Anda di halaman 1dari 11

A.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

1. Pengertian BPJS
Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-
anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin,
untuk menghindari peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau
turunya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan
keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk
tunjangan keluarga dan anak (17). Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk
perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan kebutuhan dasar
yang layak. Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam 5 jenis program jaminan
sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program penyelengaraan, yaitu :
a. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya adalah
Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014.

b. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan programnya adalah


Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian
yang direncanakan dapat dimulai mulai 1 Juli 2015.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara menjadi satu badan hukum, 4
(empat) badan usaha yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT ASABRI, dan
PT ASKES. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya semua
warga indonesia diwajibkan untuk mengikuti program ini. Dalam mengikuti program ini peserta
BPJS di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk mayarakat yang mampu dan kelompok
masyarakat yang kurang mampu. Peserta kelompok BPJS di bagi 2 kelompok yaitu:
a. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan, yaitu PBI
adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang SJSN yang iurannya dibayarkan oleh
pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir
miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.
b. Bukan PBI jaminan kesehatan
2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
sosial yang bersifat wajib (mandatory) bagi seluruh rakyat indonesia, maupun untuk warga
negara asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang pengaturannya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
a. Cara Pendaftaran JKN
Untuk memudahkan masyarakat sebagai peserta BPJS, BPJS memberikan pelayanan dalam
melakukan pendaftaran. Dalam pendaftaran JKN dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu
pendaftaran secara manual yang dapat dilakukan secara langsung ke kantor BPJS terdekat atau
dapat juga melalui pendaftaran yang dilakukan secara online yaitu dengan mengakses melalui
situs http://bpjskesehatan.go.id/.
Pendaftaran secara On-Line
Untuk pendaftaran secara on-line terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Hal-hal
yg harus dipersiapkan sebelum Pendaftaran Peserta BPJS-Kesehatan secara Online, yaitu:
1. Kartu Tanda Penduduk
2. Kartu Keluarga
3. Kartu NPWP (Nomor Peserta Wajib Pajak)
4. Alamat E-mail dan nomor telpon yang bisa dihubungi
Calon Peserta mengisi isian secara lengkap (Nama, Tanggal lahir, Alamat, Email dll). Besaran
Iuran adalah sesuai dengan Kelas Perawatan yang di pilih:
- KELAS III = Rp. 25.500/Bulan
- KELAS II = Rp. 42.500/Bulan
- KELAS I = Rp. 59.500/Bulan
Setelah menyimpan Data, Sistem akan mengirimkan email pemberitahuan nomor registrasi
ke alamat email sesuai dengan yang diisikan oleh calon peserta agar e-ID dapat digunakan/aktif,
calon peserta agar melakukan pembayaran di bank. Pembayaran Iuran harus dilakukan tidak
melewati 24 jam sejak pendaftaran. Setelah Calon Peserta melakukan pembayaran di bank, maka
peserta dapat mencetak e-ID dengan link yang terdapat pada email pemberitahuan.
Pendaftaran secara manual
Sedangkan untuk pendaftaran secara langsung di kantor BPJS yang perlu dipersiapkan, yaitu:
1. Calon peserta mengisi Daftar Isian Peserta (DIP), membawa Kartu Keluarga/Kartu
Tanda Penduduk (KTP)/Paspor pas fotobewarna 3x4 sebanyak 1 lembar. Untuk anggota
keluarga menunjukan Kartu Keluarga /Surat Nikah/Akte Kelahiran.
2. Data diperoses oleh petugas BPJS Kesehatan untuk diterbitkan nomor Virtual Account
(VA) perorangan dan diserahkan ke calon peserta.
3. Calon peserta membayar uang iuran Anjungan Tunai Mandiri (ATM)/Setor Tunai
sesuai dengan nomor VA perorangan ke bank yang telah bekerja sama.
4. Membawa bukti pembayaran untuk dicetakkan Kartu Peserta.
5. Peserta menerima kartu peserta sebagai identitas dalam mengakses pelayanan.
b. Metode Pembayaran JKN
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 metode pembayaran atau iuran dari
program ini dibagi menjadi 3 jenis (11):
1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah daerah
dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu).
2. Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS, Anggota
TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non pegawai negeri dan pegawai
swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja yang dipotong langsung dari gaji bulanan yang
diterimanya.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a. Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak
angkat yang sah dari Peserta, dengan kriteria:
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan
belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja
mandiri) dan Peserta Bukan Pekerja (investor, perusahaan, penerima pensiun,
veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau
perintis kemerdekaan) dibayar oleh Peserta yang bersangkutan. (11)
c. Prinsip JKN
Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) berikut (3):
1. Prinsip Kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup
bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam
SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang
kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan
peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN
bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui
prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
2. Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah
nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah
untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari
masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
3. Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian, Akuntabilitas, Efisiensi, dan Efektivitas.
Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang
berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4. Prinsip Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya
tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga
pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
6. Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana
tersebut untuk kesejahteraan peserta.
7. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta.
d. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik
mencakup:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup:
a. Rawat jalan, meliputi:
1) Administrasi pelayanan
2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub
spesialis
3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5) Pelayanan alat kesehatan implant
6) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis
7) Rehabilitasi medis
8) Pelayanan darah
9) Pelayanan kedokteran forensik
10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
b. Rawat Inap yang meliputi:
1) Perawatan Inap Non Intensif (INI)
2) Perawatan inap di ruang intensif
3) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat
yang tidak dijamin meliputi:
a. Tidak sesuai prosedur;
b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS;
c. Pelayanan bertujuan kosmetik;
d. General checkup, pengobatan alternatif;
e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi; Pelayanan kesehatan
pada saat bencana ; dan
f. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri
sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba. (3)

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keikutsertaan BPJS


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh serlie littik diketahui beberapa faktor yang
berhubungan dengan keikutsertaan asuransi (ASKES dan Jamsostek) meliputi pengetahuan, usia
dan tingkat pendidikan. Merujuk pada penelitian tersebut maka faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keikutsertaan BPJS Kesehatan pada sektor Informal Petani adalah pengetahuan,
usia, dan tingkat pendidikan
1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan “what”. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba). Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknnya tindakan seseorang (13).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimiliknya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (14). Pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi (7).
a. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahkan yang di pelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Misalnya responden sudah pernah mendengar mengenai BPJS Kesehatan.
2. Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar.
Misalnya responden sudah pernah mendengar penjelasan mengenai BPJS Kesehatandan
dapat menjelaskannya kepada orang lain.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Misalnya responden telah mengaplikasikan
penggunaan kartu BPJS Kesehatan dalam pemeliharaan kesehatan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya responden telah melakukan
pendaftaran menjadi anggota BPJS, menggunakan dan mengaplikasikan prosedur
penggunaan BPJS Kesehatan.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya responden sudah
melaksanakan kegiatan penanganan kesehatan menggunakan kartu BPJS Kesehatan
dan telah menemukan cara serta prosedur yang tepat dalam melakukannya.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-
kriteria yang telah ada. Misalnya responden telah menggunakan kartu BPJS Kesehatan
dan telah merasakan manfaat positif dari kegiatan tersebut (13).
b. Cara memperoleh pengetahuan

1. Cara tradisional atau non-ilmiah

a) Cara coba-salah (trial and error)


Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
mencegah masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan atau otomatis
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pimpinan agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, maksudnya bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
d) Melalui jalan pikiran
Pengetahuan diperoleh dengan menggunakan penalaran atau jalan pikir manusia.
2. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan bersifat lebih sistematis,
logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian.
Dalam memperoleh pengetahuan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung,
dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
yang diamatinya.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian dan responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkat-tingkat pengetahuan. Tindakan seseorang yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka tindakan tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila tindakan itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
akan tidak berlangsung lama.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya budaya atau lingkungan,
pengalaman, dan informasi. Budaya atau lingkungan berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan seseorang yang tinggal di wilayah yang mayoritas penduduknya telah
menggunakan pelayanan kartu BPJS Kesehatan, akan lebih tinggi dari pada orang yang
tinggal di wilayah yang penduduknya mayoritas tidak menggunakan pelayanan kartu BPJS
Kesehatan.
Dikatakan bahwa seseorang yang mendapat informasi lebih banyak, akan menambah
pengetahuan yang lebih luas dan pengetahuan yang diperoleh sesuai dengan informasi
yang didapatkan. Pendidikan kesehatan (pengetahuan) sangat berpangaruh terhadap
tindakan seseorang di masyarakat. Dari sini dapat ditarik hubungan bahwa pengetahuan
memiliki kaitan erat dengan keikutsertaan BPJS Kesehatan.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar seseorang secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian
khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi. Defenisi lain menyebutkan pendidikan merupakan
praktik pengembangan dan pengujian teori-teori yang akan memberi kita pemaknaan lebih
tentang pengalaman kita. Hal ini juga ditegaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
responden akan memberikan pengaruh terhadap cara berfikirnya semakin rendah pendidikan
seseorang akan berpengaruh terhadap pola fikirnya sehingga lebih sulit menerima terhadap
perubahan dan perkembangan. Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin baik orang tersebut dalam menyikapi kesehatan pada diri mereka dalam
mewujudkan keikutsertaanya menjadi anggota BPJS Kesehatan.
3. Usia
Usia merupakan lama kehidupan seseorang dari mulai dilahirkan sampai meninggal dunia.
Menurut sumber yang sama seseorang dikatakan dapat mengabil suatu kebijaksanaan secara
mandiri pada usia lebih dari 15 tahun sedangkan dibawah 15 tahun masih dikatakan belum dapat
mengambil kebijakan berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Menurut Budioro, perubahan
umur mempengaruhi perilaku seseorang karena melalui perjalanan umurnya proses pendewasaan
terjadi. Maka seseorang akan lebih mudah untuk melakukan adaptasi perilaku hidup dengan
lingkungannya dalam hal ini berkaitan dengan keikutsertaanya untuk menjadi anggota BPJS
Kesehatan.
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo mengemukakan bahwa perilaku
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni dalam penelitian ini yang perilaku berhubungan
dengan keikutsertaan BPJS yaitu:
a. Faktor Predisposisi (presdisposing factor)
Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan seperti
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut. Untuk berperilaku ikut serta dalam BPJS, misalnya: dampak jaminan
kesehatan bagi dirinya dan keluarganya diperlukan pengetahuan dan kesadaran tentang
keikutsertaan BPJS Kesehatan, baik bagi dirinya maupun keluarganya. Disamping itu,
kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong
atau menghambat seseorang dalam keikutsertaannya dalam program BPJS Kesehatan.
Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka
sering disebut faktor pemudah.
b. Faktor Pemungkin (enambling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, misalnya: fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,
poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan
sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana
pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaan kesehatan bagi peserta yang sakit. Fasilitas
ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan
yaitu keikutsertaan dalam BPJS Kesehatan, maka faktor ini di sebut faktor pendukung
atau pemungkin.
c. Faktor Pendorong (reinforching factor)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap
dan perilaku petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-
peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan
dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari
tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.
Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat
tersebut.
http://mahasiswa.dinus.ac.id/docs/skripsi/lengkap/18847.pdf

Anda mungkin juga menyukai