Dosen Pengampu :
Oleh :
AKK 2015
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Mhd. Nur, Ms yang telah membimbing
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang “Pandangan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan khususnya ibu hamil dalam pemilihan penolongan
persalinan”. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Pengertian....................................................................................................................3
2.5 Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Kesehatan dan Non-kesehatan
dalam Menolong Persalinan.........................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Meskipun sebagian telah memanfaatkan bidan, namun masih ada sebagian yang tetap
menggunakan dukun bayi sebagai penolong kelahiran. Hal ini terkait dengan rendahnya
pengetahuan tentang risiko melahirkan, aksesibilitas fisik (jarake pelayanan kesehatan), serta
biaya pelayanan dan melahirkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari persalinan ditolong tenaga non kesehatan dan persalinan
ditolong tenaga kesehatan.
2. Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang masalah kehamilan dan persalinan.
3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap pemilihan
penolongan persalinan.
4. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan oleh bidan dan
dukun.
5. Bagaimana usaha dalam menjalin kerjasama antara tenaga kesehatan dengan tenaga
non kesehatan dalam menolong persalinan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.4 Pengertian
3
dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinana yang ditolong oleh tenaga kesehatan
menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya
infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
Alasan melakukan pemeriksaan kehamilan, baik ke bidan maupun dukun adalah antara
lain supaya kalau melahirkan gampang dan supaya mengetahui kondisi ibu maupun bayi yang
dikandungnya. Kendati pun demikian ada variasi dalam melakukan pemeriksaan ke bidan
atau dukun di antara para informan. Ada informan yang secara rutin memeriksakan
kehamilannya ke bidan dan juga dukun, ada yang secara rutin memeriksakan kehamilannnya
ke dukun saja atau ke bidan saja, ada pula yang memeriksakan kehamilannya hanya kalau
merasa sakit atau ada keluhan, dengan alasan karena dukun lebih telaten, dan lebih sabar
menunggu. Sedangkan bidan biasanya tidak sabar menunggui terus hingga proses persalinan
5
berlangsung. Bidan biasanya akan datang dan melihat sebentar kondisi ibu dan
memperkirakan waktu Pemanfaatan Dukun Bayi dan Bidan dalam Pertolongan Persalinan
Ketika menjelang terjadi proses persalinan, pada umumnya yang dipanggil pertama kali
adalah dukun. Mereka memanggil dukun untuk mengetahui posisi bayi, selain juga untuk
mempersiapkan keperluan persalinan. Dukun akan segera datang dan akan menungguinya
dengan melakukan pemijatan kepada ibu hamil atau mempersiapkan perlengkapan dalam
proses persalinan. Biasanya dukun akan menunggui terus hingga proses persalinan
berlangsung, meskipun dalam proses persalinan tersebut juga ditolong bidan. Pemanggilan
dukun lebih awal juga persalinannya. Jika diperkirakan masih lama akan ditinggal pulang,
dan akan datang lagi beberapa waktu kemudian. Untuk warga masyarakat yang telah
memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan dan resiko persalinan mereka sajak awal
memilih bidan untuk menolong persalinan, baik persalinan dilakukan di rumahnya sendiri
maupun di polindes/rumah bidan/puskesmas.
Secara umum ada kesan bahwa dukun sebenarnya tidak bisa mengetahui atau
memperkirakan kapan akan terjadi persalinan, dengan kata lain masyarakat umumnya ragu
akan kemampuan dukun untuk memperkirakan kapan terjadi persalinan, karena biasanya
dukun memang tidak melihat vagina melainkan hanya meraba dan memijat perut, sementara
bidan dianggap lebih mengetahui, yaitu dengan melihat vagina untuk mengetahui
pembukaannya. Di sisi lain dengan melihat vagina untuk mengetahui pembukaannya, secara
budaya menjadi masalah bagi sebagian masyarakat, karena mereka merasa risi dan malu
kalau harus dilihat vaginanya. Sehingga mereka lebih suka ditolong oleh dukun. Beberapa
informan menuturkan bahwa dukun yang telah ikut pelatihan itu sebenarnya sama dengan
bidan, karena mereka juga memiliki peralatan yang sama dengan milik bidan. Karena itu bila
mereka meminta pertolongan dukun dalam persalinan itu sudah cukup, apalagi dukun
biayanya lebih murah.
Seperti kita ketahui bersama banyak faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap pertolongan persalinan oleh tenaga Bidan, dan lebih memilih persalinan oleh dukun
bayi hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, faktor sosial-budaya
yang masih kental,ekonomi keluarga dan banyak faktor lainnya. Pandangan masyarakat
terhadap Dukun dan Bidan dilihat dari kemampuan, kesabaran, pengalaman, pembiayaan, dan
darimana penolong tersebut berasal, terkait dengan faktor internal diantaranya norma,
keyakinan, pengetahuan dan sikap.
7
Sikap yaitu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Tugas pokok bidan sebenarnya adalah memberi pelayanan
kebidanan di komunitas. Bidan komunitas bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan.
Sebagai pelaksana, bidan harus mengetahui dan menguasai pengetahuan dan teknologi
kebidanan yang selalu berkembang serta melakukan kegiatan. Dukun bayi adalah seorang
anggota masyarakat yang pada umumnya adalah seorang wanita yang mendapat kepercayaan
serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional.
Keterampilan tersebut diperoleh secara turun temurun, belajar secara praktis atau
dengan cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan serta melalui tenaga
kesehatan. Dukun bayi juga merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Pengetahuan menurut Notoatmodjo merupakan khasanah kekayaan mental
secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Setiap pengetahuan
mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistologi), dan
untuk apa (aksiologi). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi. Pendidikan yang
rendah sangat mempengaruhi dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan sebagai
aspek yang merupakan penekanan upaya promotif dan preventif dalam pembangunan
kesehatan. Oleh karena Masyarakat sendiri memiliki persepsi dan sikap yang berbeda-beda
terhadap tenaga kesehatan dan dukun bayi. Banyak hal yang perlu diketahui dalam
pembentukan persepsi dan sikap tersebut. Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan,
berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap mudah terbentuk jika
melibatkan faktor emosional. Hal ini sudah bisa dibilang baik apabila sikap positif terhadap
pemilihan pertolongan persalinan dengan bidan lebih besar dibanding dukun bayi, namun
apabila melihat pada sikap positif terhadap pemilihan pertolongan persalinan dengan dukun
bayi yang lebih besar, maka hal tersebut masih perlu menjadi perhatian sampai masyarakat
mampu merubah pola pikirnya terhadap pemilihan pertolongan persalinan yang aman.
Pertama, secara umum masyarakat memandang pelayanan yang diberikan oleh bidan
kepada masyarakat sudah cukup baik. Biasanya mereka bersedia dipanggil bila ada yang
membutuhkan pertolongannya. Keluhan yang banyak dikemukakan berkenaan dengan
kesiapan bidan memberikan pertolongan adalah ketika bidan diminta memberikan
pertolongan pada malam hari. Di antara bidan ada yang enggan datang pada saat itu juga,
pada hal proses kelahiran tidak bisa ditunda. Selain itu ada yang melihat bahwa bidan
dalam memberikan pelayanan kebanyakan juga cenderung tidak proaktif, dalam arti
cenderung menunggu untuk dipanggil baik pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan maupun pasca persalinan.
Ketiga, dilihat dari kemampuan bidan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dan
menolong persalinan, umumnya bidan dipandang cukup mampu melakukan tugasnya.
Dibandingkan dengan dukun, secara umum masyarakat memandang bahwa bidan lebih
pintar dan lebih mampu menangani kehamilan dan persalinan. Alasan yang dikemukakan
antara lain bahwa untuk menjadi bidan harus sekolah cukup lama, dan peralatan yang
dimiliki juga lebih lengkap.
9
peran dukun tidak lagi menguasai sepenuhnya pelayanan kesehatan ibu hamil dan
melahirkan. karena itu pandangan tentang peran dan fungsi dukun di dalam pandangan
masyarakat secara spesifik bisa dipilah dalam beberapa kelompok.
Kedua, kebanyakan masyarakat melihat pergeseran peran dan fungsi dukun. Kalau
dulu memegang peran utama dalam memberikan pertolongan persalinan, sekarang
menjadi peran pembantu bidan dalam memberikan pertolongan persalinan. Pemahaman
dan kesadaran pergeseran peran dan fungsi dukun ini ada pada sebagian besar masyarakat.
Meskipun demikian umumnya mereka tidak setuju bila keberadaan dukun dihapuskan,
karena peran dukun tidak bisa digantikan oleh bidan atau dokter. Mereka datang ke bidan
adalah untuk memeriksa kesehatan, mereka menyebutnya dengan asuntik kangguy tamba
dara (suntik ke bidan untuk kesehatan dan tambah darah), sedangkan ke dukun adalah
untuk a junjung dan a pelet (mengangkat dan memijat untuk mengatur posisi bayi).
Ketiga, pemahaman dan kesadaran akan adanya pergeseran peran dan fungsi dukun
pada sebagian masyarakat diikuti dengan tindakan nyata, dalam arti bahwa mereka sejak
awal memang merencanakan untuk memilih bidan baik dalam pemeriksaan kehamilan
maupun pertolongan persalinan. Mereka khawatir dan takut akan resiko yang terjadi bila
melahirkan ke dukun, sehingga beaya tidak lagi menjadi pertimbangan utama dalam
menentukan pilihan persalinan apakah bidan atau dukun, yang penting aman baik terhadap
ibu maupun bayi. Namun demikian, mereka tetap masih membutuhkan pertolongan dukun
untuk melakukan pemijatan saat kehamilan maupun perawatan pasca persalinan dan
pemberian jamu-jamu. Jadi bagi mereka dukun juga tetap dibutuhkan.
Keempat, dari segi kemampuan dan ketrampilan memeriksa kondisi kesehatan ibu
hamil, dukun dipandang masih kurang mampu terutama bila dibandingkan dengan bidan,
karena peralatan yang dimiliki juga tidak selengkap bidan, misalnya dukun tidak bisa
menyuntik dan mengukur tensi darah. Namun demikian dengan telah mengikuti pelatihan,
kemampuan dukun jauh lebih baik dibanding dulu.
10
1.8 Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Kesehatan dan Non-kesehatan
dalam Menolong Persalinan
Berdasarkan dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong suatu
persalinan dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun
beranak, walaupun dalam menolong persalinan dukun tidak berdasarkan kepada pengalaman
dan berbagai kasus persalinan oleh dukun seringkali terjadi dan menimpa seorang ibu dan
atau bayinya. Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak boleh dihilangkan tetapi kita bisa
melakukan kerjasama dengan dukun untuk mengatasi hal-hal atau berbagai kasus persalinan
oleh dukun.
1. Dengan diadakan program penempatan bidan di desa yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan
adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara
keduanya.
2. Dalam meningkatkan mutu pelayanan kita bisa melakukan pelatihan-pelatihan kepada
dukun sehingga para dukun diharapkan bisa mengetahui tentang tanda-tanda bahaya
kehamilan dan persalinan. Selain itu kemitraan antara bidan dan dukun bayi sangat
diperlukan.
3. Kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama antara bidan dengan dukun dimana setiap
kali ada pasien yang hendak bersalin, dukun akan memanggil bidan. Pada saat
pertolongan persalinan tersebut ada pembagian peran antara bidan dengan dukunnya.
Selain pada saat persalinan ada juga pembagian peran yang dilakukan pada saat
kehamilan dan masa nifas, tetapi memang yang lebih banyak diutarakan adalah
kerjasama pada saat persalinan.
4. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, antara
lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Kualitas) 24 jam.
5. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu,
pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan
pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.
11
6. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan menjalin
kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI), Perinasia,
PMI, LSM dan berbagai swasta.
7. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam bentuk
meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2, serta
menyediakan buku KIA.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya wawasan pengetahuan masyarakat
ternyata amat berpengaruh terhadap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Untuk
perawatan dan pemeriksaan kehamilan umumnya menggunakan jasa bidan maupun dukun.
Maksudnya datang ke bidan untuk memeriksakan kesehatan diri dan bayinya, biasanya
mereka minta disuntik “sehat”, dan oleh bidan juga diberi pil vitamin maupun tambah darah.
Sementara bila datang ke dukun adalah untuk dipijat, untuk menghilangkan pegal-pegal, rasa
sakit dan membetulkan letak bayi, yaitu dengan cara e pelet (dipijat), serta minta jamu untuk
menambah kesehatan.
Umumnya mereka tidak setuju bila keberadaan dukun dihapuskan, sebab mereka
masih sangat membutuhkan jasanya terutama untuk memijat ibu hamil dan bayi, serta
merawat bayi saat baru lahir hingga usia sekitar 40 hari. Semua pekerjaan tersebut tidak
pernah dilakukan oleh bidan atau tenaga medis yang lain. Secara umum, masyarakat
memandang keberadaan dukun bayi dan bidan dibutuhkan masyarakat. Masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga keberadaan mereka dipandang saling
melengkapi.
3.2 Saran
Semoga laporan ini dapat menjadi rujukan bagi pembaca agar memahami dan
menambah pengetahuan. Semoga pada laporan selanjutnya dengan topik yang sama dapat
lebih diperlengkap dan diperinci lagi mengenai topik-topik yang dibahas.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://rsud.banglikab.go.id/index.php/baca-berita/424/Pertolongan-Persalinan-Oleh-
Tenaga-Kesehatan-di-Fasilitas-Kesehatan. diakses pada hari selasa 17 April 2018. Pada
pukul 20.30 WIB
https://dinkes.malangkota.go.id/2015/10/30/persalinan-ditolong-oleh-tenaga-
kesehatan/. diakses pada hari selasa 17 April 2018. Pada pukul 20.45 WIB
https://media.neliti.com/media/publications/108617-ID-gambaran-pilihan-persalinan-
oleh-tenaga.pdf. diakses pada hari selasa 17 April 2018. Pada pukul 21.00 WIB
14