perkebunan besar dan upah buruhnya. Data yang diperoleh dari
kegiatan statistik tersebut dihimpun dalam publikasi data
perekonomian yang disebut statistik konjungtur. Pada masa ini
pengumpulan data statistik pertanian, industri dan kependudukan
masih sangat terbatas. Sedangkan data statistik lainnya sepenuhnya
berasal dari data sekunder yang dikumpulkan oleh berbagai instansi
dengan metode yang sulit dipertanggungjawabkan.

Periode tahun 1957-1968 merupakan awal dimulainya pembaruan


sistem statistik. Pada masa ini mulai diperkenalkan teknik statistik
modern dalam pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik.
Tujuan kegiatan statistik tidak lagi untuk keperluan pemerintah

XXV/6
semata, melainkan juga menyediakan data bagi keperluan dunia usaha
dan masyarakat umum.

Pada awal tahun 1960-an diperkenalkan sensus modern yang


mencakup seluruh wilayah Indonesia yaitu Sensus Penduduk 1961,
Sensus Pertanian 1963, dan Sensus Industri 1964. Dalam pelaksanaan
Sensus Penduduk 1961, untuk pertama kali desa/kelurahan
dikelompokkan menurut daerah perkotaan dan perdesaan serta dibagi-
bagi menjadi unit pencacahan yang disebut blok sensus. Pada sensus
ini mulai digunakan pendekatan gabungan antara konsep sensus de
jure dan sensus de facto untuk memperoleh angka jumlah penduduk.
Dengan demikian hasilnya mendekati keadaan yang sebenarnya.

Pada tahun 1963 untuk pertama kali dilaksanakan sensus


pertanian yang merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan data
statistik di sektor pertanian yang lengkap dan menyeluruh, dengan
sasaran terutama pada perusahaan-perusahaan pertanian dan rumah
tangga pertanian. Berdasarkan Sensus Pertanian 1963, statistik
pertanian dikembangkan dan diperbaiki terutama untuk melengkapi
usaha penyempurnaan taksiran produksi.

Juga pada tahun 1963 dimulai suatu survei tentang keadaan sosial
ekonomi rumah tangga yang kemudian dikenal dengan nama Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Keterangan inti yang
dikumpulkan pada survei ini adalah ciri-ciri demografi, pola konsumsi
dan pengeluaran rumah tangga, serta keadaan sosial lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan data statistik industri yang mutakhir


dan lengkap, pada tahun 1964 dilaksanakan sensus industri. Dalam
sensus ini metode pencacahan disempurnakan dari sistem pendataan
tidak langsung menjadi sistem pendataan langsung. Dengan
penyempurnaan ini jumlah responden yang menjawab daftar

XXV/7
pertanyaan telah meningkat. Metode pencacahan langsung selanjutnya
digunakan dalam pelaksanaan survei-survei industri. Hasil statistik
industri ini dalam perkembangannya mempunyai peranan besar dalam
memantau proses transformasi struktural sektor industri.

Penyempurnaan dan pengembangan berbagai kegiatan statistik ini


dilanjutkan dan diperluas pada masa Pembangunan Jangka Panjang
Pertama. Pada Repelita I pembangunan perstatistikan diarahkan pada
upaya untuk meningkatkan mutu data yang dihasilkan serta
mempercepat proses pengolahan.

Dalam Repelita I dilaksanakan dua kegiatan statistik berskala


besar yaitu Sensus Penduduk 1971 dan Sensus Pertanian 1973. Hasil
dari kedua sensus ini selain dipakai oleh pemerintah, dunia usaha,
pendidikan, penelitian dan pengembangan, juga digunakan sebagai
kerangka contoh untuk kegiatan-kegiatan survei yang lebih kecil.

Jenis statistik lain yang disempurnakan pada Repelita I antara lain


adalah statistik harga, penghitungan pendapatan nasional dan
pendapatan regional. Penyempurnaan statistik harga konsumen
terutama adalah untuk memperbaiki penghitungan tingkat inflasi.
Pengolahan data ekspor dan impor disempurnakan agar informasi
perdagangan luar negeri dapat disajikan setiap bulan. Penghitungan
pendapatan nasional dan pendapatan regional disempurnakan dengan
memperluas cakupan data dan pemilihan metode penghitungan yang
lebih tepat.

Sejalan dengan pengembangan dan penyempurnaan berbagai jenis


statistik di atas, ditingkatkan pula beberapa prasarana pendukung
yang meliputi penyediaan perangkat komputer beserta perangkat
lunaknya serta penataan kembali susunan organisasi dan pembinaan

XXV/8
sumber daya manusia melalui berbagai pendidikan, kursus dan
pelatihan.

Dalam Repelita II perbaikan dan perluasan berbagai statistik


ekonomi dilanjutkan, di samping statistik sosial dan kependudukan.
Pada periode ini dilaksanakan dua kegiatan skala besar yaitu Sensus
Industri 1975 dan Sensus Konstruksi 1977. Sensus Industri 1975 yang
merupakan sensus industri kedua mencakup kegiatan sektor industri
besar, sedang, kecil dan industri/kerajinan rumah tangga. Hasil
sensus industri tahun 1975 selain digunakan untuk melihat peranan
sektor industri dalam perekonomian juga dimanfaatkan sebagai
kerangka sampel untuk kegiatan survei-survei di bidang usaha
industri.

Sensus Konstruksi 1977 merupakan sensus konstruksi yang


pertama. Dari hasil sensus ini dapat diketahui peranan sektor
konstruksi terhadap perekonomian nasional maupun ciri-ciri
perusahaan/usaha yang bergerak di bidang konstruksi. Selain itu hasil
sensus ini juga digunakan sebagai kerangka dasar untuk
mengembangkan survei-survei di sektor konstruksi.

Kegiatan penting lainnya adalah pelaksanaan Survei Penduduk


Antar Sensus (Supas) 1976 yang dipakai untuk menjembatani dua
sensus penduduk dan memperbaiki proyeksi penduduk. Pada Repelita
II ini untuk pertama kalinya disusun Tabel Input-Output 1971 dan
dilaksanakan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 1976. Di
bidang statistik makro, penghitungan pendapatan regional telah
dilaksanakan di seluruh propinsi.

Dalam Repelita III titik berat pembangunan semakin diarahkan


pada aspek pemerataan hasil pembangunan. Untuk mendukung upaya
tersebut, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) lebih diperluas

XXV/9
cakupannya agar memungkinkan pengembangan berbagai metode
penghitungan distribusi pendapatan antar golongan rumah tangga dan
daerah. Dalam periode ini, untuk pertama kalinya disusun Sistem
Neraca Sosial Ekonomi (Social Accounting Matrix) 1975 yang lebih
memperkaya informasi mengenai struktur ekonomi dan distribusi
pendapatan masyarakat.

Selama Repelita III terdapat dua kegiatan statistik yang berskala


besar yaitu Sensus Penduduk 1980 dan Sensus Pertanian 1983. Pada
Sensus Penduduk 1980 untuk pertama kalinya diperkenalkan konsep
wilayah pencacahan (wilcah), yaitu suatu wilayah yang mempunyai
batas tetap dan jelas serta memuat sekitar 300 rumah tangga. Setiap
desa/kelurahan dibagi habis menjadi wilcah dan setiap wilcah dibagi
habis menjadi blok sensus. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1980
dan Sensus Pertanian 1983, para pengguna data mempunyai
kesempatan lebih besar dalam menganalisis perkembangan dan
karakteristik penduduk, serta kegiatan ekonomi pertanian di masa
depan, secara lebih luas dan rinci.

Dalam kurun waktu yang sama juga dilakukan perbaikan dan


pengembangan statistik sektoral. Dengan semakin meningkatnya
peranan industri dalam perekonomian nasional, maka survei-survei
industri lebih diintensifkan untuk menangkap perkembangan dan
perubahan struktur industri nasional. Sedangkan pengembangan
statistik ekspor dan impor, angkutan, informasi, pariwisata diarahkan
untuk meningkatkan mutu hasil penghitungan Pendapatan Nasional
dan Tabel Input-Output.

Dalam Repelita IV, untuk pertama kalinya dilaksanakan Sensus


Ekonomi yang merupakan perluasan sensus industri dan sensus
konstruksi. Sensus Ekonomi 1986 mencakup seluruh sektor di luar
sektor pertanian yaitu sektor pertambangan, industri, listrik, gas, air,

XXV/10
konstruksi, perdagangan, restoran, hotel, angkutan, lembaga
keuangan, dan sektor jasa. Sensus ini dilakukan melalui dua
pendekatan yaitu pendekatan perusahaan/usaha dan rumah tangga.
Dengan diselenggarakannya sensus ekonomi ini, maka sensus industri
dan sensus konstruksi tidak diadakan lagi.

Dalam periode ini untuk kedua kalinya dilaksanakan Survei


Penduduk Antar Sensus (Supas) pada tahun 1985. Hasil Supas ini di
samping untuk memenuhi kebutuhan data kependudukan antara dua
sensus penduduk tahun 1980 dan 1990, juga untuk memperbaiki
proyeksi penduduk yang telah disusun sebelumnya.

Dalam Repelita V yang merupakan repelita terakhir dalam PJP I


program-program perstatistikan ditekankan pada penyempurnaan
berbagai kegiatan statistik yang masih dianggap tertinggal.

Kegiatan statistik yang cukup besar dalam Repelita V adalah


Sensus Penduduk 1990 dan Sensus Pertanian 1993. Hasil Sensus
Penduduk 1990 antara lain telah digunakan sebagai kerangka dasar
untuk berbagai proyeksi dan perumusan kebijaksanaan pada PJP II.
Sedangkan hasil Sensus Pertanian 1993 digunakan untuk
menyempurnakan data dasar rumah tangga pertanian, data
perusahaan/usaha pertanian dan data perwilayahan. Kegiatan lainnya
adalah pelaksanaan Survei Biaya Hidup (SBH) 1989/90, yang hasilnya
telah dipakai sebagai dasar penyusunan timbangan yang baru untuk
penghitungan indeks harga konsumen dan inflasi. Untuk penentuan
status kesejahteraan suatu desa pada tahun 1993 dikembangkan sensus
Podes-Inti yang dilaksanakan secara tahunan.

Seiring dengan meningkatnya kegiatan pengumpulan data, sarana


dan prasarana pengolahan data telah ditingkatkan kemampuannya dan
persebarannya ke daerah-daerah. Tersedianya perangkat komputer

XXV/11
telah mempercepat kegiatan pengolahan data dan meningkatkan mutu
dan keragaman penyajian data, baik dalam bentuk publikasi buku
maupun publikasi dalam bentuk disket, yang memberikan kemudahan
bagi pengguna data dalam pengolahan berikutnya.

Dalam rangka meningkatkan mutu data yang dihasilkan, selama


PJP I telah dilaksanakan pengembangan keterampilan dan keahlian
bagi tenaga statistik yang bertugas di lapangan dan tenaga statistik di
bidang perencanaan dan pengendalian, pengolahan data, analisis
statistik, dan di bidang, pengembangan statistik. Selain itu, juga dise-
lenggarakan kursus pengetahuan statistik dasar, madya dan lanjutan,
pendidikan program diploma statistik, pendidikan sarjana statistik,
pendidikan pascasarjana statistik, dan kursus bidang penunjang.
Dengan demikian, pada akhir PJP I kemampuan petugas statistik di
pusat maupun di daerah telah makin merata dan meningkat.

Pembangunan statistik dalam PJP I telah berhasil menciptakan


landasan bagi penyediaan statistik yang makin lengkap dan makin
terpercaya. Selama PJP I penggunaan statistik oleh pemerintah, dunia
usaha, dunia pendidikan, lembaga penelitian dan pengkajian, serta
masyarakat makin meluas. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa
keberhasilan pembangunan dalam PJP I tidak dapat dipisahkan dari
peranan statistik. Upaya ini akan dilanjutkan dan ditingkatkan dalam
PJP II yang diawali dengan Repelita VI.

B. SISTEM INFORMASI

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan sistem informasi pada akhir Repelita VI


adalah terciptanya sistem informasi yang mampu meningkatkan

XXV/12
efisiensi dan produktivitas di seluruh sektor pembangunan. Sasaran
lainnya adalah berkembangnya jaringan sistem informasi di berbagai
bidang pembangunan seperti bidang ekonomi, iptek, hukum, serta
sektor aparatur negara, penerangan, komunikasi, dan media massa,
yang berkemampuan memanfaatkan pusat informasi di dalam dan luar
negeri. Selain itu, industri teknologi informasi di dalam negeri sudah
lebih mampu memenuhi kebutuhan akan perangkat keras, perangkat
lunak, dan jasa yang dibutuhkan di dalam negeri.

Untuk mewujudkan sasaran pembangunan sistem informasi pada


Repelita VI, ditempuh berbagai kebijaksanaan antara lain
melaksanakan pembakuan perangkat keras, perangkat lunak, format
struktur dan klasifikasi data, personel dan prosedur, untuk menjamin
integrasi seluruh sistem baik struktur, data, informasi maupun
jaringannya agar mampu meningkatkan kemudahan komunikasi;
menyempurnakan dan memantapkan tatanan organisasi yang
berkembang terus sesuai dengan bertambah besarnya aktivitas sistem
informasi; meningkatkan kemampuan dan penggunaan industri
teknologi informasi dalam negeri baik barang maupun jasa, dengan
melibatkan dan meningkatkan peran serta masyarakat; meningkatkan
penyebaran informasi ke dan dari luar negeri tentang potensi pasar
yang dimiliki agar dapat menunjang kegiatan ekspor barang dan jasa
ekspor, meningkatkan jumlah serta mutu barang dan jasa ekspor,
meningkatkan daya saing, serta meningkatkan penciptaan dan
perluasan lapangan kerja.

Dalam melaksanakan berbagai kebijaksanaan untuk mewujudkan


sasaran di atas, dikembangkan sistem informasi di berbagai . sektor,
baik secara sektoral maupun lintas sektoral. Program di bidang ini
terdiri atas program pokok, yaitu program pengembangan sistem
informasi; dan program penunjang, yaitu program pemasyarakatan
sistem informasi, program pembinaan industri teknologi informasi,

XXV/13
program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan sistem informasi, serta
program pembinaan kelembagaan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita


VI

Pada tahun pertama Repelita VI (1994/95), pembangunan sistem


informasi yang dilaksanakan selama PJP I telah dilanjutkan,
ditingkatkan, dan diperluas di berbagai bidang. Sesuai kebijaksanaan
pokok dalam Repelita VI, penataan dalam penyelenggaraan sistem
informasi dilaksanakan secara lebih intensif disertai peningkatan
kemampuan industri teknologi informasi, pemasyarakatan sistem
informasi, dan akses terhadap informasi bagi pengembangan usaha
kecil dan menengah serta masyarakat yang berada di daerah.
Pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu faktor kunci
mendapat perhatian, dan kelembagaan sistem informasi dimantapkan,
agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara lebih efektif.
Upaya tersebut dilaksanakan melalui program-program sebagai
berikut.

a. Program Pokok

1) Program Pengembangan Sistem Informasi

Program pengembangan sistem informasi bertujuan untuk


meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan efektivitas pembangunan
dan manajemen nasional melalui penyelenggaraan sistem informasi
yang berkualitas dan pemanfaatan informasi yang andal.

Pada tahun 1994/95dilakukan penyempurnaan format, definisi,


terminologi, elemen data, kodifikasi, serta pembakuan perangkat
keras dan perangkat lunak. Antara lain dengan disempurnakannya

XXV/14
sistem data kepegawaian dengan penambahan elemen data pokok oleh
Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN); serta mulai dibaku-
kannya penggunaan perangkat lunak statistik, Sistem Informasi
Geografi (SIG), basis data (data base), dan berbagai perangkat lunak
aplikasi. Dalam pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) di
berbagai sektor telah ditingkatkan kualitas data yang mencakup
penyempurnaan metodologi pengumpulan data, peningkatan cakupan
data, peningkatan analisis dan penyajian data untuk menunjang
pengambilan keputusan, serta peningkatan kemudahan perolehan data.

Agar pembangunan sistem informasi dapat dilakukan secara


efisien dan terpadu, pada tahun 1994/95 ditingkatkan koordinasi,
keterpaduan, dan kerjasama dalam perencanaan, pelaksanaan
pembangunan dan pendayagunaan sistem informasi, baik di antara
unit kerja pada masing-masing instansi, antarinstansi, maupun antara
instansi pemerintah dan masyarakat termasuk perguruan tinggi dan
dunia usaha. Antara lain, melalui upaya-upaya sebagai berikut:
pengintegrasian data dan informasi, baik di tingkat pusat maupun
daerah di bawah kendali unit sistem informasi manajemen seperti
yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM);
sinkronisasi usulan kegiatan proyek sistem informasi yang diajukan
oleh seluruh Departemen/Lembaga Pemerintah Non-Departemen
(LPND); pembentukan kelompok kerja (pokja) dengan anggota
instansi terkait seperti Pokja tetap yang dibentuk oleh Kantor Menteri
Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) dalam rangka pengembangan Sistem Informasi
Kependudukan dan Keluarga (SIDUGA); pembentukan Pokja Konsep.
Jaring Basis Data Nasional Matra Darat dan Matra Laut, Pokja
Pembentukan Model Spasial Basis Data Sosial Ekonomi, Pokja
Standar Format Pertukaran Data, dan Pokja Pengembangan Basis
Data Perencanaan Pembangunan Daerah untuk penerapan SIG dalam
berbagai model oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

XXV/15
(Bakosurtanal); kerjasama antara Departemen Pertanian, Kantor
Menteri Negara Urusan Pangan/Badan Urusan Logistik (Bulog) dan
BPS melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) ketiga pimpinan instansi
tersebut tertanggal 21 April 1994 dalam pengembangan Sistem
Informasi Pangan Terpadu; kemitraan dalam pengembangan Sistem
Informasi Manajemen Perumahan dan Permukiman Terpadu (SIM-
RUKIMDU) antara Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat
(Menpera) dengan instansi terkait; serta kerjasama pendataan kehutanan
antara Departemen Kehutanan dan BPS.

Penyelenggaraan sistem informasi dalam tahun 1994/95


diupayakan untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi
khususnya perangkat keras komputer, melalui penyesuaian atau mulai
dikuranginya penggunaan komputer skala/kapasitas besar dan beralih
pada penggunaan komputer pribadi (PC) dengan menerapkan kebijak-
an sentralisasi konsep dan pengolahan tersebar yang terpadu,
didukung oleh pengembangan jaringan sistem informasi. Selain itu,
perkembangan teknologi informasi diikuti dan diterapkan melalui
pemanfaatan teknologi yang lebih mutakhir secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan, dan pemanfaatan teknologi komunikasi. Untuk
meningkatkan efisiensi dan optimalisasi dalam pemanfaatan komputer,
sistem pengoperasiannya diarahkan pada sistem yang terbuka.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem informasi


sehingga dapat dihasilkan informasi yang lengkap dan akurat secara
cepat, pada tahun 1994/95 dibangun dan dilanjutkan pengembangan
sistem basis data di berbagai sektor, seperti basis data: statistik,
perindustrian, perdagangan, penanaman modal, pertanian, pangan,
kehutanan, transmigrasi, perhubungan, ketenagakerjaan, pemerintah-
an dalam negeri termasuk pembangunan daerah, hubungan luar negeri,
pekerjaan umum, lingkungan hidup, perumahan dan permukiman,
pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertambangan,

XXV/16
pertanahan, keuangan termasuk penganggaran, koperasi,
kependudukan dan keluarga sejahtera, pendidikan dan kebudayaan,
kesehatan, agama, hukum, penerangan, matra darat dan matra laut,
iptek, dan sebagainya. Di samping pembangunan sistem informasi
atau basis data yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi masing -
masing, sebagian besar instansi telah membangun sistem informasi
yang berkaitan dengan sumber daya pendukung bagi terselenggaranya
tugas pokok dan fungsinya, seperti sistem informasi kepegawaian,
keuangan, perlengkapan/inventaris, pemantauan proyek pembangun-
an, penelitian dan pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan
pegawai. Dalam pembangunan sistem informasi di sebagian besar
instansi pemerintah, telah disusun rencana induk (master plan), agar
penyelenggaraan sistem informasi dapat lebih terarah, efektif, dan
efisien.

selain itu, telah dilanjutkan penyelenggaraan pertukaran


informasi dan data secara elektronik yang memanfaatkan jaringan
telekomunikasi, seperti Electronic Data Interchange (EDI) antara
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan PT Pelabuhan Indonesia II.
Untuk menunjang kegiatan operasional beberapa instansi pemerintah
seperti Lembaga Administrasi Negara (LAN), BPS dan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) seperti PT Telekomunikasi Indonesia dan PT
Indosat, telah dimanfaatkan jaringan lokal untuk pertukaran surat
elektronik.

Sistem Informasi Kepegawaian Republik Indonesia (SIMKRI)


yang mulai dibangun pada akhir Repelita V, pada tahun 1994/95
disempurnakan dan dikembangkan secara terpadu, dan saat ini dalam
tahap awal pengembangan, yaitu pemasangan perangkat keras di
Kantor BAKN Pusat, pelatihan, serta pengembangan program aplikasi
untuk pengolahan data pegawai negeri sipil (PNS) dan penunjang
fungsi administratif yang menjadi tugas pokok BAKN. Untuk

XXV/17
menunjang pelaksanaan fungsi aparatur, telah ditingkatkan upaya
pengembangan sistem informasi pemerintahan melalui pembangunan
Sistem Informasi Administrasi Pemerintahan.

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan akses dan pelayanan


informasi, dibangun dan dikembangkan jaringan informasi, baik di
lingkungan intern masing-masing instansi di pusat dan daerah,
antarinstansi pemerintah, maupun antara pemerintah dan masyarakat,
serta dengan sumber informasi atau basis data internasional. Dalam
hal ini, oleh Departemen Perindustrian telah dikembangkan jaringan
informasi dengan lembaga-lembaga internasional seperti: International
Trade Centre (ITC) di Swiss, World Trade Centre (WTC) di Canada,
Dialog Information Service di Amerika Serikat, dan beberapa lembaga
di Jepang. Bahkan sejak tahun 1994/95, Departemen Perindustrian
telah menjadi simpul jaringan informasi internasional seperti: Internet,
dan South Investment, Trade and Technology Data Exchange Centre
(SITTDEC), serta Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).
Untuk meningkatkan pelayanan informasi industri kepada masyarakat
khususnya dunia usaha di daerah, pengembangan jaringan komunikasi
data (SIINAS-Net) dengan 10 kota besar di Indonesia di luar Jakarta
yang memanfaatkan Sambungan Komunikasi Data Paket (SKDP)
seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar,
Medan, Batam, Palembang, Balikpapan, dan Ujung Pandang, yang
telah dilakukan sejak tahun 1990 terus dilanjutkan. Mulai tahun
1994/95 dikembangkan pula jaringan informasi yang jangkauannya
sampai ke sentra-sentra industri kecil, dan direncanakan pada setiap
sentra terdapat warung informasi (warsi) yang akan berfungsi sebagai
simpul aktif dari penyebaran informasi industri. Sebagai proyek
percontohan, telah diresmikan 1 warsi di Kabupaten Sukoharjo - Jawa
Tengah, yang dioperasikan oleh pengusaha industri kecil setempat.

XXV/18
Untuk memberikan pelayanan informasi perdagangan terutama
kepada pengusaha di bidang ekspor serta pengusaha kecil dan
menengah, telah dikembangkan jaringan informasi perdagangan oleh
Pusat Informasi dan Analisa Pasar (PIAP) Departemen Perdagangan.
Untuk menunjang peningkatan ekspor non-migas dan daya saing
dalam menghadapi pasar global, ditingkatkan pelayanan informasi
perdagangan yang meliputi informasi pasar luar negeri bagi dunia
usaha khususnya eksportir, calon eksportir dan produsen, maupun
informasi potensi suplai bagi importir luar negeri. Hal tersebut antara
lain dilakukan melalui penerbitan berbagai publikasi, seperti publikasi
bulanan yang pada tahun 1994/95 terdiri atas buletin informasi pasar
dan Indonesia Export Newsletter (masing-masing 24.000
eksemplar/tahun), serta publikasi tahunan seperti buku petunjuk pasar
(10 negara, 5.000 eksemplar/tahun), impor dunia (15 produk, 7.500
eksemplar/tahun) dan profil pasar (10 produk, 5.000
eksemplar/tahun). Setiap tahun dilakukan pula pemutakhiran profil
eksportir (6.000 perusahaan/tahun) dan profil importir luar negeri
(7.000 perusahaan/tahun) maupun survei pasar luar negeri. Selain itu,
dilakukan penyempurnaan sistem jaringan informasi dengan unit-unit
kerja di pusat dan daerah, termasuk perangkat keras dan perangkat
lunak komputernya.

Untuk menunjang fungsi PIAP, telah dikembangkan bank data


perdagangan yang dapat diakses secara langsung melalui jaringan
komunikasi komputer (on-line) oleh terminal-terminal komputer di
Kantor Wilayah Departemen Perdagangan di 15 propinsi, dan Kantor
Departemen Perdagangan di 5 Daerah Tingkat II (Kabupaten) yang
merupakan sentra industri kecil, yaitu Sukabumi, Bandung,
Tasikmalaya, Klaten, dan Jepara, sehingga pengusaha di daerah dapat
memanfaatkan informasi yang tersedia secara cepat. Selain itu, PIAP
secara on-line dapat mengambil informasi dari bank data internasional
seperti ITC dan WTC, di mana informasi ini diberikan tidak melalui

XXV/19
jaringan komunikasi komputer melainkan melalui publikasi atau
secara off-line kepada para pengguna yang memerlukan. Pada awal
Repelita VI, disiapkan pengembangan jaringan informasi dengan bank
data APEC, SITTDEC, dan Trade Information Network for Islamic
Countries (TINIC). Pada tahun 1994, jumlah pengunjung sebagai
pengguna informasi PIAP adalah 3.777 orang atau meningkat 30,2
persen dari 2.901 orang pada tahun 1993. Sedangkan apabila dilihat
rata-rata setiap bulannya adalah 315 orang/bulan pada tahun 1994/95
dan 242 orang/bulan pada tahun 1993/94.

Untuk meningkatkan pelayanan informasi kepada masyarakat,


Pusat Informasi Nasional (PIN) yang diresmikan tahun 1983 dengan
misi memberikan pelayanan penerangan/informasi pembangunan
secara menyeluruh kepada masyarakat, pada tahun 1994/95 terus
disempurnakan agar dapat melaksanakan fungsinya secara lebih
efektif. Untuk menunjang penyediaan informasi pembangunan secara
cepat, akurat; dan efisien, dibangun Sistem Informasi Penerangan
Terpadu (SIMPANDU), yang pada tahun 1994/95 masih pada tahap
pengkajian dan penyediaan sarananya. Selain itu, BPS yang sejak
tahun 1987/88 sudah menyajikan data dalam bentuk disket dan media
komputer lainnya, pada tahun 1994/95 data tersebut sudah mulai
dikemas dalam bentuk. yang dapat diakses secara on-line oleh
masyarakat.

Di sektor pekerjaan umum, pada tahun 1994/95 telah dibentuk


Loket Pelayanan Informasi Pekerjaan Umum (LPI-PU) sebagai salah
satu serambi depan informasi. Informasi yang disediakan bagi
masyarakat melalui loket ini adalah mengenai kegiatan pembangunan
bidang pekerjaan umum, termasuk peluang untuk investasi guna
memperluas peran serta masyarakat dalam pembangunan di bidang
pekerjaan umum. Untuk melaksanakan fungsinya, LPI-PU dilengkapi
dengan sarana forum komunikasi di antara sumber keuangan, pemberi

XXV/20
kerja, dan mitra kerja. Sampai tahun 1994/95 telah dikembangkan 8
sistem informasi. aplikasi manajerial, dan dibangun jaringan sistem
informasi spasial yang menghubungkan 4 unit kerja Departemen
Pekerjaan Umum di tingkat pusat dan 14 Kantor Wilayah Tingkat I.

Dalam rangka pengembangan sistem informasi dan bursa tenaga


kerja terpadu, pada tahun 1994/95 di 3 Kantor Wilayah Departemen
Tenaga Kerja (DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Utara) telah
dirintis semacam loket informasi, yang menyediakan informasi
tentang peraturan maupun prosedur yang berlaku di bidang ketenaga -
kerjaan. Selain itu, untuk memberikan pelayanan informasi
ketenagakerjaan kepada masyarakat, dilanjutkan pengembangan dan
penerapan Sistem Informasi Pasar Tenaga Kerja dan Perencanaan
Tenaga Kerja (SIPPTEK) yang telah dilakukan sejak tahun 1989/90.
SIPPTEK ini berfungsi untuk menunjang kegiatan operasional pasar
kerja, khususnya dalam upaya mempercepat pelayanan serta
mempertemukan pencari kerja dengan pemilik perusahaan yang
membutuhkan tenaga kerja.

Di sektor pertanian, pada tahun 1994/95 dikembangkan Sistem


Informasi Pangan Terpadu, melalui kerjasama Departemen Pertanian,
BPS dan Bulog, yang sudah mulai berjalan; serta dikembangkan
sistem informasi kepegawaian dan pemantauan proyek pembangunan.
Upaya penyebarluasan data dan informasi pertanian dilakukan dalam
bentuk publikasi, antara lain statistik pertanian dan statistik sub-sub
sektornya, serta prediksi sektor pertanian. Selain itu, dilanjutkan dan
ditingkatkan pengembangan Sistem Informasi Statistik Pertanian
dengan basis data pertanian (SIMTAN) yang mencakup tanaman
pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,
agribisnis (termasuk investasi, perusahaan pengolahan, ekspor/impor,
dan harga); serta data penunjang lainnya seperti data Produk
Domestik Bruto (PDB), tenaga kerja, dan kemiskinan.

XXV/21
Kegiatan pembangunan Sistem Informasi di Departemen
Kehutanan yang telah dilaksanakan pada tahun 1994/95 adalah
penerbitan publikasi seperti statistik dan brosur kehutanan, evaluasi
arus data kehutanan, serta pengembangan jaringan komunikasi data
lokal. Untuk meningkatkan penyebarluasan informasi tentang
peranan hutan dan kehutanan kepada masyarakat, dilakukan
pendistribusian publikasi data dan informasi kehutanan, serta setiap
Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dilengkapi dengan mobil unit
penyuluhan beserta perangkat multi media (audio-visual). Selain itu,
untuk komunikasi data dengan daerah telah dibangun sistem
komunikasi radio terpadu (SKRT) di 9 propinsi (Sumatera Utara,
Riau, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan seluruh
propinsi di Kalimantan), yang akan terus dikembangkan pada propinsi
lainnya. Berbagai aplikasi yang dibangun dalam Sistem Informasi
Kehutanan (SIMHUTAN) sejak tahun 1992 meliputi sistem informasi
perdagangan satwa, tata usaha kayu, sumber daya dan pengembangan
SIG yang telah membentuk basis data peta kehutanan secara digital
seluruh Indonesia, basis data sumber daya hutan, sistem pemantauan
perubahan hutan nasional, serta sistem penaksir potensi sumber daya
hutan.

Di sektor penanaman modal, sebagai upaya untuk


mengintegrasikan-seluruh informasi penanaman modal, pada tahun
1994/95 mulai dikembangkan jaringan sistem persetujuan penanaman
modal secara terpadu di tingkat pusat dan daerah, yang diharapkan
dapat terwujud pada Repelita VI. Telah dikembangkan pula aplikasi
sistem informasi kebijaksanaan penanaman modal, sistem pemantauan
proses perijinan penanaman modal, sistem pembenahan data tenaga
kerja di luar sektor industri, pembangunan sistem katalogisasi
perpustakaan BKPM, serta pengembangan sistem komunikasi data
dengan BKPM Daerah yang telah dilaksanakan untuk Pulau Jawa.
Selain itu dilanjutkan pengembangan dan penerapan aplikasi yang

XXV/22
telah dilaksanakan sejak tahun 1991/92 antara lain sistem pembenahan
data komoditi, dan sistem aplikasi persetujuan dan realisasi, serta
sistem pemantauan proses perijinan penanaman modal.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendataan


keuangan, pada tahun 1994/95 telah dirintis pembangunan Sistem
Informasi Keuangan (SIK) yang terpadu, yang mengkoordinasikan
sistem informasi pada berbagai unit kerja di Departemen Keuangan
seperti sistem informasi anggaran, bea dan cukai, pajak, serta data
akuntansi. Pada saat ini hampir seluruh unit kerja di Departemen
Keuangan telah melaksanakan komputerisasi meskipun belum
seluruhnya dalam bentuk aplikasi. Jaringan komunikasi data secara
on-line telah dikembangkan antara Kantor Pusat dan Kantor Pengolah-
an Data Regional (KPDR) Medan, Bandung, Surabaya, dan Ujung
Pandang. Berbagai perangkat lunak yang terkait dengan bidang
keuangan termasuk penganggaran telah dikembangkan, antara lain
sistem informasi sumbangan perhitungan anggaran, daftar usulan
proyek, daftar isian proyek, daftar isian kegiatan, administrasi
bantuan luar negeri, inventarisasi kekayaan negara, data referensi
ekspor-impor, inventarisasi barang jaminan dan harga lelang, master
file pajak, pajak bumi dan bangunan, kepabeanan; serta data Inpres
1/1988 yang dikembangkan oleh Kantor Menteri Koordinator Bidang
Ekonomi, Keuangan, dan Pengawasan Pembangunan.

Departemen Dalam Negeri sebagai unsur penting dalam sistem


dan mekanisme pemerintahan dan pembangunan juga telah memanfaat-
kan teknologi informasi dan komunikasi sejak Repelita IV, baik untuk
pelaksanaan tugas-tugas di kantor pusat yang bersifat nasional seperti
pemilihan umum (pemilu), maupun untuk mendukung pelaksanaan
tugas Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II. Dalam rangka
pembangunan Sistem Informasi Manajemen Departemen Dalam
Negeri (SIMDAGRI) yang terpadu, pada tahun 1994/95 sistem

XXV/23
informasi yang telah dibangun pada periode sebelumnya khususnya
Repelita V seperti aplikasi Manual Pendapatan Daerah (Mapatda),
Sistem Informasi Pemilu (SIPU), komputerisasi kartu tanda pengenal
penduduk (KTP) di daerah, serta Sistem Informasi Pembangunan
Daerah (SIMBANGDA) telah disempurnakan. Kegiatan lain yang
dilaksanakan adalah, pembangunan Sistem Informasi Manajemen
Kependudukan (SIMDUK) yang sudah dalam tahap persiapan untuk
uji coba; pembangunan Sistem Informasi Manajemen Potensi Wilayah
(SIMPOWIL) yang baru dalam tahap perumusan kebutuhan sistem;
perumusan kebutuhan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian;
pembangunan Sistem Informasi Manajemen Perlengkapan dan Sistem
Informasi Manajemen Keuangan; penyusunan dan diseminasi Petunjuk
Pelaksanaan Sistem Kearsipan; serta pelaksanaan Mapatda tahap II
secara terpadu yang mencakup 20 propinsi, 65 kabupaten dan 11
kotamadya. Untuk menunjang upaya penanggulangan kemiskinan
terutama untuk mengidentifikasi jumlah penduduk miskin absolut dan
desa tertinggal, sedang dibangun Sistem Informasi Manajemen Desa
Tertinggal (SIM-IDT), yang antara lain menggunakan data hasil
survei BPS seperti potensi desa dan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas).

Dalam rangka pengembangan Sistem Informasi Manajemen


Departemen Luar Negeri (SIMDEPLU) yang dimulai sejak tahun
1991/92, pada tahun 1994/95 telah dibangun Sistem Informasi
Manajemen Surat Pertanggung Jawaban Keuangan (SPJK) Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri. Sedangkan perangkat lunak aplikasi
yang telah dibangun pada tahun 1993/94 adalah Sistem Informasi
Manajemen Paspor/Perijinan.

Di sektor transmigrasi, pada tahun 1994/95 disempurnakan


berbagai perangkat lunak aplikasi yang telah dikembangkan dalam
Repelita V seperti sistem pengolahan data perkembangan unit
permukiman transmigrasi dan kesejahteraan transmigran, sebagai
bagian dalam pengembangan Sistem Informasi Transmigrasi (SIM-
Trans). Selain itu, untuk menarik minat dunia usaha turut berperan

XXV/24
serta dalam penyelenggaraan transmigrasi, dibentuk Pusat Informasi
Bisnis Daerah Transmigrasi (PIBDT) yang diharapkan dapat menjadi
penghubung antara penanam modal dan para transmigran.

Di sektor transportasi, sebagai kelanjutan dari studi "Ministry of


Communication Information System Study", disiapkan pembangunan
sistem basis data perhubungan dan sistem informasi eksekutif
perhubungan dalam Repelita VI, yang masing-masing terdiri atas 5
tahap. Pada tahun 1994/95 telah dibangun sistem informasi tahap
pertama dan akan dilanjutkan pada tahun berikutnya. Pada awal
Repelita VI, selain pembangunan sistem basis data dan sistem
informasi eksekutif, dilakukan pembangunan sistem penunjang lainnya
yang lebih aplikatif, yaitu Sistem Informasi Proyek-proyek Pemba-
ngunan, Sistem Informasi Kepegawaian, Sistem Informasi
Inventarisasi Kekayaan Milik Negara, dan sebagainya. Selama PJP I
telah dilakukan berbagai studi dan kajian pembangunan Sistem
Informasi Manajemen Perhubungan (SIMHUB) yang ditunjang oleh
peningkatan komputerisasi di lingkungan Departemen Perhubungan
dan peningkatan pengolahan dan penyajian data, yang menghasilkan
antara lain buku Perhubungan Dalam Angka. Untuk memberikan
pelayanan informasi meteorologi dan geofisika, perangkat lunak
aplikasi yang telah dikembangkan sejak tahun 1991 seperti
pemantauan data iklim, hujan, dan udara atas; penentuan pusat,
kedalaman dan ukuran gempa; serta analisis data angin, ditingkatkan
dan dimantapkan.

Di sektor pertambangan, pada tahun 1994/95 dikembangkan SIG


pertambangan untuk keperluan administrasi pertambangan dan
menunjang keperluan pemetaan secara teknis, di mana kegiatan yang
telah dilaksanakan adalah mengolah peta dasar melalui kerjasama
dengan Bakosurtanal, serta mengembangkan dan menerapkan program
aplikasi yang telah dikembangkan pada akhir Repelita V .

XXV/25
Pembangunan sistem informasi di sektor ini dimulai sejak tahun 1980-
an, dipelopori oleh Pusat Penelitian Teknologi Mineral. Selanjutnya
komputerisasi telah dikembangkan secara meluas pada berbagai unit
organisasi, dan dewasa ini hampir seluruh unit kerja di Departemen
Pertambangan dan Energi telah menggunakan komputer untuk
menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Di sektor pariwisata, pos, dan telekomunikasi (Parpostel), studi


pengembangan SIM Parpostel yang dilaksanakan sejak tahun 1991/92,
telah diterapkan secara bertahap, dan sampai tahun 1994/95 hasilnya
antara lain adalah statistik tahunan, laporan bulanan dan laporan
tahunan Parpostel. Dalam menunjang pengembangan jaringan
komunikasi data, perkembangan prasarana sistem informasi lebih
dimantapkan sejak dibangunnya Sistem Komunikasi Satelit Domestik
(SKSD) dan diterapkannya pemakaian teknologi digital atau Integrated
Satellite Digital Network (ISDN) serta kabel serat optik yang
dikembangkan oleh PT Telekomunikasi Indonesia. Selain itu, pada
tahun pertama Repelita VI ditingkatkan penggunaan satelit dengan
teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT) untuk jaringan
komunikasi data, terutama di kalangan perbankan dan dunia usaha.

Dalam rangka mengembangkan usaha koperasi, sebagai kelanjut-


an dari pembangunan jaringan informasi perkoperasian yang telah
dilakukan pada akhir Repelita V, pada tahun 1994/95 dikembangkan
jaringan informasi perdagangan koperasi, yang diujicoba di 3 Kantor
Wilayah Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil (Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur). Gerakan Koperasi telah pula
mengembangkan Jaringan Usaha Koperasi (JUK) yang sejak tahun
1992 dirintis pembangunannya oleh Dewan Koperasi Indonesia
(Dekopin), dan pada tahun 1994/95 terus dikembangkan dan
disempurnakan. JUK merupakan jaringan penghubung antarkoperasi
dengan menggunakan sistem informasi bisnis, dan memberikan

XXV/26
pelayanan informasi dan sarana promosi usaha koperasi kepada
seluruh anggota Dekopin. Pada saat ini, JUK telah dapat mengambil
informasi secara on-Line dari Departemen Perindustrian dan WTC.

Pembangunan sistem informasi lingkungan hidup mulai dirintis


sejak adanya Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup pada tahun
1978, dan kegiatan pengumpulan data mulai dilakukan tahun 1989.
Pada tahun 1994/95, kegiatan yang telah dilaksanakan tahun
sebelumnya seperti penetapan indikator dan indeks mutu lingkungan,
penyusunan profil lingkungan, serta pemanfaatan SIG dilanjutkan dan
ditingkatkan. Kegiatan yang telah dilaksanakan sebelum Repelita VI
antara lain pengembangan Sistem informasi dan Basis Data
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (SIKLUS) sebagai sarana bagi
masyarakat umum yang memerlukan informasi mengenai lingkungan
hidup, pengembangan SIG untuk membantu penyusunan neraca
kualitas lingkungan hidup daerah, dan pengembangan jaringan
informasi daerah, dilanjutkan dan dimantapkan. Informasi yang dapat
diberikan dari SIKLUS antara lain adalah peraturan perundang-
undangan, degradasi kualitas lingkungan hidup dan beban
pencemaran, serta usaha konservasi lingkungan.

Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan telah dimulai pada


Repelita V, di mana dalam pemetaan dan. perencanaan penggunaan
tanah telah digunakan teknologi informasi yang dikembangkan melalui
program Land' Use Planning and Mapping (LUPAM) atas bantuan
Pemerintah Republik Federal Jerman, dan program The Second Land
Resources Evaluation Planning and Project (LREPP II) atas bantuan
Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank). Pada tahun
1994/95 telah disusun program aplikasi yang dapat dimanfaatkan
secara nasional, baik melalui SIG maupun melalui Sistem Informasi
Pertanahan. Untuk mempercepat proses pengolahan data pendaftaran
tanah dan pengurusan hak-hak atas tanah secara akurat serta

XXV/27
mempercepat proses pelayanan sertifikasi, pada beberapa Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya dikembangkan sistem kompu-
terisasi pelayanan pertanahan, yang sebagian besar dilakukan secara
swadaya; sedangkan proyek percontohan di Kabupaten Karawang
mendapat bantuan dana dari Bank Dunia. Selain itu, telah
dikembangkan pula proyek percontohan komputerisasi pendaftaran
tanah tekstual maupun spasial di Kantor Pertanahan Jakarta Utara.

Di sektor pendidikan dan kebudayaan, pada tahun 1994/95 telah


dibangun sistem informasi kebudayaan, dan sedang dibangun sistem
informasi pendidikan secara terpadu. Pengumpulan dan pengolahan
data pendidikan tinggi secara meluas dimulai sejak tahun 1974. Antara
tahun 1982 sampai 1984 dalam rangka pengembangan Sistem
Informasi Manajemen Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (SIM-
Ditjen Dikti) telah dipasang perangkat komputer mini di beberapa
perguruan tinggi. Pada tahun 1988/89 telah dirintis pengembangan
Sistem Informasi Nasional Pendidikan Tinggi (Sinas-Dikti) yang
pertama kali mendapat bantuan dana dari Bank Dunia. Sejak tahun
1990/91 dikembangkan Sinas-Dikti yang mencakup 3 sistem utama
yaitu: Sistem Informasi Perguruan Tinggi (SIM-PT), SIM-Ditjen
Dikti, dan Sistem Informasi Manajemen Koordinator Perguruan
Tinggi Swasta (SIM-Kopertis). Pada tahun 1991/92, SIM-PT telah
diujicoba di Universitas Sebelas Maret, dan pada tahun 1994/95 telah
diterapkan pada 8 Perguruan Tinggi Negeri. Sejalan dengan itu, pada
tahun 1994/95 disusun perangkat lunak untuk Sistem Informasi Ditjen
Dikti dan implementasi SIM-PT pada 6 perguruan tinggi lainnya.
Beberapa perguruan tinggi negeri seperti Universitas Indonesia,
Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut
Pertanian Bogor, telah pula membangun sistem informasinya masing-
masing.

XXV/28
Di sektor kesehatan, pada tahun 1994/95 selain pengembangan dan
peningkatan perangkat keras komputer di pusat dan daerah, telah
dilakukan pula studi penyempurnaan format pelaporan mulai dari
tingkat Puskesmas; penerbitan berbagai publikasi seperti pedoman
pencatatan atau pelaporan Puskesmas (6.000 eksemplar), laporan
eksekutif Kantor Wilayah (500 eksemplar), profil kesehatan Indonesia
1994 (2.500 eksemplar), profil kesehatan propinsi dan kabupaten/
kotamadya, informasi tenaga kesehatan (3.000 eksemplar), informasi
ringkas kesehatan (2.000 eksemplar), brosur data kesehatan (4.000
eksemplar), serta berbagai publikasi lainnya. Pembangunan sistem
informasi pada sektor kesehatan dirintis sejak Repelita I, yaitu mulai
dengan penyusunan sistem pencatatan dan pelaporan rumah sakit
(catatan medik) sejak tahun 1972, dan pencatatan/pelaporan
puskesmas terpadu pada tahun 1981, yang terus dikembangkan antara
lain dengan tersusunnya konsep pengembangan dan pemantapan
sistem informasi kesehatan pada tahun 1993. Komputerisasi data
kesehatan telah dimulai sejak tahun 1986, dan sampai tahun 1994/95
telah dikembangkan berbagai program aplikasi kesehatan.

Dengan adanya pemisahan antara program kependudukan dan


lingkungan hidup, sejak tahun pertama Repelita VI telah dirintis
sistem pelaporan kependudukan berupa penyusunan profil
kependudukan di daerah, sebagai upaya penyajian informasi kepen-
dudukan dan keluarga. Untuk keperluan peta kerja pembangunan
keluarga sejahtera, telah dilakukan pendataan dan pemetaan keluarga
sejahtera sehingga keadaan dan perkembangan kesejahteraan setiap
keluarga dapat diketahui dan diikuti, sebagai bahan masukan dalam
penentuan kebijaksanaan. Pada tahun 1994/95 mulai dikembangkan
SIDUGA guna mendayagunakan dan mengintegrasikan sistem
informasi yang terkait dengan kependudukan dan keluarga yang telah
ada pada setiap instansi dalam suatu jaringan yang terpadu, yang
dikoordinasikan oleh Kantor Menteri Negara Kependudukan .

XXV/29
SIDUGA ini pada dasarnya merupakan pengembangan yang lebih luas
dari Sistem Informasi Manajemen Pembangunan Keluarga Sejahtera
(SIM-PKS) yang dibangun pada tahun 1993. Selain itu, dilanjutkan
penyusunan neraca kependudukan dan lingkungan hidup di daerah
(NKLD) oleh Pemerintah Daerah Tingkat I di seluruh propinsi, dan
dirangkum di tingkat pusat dalam Neraca Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Nasional (NKLN), yang dilaksanakan sejak
Repelita IV. Data dan informasi kependudukan dan keluarga telah
dikembangkan selaras dengan perkembangan Organisasi Keluarga
Berencana, yaitu sejak berstatus sebagai swasta pada tahun 1957
sampai dibentuknya BKKBN pada tahun 1970, yang terus
disempurnakan. Pada PJP I khususnya mulai Repelita III telah
dilakukan penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan,
penyediaan perangkat komputer dan program aplikasinya serta pela-
tihan untuk petugas komputer untuk seluruh Daerah Tingkat II.

Dalam rangka menunjang pembangunan perumahan dan


permukiman, pada tahun 1992/93 mulai dibangun Sistem Informasi
Manajemen Kantor Menpera (SIM - Kantor Menpera) dengan
menggunakan sistem jaringan komunikasi data lokal, sehingga seluruh
unit kerja operasional di lingkungan Kantor Menpera dapat
berkomunikasi dengan memanfaatkan jaringan yang ada. Pada tahun
1994/95, sistem tersebut telah dikembangkan menjadi sistem jaringan
komunikasi data terpadu yang menghubungkan Kantor Menpera
dengan instansi terkait, seperti Perum Perumnas dan PT Bank Tabung-
an Negara (Persero). Sistem ini dikenal dengan Sistem Informasi
Manajemen Perumahan dan Permukiman Terpadu (SIM-
RUKIMDU). Selain itu, telah disusun pedoman nasional pendataan
perumahan dan permukiman, sebagai acuan dalam upaya pendataan
bidang perumahan dan permukiman nasional.

XXV/30
Di sektor agama, sejak tahun 1994/95 telah dikembangkan
sistem basis data keagamaan dan basis data pendidikan agama islam
(madrasah), yang telah diterapkan di 5 propinsi yaitu Jawa Barat,
Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan
Sumatera Utara. Selain itu, dirintis pula penerapan komputerisasi
perpustakaan IAIN Syarif Hidayatulah Jakarta, dan disempurnakan
pengembangan sistem informasi haji yang telah dirintis
pembangunannya sejak awal Repelita IV.

Di sektor iptek, pembangunan jaringan komunikasi data iptek .


(Ipteknet) yang telah dilaksanakan sejak tahun 1990 oleh Dewan Riset
Nasional, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terus dilanjutkan.
Ipteknet berfungsi untuk memperlancar komunikasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan bidang iptek,
memperluas penyebaran informasi dan meningkatkan pertukaran
informasi antarmasyarakat iptek, serta mendorong pengembangan
sistem pelayanan informasi iptek. Ipteknet mulai beroperasi pada
tahun 1993/94 dengan 6 simpul yang pada umumnya terdiri atas
instansi pemerintah dan perguruan tinggi. Pada tahun 1995/96
direncanakan jumlah simpul yang terhubung dalam Ipteknet adalah
20, yang pada tahun 1994/95 sebagian sedang dalam proses uji coba
dan sebagian sudah beroperasi. Melalui Ipteknet, simpul-simpul
tersebut dapat berkomunikasi ke jaringan Internet. Selain itu, pada
tahun 1994/95 telah pula dikembangkan laboratorium SIG, di mana
BPPT turut berperan dalam pemasyarakatan dan penerapan SIG
secara nasional. Untuk menyediakan informasi kuantitatif tentang
masukan, keluaran, dan dampak kegiatan iptek guna menunjang para
pembuat kebijakan yang terlibat dalam pembangunan sektor iptek dan
industri agar dapat melihat elemen-elemen sistem iptek secara lebih
spesifik dan mendalam, dikembangkan Sistem Informasi Indikator
Iptek. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara BPPT, Pusat Analisa

XXV/31
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Papiptek)-LIPI, dan
Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi.

Kemudian untuk meningkatkan pelayanan informasi ilmiah, di


beberapa lembaga penelitian dan pengembangan iptek, dikembangkan
sistem informasi yang dapat diakses oleh berbagai pihak. Sistem
Informasi Manajemen Proyek Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia dan Sistem Basis Informasi Perpustakaan telah
dikembangkan oleh BPPT; dan Sistem Informasi Iptek-LIPI sebagai
sistem informasi yang berbasis literatur dikembangkan oleh Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII)-LIPI. Pendokumentasian
informasi bukan literatur yang sudah mulai dikerjakan antara lain
adalah basis data kemampuan iptek di Serpong dan teknologi tepat
guna yang dilaksanakan dengan multi media oleh PDII-LIPI di
Bandung. Di Cibinong telah pula dibangun basis data khusus untuk
bidang bioteknologi. Basis data literatur di Jakarta sudah dibuka
selama 24 jam untuk dapat diakses oleh umum, walaupun masih
menggunakan jaringan komunikasi komputer melalui saluran telepon
(sistem dial-up). Selain itu, di. Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN) pada tahun 1994/95 dibangun sistem informasi untuk
mendukung program kelembagaan dan diversifikasi iptek nuklir, dan
dalam Repelita V telah dikembangkan sistem informasi penelitian dan
pengembangan iptek nuklir serta sistem informasi perpustakaan iptek
nuklir. Untuk menunjang jaringan komunikasi data, pada tahun
1994/95 dilanjutkan dan ditingkatkan pengembangan fasilitas
komunikasi data melalui radiolink, sebagai salah satu alternatif sarana
komunikasi data, terutama bagi daerah yang belum tersedia fasilitas
saluran telepon. Fasilitas radiolink ini telah dirintis pengembangannya
sejak tahun 1989 oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN), Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Indonesia.

XXV/32
Sistem informasi juga dikembangkan dalam pemetaan wilayah
berupa SIG, dengan Bakosurtanal sebagai pembina Sistem Informasi
Geografi Nasional (SIGNAS). Mengingat peta dasar wilayah
Indonesia merupakan informasi yang penting dalam perencanaan
pembangunan wilayah, secara bertahap peta rupa bumi yang ada telah
dirubah menjadi peta digital untuk membentuk kerangka SIG dalam
rangka membangun SIG nasional. Pada tahun 1994/95 telah dilakukan
penataan penyelenggaraan SIG termasuk penyusunan kamus istilah
survei dan pemetaan, penataan dan pembentukan basis data,
peningkatan dan klasifikasi program aplikasi, serta peningkatan
pemanfaatan kualitas dan kuantitas paket SIG. Di beberapa sektor
seperti kehutanan, pekerjaan umum, pertambangan, lingkungan hidup,
dan pertanahan telah dikembangkan pula SIG. Pemanfaatan SIG itu
sendiri dimulai sejak tahun 1978 oleh Bakosurtanal untuk pemantauan
komoditi perkebunan di seluruh Indonesia. Sejak tahun terakhir
Repelita IV telah dikembangkan SIG nasional untuk sumber daya
matra darat melalui proyek Land Resource Evaluation and Planning
(LREP). LREP tahap I yang dimulai pada tahun 1985 telah
menghasilkan 8 pusat data propinsi di Sumatera, sedangkan LREP
tahap II yang dimulai tahun 1992 telah menghasilkan pusat data di 18
propinsi. Sementara itu, mulai tahun 1993 telah pula dikembangkan
SIG nasional untuk sumber daya matra laut melalui Proyek Marine
Resource Evaluation and Planning (MREP), dan pada tahun 1994/95
sistem ini sedang diterapkan pada pusat data di 10 propinsi. Pada
akhir Repelita V pembangunan basis data telah dimulai dengan
terselenggaranya basis data digital rupa bumi skala 1:250.000.
Kerangka SIG hasil digitasi peta skala 1:50.000 telah menyelesaikan
80 persen dari peta dasar nasional dengan skala yang sama yang telah
diterbitkan sampai akhir Repelita V.

Informasi hukum telah dikembangkan melalui Sistem Informasi


Manajemen Departemen Kehakiman yang dimulai sejak tahun

XXV/33
1977/78. Sampai tahun 1994/95 telah dikembangkan beberapa sistem
informasi, seperti Sistem Informasi Hak Cipta, Paten, dan Merek;
Hukum dan Perundang-undangan; Pemasyarakatan; Keimigrasian;
Pengawasan; Pembinaan Hukum Nasional; serta Sistem Informasi
Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara. Pada tahun
1994/95 dilanjutkan pembangunan. Sistem Informasi Kejaksaan Agung
Republik Indonesia (SIMKA) yang meliputi pembangunan sistem
aplikasi kepegawaian, aplikasi kriminal, serta aplikasi perdata dan tata
usaha negara yang masih dalam tahap penyelesaian; di samping
pembangunan jaringan komunikasi data SIMKA di 5 Kejaksaan
Tinggi yaitu DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Ujung
Pandang.

Di bidang pertahanan dan keamanan, pada tahun pertama


Repelita VI sedang dikembangkan jaringan informasi di lingkungan
Departemen Pertahanan dan Keamanan (Hankam), serta antara
Angkatan pada Angkatan Bersenjata, Departemen Hankam, dan
Markas Besar ABRI, sebagai upaya terselenggaranya Sistem
Informasi Pertahanan dan Keamanan Negara (Sisinfo-Hankamneg).
Selain itu dikembangkan pula sistem komunikasi dan informasi
pengamanan dengan menggunakan teknologi canggih oleh BPPT
bekerja sama dengan Kepolisian (POLRI), Otorita Pengembangan
Daerah Industri Pulau Batam, dan PT INTI, untuk membantu POLRI
dalam melaksanakan tugas pengamanan, di mana telah selesai
rancangan teknisnya. Pada tahun 1994/95, sistem ini dikembangkan
untuk mendukung pengamanan kawasan Pulau Batam, Rempang, dan
Galang (Barelang), yang akan diterapkan pada tahun 1995/96.

XXV/34
b. Program Penunjang

1) Program Pemasyarakatan Sistem Informasi

Program pemasyarakatan sistem informasi merupakan tahapan


awal dari usaha menciptakan manusia dan masyarakat informasi
melalui upaya agar masyarakat mengetahui ihwal teknologi informasi,
mampu memanfaatkan informasi untuk mendapatkan nilai tambah,
lebih menghargai data dan informasi, serta menanamkan budaya sadar
informasi.

Dalam rangka meningkatkan budaya sadar informasi dan


pemanfaatan sistem informasi, pada tahun 1994/95 dilakukan
penyebaran informasi melalui pemberitaan atau tulisan mengenai
perkembangan teknologi informasi dan pembangunan sistem informasi
di berbagai media cetak dan elektronik, penyelenggaraan berbagai
seminar dan kegiatan lomba yang berkaitan dengan teknologi
informasi, serta pameran komputer. Selain itu, dalam rangka
pemasyarakatan sistem informasi, pada bulan Agustus 1994 telah
diselenggarakan Konperensi Komputer Nasional, dan untuk
memperlihatkan kemajuan pemanfaatan sistem informasi di
lingkungan instansi pemerintah telah dibangun Serambi Depan
informasi Kepemerintahan.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, kesadaran akan


pentingnya informasi dan penggunaan teknologi informasi semakin
meningkat pada berbagai sektor pembangunan dan lapisan
masyarakat. Hal ini antara lain terlihat dari perkiraan belanja
masyarakat terhadap perlengkapan teknologi informasi yang
meningkat rata-rata 20 persen per tahun. Sebagai gambaran khususnya
untuk PC, pada tahun 1993 telah terjual sekitar 200.000 unit dan
meningkat 25 persen pada tahun 1994 menjadi sekitar 250.000 unit.

XXV/35
Pada tahun 1994, populasi PC pada masyarakat diperkirakan telah
mencapai sekitar 1.000.000 unit, yang tersebar di instansi pemerintah,
dunia usaha, lembaga pendidikan, dan di rumah tangga. Gambaran
mengenai perkiraan nilai pemasaran komputer, baik perangkat keras,
perangkat lunak, dan jasa profesional sistem informasi yang
mencakup jasa untuk pendidikan dan pelatihan, pemeliharaan
komputer, serta konsultasi terdapat pada Tabel XXV-1. Perkiraan
nilai pemasaran komputer pada tahun 1994 mencapai 640 juta dolar
AS atau meningkat 14,7 persen dari tahun 1993 sebesar 558 juta
dolar AS, dan meningkat 61 persen dari awal Repelita V sebesar
397,4 juta dolar AS. Ini menunjukkan bahwa teknologi informasi
telah makin memasyarakat.

Selain itu, pada tahun 1994/95 persentase data sensus/survei BPS


yang diolah dengan komputer telah mencapai 80 persen, di mana pada
akhir Repelita V adalah sebesar 75 persen dan pada awal PIP I baru
mencakup 5 persen. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi
informasi yang antara lain terlihat dari jumlah PC yang terpasang di
BPS dari 250 unit pada awal Repelita V menjadi 477 unit pada tahun
1993/94 dan 547 unit pada tahun 1994/95, maka waktu pengolahan
data sensus/survei berkurang dari 3 tahun pada awal PJP I menjadi 2
tahun pada akhir Repelita V, dan pada tahun 1994/95 memerlukan
waktu kurang dari 2 tahun.

2) Program Pembinaan Industri Teknologi Informasi

Program pembinaan industri teknologi informasi bertujuan


meningkatkan kemampuan teknologi informasi yang mampu
memenuhi kebutuhan informasi di dalam negeri dan yang mampu
memanfaatkan peluang pasar internasional.

XXV/36
Dalam rangka pengembangan industri teknologi informasi/
komputer, pada tahun 1994/95 dilanjutkan upaya mendorong peran
serta dunia usaha untuk meningkatkan investasinya dalam industri
komputer antara lain melalui pembebasan bea masuk komponen, dan
ditingkatkan pula kegiatan penelitian dan pengembangan serta
kemampuan rancang bangun. Untuk mendukung pengembangan
industri teknologi informasi dan industri lain pada umumnya, sedang
disiapkan Pusat Komputasi Nasional Kinerja Tinggi oleh BPPT;
dengan tujuan membantu industri dalam mengembangkan produk baru
yang unggul, mempersiapkan sumber daya manusia yang menguasai
teknologi komputasi dan komputer mutakhir, mempersiapkan
penguasaan teknologi perangkat keras komputer mutakhir,
memasyarakatkan teknologi komputasi ilmiah, serta melembagakan
kegiatan pemanfaatan fasilitas komputasi yang berfungsi sebagai
fasilitator antara lembaga riset dan industri. Pada tahun 1994/95
kegiatannya mencakup studi dan perencanaan, dan diharapkan pada
tahun kedua Repelita VI sudah mulai dapat diterapkan. Kebijaksanaan
pemerintah dalam pembinaan dan peningkatan penggunaan
barang/peralatan buatan dalam negeri yang dicanangkan sejak tahun
1983, telah mendorong berkembangnya industri teknologi informasi
khususnya perakitan PC.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan


kemampuan industri teknologi informasi, pada saat ini Indonesia telah
memiliki kemampuan dalam merakit PC dan membuat komponen
komputer, seperti key-board, casing, monitor, catu daya (power
supply) dan sebagainya, bahkan telah diekspor. Pada tahun 1994/95
produksi komputer mikro (PC) telah mencapai 55.668 unit, yaitu
meningkat 5 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 53.017 unit, dan
meningkat 354,9 persen dari awal Repelita V sebanyak 12.238 unit.
Demikian pula produksi komponen komputer (integrated circuit dan
resistor) meningkat sekitar 5 persen dari tahun sebelumnya dan

XXV/37
meningkat 182,7 persen dari awal Repelita V. Pada tahun 1994/95
produksi integrated circuit mencapai 165,9 juta unit dan resistor 15,9
juta unit. Sedangkan pada tahun 1993/94 produksinya adalah 158 juta
unit untuk integrated circuit dan 15,2 juta unit untuk resistor (Tabel
XXV-2).

Mengingat kebutuhan perangkat lunak aplikasi yang cukup besar


dan terus meningkat, pengembangan perangkat lunak komputer
merupakan tantangan dan peluang yang berdaya saing dalam
meningkatkan industri teknologi informasi. Untuk mengatasi adanya
sikap kurang menghargai hak cipta perangkat lunak komputer, sejak
tahun 1994/95 upaya perlindungan hukum terhadap hak cipta di
bidang program komputer ditingkatkan. Antara lain melalui
persyaratan peserta tender yang harus menjadi anggota organisasi
asosiasi di bidang teknologi informasi seperti Asosiasi Pengusaha
Nasional Informatika (APNI) dan Asosiasi Piranti Lunak Komputer
Indonesia (ASPILUKI). Dengan persyaratan tersebut, diharapkan
asosiasi yang bersangkutan dapat ikut melaksanakan pengawasan
terhadap peredaran perangkat lunak dari tindakan pelanggaran hak
cipta. Selain pengembangan perangkat lunak untuk berbagai keperluan
pemakai di dalam negeri, seperti sistem informasi perhotelan, sistem
buku besar, dan perangkat lunak penghubung sistem PC dengan
sistem berskala, industri perangkat lunak Indonesia sudah mendapat
kepercayaan pihak luar negeri untuk melaksanakan kontrak pemro-
graman, antara lain dengan Jepang.

3) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Sistem


Informasi

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembangunan


sistem informasi, diperlukan tenaga profesional dengan kualitas dan
jum la h ya ng m em a dai . Pr ogr am pe ndi di ka n, pel a ti ha n, da n

XXV/38
penyuluhan sistem informasi bertujuan untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas tenaga ahli yang terampil untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan sistem informasi yang andal.

Dalam rangka itu, dan sejalan dengan kemajuan teknologi


informasi, maka sumber daya manusia yang ada sebagai pendukung
utama berfungsinya sistem informasi manajemen ditingkatkan
kemampuan dan keterampilannya melalui pendidikan dan pelatihan
secara terus menerus. Pada berbagai instansi telah diberi kesempatan
bagi pegawai untuk mengikuti program pendidikan jenjang diploma
(D-3), sarjana (S-1), master (S-2), dan doktor (S-3) di bidang
informatika/ilmu komputer pada perguruan tinggi di dalam dan luar
negeri, serta diselenggarakan program pendidikan dan pelatihan
intern bagi pegawai di tingkat pusat dan daerah. Pada tahun 1994/95
telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan teknis fungsional di
bidang teknologi informasi oleh 7 Departemen/LPND dengan jumlah
peserta 598 orang. Selain itu dilaksanakan pula pelatihan "sarjana
plus" di bidang statistik untuk tenaga sarjana dengan latar belakang
pendidikan bukan statistik yang ditugaskan dalam pengembangan
sistem informasi, antara lain oleh Departemen Pertanian melalui
kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor. Unit kerja sebagai
penanggung jawab dalam pelatihan komputer yang disebut UPT
Pelatihan Komputer yang dibentuk di BPS, selain telah melatih
pegawai BPS, juga telah memberi bantuan pelatihan kepada pegawai
dari instansi lain.

Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak akan tenaga analis


sistem, pemrogram, dan operator komputer, diupayakan pula
peningkatan pendidikan sekolah di bidang teknologi informasi
terutama di perguruan tinggi, serta pendidikan luar sekolah dalam
bentuk kursus-kursus komputer. Pada tahun 1994/95 terdapat 4
Perguruan Tinggi Negeri (Institut Teknologi Bandung, Universitas

XXV/39
Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Teknologi Surabaya)
yang telah membuka program pendidikan di bidang informatika/ilmu
komputer dengan jumlah mahasiswa sebanyak 1.238 orang atau
meningkat sebesar 24,17 persen dari 997 orang pada tahun 1993/94.
Sedangkan jumlah Perguruan Tinggi Swasta (Universitas, Institut,
Sekolah Tinggi, dan Akademi) yang mempunyai program pendidikan
di bidang informatika/komputer pada tahun 1994/95 adalah 86 dengan
jumlah seluruh mahasiswa 67.360 orang dan jumlah lulusan yang
terdiri atas sarjana (S-1) dan diploma (D-3) sebanyak 6.530 orang.
Pada tahun 1993/94, jumlah Perguruan Tinggi Swasta tersebut adalah
77, dengan jumlah mahasiswa 56.773 orang dan jumlah lulusan 3.488
orang.

Untuk memberikan dorongan dan motivasi bagi pegawai negeri


sipil yang bekerja sebagai analis sistem dan pemrogram komputer
khususnya pejabat fungsional pranata komputer, dilakukan pembinaan
oleh BPS. Sampai dengan akhir bulan Maret 1995 jumlah pegawai
negeri sipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional pranata
komputer telah mencapai 868 orang yang tersebar di 21 instansi
pemerintah, atau meningkat 8,2 persen dari tahun 1993/94 dan
meningkat 33,1 persen dari tahun 1990/91. Dari jumlah tersebut
sebagian besar atau 68,8 persen adalah golongan II, sedangkan
sisanya terdiri atas golongan III sebesar 30,4 persen dan golongan IV
sebesar 0,8 persen.

4) Program Pembinaan Kelembagaan

Program pembinaan kelembagaan bertujuan memantapkan


tatanan kelembagaan yang dapat mendorong pemanfaatan yang
optimal atas sumber daya informasi, meningkatkan kelancaran
penyelenggaraan sistem informasi, dan mempercepat penguasaan
kemampuan di bidang teknologi informasi.

XXV/40
Dalam rangka memenuhi meningkatnya kebutuhan informasi
yang aktual dan akurat secara cepat, pada tahun 1994/95 dilakukan
penataan organisasi dan tata kerja unit pengelola data dan informasi,
baik secara struktural maupun fungsional di tingkat pusat dan daerah.
Hal tersebut antara lain dilakukan melalui pembentukan unit kerja
yang secara khusus menangani pengembangan sistem informasi,
ataupun melalui penyesuaian tingkat, fungsi dan ruang lingkup dari
unit kerja yang ada, seperti di Departemen Pertanian, Transmigrasi,
Tenaga Kerja, Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, dan
Kantor Menpera. Sampai tahun 1994/95 terdapat 22 instansi
pemerintah yang telah mempunyai unit kerja setingkat eselon II yang
menangani pengembangan sistem informasi atau berfungsi sebagai
pusat data dan informasi di sektor masing-masing, yaitu Departemen
Pertanian, Perhubungan, Perindustrian, Dalam Negeri, Transmigrasi,
Pendidikan dan Kebudayaan, Tenaga Kerja, Pekerjaan Umum,
Pertahanan dan Keamanan, Keuangan, Perdagangan, Luar Negeri;
serta beberapa LPND seperti BPS, BKPM, BPPT, LIPI,
Bakosurtanal, Bulog, BKKBN, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), LAN, dan BATAN.

Sejak tahun pertama Repelita VI telah ditetapkan pembina


informasi yang berperan dalam mengkoordinasikan dan menentukan
struktur data dan perangkat lunak untuk aspek/bidang tertentu sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi, seperti BAKN untuk
data kepegawaian; Departemen Keuangan untuk data keuangan dan
kekayaan milik negara (inventaris); Bakosurtanal untuk data spasial
dan SIG; BPS untuk data statistik; BPPT dan LIPI untuk data iptek;
Departemen Pertanian untuk data pertanian; Departemen
Perindustrian untuk data industri, dan sebagainya. Para pembina
sistem informasi ini juga menjadi sumber data utama untuk informasi
tertentu sesuai dengan tugas dan fungsiya, dan menjadi simpul bagi

XXV/41
pertukaran informasi dalam jaringan informasi nasional yang akan
terus dikembangkan.

Dalam rangka memantapkan pengolahan data di daerah, pada


tahun 1994/95 dilanjutkan pembinaan dan persiapan pembentukan
Kantor Pengolahan Data Elektronik (KPDE) di Daerah Tingkat I dan
Daerah Tingkat II, yang telah mulai dibentuk sejak tahun 1992 di
bawah koordinasi Departemen Dalam Negeri. Sampai tahun 1994/95
telah dibentuk 16 KPDE di Daerah Tingkat I dan 62 KPDE di Daerah
Tingkat II.

Untuk lebih memantapkan pembinaan kelembagaan, dibentuk


jaringan komunikasi antar instansi yang terdiri dari para
pembina/pengelola sistem informasi instansi pemerintah/BUMN oleh
BAKOTAN. Dalam forum tersebut dibahas permasalahan bersama
seperti kedudukan dan fungsi pengelola sistem informasi, maupun
yang berkenaan dengan permasalahan yang lebih spesifik seperti
otomatisasi kantor, sistem terbuka, penanggulangan kejahatan dan
serangan virus komputer, serta pemanfaatan sistem dukungan
pembuatan keputusan.

Dalam realisasinya, tidak seluruh pelaksanaan pembangunan


sistem informasi pada tahun pertama Repelita VI berjalan sesuai
dengan yang telah direncanakan, antara lain disebabkan oleh
penyempurnaan penentuan skala prioritas; belum seluruh unit
organisasi atau unit kerja pelaksana tugas di bidang sistem informasi
tertata secara struktural; masih kurangnya kesadaran dari berbagai
instansi/sektor tentang pentingnya suatu informasi yang akurat dan
tepat waktu untuk pembangunan; kurangnya dukungan prasarana dan
sarana sistem informasi yang memadai sehingga pengolahan dan
penyampaian data/informasi kurang lancar; belum bakunya format
laporan atau terlalu banyak format yang digunakan untuk

XXV/42 r
TABEL XXV - 1
PERKEMBANGAN PASAR KOMPUTER 1)
1989 - 1993, 1994
(juta dolar AS)

XXV/43
GRAFIK XXV - 1
PERKEMBANGAN PERKIRAAN PASAR KOMPUTER
MENURUT JENIS PENGGUNAAN
1989 - 1993, 1994
(juta dolar AS)

700

800

500

400

300

200.

100

1989 1990 1991 1992 1999 1994


Rep e l i taV repelita VI

Perangkat Keras Perangkat Lunak Jasa Profesional

XXV/44
GRAFIK XXV - 2
PERKEMBANGAN PERKIRAAN PASAR KOMPUTER
MENURUT LINGKUP PENGGUNAAN
1989 - 1993, 1994
(juta dolar AS)

700

600

500

400

300

200

100

0
1989 1990 1991 1992 1993 1904
RepeIita V Repelita VI

Umum Distribusi Produksi Keuangan


XXV/45
GRAFIK XXV - 3
PERKEMBANGAN PRODUKSI
KOMPUTER MIKRO (PC)
1989/90 - 1993/94, 1994/95
(ribu unit)

1999/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/96


Rep e lita V Repelita VI

XXV/47
GRAFIK XXV - 4
PERKEMBANGAN PRANATA KOMPUTER
1990/91 - 1993/94, 1994/95.

XXV/48
(o ran g )

1.000

800

600

400

200

0
1990/91 1991/ 92 1992/ 98 1998/ 94 1994/ 96
R e p I i t a V Repelita VI

1989/90
pengumpulan data; masih kurangnya koordinasi antarunit organisasi
sehingga menyebabkan perbedaan dan tumpang tindih kegiatan;
kurangnya tenaga ahli dan terampil di bidang sistem informasi
dibandingkan dengan berkembangnya teknologi, organisasi dan
kebutuhan; serta masih terbatasnya alokasi sumber daya termasuk
dana dalam pengembangan sistem informasi.

Beberapa kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah diambil


untuk lebih memantapkan pengembangan sistem informasi antara lain
adalah peninjauan kembali program yang dilaksanakan disesuaikan
dengan tingkat kepentingannya, meningkatkan perluasan
pemasyarakatan arti dan manfaat informasi, peningkatan kegiatan
pendidikan dan pelatihan, penataan kelembagaan, evaluasi dan
penyempurnaan paket aplikasi yang telah dikembangkan, pembakuan
format data/laporan, serta peningkatan penyediaan sarana dengan
teknologi informasi yang andal.

Meskipun pelayanan informasi, baik bagi perumusan


kebijaksanaan dan pengambilan keputusan maupun bagi masyarakat
luas pengguna informasi, belum sepenuhnya sebagaimana yang
diharapkan, namun selama 50 tahun terakhir cukup banyak kemajuan
yang telah dicapai dalam penggunaan teknologi informasi,
penyediaan sumber daya manusia, ketersediaan sumber data, serta
arah kebijaksanaan pembangunan sistem informasi yang lebih mantap.

C. STATISTIK

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan statistik dalam Repelita VI adalah


berkembangnya sistem perstatistikan nasional yang makin terpadu

XXV/49
yang mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas pembangunan
secara sektoral, lintas sektor, nasional, dan regional.

Untuk mencapai sasaran pembangunan statistik tersebut,


kebijaksanaan yang ditempuh pada Repelita VI adalah
menyempurnakan penyelenggaraan statistik melalui peningkatan
keseragaman kegiatan statistik, peningkatan usaha pengintegrasian
pelaksanaan survei dan sensus dengan periodisasi tertentu,
pemanfaatan secara optimal data statistik hasil registrasi dari berbagai
instansi, pemanfaatan survei inti, peningkatan cakupan dan lingkup
data, peningkatan ketepatan waktu penyajian, pengembangan teknik
dan metode sesuai dengan standar internasional, dan pemanfaatan
teknologi yang andal dalam pengolahan serta penyebarluasan data
statistik; meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
peningkatan kesadaran masyarakat dan badan usaha akan pentingnya
statistik dan penggunaannya, sehingga meningkatkan peran
masyarakat dan badan usaha dalam kegiatan perstatistikan, baik
sebagai sumber informasi statistik maupun sebagai pemakai data
statistik, serta peningkatan kemampuan, keterampilan, dan
pengetahuan tenaga statistik; dan mengembangkan kelembagaan
statistik, baik di pusat maupun di daerah.

Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan tersebut disusun


program pembangunan statistik yang terdiri atas program pokok dan
program penunjang. Program pokok adalah program penyempurnaan
dan pengembangan statistik, sedangkan program penunjang adalah
program pengembangan informasi statistik serta program pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan statistik.

XXV/50
2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Pertama
Repelita VI

Pada tahun pertama Repelita VI kegiatan pembangunan


perstatistikan yang secara langsung ditujukan untuk meningkatkan
ketelitian data antara lain meliputi penyempurnaan metodologi survei,
penambahan sampel, pelaksanaan studi persiapan pelaksanaan sensus
dan survei, dan pembinaan sumber daya manusia. Selain itu kegiatan
untuk meningkatkan kecepatan pengumpulan dan penyajian data
antara lain melalui: pengadaan prasarana komputer dan kendaraan
roda empat di Kantor Statistik Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya,
penambahan sepeda motor untuk Mantri Statistik serta pengembangan
jaringan sistem informasi statistik.

Berbagai kegiatan dan hasil-hasil pembangunan perstatistikan


yang dilakukan melalui program pokok dan penunjang pada tahun
1994/95 secara lebih rinci adalah sebagai berikut.

a. Program Pokok

1) Program Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik

Program, Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik ditujukan


untuk mengembangkan dan menyempurnakan kegiatan pengumpulan,
pengolahan, penyajian dan analisis data statistik ekonomi dan sosial.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui sensus, survei antar
sensus, survei sektoral/lintas sektor, pemanfaatan catatan administrasi
dan studi khusus. Dalam pengumpulan data tersebut unit statistik yang
dipilih terdiri dari rumah tangga, perusahaan dan kepala wilayah unit
pencacahan.

XXV/51
Program Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik mencakup:
(1) peningkatan dan pengembangan data statistik, (2) penyempurna-
an teknik statistik, (3) pengkajian dan analisis statistik, serta (4)
penyempurnaan prasarana fisik dan kelembagaan statistik.

Hasil Program Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik


terutama berupa data statistik yang beragam baik yang dipublikasikan
maupun yang tidak. Jumlah publikasi yang dihasilkan setiap tahunnya
bervariasi menurut jenis data dan kegiatan statistik, antara lain Sensus
Penduduk, Sensus Pertanian dan Sensus Ekonomi. Publikasi yang
tercatat pada tahun pertama Repelita VI berjumlah 308 meningkat
dibanding jumlah publikasi pada tahun akhir Repelita V sebanyak 209
jenis (Tabel XXV-3). Di samping itu juga diterbitkan publikasi
bulanan dalam bentuk Buletin Ringkas yang berisi perkembangan
indeks harga, indeks produksi industri, ekspor-impor barang, hasil
produksi padi dan palawija, serta Indikator Ekonomi yang memuat
data indeks harga, keuangan negara, perbankan, penanaman modal,
neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri, produksi,
perhubungan, hotel dan pariwisata, dan pendapatan nasional.

a) Peningkatan dan Pengembangan Data Statistik

Peningkatan dan pengembangan data statistik mencakup kegiatan


penyempurnaan dan pengembangan metode pengumpulan,
pengolahan serta penyajian data di berbagai bidang statistik, yaitu
statistik produksi dan distribusi, statistik sosial kependudukan,
statistik neraca nasional, dan statistik kewilayahan.

(1) Statistik Produksi dan Distribusi

Data Statistik Produksi dan Distribusi merupakan sumber data


utama dalam perumusan dan evaluasi berbagai kebijaksanaan

XXV/52
khususnya yang menyangkut jumlah produksi barang dan jasa,
pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, perkembangan daya
bell masyarakat, serta perkembangan pendapatan dan pengeluaran
pemerintah di berbagai tingkat wilayah administrasi. Kegiatan
peningkatan dan pengembangan data Statistik Produksi dan Distribusi
yang dilaksanakan secara kontinu meliputi kegiatan: Survei Pertanian
Tanaman Pangan, Survei Pertanian Non Tanaman Pangan, Survei
Perusahaan Pertanian, Sensus Pertanian, Survei Industri Besar dan
Sedang, Survei Industri Kecil dan Rumah Tangga, Survei Konstruksi,
Survei Pertambangan, Survei Upah, Sensus Ekonomi, Survei Harga
Produsen, Survei Harga Konsumen dan Perdagangan Besar, Survei
Keuangan Daerah Tingkat I, Tingkat II dan Desa, Survei Usaha
Rumah Tangga, Perdagangan, Jasa dan Perhubungan, Survei Koperasi
Non-KUD, Kompilasi Data Statistik Ekspor dan Impor, serta Survei
dan Kompilasi Data Statistik Perhubungan Darat, Laut dan Udara.
Secara garis bestir perkembangan kegiatan-kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut:

(a) Survei Pertanian

Sejak Repelita I kegiatan pengumpulan data mengenai luas


tanaman, luas panen dan jumlah produksi pertanian tanaman pangan
mendapatkan prioritas utama. Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan data, maka data yang dikumpulkan telah diperluas
sehingga mencakup pula Pertanian Non Tanaman Pangan dan
Perusahaan Pertanian. Survei Perusahaan Pertanian Non Tanaman
Pangan bertujuan untuk mendapatkan data tentang pola usaha seperti
produksi, tenaga kerja, struktur biaya, pengolahan dan pemasaran
serta nilai tambah pada perusahaan perkebunan, perikanan,
peternakan, kehutanan dan hortikultura serta data tentang jumlah
pemotongan ternak dan data tentang produksi perikanan yang dijual di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pelaksanaan kegiatan ini tiap tahun

XXV/53
terus disempurnakan dan makin dimantapkan termasuk dalam tahun
1994/95.

Hasil yang dicapai disajikan secara triwulanan, semesteran dan


tahunan antara lain dalam publikasi: Statistik Produksi Padi dan
Palawija, Statistik Produksi Tanaman Sayuran, Statistik Produksi
Tanaman Buah-buahan, Statistik Luas Lahan Menurut Penggunaan,
Statistik Luas Intensitas Serangan Hama/load Pengganggu, Neraca
Bahan Makanan, Struktur Ongkos Usaha Tani Padi dan Palawija,
Pendapatan Petani, Statistik Perkebunan, Statistik Kehutanan, Statistik
Rumah Potong Hewan dan Produksi Perikanan Laut Yang Dijual di
Tempat Pelelangan Ikan, Statistik Perusahaan Peternakan,
Perusahaan Unggas, Perusahaan Sapi Perah, Tempat Pelelangan Ikan,
Perusahaan Perikanan, Indikator Pertanian, dan Direktori Koperasi
Unit Desa.

(b) Sensus Pertanian 1993

Kegiatan statistik pertanian melalui kegiatan sensus dimaksudkan


terutama untuk merekam data karakteristik rumah tangga pertanian,
perusahaan pertanian dan perwilayahan (potensi desa). Data tersebut
diperlukan untuk kegiatan pembangunan di sektor pertanian.

Dalam Sensus Pertanian 1993 telah dilakukan pengumpulan data


secara rinci tentang penguasaan dan penggunaan tanah pertanian baik
sawah maupun lahan kering, pola usaha pertanian, pola pertanaman,
partisipasi rumah tangga pertanian terhadap usaha intensifikasi,
penggunaan peralatan pertanian, serta pendapatan petani.

Kegiatan pengumpulan data Sensus Pertanian dilaksanakan


melalui dua cara, yaitu pencacahan lengkap (sensus) dan pencacahan
sampel. Dalam pelaksanaan Sensus Pertanian 1993 pencacahan

XXV/54
lengkap dilakukan pada perusahaan pertanian, KUD dan untuk Potensi
Desa. Sedangkan pencacahan sampel dilakukan terhadap rumah
tangga pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan darat,
perikanan laut dan tambak air payau, perkebunan rakyat, perburuan
dan kehutanan.

Pelaksanaan Sensus Pertanian 1993 diawali dengan kegiatan Pilot


I, II dan Gladi Bersih yang dilaksanakan pada tahun 1990/91, 1991/92
dan 1992/93. Pada tahun 1994/95 dilakukan kegiatan pendaftaran
rumah tangga penangkapan ikan, pencacahan rumah tangga,
pencacahan perusahaan, pengecekan direktori KUD, pencacahan
KUD, dan kegiatan pengolahan lanjutan.

Sampai dengan tahun 1994/95 telah diterbitkan beberapa


publikasi hasil Sensus Pertanian 1993 yang antara lain meliputi: hasil
pendaftaran rumah tangga, sensus sampel rumah tangga pertanian
pengguna lahan, survei evaluasi pasca sensus, sensus sampel
pendapatan rumah tangga pertanian, koperasi unit desa, perusahaan
pertanian, sensus sampel rumah tangga pertanian per sub-sektor,
potensi desa dan beberapa hasil analisa.

(c) Survei Industri

Data struktural sektor industri, khususnya data tenaga kerja,


tingkat produktivitas, struktur biaya, permodalan, nilai masukan dan
nilai tambah, sangat diperlukan untuk perencanaan dan evaluasi
pembangunan sektor industri. Kegiatan pengumpulan data sektor
industri dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan perusahaan industri dan pendekatan rumah tangga usaha
industri. Mulai tahun terakhir Repelita IV sampai dengan tahun
pertama Repelita VI kegiatan statistik industri dengan menggunakan
pendekatan perusahaan industri dilaksanakan melalui kegiatan: Survei

XXV/55
Industri Besar dan Sedang, serta Penyempurnaan Direktori Industri
Besar dan Sedang. Pengumpulan data perusahaan industri ini dila-
kukan secara triwulanan dengan tujuan agar dapat mengukur laju
pertumbuhan dan pola musiman sektor industri besar dan Sedang.
Sedangkan untuk dapat memberikan gambaran perkembangan sektor
industri kecil maka dilakukan Survei Industri Kecil dan Kerajinan
Rumah Tangga. Hasil kegiatan survei-survei tersebut dipublikasikan
setiap tahun. Hasil pengolahan indeks produksi yang dikumpulkan
melalui survei triwulanan, selain disajikan dalam Buletin Ringkas juga
disajikan secara berkala dalam Indikator Ekonomi.

Sejalan dengan makin meningkatnya peranan pembangunan


sektor industri dalam pembangunan nasional, penyediaan data statistik
industri terus disempurnakan. Dengan bertambah luasnya kegiatan
industri di dalam perekonomian nasional, jumlah responden survei
industri telah meningkat dari 21.203 pada awal Repelita V menjadi
57.309 pada tahun 1994/95 (Tabel XXV-4). Publikasi yang
diterbitkan antara lain Statistik Industri Besar dan Sedang, Statistik
Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga.

(d) Survei Konstruksi

Statistik konstruksi yang dikumpulkan meliputi data statistik


konstruksi gedung, seperti gedung tempat tinggal; konstruksi
bangunan sipil, seperti bangunan jalan, jembatan dan landasan,
bangunan jalan dan jembatan kereta api, dan bangunan sipil lainnya;
konstruksi bangunan khusus, seperti pemasangan pondasi dan pilar,
pengeboran air bersih, penyiapan lahan, instalasi gedung, dan
sebagainya. Survei ini dilakukan secara triwulanan dan tahunan
terhadap perusahaan konstruksi anggota AKI (Asosiasi Konstruksi
Indonesia) dan non anggota AKI di 27 Propinsi. Sampai dengan tahun
1994/95 telah dihasilkan beberapa publikasi antara lain: Statistik

XXV/56
Bangunan/Konstruksi Anggota AKI dan Non Anggota AKI, serta
Statistik Pembangunan Perumahan di Indonesia.

(e) Survei Pertambangan

Survei pertambangan dimaksudkan untuk mendapatkan data


tentang jumlah perusahaan pertambangan, tenaga kerja, upah dan gaji,
produksi, penggunaan bahan bakar, struktur ongkos, pembentukan
barang-barang modal dan sebagainya. Di samping itu untuk
melengkapi data statistik pertambangan, dikumpulkan data primer
melalui survei pertambangan bahan galian industri (pertambangan
kecil) dan data sekunder yang dimiliki oleh Departemen
Pertambangan dan Energi. Kegiatan survei pertambangan mencakup
pengumpulan data pertambangan besar golongan A dan B yang
melakukan eksplorasi dan eksploitasi secara komersial. Sampai
dengan tahun 1994/95 telah diterbitkan beberapa publikasi meliputi
statistik Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, Pertambangan Non
Minyak dan Gas Bumi, Tigabelas Bahan Tambang Terpenting yang
menyajikan data tentang produksi, konsumsi, dan ekspor, serta Indeks
Produksi Sembilan Bahan Tambang.

(1) Survei Listrik, Gas dan Air Minum

Survei Listrik, Gas dan Air Minum dimaksudkan untuk


mendapatkan data tentang jumlah perusahaan listrik, perusahaan gas,
perusahaan air minum, tenaga kerja, upah dan gaji, produksi,
penggunaan bahan bakar, struktur ongkos, pembentukan barang -
barang modal dan sebagainya. Di samping itu untuk melengkapi data
statistik listrik, gas dan air minum, dikumpulkan data primer melalui
survei penggunaan energi dan data sekunder yang ada pada Direktorat
Jenderal Listrik dan Energi. Sampai dengan tahun 1994/95 publikasi

XXV/57
yang diterbitkan meliputi statistik Listrik dan Gas Kota, statistik Air
Minum, dan Neraca Energi.

(g) Survei Upah

Survei ini ditujukan untuk mendapatkan data statistik upah di


berbagai sektor yang antara lain meliputi: (1) upah minimum dan
diferensiasi upah di berbagai sektor menurut jenis kegiatan/pekerjaan
dan daerah, (2) kecenderungan dan indeks upah buruh, serta (3)
informasi yang dapat menunjang perhitungan angka pendapatan nasio-
nal dari komponen upah.

Sejak tahun 1986 telah dilakukan penyempurnaan, yaitu dengan


membedakan upah berdasarkan jenis kelamin dan mengubah tahun
dasar. Untuk mendapatkan informasi tentang kecenderungan upah
triwulanan maka sejak tahun 1992/93 telah dilaksanakan survei upah
yang meliputi sektor industri, pertambangan non migas serta
hotel/losmen. Dalam tahun 1993/94 juga telah dilaksanakan Survei
Tingkat Hidup Pekerja (STHP). Survei ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan tingkat hidup pekerja yang
dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan dunia usaha.
Data mengenai keadaan pekerja produksi yang dicakup survei tersebut
di atas, diharapkan dapat melengkapi data ketenagakerjaan yang
dihasilkan oleh Sakernas dan Survei Upah.

Sampai dengan tahun 1994/95 publikasi yang telah diterbitkan


antara lain: Laporan Survei Tingkat Hidup Pekerja 1993; Distribusi
Buruh Menurut Upah tahunan; Upah Buruh Menurut Jenis Pekerjaan
tahunan; Rata-rata Upah Pekerja Perkebunan; Perkembangan Upah
Pekerja Perkebunan; dan Indikator Tingkat Hidup Pekerja.

XXV/58
(h) Sensus Ekonomi

Sensus Ekonomi merupakan kegiatan pengumpulan data


usaha/perusahaan secara lengkap di luar sektor pertanian, antara lain
kegiatan di sektor perdagangan, pengangkutan, industri pengolahan,
konstruksi, pertambangan, keuangan dan asuransi, perhotelan,
hiburan termasuk bioskop, dan jasa lain. Data usaha/perusahaan yang
dihimpun dari kegiatan sensus ini antara lain meliputi: jenis usaha dan
jumlahnya, jumlah perusahaan menurut status badan hukum, status
permodalan, jumlah tenaga kerja, upah dan gaji, struktur biaya,
jumlah dan nilai produksi dan nilai tambah. Informasi tersebut penting
bagi perumusan kebijaksanaan pengembangan dunia usaha.

Sensus Ekonomi diadakan untuk pertama kalinya pada tahun


1986 dan pelaksanaannya berlangsung dari tahun 1986/87 sampai
dengan tahun 1988/89 meliputi kegiatan: uji coba lapangan,
pencacahan awal, pengolahan awal, pencacahan lengkap, pengolahan
lengkap, dan penyajian data. Dalam periode tersebut juga
dilaksanakan kegiatan penyempurnaan direktori perusahaan industri
besar/sedang yang kemudian digunakan sebagai dasar perhitungan
ulang (backcasting) terhadap data jumlah perusahaan, jumlah pekerja,
nilai produksi dan nilai tambah dari perusahaan industri hasil
pencacahan tahun-tahun sebelumnya. Direktori tersebut juga
digunakan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) dari
tahun 1983 sampai dengan tahun 1988 dan merupakan dasar perbaikan
perhitungan PDB tahun-tahun selanjutnya.

Sensus Ekonomi berikutnya akan dilaksanakan pada tahun 1996


dan akan dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama bertujuan
memperkirakan populasi perusahaan/usaha sektoral dan regional,
sedang tahap kedua untuk mengumpulkan data karakteristik dari
kegiatan perusahaan/usaha.

XXV/59
Pada tahun 1994/95 kegiatan pokok Sensus Ekonomi 1996
meliputi: studi-studi penunjang, uji coba kegiatan listing (pendaftaran
unit pencacahan) dan pencacahan potensi desa, pemutakhiran wilayah
pencacahan, dan penyusunan direktori terpadu perusahaan.

Berbagai studi dilaksanakan dengan tujuan menyiapkan materi


teknis, merumuskan konsep/definisi, menentukan kasus batas,
mengembangkan metodologi, menyusun landasan dan acuan berbagai
kebijakan dan pelaksanaan kegiatan Sensus Ekonomi 1996.

Uji coba kegiatan listing dan pencacahan Potensi Desa bertujuan


untuk menguji kuesioner, buku pedoman, konsep dan definisi,
metodologi, organisasi lapangan termasuk pelatihan petugas,
pengolahan serta penyajian dan analisis. Pemutakhiran wilayah
pencacahan (wilcah) bertujuan untuk mendapatkan kerangka wilcah
yang sesuai dengan kondisi terakhir dan mengelompokkannya sesuai
tingkat konsentrasi/padat usahanya. Pemutakhiran dilakukan dengan
cara membuat sketsa peta wilcah dan menyesuaikan muatannya
dengan keadaan terakhir, seperti batas segmen, jumlah bangunan,
rumah tangga dan usaha. Sementara itu, penyusunan direktori terpadu
perusahaan merupakan usaha untuk memadukan berbagai direktori
perusahaan yang ada dari berbagai sumber data dan penelitian
lapangan. Dari direktori diperoleh populasi perusahaan/usaha yang
lengkap dan mutakhir, yang akan dipakai pula sebagai kerangka
sampel bagi Sensus Ekonomi 1996 tahap II dan berbagai survei
perusahaan sektoral.

(i) Survei Harga Produsen

Kegiatan survei harga produsen ditujukan untuk menghimpun


informasi tentang perkembangan harga komoditi pertanian di daerah
perdesaan yang sangat diperlukan untuk penghitungan pendapatan

XXV/60
nasional dan pendapatan regional dari sektor pertanian; dan
penghitungan nilai tukar petani untuk mengukur perkembangan daya
beli petani.

Daftar isian yang dipakai untuk mencatat data harga di daerah


pedesaan ini telah mengalami penyempurnaan termasuk pengambilan
sampel terhadap kecamatan terpilih yang tersebar di seluruh
Indonesia. Di samping itu dilakukan pula penelitian untuk
menyempurnakan diagram timbangan yang akan dipakai untuk
menyusun indeks harga yang diterima dan dibayar oleh petani,
sebagai dasar dalam penyusunan Indeks Nilai Tukar Petani (NTP).

Hasil kegiatan statistik dalam tahun 1994/95 antara lain adalah


berupa publikasi, seperti: Indeks Nilai Tukar Petani di Jawa dan
Madura, Indeks Nilai Tukar Petani 10 Propinsi Luar Jawa, Indeks
Harga 9 Bahan Pokok di Perdesaan, Statistik Upah Buruh Tani di
Pedesaan, Statistik Harga dan Komponen Mutu Gabah, serta
Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani diterbitkan setiap bulan
dalam publikasi Buletin Ringkas dan Indikator Ekonomi.

(j) Survei Harga Konsumen

Pelaksanaan survei harga konsumen dimaksudkan untuk


mendapatkan informasi mutakhir mengenai perkembangan harga -
harga, tingkat biaya hidup, dan pola konsumsi. Informasi tersebut
diperlukan untuk pemantauan laju inflasi, indikator penyesuaian upah
dan sebagai deflator dalam penghitungan pendapatan nasional/
regional serta untuk dasar penentuan berbagai kebijaksanaan di bidang
ekonomi. Dalam rangka meningkatkan mutu dan kelengkapan
datanya, penyempurnaan statistik harga konsumen ini terus dilakukan;
baik yang menyangkut metodologi pengumpulan dan pengolahan
data, diagram timbangan penyusunan indeks, jumlah sampel, metode

XXV/61
penghitungan indeks maupun yang menyangkut kemampuan tenaga di
lapangan.

Diagram timbangan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen


(IHK) telah dikumpulkan lewat Survei Biaya Hidup yang diadakan
pada tahun 1988/89 di 27 kota besar di Indonesia yang mencakup
sekitar 225 jenis barang. Diagram timbangan tersebut akan
diperbaharui pada tahun 1996 untuk menyesuaikan dengan perubahan
pola konsumsi masyarakat.

Sampai dengan tahun 1994/95 hasil utama dari kegiatan statistik


harga konsumen antara lain adalah publikasi: Indeks Harga Konsumen
(IHK) yang disajikan secara bulanan dan digunakan untuk
penghitungan laju inflasi, perkembangan harga-harga konsumen di
kota dan indeks harga 9 bahan pokok.

(k) Survei Harga Perdagangan Besar

Data statistik yang dihimpun melalui Survei Harga Perdagangan


Besar disamping digunakan untuk memantau perkembangan harga-
harga di tingkat perdagangan besar, juga digunakan untuk menentukan
kebijakan di bidang harga-harga sebagai indikator awal dari
perkembangan harga konsumen. Data ini juga digunakan dalam
penghitungan pendapatan nasional dan regional sebagai deflator.

Statistik harga perdagangan besar pencatatannya dilakukan setiap


bulan mencakup 281 jenis komoditi di sektor pertanian, industri,
pertambangan/penggalian, ekspor dan impor di seluruh ibukota
propinsi dan beberapa kotamadya/kota di kabupaten.

Publikasi hasil kegiatan statistik harga perdagangan besar yang


dihasilkan sampai dengan tahun 1994/95 adalah: Harga Perdagangan

XXV/62
Besar Beberapa Propinsi di Indonesia, Angka Indeks Harga
Perdagangan Besar Indonesia, Data dan Indeks Harga yang disajikan
secara bulanan dalam Buletin Ringkas dan Indikator Ekonomi, dan
Perkembangan Triwulanan Harga Perdagangan Besar di Jakarta.

(I) Survei Keuangan Daerah

Kegiatan Statistik Keuangan Daerah mencakup kegiatan statistik


keuangan pemerintah daerah tingkat I, keuangan pemerintah daerah
tingkat II dan pemerintah desa yang meliputi angka realisasi
penerimaan dan pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Data
statistik keuangan pemerintah daerah digunakan antara lain untuk
menyusun pendapatan nasional, pendapatan regional, Tabel Input-
Output, Social Accounting Matrix (SAM), serta penyusunan neraca-
neraca pokok sektor kelembagaan. Upaya penyempurnaan statistik
keuangan daerah dilakukan secara terus menerus pada daftar
pertanyaan yang digunakan, sistem pengumpulan dan pengolahan
data, dan jumlah sampel yang dicakup, khususnya untuk statistik
keuangan pemerintah tingkat desa.

Hasil kegiatan statistik keuangan dari tahun pertama Repelita V


sampai dengan tahun 1994/95 disajikan dalam bentuk publikasi
berupa : Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat I, Statistik
Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat II dan Statistik Keuangan
Pemerintah Tingkat Desa, Studi Khusus Pendapatan Pemerintah
Daerah, dan Studi Khusus Pengeluaran Pemerintah Daerah.

(m) Kompilasi Data Statistik Perdagangan Luar Negeri

Kegiatan statistik perdagangan luar negeri dimaksudkan untuk


mendapatkan data ekspor dan impor yang mutakhir menurut jenis
barang dan negara asal dan tujuan. Statistik ini sangat penting sebagai

XXV/63
dasar perumusan kebijaksanaan ekonomi makro dan kebijaksanaan di
bidang perdagangan luar negeri. Sehubungan dengan itu, mutu data
statistik perdagangan luar negeri terus disempurnakan melalui
perbaikan dokumen pengolahan, penambahan cakupan data,
perbaikan prosedur pengiriman dokumen dari bank devisa dan
pelabuhan, serta penyempurnaan proses pengolahan. Dengan adanya
perubahan tahun dasar dalam penghitungan PDB terus dilakukan
perbaikan dalam penghitungan angka indeks ekspor dan impor
disesuaikan dengan tahun dasar baru. Perbaikan penghitungan angka
indeks ini diharapkan akan dapat menghasilkan angka indeks nilai
satuan yang lebih mutakhir baik untuk ekspor maupun untuk impor.
Di samping itu, pada tahun 1989 statistik perdagangan luar negeri
yang semula menggunakan klasifikasi komoditi Custom Cooperation
Council Nomenclature (CCCN) diubah menjadi klasifikasi
Harmonized Systems (HS) yang umumnya berlaku dalam pencatatan
perdagangan luar negeri.

Hasil kegiatan statistik perdagangan luar negeri dipublikasikan


dalam: Statistik Ekspor Menurut Jenis Barang, Negara Tujuan dan
Pelabuhan Ekspor; Statistik Impor Menurut Jenis Barang, Negara
Asal dan Pelabuhan Bongkar; dan Statistik Ekspor-Impor bulanan.

(n) Survei dan Kompilasi Data Statistik Perhubungan

Kegiatan statistik perhubungan yang meliputi statistik angkutan


darat, angkutan laut, angkutan udara, dan statistik komunikasi
dilaksanakan melalui Survei dan Kompilasi Data Statistik
Perhubungan. Data statistik angkutan laut selain diperlukan untuk
analisis agregratif juga diperlukan sebagai dasar untuk merumuskan
kebijaksanaan perhubungan, khususnya di bidang pelayaran nasional.
Dengan makin meningkatnya keperluan data statistik perhubungan
telah dilakukan pengembangan dan penyempurnaan data statistik

XXV/64
perhubungan terutama dalam hal metodologi pengumpulan data,
pengolahan, dan penyajian datanya. Bersamaan dengan itu, dilakukan
pula penyempurnaan sistem pengumpulan, pengolahan serta penyajian
data statistik komunikasi.

Hasil kegiatan statistik perhubungan dipublikasikan berupa:


Statistik Kendaraan Bermotor dan Panjang Jalan, Statistik Angkutan
Kereta Api, Direktori Perusahaan Truk di Jawa, dan Direktori
Perusahaan Bis Antar Propinsi. Di bidang angkutan laut diterbitkan
publikasi statistik angkutan laut dan statistik bongkar muat barang di
pelabuhan Indonesia. Di bidang angkutan udara, diterbitkan publikasi
tahunan yang memuat data tentang jumlah pesawat terbang sipil
menurut jenis dan ukuran; lalu lintas angkutan penumpang, barang,
bagasi dan pos di seluruh Indonesia; serta publikasi bulanan Lalu
Lintas Angkutan Udara. Sementara itu, data statistik komunikasi yang
dihimpun dari instansi yang berkaitan setiap tahun diterbitkan dalam
publikasi statistik komunikasi yang antara lain memuat data pokok
tentang lalu-lintas pos, telepon, telegram, teleks, dan data
komunikasi lainnya.

(o) Survei Pariwisata

Pengumpulan data yang menunjang promosi dan produksi


pariwisata terus ditingkatkan dan dikembangkan. Data tersebut
dikumpulkan melalui kegiatan statistik pariwisata, yaitu antara lain
kegiatan: Survei Biro Perjalanan 1977/78, Survei Restoran dan
Katering 1978/79, dan Survei Penanaman Modal di Bidang Pariwisata
1979/80. Dalam tahun 1980 dilaksanakan kegiatan inventarisasi
akomodasi di 26 propinsi di Indonesia yang dilanjutkan pada tahun
1982/83. Pada tahun 1981/82 dilakukan survei perjalanan melalui
pendekatan rumah tangga. Dari tahun 1982/83 sampai dengan tahun
1994/95 telah dilakukan Survei Tingkat Penghunian Kamar Hotel.

XXV/65
Di samping itu dalam rangka peningkatan promosi dan produk
pariwisata, telah dikumpulkan data mengenai kedatangan wisatawan
asing melalui pelabuhan-pelabuhan utama yang didasarkan atas hasil
pengolahan kartu embarkasi dan disembarkasi dari Direktorat Jenderal
Imigrasi.

Hasil kegiatan-kegiatan tersebut sampai dengan tahun 1994/95


disajikan setiap tahun dalam bentuk publikasi, antara lain: Tingkat
Penghunian Kamar Hotel, Statistik Kunjungan Wisatawan Asing ke
Indonesia, Statistik Hotel dan Akomodasi Indonesia, dan Data
Statistik Pariwisata lainnya yang disajikan bulanan dalam Buletin
Ringkas dan Indikator Ekonomi.

(2) Statistik Sosial Kependudukan

Dalam tahun 1994/95 penyelenggaraan statistik sosial


kependudukan dilakukan melalui kegiatan: Survei Penduduk Antar
Sensus (Supas), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang
terdiri dari Susenas-Inti dan Susenas-Modul, serta Survei Tenaga
Kerja Nasional (Sakernas).

(a) Survei Penduduk Antar Sensus

Jarak antara pengumpulan data sensus penduduk yang dilakukan


setiap sepuluh tahun sekali dipandang perlu diisi dengan kegiatan
pengumpulan data kependudukan yang kebutuhan datanya perlu
diketahui secara dini dan sering mendesak. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut telah dilaksanakan Survei Penduduk Antar Sensus
(Supas) dalam rangka mengumpulkan data untuk perkiraan jumlah
penduduk di antara 2 sensus, angka kelahiran, angka kematian dan
tingkat mobilitas penduduk. Selama PJP I telah diadakan 2 kali Supas,

XXV/66
yaitu pada tahun 1976 dan pada tahun 1985. Dalam 5 tahun terakhir
telah dilakukan berbagai penyempurnaan melalui kegiatan analisis dan
pengkajian pemanfaatan data Supas. Beberapa publikasi penting dari
kegiatan Supas 1985 di antaranya adalah: Tingkat dan Pola
Perkembangan Fertilitas di Indonesia sampai tahun 1985,
Perkembangan dan Perbandingan Angka Kematian Bayi Antar
Daerah, Proyeksi Penduduk Indonesia 1985 - 1995 Menurut Propinsi,
Migrasi Penduduk Indonesia berdasarkan Hasil Supas 1985 dan
Ulasan Singkat Hasil Supas 1985.

Untuk mendapatkan data kependudukan antara sensus penduduk


1990 dan sensus penduduk 2000, maka pada tahun 1995 dilaksanakan
Supas yang kegiatan utamanya terdiri dari tiga tahap. Tahap I adalah
uji coba lapangan yang dilakukan pada 1993/94. Tahap II adalah gladi
bersih pada 1994/95, sedangkan tahap III adalah pelaksanaan
pencacahan yang meliputi seluruh wilayah Indonesia dan akan
dilaksanakan pada 1995/96.

Materi pokok yang dicakup dalam Supas 1995 adalah fertilitas,


mortalitas, dan migrasi, di samping keterangan sosial ekonomi sebagai
materi penunjang. Berbeda dengan Supas sebelumnya, Supas 1995
untuk pertama kalinya akan mengumpulkan data tentang urbanisasi di 6
kota besar yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, Semarang,
dan Ujung Pandang.

(b) Survei Sosial Ekonomi Nasional

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan salah satu


sumber utama informasi mengenai karakteristik sosial, ekonomi, dan
demografi penduduk yang sering dipakai untuk mendapatkan indikator
sosial ekonomi masyarakat. Selama PJP I, Susenas telah dilaksanakan
hampir setiap tahun dengan sasaran utamanya adalah untuk me -

XXV/67
ngetahui pola pengeluaran rumah tangga, baik di perdesaan maupun
perkotaan.

Sejak tahun 1981 pengumpulan data pengeluaran dilakukan setiap


3 tahun sekali dalam bentuk modul konsumsi yang dikenal dengan
Susenas-Modul A mengingat pola pengeluaran rumah tangga dalam
waktu relatif singkat tidak banyak berubah. Dalam pada itu, pada
tahun-tahun yang tidak menggunakan Modul A, data mengenai
keadaan sosial ekonomi rumah tangga dikumpulkan dengan Modul B
yang meliputi data kesejahteraan rakyat, sosial budaya, kriminalitas
dan wisata, serta Modul C yang mencakup data mengenai pendidikan,
kesehatan dan perumahan. Dengan demikian pelaksanaan Susenas
masing-masing tahun mempunyai konsentrasi tertentu, misalnya pada
suatu tahun konsentrasinya pada Modul Konsumsi, tahun berikutnya
Modul Kesejahteraan Rakyat, dan tahun berikutnya lagi Modul
Pendidikan, Kesehatan, dan Perumahan.

Mulai Susenas 1992 data tentang kondisi sosial ekonomi rumah


tangga dikumpulkan melalui 2 kegiatan, yaitu Susenas-Modul dan
Susenas-Inti. Susenas-Inti dilaksanakan setiap tahun bersamaan
dengan pengumpulan informasi Susenas-Modul. Informasi Susenas-
Inti terdiri atas data-data pokok yang merupakan sari dari informasi
modul. Data Susenas-Inti meliputi karakteristik demografi,
pendidikan, angkatan kerja, kesehatan balita, fertilitas, mortalitas,
konsumsi pangan/non pangan, perumahan, dan akses terhadap media
massa.

Untuk memungkinkan estimasi pada tingkat propinsi dan


kabupaten telah dilakukan perluasan sampel. Jumlah sampel pada
Susenas-Inti tahun 1992 adalah 65.664 rumah tangga. Selanjutnya
untuk menghasilkan data yang dapat mewakili sampai tingkat
Kabupaten/Kotamadya, maka pada pelaksanaan Susenas-Inti tahun

XXV/68
1993 jumlah sampel ditingkatkan menjadi 202.592 rumah tangga,
tahun 1994 menjadi 204.416 rumah tangga, dan tahun 1995 menjadi
206.240 rumah tangga (Tabel XXV-4).

Dalam tahun 1994/95 dilakukan kegiatan pengolahan Susenas


1994 dan pelaksanaan lapangan Susenas 1995, yang meliputi:
penyusunan buku pedoman bagi pencacah dan pengawas, penyusunan
kuesioner, pelatihan instruktur dan petugas lapangan, pendaftaran
rumahtangga, pemilihan sampel rumah tangga, dan pencacahan rumah
tangga. Pada Susenas 1995 yang menggunakan kuesioner modul
kesehatan, pendidikan, dan perumahan untuk kedua kalinya dilakukan
integrasi dengan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).

Pada tahun 1994/95, publikasi yang dihasilkan dari kegiatan


Susenas antara lain adalah: Statistik Kesejahteraan Rakyat, Indikator
Kesejahteraan Rakyat, Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga, Profil
Kesejahteraan Rakyat, Indikator Kesejahteraan Anak, dan Estimasi
Kesalahan Sampling Dalam Susenas 1993.

(c) Survei Angkatan Kerja Nasional

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), yang dilaksanakan


mulai tahun 1976, pada awalnya merupakan bagian dari kegiatan
Susenas. Data angkatan kerja yang diperoleh dari survei tahunan ini
dipandang kurang menggambarkan fluktuasi tenaga kerja secara
musiman, sehingga mulai tahun 1986 Sakernas dilakukan secara
triwulanan dan terpisah dari Susenas.

Dalam pelaksanaan Sakernas 1993 jumlah rumah tangga yang


dicacah untuk setiap triwulan adalah sebanyak 20.520 rumah tangga,
sehingga dalam setahun jumlah rumah tangga yang dicacah adalah
sebanyak 82.080 rumah tangga.

XXV/69
Sakernas Triwulanan tidak menggambarkan fluktuasi musiman
seperti yang diperkirakan, sehingga mulai tahun 1994, pengumpulan
data ketenagakerjaan dilakukan secara semesteran. Pada semester
pertama, bulan Februari, data tersebut dikumpulkan melalui Susenas-
Inti dan pada semester kedua, bulan Oktober, dikumpulkan melalui
Sakernas.

Sampai dengan tahun 1994/95 publikasi yang dihasilkan dari


kegiatan Sakernas adalah Keadaan Angkatan Kerja Nasional
Triwulanan dan Tahunan; Keadaan Pekerja; Indikator Tingkat Hidup
Pekerja; dan Proyeksi Angkatan Kerja Tahun 1990-2000.

(3) Statistik Neraca Nasional

Pengembangan dan penyempurnaan statistik neraca nasional


dilaksanakan melalui kegiatan penyusunan Statistik Pendapatan
Nasional dan Regional, Tabel Input-Output, dan Neraca Arus Dana.
Hasil kegiatan tersebut digunakan sebagai indikator pembangunan
ekonomi secara makro yang sangat penting untuk mendukung
pembangunan nasional. Kegiatan pengembangan dan penyempurnaan
statistik neraca nasional setiap tahun secara terus menerus
ditingkatkan. Langkah-langkah penyempurnaan yang telah
dilaksanakan mencakup perbaikan angka-angka dasar yang masih
bersifat sementara; melengkapi data yang belum tersedia; dan
menyempurnakan ruang lingkup, definisi dan metode estimasi sektoral
yang digunakan. Di samping itu, senantiasa diupayakan pembakuan
konsep, metodologi, sumber data dan cara-cara perhitungan statistik
pendapatan regional yang disusun dan disajikan oleh masing-masing
daerah. Sebagai bagian dari pengembangan statistik neraca nasional
telah dilakukan studi Neraca Arus Dana, studi penyusunan angka
pendapatan nasional triwulanan dan pengembangan statistik regional.

XXV/70
Dalam tahun 1993 telah disusun Tabel Input-Output Indonesia
1990 yang meliputi klasifikasi 161x161 sektor, 66x66 sektor dan
19x19 sektor beserta tabel transaksi dan analisisnya. Sementara itu,
dalam tahun 1994 telah dilakukan pemutakhiran Tabel Input-Output
Indonesia 1993 yang tujuan utamanya adalah untuk keperluan
penyusunan PDB seri Baru yang menggunakan tahun dasar 1993.
Perubahan tahun dasar PDB dari 1983 menjadi 1993, yang secara
rutin dilakukan dengan interval 10 tahun, dimaksudkan untuk dapat
memperoleh gambaran perkembangan ekonomi yang lebih akurat.
Selain ini perubahan ke tahun dasar 1993 dilakukan sebagai
penyesuaian kepada penghitungan PDB yang berdasarkan System of
National Accounts (SNA) 1993 yang disusun oleh PBB. Tahun 1993
juga dapat dijadikan basis pembanding bagi perkembangan tahun -
tahun selanjutnya dalam dua Repelita pertama dari PJP II.

Pada tahun 1994 juga telah disusun Sistem Neraca Sosial


Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix tahun 1990. Melalui
publikasi SNSE tersebut dapat diketahui distribusi pendapatan
nasional atas golongan rumah tangga. Dengan demikian publikasi
SNSE ini akan melengkapi publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat
yang juga memuat ukuran distribusi pendapatan dengan metode
lainnya, seperti koefisien Gini.

Agar diperoleh konsistensi antara angka PDB dan total PDRB,


maka pada tahun 1994/95 secara simultan telah dilaksanakan upaya
rekonsiliasi melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap
ruang lingkup, sumber data dan metode estimasi masing-masing
subsektor/sektor.

Hasil dari kegiatan statistik neraca nasional sampai dengan


1994/ 95 a dal a h publ i ka s i t a huna n PDB da n PDRB me nur ut

XXV/71
Propinsi/Kabupaten, Tabel Input-Output 1985 dan 1990, Sistem
Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) 1985 dan 1990, Neraca Produksi
Komoditi Penting, Neraca Badan Usaha Milik Negara, Neraca
Pemerintahan Umum, Hasil Studi Neraca Arus Dana, Hasil Studi
Penyusunan Angka-angka Pendapatan Nasional Triwulan, Pedoman
Penghitungan Pendapatan Regional, Matriks Investasi Sektor
Pemerintahan, Neraca Pemerintahan dan Statistik BUMN.

(4) Statistik Potensi Wilayah

Data statistik dari survei Potensi Desa (Podes) merupakan data


dasar yang berhubungan dengan data komunitas, dikumpulkan
bersamaan dengan setiap pengumpulan data Sensus Penduduk, Sensus
Pertanian dan Sensus Ekonomi. Data statistik Podes mencakup
berbagai keterangan tentang desa antara lain mengenai: kondisi fisik
desa, keadaan sarana dan prasarana, keadaan sosial budaya
masyarakat dan kelembagaan yang ada dalam masyarakat. Data
Podes yang lengkap dapat digunakan untuk menggambarkan potensi
ekonomi masyarakat dan juga daerah kantong kemiskinan di tingkat
desa. Pengumpulan data statistik Podes pertama kali dilaksanakan
pada tahun 1980 bersamaan dengan Sensus Penduduk. Pada tahun
1986 pengumpulan data Podes dilaksanakan untuk keduakalinya
bersamaan dengan pelaksanaan Sensus Ekonomi.

Dalam tahun kedua Repelita V (1990/91) dilaksanakan


pengumpulan data statistik Podes bersamaan dengan Sensus Penduduk
1990. Informasi yang diperoleh dari daftar pertanyaan Podes 1990
dapat dibagi dalam 3 kelompok variabel terpenting. Ketiga kelompok
variabel tersebut adalah: (1) kondisi desa, (2) keadaan perumahan dan
lingkungan hidup, (3) keadaan penduduk. Data statistik Podes-1990
telah digunakan untuk memetakan desa dalam bentuk Peta Desa
Tertinggal.

XXV/72
Pada pertengahan tahun 1993 telah dilakukan pengumpulan data
untuk pemutakhiran peta desa tertinggal hasil Podes 1990 dengan
menggunakan daftar pertanyaan survei Podes 1990 yang variabel-
variabelnya telah disempurnakan. Pemutakhiran tersebut dilaksanakan
oleh Mantri Statistik di Kecamatan bersama Kepala Seksi Pem-
bangunan Desa di bawah koordinasi Bappeda Daerah Tingkat II
setempat. Pemutakhiran peta desa tertinggal dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi mutakhir tentang potensi desa yang diperlukan
untuk menentukan alokasi bantuan pemerintah dalam upaya
pengentasan kemiskinan.

Meskipun demikian, daftar desa miskin yang ditentukan


berdasarkan metode 1993 dinilai masih belum menunjukkan kantong-
kantong kemiskinan yang sebenarnya. Oleh sebab itu dalam tahun
1994/95 telah dilakukan identifikasi faktor-faktor penyebab kelemahan
metode tahun 1993 yang meliputi: penggunaan variabel yang kurang
relevan, cara skoring yang belum mempertimbangkan pola hubungan
antara variabel desa dengan variabel kesejahteraan, dan klasifikasi
jawaban yang kurang mendukung sehingga jawaban mengelompok
pada satu atau dua kelas. Penyempurnaan dilakukan dengan
mengevaluasi relevansi dan kepekaan variabel, menambah beberapa
variabel baru, serta dengan menyempurnakan klasifikasi jawaban,
sistem pemberian skor, dan kriteria penentuan desa tertinggal.

Publikasi yang diterbitkan antara lain adalah Penyempurnaan


Metode Penentuan Desa Tertinggal, dan Peta Indeks Desa Tertinggal
di 27 Propinsi.

b) Penyempurnaan Teknik Statistik

Seiring dengan tuntutan pembangunan untuk menyediakan data

XXV/73
statistik yang akurat dan tepat waktu, maka teknik dan metodologi
statistik yang digunakan senantiasa disempurnakan. Penyempurnaan
Teknik Statistik dilakukan melalui penyempurnaan teknik sampling,
penyempurnaan kuesioner, buku pedoman dan teknik wawancara,
pemilihan dan pelatihan petugas lapangan, pengawasan lapangan,
serta penyempurnaan pengolahan dan penyajian. Kegiatan yang telah
dilaksanakan antara lain adalah pembentukan dan penyempurnaan
Kerangka Contoh Induk (KCI) sebagai dasar dalam proses
perencanaan kegiatan statistik, khususnya dalam pengambilan
sampel. KCI dibentuk bersamaan dengan pelaksanaan Sensus
Penduduk 1990, yaitu dalam pembentukan wilayah pencacahan
(wilcah). Dengan tersusunnya KCI, maka pengambilan sampel untuk
setiap kegiatan pengumpulan data sensus, survei dan kegiatan khusus,
baik tingkat nasional, propinsi maupun wilayah administrasi yang
lebih kecil, dapat dilakukan secara lebih komprehensif dan efisien.
Selain KCI untuk survei sosial dan kependudukan, melalui Sensus
Pertanian dan Sensus Ekonomi dapat disusun KCI yang lebih lengkap
untuk perencanaan survei-survei di bidang pertanian dan bidang
ekonomi. Dari kegiatan Sensus Pertanian 1993 telah dapat disusun
KCI 1993. KCI tersebut dikaji dan disempurnakan secara terus -
menerus sehingga pelaksanaan survei-survei dapat dilakukan secara
makin terpadu dan efisien.

c) Pengkajian dan Analisis Statistik

Kegiatan pembangunan yang pesat menuntut tersedianya data


yang beragam dengan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sehubungan dengan itu dukungan kegiatan pengkajian dan analisis
statistik sangat diperlukan dan karenanya terus dikembangkan serta
disempurnakan. Kegiatan utama dalam pengkajian dan analisis
statistik adalah melakukan pengkajian dan analisis data terhadap hasil
sensus dan survei yang dipandang penting untuk mendukung kegiatan

XXV/74
pembangunan; analisis data makro lintas sektoral; pengembangan
metodologi kegiatan statistik yang antara lain meliputi pembakuan
konsep, definisi, klasifikasi, ukuran dan evaluasi pasca sensus dan
survei serta teknik-teknik statistik. Hasil dari kegiatan pengkajian dan
analisis menjadi acuan dalam penyempurnaan pengumpulan,
pengolahan dan penyajian data.

Dalam enam tahun terakhir kegiatan yang dilaksanakan dalam


pengkajian dan analisis statistik adalah: Penyusunan Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia, Studi Konsumsi Makanan Jadi, Studi
Khusus PDB, Penyempurnaan Direktori Perusahaan Pertanian dan
Non Pertanian, Studi Perintisan Statistik Perikanan Laut, Studi
Perintisan Statistik Usaha Rumah Tangga Non Pertanian, Studi
Perintisan Statistik Kriminil, Studi Penyempurnaan Pengumpulan
Harga Eceran Perkotaan dan Perdesaan, Studi Penyempurnaan
Pengumpulan Harga Perdagangan Besar dan Harga Produsen, Studi
Penyempurnaan Direktori Perusahaan/Usaha Berbadan Hukum Non
Pertanian, Studi Penyempurnaan Usaha Rumah Tangga Non
Pertanian, Studi Penyempurnaan Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia (KLUI) dan Klasifikasi Komoditi. Indonesia (KKI), Studi
Penyempurnaan Direktori Bank Perkreditan Rakyat, Penyusunan
Metode Ramalan Jangka Pendek Berbagai Indikator Ekonomi, Studi
Khusus Pola Pengeluaran Penduduk di Mataram, Survei Pem-
bangunan Perdesaan (Pemantauan Program Pengembangan Kawasan
Terpadu), Studi Penyempurnaan Distribusi Pendapatan, Penghitungan
Penduduk Miskin dan Distribusi Pendapatan, Analisis Biaya
Pendidikan, Analisis Data Gizi Balita, Studi Perintisan Statistik
Bioskop, Studi Perintisan Statistik Kesehatan, Studi Perintisan
Statistik Panti/Sasana Penyandang Cacat, dan Analisa Statistik
Perdagangan Luar Negeri.

XXV/75
Di samping itu, jugs dilaksanakan pengembangan Metode
Penyempurnaan Konsistensi Data Sektor Industri serta Penggolongan
Industri; Analisa Data KUD; Evaluasi Metodologi Susenas; Studi
Estimasi Unit Non Respon Dalam Survei Pendekatan Perusahaan;
Studi Non Sampling Error Susenas; Studi Pengembangan Sistem Basis
Data Indikator Sosial; Studi Paket Komoditi Kebutuhan Dasar; dan
Studi Incremental Capital Output Ratio 1980-1990.

Publikasi yang diterbitkan pada tahun 1994/95 antara lain


meliputi: Analisis Profil Rumah Tangga Pertanian untuk tiap-tiap
Propinsi, Studi Pendahuluan Penyusunan Sistem Pemantauan
Indikator Dini, Studi Penyempurnaan Kualitas Data Statistik Dasar,
Desa Tertinggal di 27 Propinsi, Penduduk Miskin dan Desa
Tertinggal 1993 Tinjauan Metodologi dan Analisis.

d) Penyempurnaan Prasarana Fisik Dan Kelembagaan


Statistik

Dalam rangka pembangunan statistik dan untuk memperlancar


tugas-tugas kegiatan statistik secara bertahap telah diupayakan
pengadaan sarana penunjang kegiatan statistik. Penyempurnaan
prasarana fisik meliputi pembangunan dan rehabilitasi ruang kerja,
ruang dokumen dan kelengkapannya serta penyediaan sarana mobilitas
di Pusat maupun Daerah. Upaya tersebut dilakukan dengan maksud
untuk meningkatkan mutu, kelengkapan, dan kecepatan penyajian data
statistik.

Untuk mendukung kelancaran kegiatan pengumpulan data di


lapangan secara bertahap telah disediakan kendaraan operasional,
khususnya bagi para petugas di lapangan. Kendaraan roda dua
disediakan untuk Mantri Statistik di tingkat kecamatan dan staf
pengumpul data di kabupaten pada tahun 1993/94 sebanyak 149 unit

XXV/76
(Tabel XXV-5). Untuk menggantikan kendaraan roda dua yang telah
tua, rusak dan hilang, dalam tahun 1994/95 telah diadakan sebanyak
680 unit. Selain itu untuk mempercepat proses pengolahan dan
penyajian data pada tahun 1992/93 telah disediakan tambahan
perangkat komputer PC sebanyak 520 unit untuk Kantor Pusat,
Kantor Statistik Propinsi dan seluruh Kantor Statistik Kabupaten:
Pada tahun 1993/94 juga disediakan tambahan sebanyak 261 unit
komputer PC, dan sebanyak 90 unit pada tahun 1994/95. Sampai
dengan tahun 1994/95 setiap Kantor Statistik Kabupaten telah
memiliki sedikitnya satu unit komputer PC. Di samping pengadaan
komputer PC, di 6 Kantor Statistik Propinsi tipe A telah disediakan
komputer mini sehingga makin mempercepat desentralisasi
pengolahan data di Kantor Statistik daerah.

Dukungan lainnya dilaksanakan melalui pengembangan


kelembagaan statistik yang meliputi penyempurnaan organisasi Biro
Pusat Statistik yang menyangkut tugas, fungsi, kedudukan, susunan
organisasi, dan tata kerja. Penyempurnaan juga dilakukan terhadap
peraturan perundang-undangan yang mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan pengumpulan data, peningkatan koordinasi antar
pengumpul data, serta pengembangan jabatan fungsional.

b. Program Penunjang

1) Program Pengembangan Informasi Statistik

Program ini Baru pertama kali diadakan dalam Repelita VI.


Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain:
pengembangan sistem jaringan komunikasi data dengan LAN (local
area network), WAN (wide area network), sistem data base dan
pengembangan akses on-line jarak jauh (remote access) serta
penyempurnaan dan pengembangan Informasi pemetaan. Sementara

XXV/77
itu, untuk melayani kebutuhan pemakai data, fasilitas diseminasi data
juga disempurnakan dalam bentuk media cetak (publikasi buku) dan
media komputer (disket dan pita magnetis). Sampai dengan tahun
1994/95 sudah dilaksanakan diseminasi dalam bentuk publikasi buku
yang berisi data nasional dan regional, baik data bulanan, triwulanan
maupun tahunan. Jumlah publikasi dalam bentuk ini rata-rata
mencapai 150 judul publikasi per tahun ditambah dengan publikasi
Kantor Statistik Daerah (propinsi, kabupaten dan kecamatan) masing-
masing kurang. lebih sebanyak 50 publikasi. Sementara itu, publikasi
dalam bentuk disket masih terbatas pada data Indikator Ekonomi,
Buletin Ringkas, statistik ekspor dan impor, serta data dasar dari
berbagai hasil survei dan sensus.

2) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Statistik

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan


keterampilan petugas statistik atau petugas mitra yang meliputi tenaga
pengumpul, pengolah dan penyaji data, serta untuk memasyarakatkan
statistik. Dalam rangka itu kemampuan dan keterampilan petugas
statistik dan petugas mitra, khususnya bagi petugas pengumpul data di
lapangan, secara terus menerus ditingkatkan. Pengembangan
keterampilan dan keahlian tenaga statistik juga ditujukan untuk tenaga
statistik di bidang perencanaan dan pengendalian, pengolahan, analisis
dan pengembangan statistik, serta teknologi informasi. Selain itu juga
diselenggarakan kursus pengetahuan statistik dasar, madya dan
lanjutan, pendidikan program diploma statistik, pendidikan sarjana
statistik, pendidikan pasca sarjana statistik dan kursus bidang
penunjang.

Perkembangan jumlah tenaga statistik yang telah dididik dan


dilatih pada tahun awal PJP I, selama Repelita V dan tahun pertama

XXV/78
Repelita VI dapat dilihat dalam Tabel XXV-6. Dalam rangka
penyegaran bagi mantri statistik menghadapi pelaksanaan Sensus
Penduduk 1990 dan Sensus Pertanian 1993, sejak tahun 1990/91 telah
dilaksanakan kursus Pengetahuan Statistik Umum. Tenaga statistik
yang mendapat kursus Pengetahuan Statistik Umum pada tahun
1994/95 adalah sebanyak 526 orang. Sedangkan jumlah tenaga
statistik yang mendapat kursus Pengetahuan Statistik Khusus pada
tahun 1994/95 adalah 315 orang. Untuk tenaga statistik di bidang
administrasi manajemen melalui kursus Administrasi Manajemen telah
dididik sebanyak 40 orang pada tahun 1994/95.

Dalam pada itu, jumlah tenaga statistik yang mendapat


pendidikan Sarjana Muda Statistik, Sarjana Statistik dan Doktor terus
meningkat. Jumlah tenaga statistik yang mendapat pendidikan Sarjana
Muda Statistik mencapai 439 orang pada tahun 1994/95, sedangkan
Sarjana Statistik berjumlah 56 orang. Tenaga statistik yang
mendapatkan pendidikan doktor dalam enam tahun terakhir berjumlah
9 orang. Dalam setiap pelaksanaan sensus dan survei yang berskala
besar selalu diikutsertakan petugas mitra statistik yang juga mendapat
pelatihan statistik sebelum melakukan tugas. Mitra statistik tersebut
terdiri dari para guru dan mahasiswa yang memenuhi syarat sebagai
petugas statistik.

Untuk menunjang kegiatan statistik, telah diberikan penjelasan,


penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat luas, dunia usaha dan
kalangan perguruan tinggi tentang rencana kegiatan, manfaat, dan
metodologi pengumpulan data statistik di lapangan. Upaya ini
dilakukan terutama dalam menghadapi kegiatan besar
seperti sensus penduduk, sensus pertanian, sensus
ekonomi dan survei penduduk antar sensus.

XXV/79

Anda mungkin juga menyukai