Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

(Tugas Pengganti Ujian Tengah Semester)

Pandangan Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan Khususnya Ibu Hamil dalam


Pemilihan Penolongan Persalinan

Dosen Pengampu :

Dr. Mhd Nur, MS

Oleh :

Meiyola Ariska 1511211036

AKK 2015
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Mhd. Nur, Ms yang telah membimbing
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang “Pandangan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan khususnya ibu hamil dalam pemilihan penolongan
persalinan”. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan makalah ini.

Padang, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Pengertian....................................................................................................................3

2.1.1 Persalinan Ditolong Tenaga Non Kesehatan........................................................3

2.1.2 Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan..................................................3

2.2 Pengetahuan Masyarakat tentang masalah kehamilan dan kelahiran..........................4

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pandangan Masyarakat Terhadap Pemilihan


Penolongan Persalinan...................................................................................................6

2.4 Pandangan Masyarakat Terhadap Dukun Dan Bidan..................................................7

2.4.1 Pandangan Terhadap Bidan..................................................................................9

2.4.2 Pandangan Terhadap Dukun..............................................................................10

2.5 Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Kesehatan dan Non-kesehatan
dalam Menolong Persalinan.........................................................................................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................13

3.2 Saran...............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam
kehidupan wanita. Setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan tersendiri  yang dapat
diceritakan ke orang lain. Memori melahirkan, peristiwa dan orang-orang  yang terlibat dapat
bersifat negatif atau positif, dan pada akhirnya dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi
psikososial jangka pendek dan jangka panjang.
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I
sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui
indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih. Indikator ini
memperlihatkan tingkat kemampuan Pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan
berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Sebagian besar masyarakat indonesia masih mempercayai tenaga non kesehatan. Salah
satu kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di indonesia adalah persalinan dengan
pertolongan oleh dukun bayi. Kenyataannya, hampir semua masyarakat indonesia baik yang
tinggal di pedesaan maupun perkotaan lebih senang ditolong oleh dukun. Hal tersebut
disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat setempat.
Kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan.
Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko
kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas
kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Oleh karena itu, kebijakan
Kementerian Kesehatan adalah seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan
diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan.
Di sebagian daerah di Indonesia, cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan masih
rendah dikarenakan masih adanya kepercayaan masyarakat untuk melahirkan ditolong dukun.
Selain itu, di daerah dengan kondisi geografis sulit, masyarakat menghadapi kendala untuk
dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan secara cepat.
Rendahnya penolong persalinan oleh tenaga kesehatan ternyata dipengaruhi oleh
ketidaktahuan ibu tentang gejala kehamilan, risiko kehamilan dan risiko melahirkan.

1
Meskipun sebagian telah memanfaatkan bidan, namun masih ada sebagian yang tetap
menggunakan dukun bayi sebagai penolong kelahiran. Hal ini terkait dengan rendahnya
pengetahuan tentang risiko melahirkan, aksesibilitas fisik (jarake pelayanan kesehatan), serta
biaya pelayanan dan melahirkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari persalinan ditolong tenaga non kesehatan dan persalinan
ditolong tenaga kesehatan.
2. Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang masalah kehamilan dan persalinan.
3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap pemilihan
penolongan persalinan.
4. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan oleh bidan dan
dukun.
5. Bagaimana usaha dalam menjalin kerjasama antara tenaga kesehatan dengan tenaga
non kesehatan dalam menolong persalinan.

1.3 Tujuan Penulisan


1 Untuk mengetahui pengertian dari persalinan ditolong tenaga non kesehatan dan
persalinan ditolong tenaga kesehatan.
2 Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang masalah kehamilan dan
persalinan.
3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan masyarakat
terhadap pemilihan penolongan persalinan.
4 Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan oleh bidan
dan dukun.
5 Untuk mengetahui usaha dalam menjalin kerjasama antara tenaga kesehatan dengan
tenaga non kesehatan dalam menolong persalinan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.4 Pengertian

1.4.1 Persalinan Ditolong Tenaga Non Kesehatan


Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Pertolongan persalinan oleh tenaga
non kesehatan yaitu proses persalinan yang dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa
di kenal dengan istilah paraji/dukun bayi.
Menurut Kusnada Adimiharja, dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang
menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada
anak atau dari keluarga dekat lainnya. Cara mendapatkan keterampilan ini adalah melalui
magang dari pengalaman sendiri atau saat membantu melahirkan. Suparlan mengatakan
bahwa dukun bayi mempunyai ciri-ciri yaitu:
1. Pada umumnya terdiri dari orang biasa
2. Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf.
3. Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena
panggilan atau melalui mimpi-mimpi dengan tujuan untuk menolong sesama.
4. Di samping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lain yang tetap. Misalnya
petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah
pekerjaan sambilan.
5. Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-
masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap
waktunya.
6. Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang
berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat.

1.4.2 Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan (bidan, dokter dan tenaga para medis lainnya). Tenaga kesehatan
merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu
dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau

3
dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinana yang ditolong oleh tenaga kesehatan
menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya
infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

1.5 Pengetahuan Masyarakat tentang masalah kehamilan dan kelahiran


Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan pelayanan
kesehatan adalah berkenaan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang
kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang tinggi mengenai kesehatan reproduksi akan
mempengaruhi sikap dan perilaku untuk mencapai reproduksi yang sehat. Kesemuanya itu
tidak lepas kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat
serta keadaan geografis. Namun demikian tidak juga bisa dilepaskan adanya faktor kesiapan
pelayanan kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga bisa terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat hingga pelosok desa.

Umumnya perempuan mengetahui kehamilannya dengan cara melihat atau menandai


kebiasaan tanggal/waktu menstruasi. Bila telah terlambat menstruasi sekitar satu bulan atau
dua bulan, mereka menduga itu sebagai salah satu gejala terjadinya kehamilan. Setelah terjadi
keterlambatan menstruasi tersebut umumnya mereka datang ke bidan, untuk meyakinkan
tentang kehamilannya, yaitu dengan cara tes urine. Selain itu tanda-tanda kehamilan juga
diketahui dari adanya gejala pusing-pusing, mual (bau), seperti mau muntah, bahkan banyak
juga yang muntah-muntah. Dari gejala tersebut kemudian mereka memeriksakan diri ke bidan
untuk meyakinkan kehamilannya. Bahkan ada juga yang mengaku bahwa ketika
memeriksakan diri ke bidan tidak diminta melakukan tes urine, karena tidak sedikit ibu-ibu
yang memeriksakan kehamilannya ke bidan ketika kehamilannya sudah memasuki usia lebih
dari empat bulan, sehingga oleh bidan tanpa dilakukan tes urine pun sudah diketahui
kehamilannya.

Dari 5 informan yang diwawancara ditemukan bahwa untuk mengetahui atau


memastikan kehamilannya sebagian besar informan melakukan pemeriksaan ke bidan, dan
hanya terdapat 1 informan yang datang ke dukun untuk mengetahui kehamilannya. Hal ini
berkait dengan kenyataan bahwa hanya bidan yang memiliki peralatan untuk melakukan tes
kehamilan. Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya wawasan pengetahuan masyarakat
amat berpengaruh terhadap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Seorang informan
yang mengaku tidak pernah sekolah menuturkan bahwa saat pertama kali terlambat bulan, ia
tidak menyadari bahwa dirinya hamil, sehingga minum jamu terlambat bulan. Kemudian
setelah pijat ke dukun baru diketahui bahwa dia sedang hamil. Setelah itu dia rajin datang ke
4
dukun untuk melihat keadaan bayinya, sementara dia baru ke bidan setelah kehamilannya
berumur 7 bulan.

Sebagian besar informan selama kehamilannya melakukan pemeriksaan baik ke bidan


maupun ke dukun, sehingga kedua penolong persalinan secara umum memang diakui dan
dimanfaatkan masyarakat. Warga masyarakat yang memiliki pendidikan lebih tinggi memang
ada kecenderungan berhati-hati dalam merawat kehamilannya, karena telah memiliki
pengetahuan dan kesadaran lebih tinggi akan resiko kehamilan dan persalinan. Kalaupun
mereka pergi ke dukun untuk meminta pijat dan mengetahui posisi janin, biasanya baru akan
mereka lakukan setelah usia kandungan lebih dari 4 bulan.

Untuk perawatan dan pemeriksaan kehamilan, umumnya mereka menggunakan jasa


bidan maupun dukun. Maksudnya datang ke bidan untuk memeriksakan kesehatan diri dan
bayinya, biasanya mereka minta disuntik “sehat”, dan oleh bidan juga diberi pil vitamin
maupun tambah darah. Sementara datang ke dukun untuk menghilangkan pegal-pegal, rasa
sakit dan membetulkan letak bayi, yaitu dengan cara e pelet (dipijat), serta minta jamu untuk
menambah kesehatan. Beberapa informan mengatakan bahwa dengan pemeriksaan ke dukun
akan diketahui apakah bayinya sungsang atau tidak. Dengan demikian secara umum mereka
memang bisa membedakan peran bidan dan peran dukun. Kalau bidan adalah untuk
memeriksa kesehatan, mereka menyebutnya dengan asuntik kangguy tamba dara (suntik ke
bidan untuk kesehatan dan tambah darah), sedangkan ke dukun adalah untuk a junjung dan a
pelet (mengangkat dan memijat untuk mengatur posisi bayi). Karena itu umumnya mereka
tidak setuju bila keberadaan dukun dihapuskan, sebab mereka masih sangat membutuhkan
jasanya terutama untuk memijat ibu hamil dan bayi, serta merawat bayi saat baru lahir hingga
usia sekitar 40 hari. Semua pekerjaan tersebut tidak pernah dilakukan oleh bidan atau tenaga
medis yang lain.

Alasan melakukan pemeriksaan kehamilan, baik ke bidan maupun dukun adalah antara
lain supaya kalau melahirkan gampang dan supaya mengetahui kondisi ibu maupun bayi yang
dikandungnya. Kendati pun demikian ada variasi dalam melakukan pemeriksaan ke bidan
atau dukun di antara para informan. Ada informan yang secara rutin memeriksakan
kehamilannya ke bidan dan juga dukun, ada yang secara rutin memeriksakan kehamilannnya
ke dukun saja atau ke bidan saja, ada pula yang memeriksakan kehamilannya hanya kalau
merasa sakit atau ada keluhan, dengan alasan karena dukun lebih telaten, dan lebih sabar
menunggu. Sedangkan bidan biasanya tidak sabar menunggui terus hingga proses persalinan

5
berlangsung. Bidan biasanya akan datang dan melihat sebentar kondisi ibu dan
memperkirakan waktu Pemanfaatan Dukun Bayi dan Bidan dalam Pertolongan Persalinan

Ketika menjelang terjadi proses persalinan, pada umumnya yang dipanggil pertama kali
adalah dukun. Mereka memanggil dukun untuk mengetahui posisi bayi, selain juga untuk
mempersiapkan keperluan persalinan. Dukun akan segera datang dan akan menungguinya
dengan melakukan pemijatan kepada ibu hamil atau mempersiapkan perlengkapan dalam
proses persalinan. Biasanya dukun akan menunggui terus hingga proses persalinan
berlangsung, meskipun dalam proses persalinan tersebut juga ditolong bidan. Pemanggilan
dukun lebih awal juga persalinannya. Jika diperkirakan masih lama akan ditinggal pulang,
dan akan datang lagi beberapa waktu kemudian. Untuk warga masyarakat yang telah
memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan dan resiko persalinan mereka sajak awal
memilih bidan untuk menolong persalinan, baik persalinan dilakukan di rumahnya sendiri
maupun di polindes/rumah bidan/puskesmas.

Secara umum ada kesan bahwa dukun sebenarnya tidak bisa mengetahui atau
memperkirakan kapan akan terjadi persalinan, dengan kata lain masyarakat umumnya ragu
akan kemampuan dukun untuk memperkirakan kapan terjadi persalinan, karena biasanya
dukun memang tidak melihat vagina melainkan hanya meraba dan memijat perut, sementara
bidan dianggap lebih mengetahui, yaitu dengan melihat vagina untuk mengetahui
pembukaannya. Di sisi lain dengan melihat vagina untuk mengetahui pembukaannya, secara
budaya menjadi masalah bagi sebagian masyarakat, karena mereka merasa risi dan malu
kalau harus dilihat vaginanya. Sehingga mereka lebih suka ditolong oleh dukun. Beberapa
informan menuturkan bahwa dukun yang telah ikut pelatihan itu sebenarnya sama dengan
bidan, karena mereka juga memiliki peralatan yang sama dengan milik bidan. Karena itu bila
mereka meminta pertolongan dukun dalam persalinan itu sudah cukup, apalagi dukun
biayanya lebih murah.

1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pandangan Masyarakat Terhadap Pemilihan


Penolongan Persalinan
1.  Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi dapat berpengaruh terhadap keputusan seseorang dalam memilih
pelayanan kesehatan terutama pemilihan pertolongan persalinan,faktor tesebut antaralain
rendahnya pendapatan keluarga,dimana masyarakat tidak mempunyai uang cukup untuk
mendapat pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas.  
2. Faktor Budaya
6
Faktor budaya setempat dan pengetahuan sendiri serta sistem nilai sangat berpengaruh
terhadap keputusan yang diambil oleh pasien dan keluarga. Kebudayaan yang mencakup
norma, adat istiadat, kebiasaan,sangat berpengaruh apabila pelayanan kesehatan tersebut
dianggap cocok atau sesuai dengan norma, adat istiadat, dan kebiasaan mitos-mitos yang
melekat di daerahnya tersebut.Sehingga dari situ dapat diketahui apakah masyarakat
merespon dengan baik pelayanan kesehatan yang tersedia.
3. Faktor Perilaku individu
Perilaku individu juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan,
diantaranya sikap, pengetahuan pasien, dan kebiasaan yang turun-temurun.
4.  Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sosial yaitu interaksi masyarakat, adat istiadat, pendidikan dan
tingkat ekonomi. 
5. Faktor Pelayanan kesehatan
Faktor pelayanan kesehatanpun sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat
terutama pelayanan terhadap ibu dan anak, pelayanan kesehatan sangat berpengaruh dari segi
jarak pemukiman, kelengkapan alat-alat dan obat yang tersedia serta tenaga ahli yang
terampil dan menguasai teknologi kesehatan.
1.7 Pandangan Masyarakat Terhadap Dukun Dan Bidan
Pandangan atau persepsi merupakan proses kerja sama melalui perantaraan pikiran
sehat yang muncul pada seseorang, mencakup dua persepsi kerja yang saling berkaitan yaitu
menerima kesan melalui penglihatan penafsiraan dan penetapan arti atas kesan-kesan indrawi
yang melahirkan pandangan-pandangan seseorang terhadap sesuatu objek. Berbagai persepsi
masyarakat terhadap pertolongan persalinan oleh bidan dan dukun bayi selama ini menjadi
makna bagi masyarakat, banyak persepsi yang kurang positif terhadap kehadiran bidan
menjadi persepsi semu dimasyarakat sehingga peran bidan dikalangan masyarakat yang
masih sangat tradisional dan memegang budaya masih belum dapat diterima dengan baik.

Seperti kita ketahui bersama banyak faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap pertolongan persalinan oleh tenaga Bidan, dan lebih memilih persalinan oleh dukun
bayi hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, faktor sosial-budaya
yang masih kental,ekonomi keluarga dan banyak faktor lainnya. Pandangan masyarakat
terhadap Dukun dan Bidan dilihat dari kemampuan, kesabaran, pengalaman, pembiayaan, dan
darimana penolong tersebut berasal, terkait dengan faktor internal diantaranya norma,
keyakinan, pengetahuan dan sikap.

7
Sikap yaitu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Tugas pokok bidan sebenarnya adalah memberi pelayanan
kebidanan di komunitas. Bidan komunitas bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan.
Sebagai pelaksana, bidan harus mengetahui dan menguasai pengetahuan dan teknologi
kebidanan yang selalu berkembang serta melakukan kegiatan. Dukun bayi adalah seorang
anggota masyarakat yang pada umumnya adalah seorang wanita yang mendapat kepercayaan
serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional.

Keterampilan tersebut diperoleh secara turun temurun, belajar secara praktis atau
dengan cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan serta melalui tenaga
kesehatan. Dukun bayi juga merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Pengetahuan menurut Notoatmodjo merupakan khasanah kekayaan mental
secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Setiap pengetahuan
mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistologi), dan
untuk apa (aksiologi). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi. Pendidikan yang
rendah sangat mempengaruhi dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan sebagai
aspek yang merupakan penekanan upaya promotif dan preventif dalam pembangunan
kesehatan. Oleh karena Masyarakat sendiri memiliki persepsi dan sikap yang berbeda-beda
terhadap tenaga kesehatan dan dukun bayi. Banyak hal yang perlu diketahui dalam
pembentukan persepsi dan sikap tersebut. Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan,
berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap mudah terbentuk jika
melibatkan faktor emosional. Hal ini sudah bisa dibilang baik apabila sikap positif terhadap
pemilihan pertolongan persalinan dengan bidan lebih besar dibanding dukun bayi, namun
apabila melihat pada sikap positif terhadap pemilihan pertolongan persalinan dengan dukun
bayi yang lebih besar, maka hal tersebut masih perlu menjadi perhatian sampai masyarakat
mampu merubah pola pikirnya terhadap pemilihan pertolongan persalinan yang aman.

1.7.1 Pandangan Terhadap Bidan


Sebagai petugas yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat,
khususnya berkenaan dengan kesehatan maternal, maka masyarakat bisa memberikan
penilaian atau pandangan terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan tersebut.
Meskipun secara umum masyarakat memandang bahwa pelayanan yang diberikan oleh
8
bidan kepada masyarakat sudah cukup baik, namun dengan kondisi bidan yang beragam
baik dari segi kemampuan menangani pasien, kepribadian, rasa pengambian dan
keinginan untuk melayani, dan berbagai faktor yang lain, maka pandangan dan penilaian
terhadap bidan menjadi cukup beragam. Beberapa pandangan dan penilaian masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan.

Pertama, secara umum masyarakat memandang pelayanan yang diberikan oleh bidan
kepada masyarakat sudah cukup baik. Biasanya mereka bersedia dipanggil bila ada yang
membutuhkan pertolongannya. Keluhan yang banyak dikemukakan berkenaan dengan
kesiapan bidan memberikan pertolongan adalah ketika bidan diminta memberikan
pertolongan pada malam hari. Di antara bidan ada yang enggan datang pada saat itu juga,
pada hal proses kelahiran tidak bisa ditunda. Selain itu ada yang melihat bahwa bidan
dalam memberikan pelayanan kebanyakan juga cenderung tidak proaktif, dalam arti
cenderung menunggu untuk dipanggil baik pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan maupun pasca persalinan.

Kedua, di mata sebagian masyarakat bidan dipandang kurang sabar dalam


menunggui ibu yang akan melahirkan. Biasanya bidan memang akan pulang lagi ke
rumahnya setelah melihat kelahirannya diperkirakan masih lama (beberapa jam lagi).
Sehingga kadang-kadang ketika bidan datang untuk yang kedua kalinya bayi sudah lahir,
di bawah pertolongan dukun. Apabila dibandingkan, secara umum dukun memang
cenderung lebih sabar dan telaten. Biasanya dukun akan menunggui terus sejak ia
dipanggil sampai proses kelahirannya.

Ketiga, dilihat dari kemampuan bidan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dan
menolong persalinan, umumnya bidan dipandang cukup mampu melakukan tugasnya.
Dibandingkan dengan dukun, secara umum masyarakat memandang bahwa bidan lebih
pintar dan lebih mampu menangani kehamilan dan persalinan. Alasan yang dikemukakan
antara lain bahwa untuk menjadi bidan harus sekolah cukup lama, dan peralatan yang
dimiliki juga lebih lengkap.

1.7.2 Pandangan Terhadap Dukun


Di kalangan masyarakat terutama di daerah pedesaan, peran dukun bayi dalam
memberikan pertolongan selama kehamilan, proses persalinan dan perawatan pasca masih
cukup kuat, meskipun kehadiran pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya bidan
sudah semakin banyak dan menjangkau hingga daerah terpencil. Meskipun demikian,

9
peran dukun tidak lagi menguasai sepenuhnya pelayanan kesehatan ibu hamil dan
melahirkan. karena itu pandangan tentang peran dan fungsi dukun di dalam pandangan
masyarakat secara spesifik bisa dipilah dalam beberapa kelompok.

Pertama, di mata sebagian masyarakat, terutama di dusun-dusun terpencil dan


dengan kondisi sosial ekonomi lemah, peran dan fungsi dukun memang masih dominan
memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil dan melahirkan. Mereka masih dipercaya
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (terbukti masih ada ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya pertama kali ke dukun), melakukan pemijatan (terutama
ketika badan terasa pegal dan membetulkan letak dan posisi bayi dalam kandungan),
memberikan pertolongan dalam persalinan hingga melakukan perawatan pasca persalinan.

Kedua, kebanyakan masyarakat melihat pergeseran peran dan fungsi dukun. Kalau
dulu memegang peran utama dalam memberikan pertolongan persalinan, sekarang
menjadi peran pembantu bidan dalam memberikan pertolongan persalinan. Pemahaman
dan kesadaran pergeseran peran dan fungsi dukun ini ada pada sebagian besar masyarakat.
Meskipun demikian umumnya mereka tidak setuju bila keberadaan dukun dihapuskan,
karena peran dukun tidak bisa digantikan oleh bidan atau dokter. Mereka datang ke bidan
adalah untuk memeriksa kesehatan, mereka menyebutnya dengan asuntik kangguy tamba
dara (suntik ke bidan untuk kesehatan dan tambah darah), sedangkan ke dukun adalah
untuk a junjung dan a pelet (mengangkat dan memijat untuk mengatur posisi bayi).

Ketiga, pemahaman dan kesadaran akan adanya pergeseran peran dan fungsi dukun
pada sebagian masyarakat diikuti dengan tindakan nyata, dalam arti bahwa mereka sejak
awal memang merencanakan untuk memilih bidan baik dalam pemeriksaan kehamilan
maupun pertolongan persalinan. Mereka khawatir dan takut akan resiko yang terjadi bila
melahirkan ke dukun, sehingga beaya tidak lagi menjadi pertimbangan utama dalam
menentukan pilihan persalinan apakah bidan atau dukun, yang penting aman baik terhadap
ibu maupun bayi. Namun demikian, mereka tetap masih membutuhkan pertolongan dukun
untuk melakukan pemijatan saat kehamilan maupun perawatan pasca persalinan dan
pemberian jamu-jamu. Jadi bagi mereka dukun juga tetap dibutuhkan.

Keempat, dari segi kemampuan dan ketrampilan memeriksa kondisi kesehatan ibu
hamil, dukun dipandang masih kurang mampu terutama bila dibandingkan dengan bidan,
karena peralatan yang dimiliki juga tidak selengkap bidan, misalnya dukun tidak bisa
menyuntik dan mengukur tensi darah. Namun demikian dengan telah mengikuti pelatihan,
kemampuan dukun jauh lebih baik dibanding dulu.
10
1.8 Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Kesehatan dan Non-kesehatan
dalam Menolong Persalinan
Berdasarkan dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong suatu
persalinan dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun
beranak, walaupun dalam menolong persalinan dukun tidak berdasarkan kepada pengalaman
dan berbagai kasus persalinan oleh dukun seringkali terjadi dan menimpa seorang ibu dan
atau bayinya. Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak boleh dihilangkan tetapi kita bisa
melakukan kerjasama dengan dukun untuk mengatasi hal-hal atau berbagai kasus persalinan
oleh dukun.
1. Dengan diadakan program penempatan bidan di desa yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan
adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin hubungan kemitraan antara
keduanya.
2. Dalam meningkatkan mutu pelayanan kita bisa melakukan pelatihan-pelatihan kepada
dukun sehingga para dukun diharapkan bisa mengetahui tentang tanda-tanda bahaya
kehamilan dan persalinan. Selain itu kemitraan antara bidan dan dukun bayi sangat
diperlukan.
3. Kemitraan adalah suatu bentuk kerja sama antara bidan dengan dukun dimana setiap
kali ada pasien yang hendak bersalin, dukun akan memanggil bidan. Pada saat
pertolongan persalinan tersebut ada pembagian peran antara bidan dengan dukunnya.
Selain pada saat persalinan ada juga pembagian peran yang dilakukan pada saat
kehamilan dan masa nifas, tetapi memang yang lebih banyak diutarakan adalah
kerjasama pada saat persalinan.
4. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar, antara
lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Kualitas) 24 jam.
5. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu,
pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan
pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.

11
6. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan menjalin
kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI), Perinasia,
PMI, LSM dan berbagai swasta.
7. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam bentuk
meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2, serta
menyediakan buku KIA.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya wawasan pengetahuan masyarakat
ternyata amat berpengaruh terhadap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Untuk
perawatan dan pemeriksaan kehamilan umumnya menggunakan jasa bidan maupun dukun.
Maksudnya datang ke bidan untuk memeriksakan kesehatan diri dan bayinya, biasanya
mereka minta disuntik “sehat”, dan oleh bidan juga diberi pil vitamin maupun tambah darah.
Sementara bila datang ke dukun adalah untuk dipijat, untuk menghilangkan pegal-pegal, rasa
sakit dan membetulkan letak bayi, yaitu dengan cara e pelet (dipijat), serta minta jamu untuk
menambah kesehatan.

Umumnya mereka tidak setuju bila keberadaan dukun dihapuskan, sebab mereka
masih sangat membutuhkan jasanya terutama untuk memijat ibu hamil dan bayi, serta
merawat bayi saat baru lahir hingga usia sekitar 40 hari. Semua pekerjaan tersebut tidak
pernah dilakukan oleh bidan atau tenaga medis yang lain. Secara umum, masyarakat
memandang keberadaan dukun bayi dan bidan dibutuhkan masyarakat. Masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga keberadaan mereka dipandang saling
melengkapi.

3.2 Saran
Semoga laporan ini dapat menjadi rujukan bagi pembaca agar memahami dan
menambah pengetahuan. Semoga pada laporan selanjutnya dengan topik yang sama dapat
lebih diperlengkap dan diperinci lagi mengenai topik-topik yang dibahas.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://rsud.banglikab.go.id/index.php/baca-berita/424/Pertolongan-Persalinan-Oleh-
Tenaga-Kesehatan-di-Fasilitas-Kesehatan. diakses pada hari selasa 17 April 2018. Pada
pukul 20.30 WIB

https://dinkes.malangkota.go.id/2015/10/30/persalinan-ditolong-oleh-tenaga-
kesehatan/. diakses pada hari selasa 17 April 2018. Pada pukul 20.45 WIB

https://media.neliti.com/media/publications/108617-ID-gambaran-pilihan-persalinan-
oleh-tenaga.pdf. diakses pada hari selasa 17 April 2018. Pada pukul 21.00 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai