Anda di halaman 1dari 34

EVALUASI TINGKAT KEBRHASILAN REKLAMASI

DALAM TAHAP OPERASI PRODUKSI DI


PT. RIUNG MITRA LESTARI

PROPOSAL TUGAS AKHIR

OLEH :
APRIADI SIMANUNGKALIT
DBD 111 0012

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pertambangan yang dilakukan dengan tambang terbuka,

akan menimbulkan tumpukan bahan non-batubara. Tanah sisa galian

pertambangan batubara terdiri dari sisa batubara (batubara muda) dan

batuan-batuan seperti batu liat (clay stone), batu lanau (silt stone), batu pasir

(sand stone) atau tufa vulkan (Tala’ohu [dkk], 1995). Beberapa kendala

fisik yang dihadapi dalam upaya reklamasi tanah bekas penambangan

batubara yakni: tanah terlalu padat, struktur tanah tidak mantap, aerasi dan

drainase tanah jelek, serta lambat meresapkan air. Selain itu kendala kimia

seperti pH sangat masam, tingginya kadar garam, dan rendahnya tingkat

kesuburan tanah merupakan pembatas utama dalam mereklamasi area tanah

timbunan.

Konsekuensinya diperlukan input yang relatif besar (seperti: pupuk

buatan dan pupuk organik, berbagai senyawa senyawa kimia untuk

mengendalikan hama dan penyakit, sarana dan prasarana untuk menjamin

ketersediaan air bagi tanaman) untuk memperbaiki kualitas atau

menyehatkan ekosistem tanah agar dapat mendukung pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Penggunaan alat berat dalam kegiatan

penambangan dapat mengakibatkan pemadatan tanah, sehingga menurunkan

porositas, permeabilitas dan kapasitas penahan air tanah. masalah yang

dijumpai dalam mereklamasi lahan bekas tambang adalah masalah fisik,


kimia (berupa nutrisi maupun keracuanan hara) dan biologi. Kegiatan

pertambangan mempengaruhi solum tanah dan terjadinya pemadatan tanah,

mempengaruhi stabilitas tanah dan bentuk lahan. Kegiatan pertambangan

dan kegiatan reklamasi harus terencana dengan baik agar dalam

pelaksanaanya tercapai sasaran yang diinginkan atau sesuai tata ruang yang

telah direncanakan. Dari latar belakang tersebut, penulis mencoba

melakukan penelitian tentang “Evaluasi Tingkat Reklamasi Dalam Tahap

Operasi Produksi Di PT. Riung Mitra Lestari.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian dengan judul

“EVALUASI TINGKAT KEBRHASILAN REKLAMASI DALAM

TAHAP OPERASI PRODUKSI DI PT. RIUNG MITRA LESTARI” adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana penataan lahan dalam tahap operasi produksi pada tambang

batubara di PT. Riung Mitra Lestari?

2. Apa faktor penghambat keberhasilan reklamasi dalam tahap operasi

produksi pada tambang batubara di PT. Riung Mitra Lestari?

3. Tumbuhan apa saja yang digunakan dalam reklamasi tahap operasi

produksi pada tambang batubara di PT. Riung Mitra Lestari?

4. Bagaimana evaluasi tingkat keberhasilan reklamasi dalam tahap operasi

produksi pada tambang batubara di PT. Riung Mitra Lestari?

1.3 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada :

1. Peneliti tidak membahas tentang biaya reklamasi dalam tahap operasi

produksi.

2. Peneliti hanya membahas tingkat keberhasilan reklamasi.

3. Peneliti tidak membahas saluran dimensi pada area reklamasi.

4. Peneliti tidak membahas kebutuhan alat pada area reklamasi.

5. Peneliti tidak membahas bentuk penataan lahan tidak dilihat dari

bentuk bukaan awal pit.

1.4 Maksud dan Tujuan

1.4.1 Maksud

Adapun maksud dari tugas akhir ini ini adalah sebagai

pemenuhan studi akhir pada kurikulum pembelajaran program S-1

Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas

Palangka Raya.

1.4.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana penataan lahan dalam tahap

operasi produksi pada tambang batubara di PT. Riung Mitra

Lestari.

2. Untuk menegetahui faktor penghambat keberhasilan reklamasi

dalam tahap operasi produksi pada tambang batubara di PT.

Riung Mitra Lestari.


3. Untuk mengetahui tumbuhan apa saja yang akan diguanakan

dalam reklamasi tahap operasi produksi di PT. Riung Mitra

Lestari.

4. Untuk mengevaluasi bagaimana tingkat keberhasilan reklamasi

dalam tahap operasi produksi di PT. Riung Mitra Lestari.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya kegiatan penelitian Tugas Akhir ini ada beberapa

manfaat yang dapat diperoleh, diantaranya :

1. Bagi Peneliti

a. Mengetahui proses dan kegiatan reklamasi.

b. Sebagai tempat penerapan ilmu pengetahuan yang didapatkan pada

bangku perkuliahan.

c. Menambah pengalaman dalam dunia pertambangan khususnya

tentang reklamasi pada area pasca penambangan secara langsung di

lapangan.

2. Bagi Perusahaan :

a. Mengetahui hal-hal yang kurang dalam reklamasi pada area

penambangan.

b. Sebagai bahan masukan maupun saran mengenai kegiatan

reklamasi pada area penambangan yang telah dilakukan.

3. Bagi Jurusan :

a. Sebagai laporan dari kegiatan penelitian Tugas Akhir.


b. Sebagai bahan studi literatur bagi mahasiswa Jurusan Teknik

Pertambangan Universitas Palangka Raya.

4. Bagi Pemerintah :

Sebagai informasi kegiatan penambangan khususnya kegiatan

pada reklamasi pada area penambangan yang dilakukan perusahaan di

daerah tersebut.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Reklamasi

Reklamasi lahan pasca tambang di Negara-negara maju diatur dalam

Undang-Undang. Pelaksanaannya dikontrol sangat ketat oleh warga negara

/masyarakat dan pemerintah daerah. Sebagai contoh, yang dilakukan di

Negara bagian Illinois USA. Pemerintah atas nama negara mengamankan

sumberdaya lahan agar tidak rusak pada aktifitas eksploitasi tambang

batubara terbuka. Supervisi reklamasi lahan dilakukan oleh pemerintah

daerah yang didukung dengan Undang-Undang tentang perlindungan

sumberdaya lahan dengan perangkat aturan pelaksanaannya

(Arnold.2001). Demikian pula di Indonesia, pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan hidup diikuti tindakan berupa pelestarian sumber

daya alam dalam rangka memajukan kesejahteraan umum seperti

tercantum dalam UUD 1945. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

sebagaimana telah diubah dan diperbarui oleh Undang- Undang Nomor 23

Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah payung

dibidang pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai dasar penyesuaian

terhadap perubahan atas peraturan yang telah ada sebelumnya, serta

menjadikannya sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh didalam suatu

sistem (Rensi, 2012). Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa Pengelolaan lingkungan


hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup

yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,

pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan

hidup.

Menurut Sitorus (2003) alat strategis untuk memperbaiki kerusakan

akibat penambangan sistem terbuka adalah dengan mengembalikan sisa

hasil penambangan kedalam lubang-lubang tambang, dan menanam

kembali vegetasi dengan memperhatikan sisa galian (tailing) yang

mengandung bahan beracun. Pada lahan pasca tambang batubara,

reklamasi lahan adalah usaha / upaya menciptakan agar permukaan tanah

dapat stabil, dapat menopang sendiri secara keberlanjutan (self-sustaining)

dan dapat digunakan untuk berproduksi, dimulai dari hubungan antara

tanah dan vegetasi, sebagai titik awal membangun ekosistem baru.

Reklamasi lahan pasca tambang batubara yang dikaitkan dengan revegetasi

pada dasarnya adalah untuk mengatasi berlanjutnya kerusakan lahan dan

menciptakan proses pembentukan unsur hara melalui pelapukan serasah

daun yang jatuh. Aktifitas tersebut diharapkan dapat secara berkelanjutan

dan dapat membentuk ekosistem baru. Reklamasi adalah kegiatan yang

bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu

sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan

berdaya guna sesuai peruntukannya. Reklamasi lahan bekas tambang

selain merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan pasca

tambang, agar menghasilkan lingkungan ekosistem yang baik dan juga


diupayakan menjadi lebih baik dibandingkan rona awalnya, dilakukan

dengan mempertimbangkan potensi bahan galian yang masih tertinggal.

Prinsip lingkungan hidup yang wajib dipenuhi dalam melaksanakan

reklamasi dan pasca tambang adalah :

1. Perlindungan terhadap kualitas air  permukaan, air tanah, air laut,  tanah

dan  udara

2. Perlindungan Keanekaragaman hayati

3. Penjaminan stabilitas dan keamanaan timbunan batuan penutup, 

kolam tailing, lahan bekas tambang dan struktur buatan lainnya

4. Pemanfaatan lahan bekas tambang

5. Memperhatikan nilai‐nilai sosial dan budaya setempat

6. Perlindungan terhadap kuantitas air tanah

Kegiatan reklamasi merupakan akhir dari kegiatan pertambangan

yang diharapkan dapat mengembalikan lahan kepada keadaan semula,

bahkan jika memungkinkan dapat lebih baik dari kondisi sebelum

penambangan. Kegiatan reklamasi meliputi pemulihan lahan bekas

tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya dan

mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya

untuk pemanfaatan selanjutnya. Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk

memperbaiki lahan bekas tambang agar kondisinya aman, stabil dan tidak

mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan kembali. Secara teknis usaha

reklamasi lahan tambang terdiri dari recontouring / regarding / resloping

lubang bekas tambang dan pembuatan saluran-saluran drainase untuk


memperoleh bentuk wilayah dengan kemiringan stabil, top soil spreading

agar memenuhi syarat sebagai media pertumbuhan tanaman, untuk

memperbaiki tanah sebagai media tanam, revegetasi dengan tanaman cepat

tumbuh, tanaman asli lokal dan tanaman kehutanan introduksi. Perlu juga

direncanakan pengembangan tanaman pangan, tanaman perkebunan dan

atau tanaman hutan industri, jika perencanaan penggunaan lahan

memungkinkan untuk itu (Djati, 2011).

2.2 Penataan Lahan


Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi bentang alam,

antara lain dengan cara:

a. menutup lubang galian (kolong) dengan menggunakan limbah tailing

(overburden). Lubang kolong yang sangat dalam dibiarkan terbuka,

untuk penampung air.

b. membuat saluran drainase untuk mengendalikan kelebihan air

c. menata lahan agar revegetasi lebih mudah dan erosi terkendali,

diantaranya dilakukan dengan cara meratakan permukaan tanah, jika

tanah sangat bergelombang penataan lahan dilakukan bersamaan

dengan penerapan suatu teknik konservasi, misalnya dengan pembuatan

teras.

d. menempatkan tanah pucuk agar dapat digunakan secara lebih efisien.

Karena umumnya jumlah tanah pucuk terbatas, maka tanah pucuk

diletakan pada areal atau jalur tanaman. Tanah pucuk dapat pula

diletakkan pada lubang tanam.


2.3 Pengelolaan Sedimen dan Pengendalian Erosi

Pengelolaan sedimen dilakukan dengan membuat bangunan

penangkap sedimen, seperti rorak, dan di dekat outlet dibuat bangunan

penangkap yang relatif besar. Cara vegetative juga merupakan metode

pencegahan erosi yang dapat diterapkan pada areal bekas tambang.

Tala’ohu et al. (1995) menggunakan strip vetiver untuk pencegahan erosi

pada areal bekas tambang batu bara. Vetiver merupakan pilihan yang

terbukti tepat, karena selain efektif menahan erosi, tanaman ini juga relatif

mudah tumbuh pada kondisi lahan buruk sehingga bertindak sebagai

tanaman pioner.

2.4 Penanaman Cover Crop

Penanaman cover crop (tanaman penutup) merupakan usaha untuk

memulihkan kualitas tanah dan mengendalikan erosi. Oleh karena itu

keberhasilan penanaman penutup tanah sangat menentukan keberhasilan

reklamasi lahan pasca penambangan. Karakteristik cover crop yang

dibutuhkan, sebagai berikut: mudah ditanam, cepat tumbuh dan rapat,

bersimbiosis dengan bakteri atau fungi yang menguntungkan (rhizobium,

frankia, azospirilum, dan mikoriza), menghasilkan biomassa yang

melimpah dan mudah terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman

pokok dan tidak melilit. Pada areal bekas tambang (Ambodo, 2004)

menggunakan dua jenis rumput (Echinocloa sp. dan Cynodon dactylon)

serta dua jenis legum (Macroptilium bracteatum dan Chamaecrista sp.)

sebagai cover crop. Selain itu juga dicampurkan tanaman legum lokal
seperti Clotalaria sp., Theprosia sp., Calindra sp., dan Sesbania rostata.

Dengan campuran jenis tersebut dalam waktu dua bulan setelah

penanaman didapatkan penutupan lebih dari 80%. Kemampuan tanaman

penutup untuk mendukung pemulihan kualitas tanah sangat tergantung

pada tingkat kerusakan tanah. Santoso [dkk], (2008). menyatakan bahwa

sebaiknya cover crop ditanam pada tahun pertama dan kedua proses

reklamasi.

2.5 Penanaman Tanaman Pionir

Untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan hama dan penyakit,

serta untuk lebih banyak menarik binatang penyebar benih, khususnya

burung, lebih baik jika digunakan lebih dari satu jenis tanaman

pionir/multikultur (Ambodo, 2008). Beberapa jenis tanaman pionir

adalah : sengon buto (Enterrolobium cylocarpum), Sengon

(Paraserianthes falcataria), johar (Casia siamea), Cemara (Casuarina

sp.), dan Eukaliptus pelita. Dalam waktu dua tahun kerapatan tajuk yang

dibentuk tanaman-tanaman tersebut mampu mencapai 50-60% sehingga

kondusif untuk melakukan restorasi jenis-jenis lokal, yang umumnya

bersifat semitoleran. Tanaman pioner ditanam dengan sistem pot pada

lubang berukuran lebar x panjang x dalam. Sekitar 60 x 60 x 60 cm, yang

diisi dengan tanah pucuk dan pupuk organik. Di beberapa lokasi, tanaman

pioneer ditanam langsung setelah penataan lahan, padahal tingkat

keberhasilannya relatif rendah (Puslittanak, 1995).


2.6 Kriteria Keberhasilan Reklamasi

Kriteria keberhasilan reklamasi mengacu kepada Peraturan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral No 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan

Reklamasi dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral

dan Batubara, dan terbagi dalam kategori kriteria keberhasilan reklamasi

tahap eksplorasi dan kriteria keberhasilan reklamasi pada tahap operasi

produksi.

2.6.1 Kriteria Keberhasilan Reklamasi pada Tahap Operasi

Produksi

Lampiran X dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral No 7 tahun 2014 mengenai kriteria keberhasilan

reklamasi tahap operasi produksi dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1: Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Objek
Kegiatan Reklamasi Parameter Standar Keberhasilan
Kegiatan
Penatagunaan lahan Luas areal yang
a Sesuai dengan rencana
ditata
Penataan permukaan tanah Stabilitas
b Tidak ada longsoran
timbunan
Luas areal yang
a Seuai atau melibihi rencana
Penimbunan kembali lahan ditimbun
bekas tambang b Stabilitas timunan Tidak ada longsoran
Baik (>75% dari luas
keseluruhan area bekas
Luas area yang tambang
a
ditabur Sedang (50%-75% dari luas
kesaeluruhan areal bekas
Penyebaran tanah zona
tambang)
pengakaran
Baik (pH 5-6)
b pH tanah
Sedang (pH4,5-<5)
a Saluran drainase Tidak terjadi erosi dan
sedimentasi aktif pada lahan
yang sudah ditata
Pengendalian erosi dan
Bangunan
pengelolaan air b Tidak terjadi alur-alur erosi
pengendali erosi
Luas area penanaman
Tanamam penutup
a
(cover crop) Baik (rasio tumbuh >80%)

Tanaman cepat
b Sedang (rasio tumbuh 60%-
tumbuh
c Tanaman lokal 80%)
Revegetasi Penanaman Pengelolaan material pembangkit air asam tambang
Pengelolaan
a Sesuai dengan rencana
material
Bangunan
b
pengendali erosi Terjadi alur – alur erosi
Kualitas air keluaran
Kolam pengendap
c memenuhi ketentuan baku
sedimen
mutu lingkungan
Penyelesaian akhir
a Penutupan tajuk ≥ 80%
pemeliharaan
Sesuai dengan dosis yang
a pemupukan
dibutuhkan
Pengendalian
Pengendalian berdasarkan
b gulma, hama dan
hasil analisis
penyakit
Sesuai dengan jumlah
c penyulaman
tanaman yang mati

2.7 Faktor Keberhasilan Reklamasi

2.7.1 Identifikasi kondisi tanah (media Tanam)

Dalam proses identifikasi kondisi tanah terbagi menjadi

ketebalan tanah pucuk yang dihamparkan dan kandungan nutrisi

dalam media tanam.


a. Ketebalan tanah pucuk

Proses identifikasi ketebalan tanah pucuk adalah dengan

melakukan pengecekan secara manual dan acak terhadap lokasi

yang ditebari tanah pucuk. Ketebalan tanah pucuk atau media

tanam dibandingkan dengan spesifikasi teknis yang ditentukan.

b. Kualitas tanah pucuk

Untuk mengetahui kualitas tanah pucuk adalah dengan

melakukan analisa karakter fisik dan kimia tanah. Tekstur tanah

dan kedalaman akan mempengaruhi kadar bahan organik. Makin

tingginya liat maka semakin tinggi pula bahan organik. Tanah

berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan

organik cepat habis (tan,1991).

Partikel Liat (Lempung) merupakan partikel yang

membantu menyimpan unsur hara dan air dalam tanah.

Dominasi fraksi liat akan menyebabkan terbentuknya banyak

pori-pori mikro, sehingga luas permukaan sentuhnya menjadi

sangat luas, sehingga daya pegang terhadap air sangat kuat.

Kondisi ini menyebabkan air yang ke masuk pori - pori segera

terperangkap dan udara sulit masuk. Pada kondisi lapangan,

sebagian besar ruang pori terisi air, sehingga pori - pori mikro

ini disebut juga pori kapiler (Hanafiah, 2005). Parameter analisa

tekstur tanah adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 : Parameter Analisa Tekstur Tanah


No PARAMETER
fisik
1 pH KCL 1M (1:2,5)
Ukuran butir (10 fraksi)
I. Pasir
1 1-2 mm
2 0,5-1 mm
3 0,2-0,5 mm
4 0,1-0,2 mm
5 50 µm – 0,1 mm
II. Lanau
6 20 – 50 µm
7 5-20 µm
8 2 – 5 µm
III. Lempung
9 0,2 – 2 µm
10 < 0,2 µm
Berdasarkan USDA (United States Department of

Agriculture), metode penentuan klasifikasi tanah berdasarkan

komposisi partikel penyusunan tanah adalah dengan

menggunakan diagram dibawah ini, 

Gambar 2.1: klasifikasi tanah berdasarkan komposisi


partikel penyusunnya
Kandungan nutrient dalam tanah mempengaruhi factor

pertumbuhan tanaman, untuk mengetahui kandungan nutrient

dalam tanah diperlukan analisa laboratorium kandungan nutrient

makro dan mikro tanah.

1. Unsur hara makro

Unsur Hara Makro adalah unsur-unsur hara yang

dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar.  Yang

diklasifikasikan sebagai unsur hara makro adalah Nitrogen

(N), Fosfor atau Phosphor (P), Kalium (K), Magnesium

(Mg), Kalsium (Ca), dan Belerang atau Sulfur  (S).

2. Unsur hara mikro

Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tanaman

dalam jumlah sedikit. Walaupun hanya diserap dalam jumlah

kecil, tetapi amat penting untuk menunjang keberhasilan

proses-proses dalam tumbuhan. Unsur – unsur hara mikro

diantaranya adalah: Boron (B), Tembaga (Cu), Zinc (Zn),

Ferro (Fe), Molibdenum (Mo), Mangan (Mn), Khlor (Cl),

Natrium (Na), Cobalt (Co), Silicone (Si), dan Nikel (Ni).

3. Tanah masam

Ciri umum tanah masam adalah nilai pH tanah rata-rata

kurang dari 4,0 dan tingginya kandungan unsur aluminium.

Metode mengidentifikasi tingkat kemasaman tanah adalah

dengan mengukur dengan pH meter tanah.Tanah masam


terdapat di berbagai wilayah Indonesia maupun di bagian lain

di dunia ini. Walaupun tanah-tanah itu dapat dikelompokkan

sebagai “tanah masam”, tetapi sangat mungkin terdapat sifat-

sifat tanah yang tidak sama. Sehingga cara penanggulangan

dan pengelolaan anggota tanah masam itu tidak selalu sama.

Sebagai langkah pertama untuk menangani tanah masam

adalah dengan mengenali lokasi sebarannya dan ciri-ciri

penting lain yang dimilikinya karena keberadaannya di

kawasan itu.

Masalah tanah masam sangat kompleks, mulai dari

kandungan hara hingga mempengaruhi pertumbuhan

tanaman. Masalah yang umumnya terjadi pada tanah masam

antara lain :

 Terakumulasinya ion H+ pada tanah sehingga

menghambat pertumbuhan tanaman.

 Tingginya kandungan Al3+ sehingga beracun bagi

tanaman.

 Kekurangan unsur hara Ca dan Mg

 Kekurangan unsur hara P karena terikat oleh Al3+

 Berkurangnya unsur Mo sehingga proses fotosintesis

terganggu

 Keracunan unsur mikro yang memiliki kelarutan yang

tinggi pada ranah masam


2.7.2 Identifikasi kualitas bibit

Bibit dipilih berdasarkan rencana tanam yang disusun

dengan mempertimbangkan jenis tanah, elevasi lokasi penanaman,

iklim setempat, ketersedian sumber air dan disesuaikan dengan

rencana tata guna lahan akhir yang direncanakan.

Bibit yang dipilih sebaiknya mempertimbangkan, pangkal

batang telah berkayu, kondisi bibit sehat, media dalam polybag

memiliki kepadatan yang cukup, kecukupan tinggi/diameter

tanaman, batang kokoh/tegar, dan memiliki batang tunggal (tidak

bercabang), bibit kokoh, dan diperoleh dari induk unggul.

Tabel 2.3: Contoh Syarat Khusus Mutu Beberapa Jenis

Bibit Tanaman Hutan

Jenis Bibit Kriteria Kondisi


Kekompakan media Utuh
Tinggi >30 cm
Akasia Diameter >3 mm
Nilai kekokohan bibit 7 – 12
Warna daun Hijau
Kekompakan media Utuh
Ampupu Tinggi >30 cm
Diameter >3 mm
Nilai kekokohan bibit 9 – 13
Warna daun Hijau
Gmelina Kekompakan media Utuh
Tinggi >40 cm
Diameter >4 mm
Nilai kekokohan bibit 9 – 11
Warna daun Hijau
Kekompakan media Utuh
Tinggi 36 - 45 cm
Sengon Diameter 4 - 7 mm
Nilai kekokohan bibit 5.1 - 9
Warna daun Hijau
Kekompakan media Utuh
Tinggi 50 - 65 cm
Meranti Diameter 5 - 8 mm
Nilai kekokohan bibit 6.3 – 10.8
Warna daun Hijau
Kekompakan media Utuh
Tinggi 55 - 70 cm
Tengkawang Diameter 5.5 - 9 mm
Nilai kekokohan bibit 6.8 – 11.6
Warna daun Hijau
Kekompakan media Utuh
Tinggi 20 - 30 cm
Jati Diameter >4 mm
Jumlah helai daun 3 Pasang

2.7.3 Identifikasi kebutuhan perawatan tanaman


Perawatan tanaman terdiri dari kegiatan penyulaman,

pendangiran, penyiangan, dan pemupukan. Identifikasi kebutuhan

perawatan dapat didasarkan pada hasil analisa kualitas tanah dan

ciri – ciri fisik tanaman.

Penyulaman dilakukan 2 kali selama daur, yaitu 1-2 bulan

setelah penanaman dan akhir kegiatan tahun II, dilaksanakan


selama hujan masih turun/tersedia cadangan air. Besarnya

intensitas penyulaman tergantung pada persentase hidup tanaman.

Pendangiran bertujuan untuk memacu pertumbuhan tanah

dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman.

Pendangiran sebaiknya dilakukan pada penghujung musim

kemarau sebelum musim hujan.

Penyiangan dapat dilakukan pada musim penghujan maupun

kemarau dan dilaksanakan dalam periode 3 – 4 bulan sekali dalam

setahun sampai dengan umur 2 tahun. Kegiatan penyiangan

diakhiri ketika tanaman pokok mampu bersaing dengan tanaman

liar terutama dalam memperoleh kebutuhan cahaya matahari.

Untuk jenis cepat tumbuh daya saing dengan gulma didapatkan

dalam usia 2 – 3 tahun sedangkan untuk jenis yang lambat tumbuh

dicapai pada umur 3- 4 tahun.

Pemupukan dilakukan pada saat umur tanaman awal 1 – 3

bulan, semakin jelek kualitas tanah maka pemupukan harus

dilakukan diawal kemudian diulangi dalam selang waktu 6 – 24

Bulan hingga tinggi tanaman melebihi gulma.

Pola pemupukan yang diterapkan pada lahan kritis bekas

tambang adalah pada umur tanaman 1 Bulan: 3 Bulan: 3 Bulan: 6

Bulan dan dilanjutkan setiap 6 Bulan hingga tahun kedua. Dosis

pupuk yang digunakan tergantung dari jenis pupuk.

2.7.4 Identifikasi iklim/curah hujan


Dalam melaksanakan penanaman pada lahan kritis bekas

tambang memerlukan pemenuhan terhadap prasyarat penanaman,

yaitu:

1. Kesesuaian tempat tumbuh

Mencakup kesesuaian tanaman terhadap Jenis Tanah,

iklim (curah hujan, suhu, dan kelembaban), kondisi air,

ketinggian tempat, dan kondisi lokal yang spesifik.

Cara paling sederhana untuk mengetahui kesesuaian

tempat tumbuh suatu jenis adalah dengan melihat apakah

terdapat jenis dimaksud telah tumbuh dengan baik di lokasi

tersebut. Jika tanaman yang akan dikembangkan telah tumbuh

secara alami atau terdapat contoh tegakan yang dapat tumbuh

dengan baik, maka jenis tersebut dapat dikategorikan memiliki

kesesuaian tempat tumbuh di areal tersebut.

Jika informasi kesesuaian tempat tumbuh tidak diperoleh,

maka dapat melakukan uji species, yaitu uji kemampuan

tumbuh suatu tanaman pada lokasi baru yang belum diketahui

kesesuaian tumbuhnya.

2. Kesesuaian musim tanam


Penanaman harus dilakukan pada musim hujan.

Kondisi terbaik penanaman adalah pada awal musim hujan dan

sebaiknya berakhir pada 1 bulan sebelum musim hujan berakhir

Untuk mengetahui iklim/curah hujan diwilayah

Indonesia dapat mengacu pada database yang dimiliki oleh


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) atau

data yang diambil dari stasiun cuaca lokal didaerah tersebut

2.7.6 Identifikasi hama dan penyakit


Identifikasi serangan hama penyakit dilakukan berdasarkan

observasi pada kondisi fisik tanaman dan kemunculan fisik hama

dan penyakit tersebut.

Sebagai contoh jenis hama dan penyakit yang menerang

tanaman sengon dan akasia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4: Jenis hama dan penyakit tanaman sengon

Bagian tanaman Jenis hama dan Nama HPT


No Keterangan
yang diserang penyakit umum
Xytrocera festiva

Menggererek (coleoptera,
1 Hama boktor
batang ceramycidae)
X. globosa
Ulat kantong
Pteroma plagiophleps
kecil
(lepydoptera, Psicydae) Serangan
2 Pemakan daun
Eurema blanda spradis
Ulat kupu-kupu
(Lepidoptera, pieridae)
kuning
Beberapa spesies Menyerang
3 Pemakan akar Ulat putih
(coleoptera, scrabaeidae) sapling
Indarbela quaddrinotata
Pemakan kulit Ulat kulit
4 (Lepidoptera,
batang batang
indarbelidae)
Xylosandrus morigerus
5 Penggerek batang Kumbang sisik
(coleoptera,scoyitidae)
Phytium sp
Lodoh Menyerang
6 Damping- off Phytoptora sp
akar/batang semai
Rhizoctoria sp
7 Penyakit antraknosa Collectorichum sp Antraknosa Menyerang
semai
Botryo diplodia sp
Ganoderma sp Menyerang
8 Busuk akar Jamur akar
Ustulina sp tanaman muda
Rosellinia sp
Uromycladium Menyerang
9 Kanker karat/puru Jamur karat
tepperianum semua umur
Sumber : Nair (2000)

Tabel 2.5: jenis hama dan penyakit tanaman Acacia mangium

Penyebab
No Tipe kerusakan Keterangan
Nama ilmiah Nama umum
Menyebabkan
Copotermes curvignathus
1 Penggerek akar Rayap kematian tingkat
(isopteran, rinotermitidae)
saplings
Pteroma plangiophelps Menyerang pada
2 Pemakan daun Ulat kantong
(lepdoptera, psychidae) saplings muda
Valanga nigricomis
belalang
(orthoptera, alcididae)
Pencucuk Menyerang pada
3 Helopeltis theivora Serangga nyamuk
pengisap sapling muda
Xylosabdrus sp dan xyleborus Menyerang cabang
4 Penggerek ranting Penggerek ranting
fomicatus muda
5 Penggerek batang Xytocera festiva Penggerek batang
6 Karat daun Atelocauda digitata Karat daun
Powder mildew
7 Oidium spp Embun tepung
(daun)
Black mildew
8 Meliola spp Embun jelaga
(daun)
Cercospora, petalotiopsis,
9 Bintil daun Bintil daun
collectitricum spp
10 Kaker batang Corcitium salmonicolor Penyakit pink
Pytoptora palmivora
11 Kanker hitam Cystopora sp Kanker hitam
Hypixylon mammatum
12 Busuk hati Phellinus noxius Jamur upas
Rigidoporus hypobrunneus
Tinctoporellus epimitinus
13 Busuk akar merah Ganoderma philipii Jamur akar merah
14 Busuk akar putih Rigodoporus microporus Jamur akar putih
Sumber: Nair (2000)

2.8 Dasar Hukum Reklamasi Tahap Produksi


Upaya pengendalian dampak negatif kegiatan pertambangan

terhadap lingkungan hidup dilakukan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yaitu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 7

Tahun 2014 tentang “Pelaksanaan Reklamasi dan Pasca Tambang” yaitu

bagian kedua paragaraf 2 tentang pelaksanaan reklamasi tahap operasi

produksi, pasal 43 dan pasal 44. Dan bagian ketiga tentang pelaksanaan

reklamasi pasca tambang, pasal 45.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Di dalam melaksanakan permasalahan ini, penulis menggabungkan

antara teori dengan data-data lapangan. Sehingga dari keduanya didapat

pendekatan penyelesaian masalah. Rancangan kegiatan penelitian ini

terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan Tugas Akhir,

mempelajari buku-buku literatur dan buku petunjuk maupun buku

panduan yang tersedia dan berkaitan dengan masalah yang ingin

diteliti.

2. Tahap pengumpulan data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencangkup data

primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan

cara survey langsung di lapangan seperti data yang diambil langsung

dari pengukuran atau pengamatan lapangan seperti kondisi topografi


dilapangan. Sedangkan untuk data sekunder berupa data yang diambil

dari literatur atau laporan perusahaan seperti data curah hujan, peta

topografi dan profil perusahaan.

3. Tahap penyusunan laporan

Hasil dari data yang diperoleh dilapangan kemudian dilakuakan

perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus yang diperoleh dari

buku-buku literatur.
3.2 Bagan Alir Penelitian Tugas Akhir

EVALUASI TINGKAT KEBERHASILAN REKLAMASI DALAM TAHAP


OPERASI PRODUKSI DI PT. RIUNG MITRA LESTARI

Studi Literatur

Rumusan Masalah

1. Bagaimana penataan lahan dalam tahap operasi produksi pada


tambang batubara di PT. Riung Mitra Lestari ?
2. Apa faktor penghambat keberhasilan reklamasi dalam tahap operasi
produksi pada tambang batubara di PT. Riung Mitra Lestari ?
3. Tumbuhan apa saja yang digunakan dalam reklamasi tahap operasi
produksi pada tambang batubara di PT. Riung Mitra Lestari?
4. Bagaimana evaluasi tingkat keberhasilan reklamasi dalam tahap
operasi produksi pada tambang batubara di PT. Riung Mitra Lestari?

Pengumpulan Data :

Data Primer Data Sekunder

1. Jenis tumbuhan yang akan di tanam pada 1. Peta kesampaian daerah penelitian
daerah yang direklamasi 2. Data geologi daerah penelitian
2. Jenis tanah 3. Peta topografi
3. Tingkat keasaman tanah 4. Data curah hujan
5. System penataan lahan yang di reklamasi
6. Luas area yang direklamasi

Pengolahan data

Mengevaluasi tingkat keberhasilan reklamasi pada tahap operasi


produksi.

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


3.3 Jadwal Penelitian

Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan

dan dimulai pertengahan bulan september sampai dengan pertengahan

bulan november 2016. Lama dan waktu pelaksanaan penelitian ini dapat

diubah sesuai dengan kebijakan perusahaan.

Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian

SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER


I II I II III IV I II III
KEGIATAN
Studi literatur
Pengambilan data
Pengolahan dan

anlisis data
Pembuatan

laporan
3.4 Penutup

Melalui proposal Tugas Akhir ini yang berjudul “EVALUASI

TINGKAT KEBERHASILAN REKLAMASI DALAM TAHAP

OPERASI PRODUKSI DI PT. RIUNG MITRA LESTARI” yang

saya ajukan kepada Bapak/Ibu pimpinan perusahaan PT. Riung Mitra

Lestari. Adapun dalam penulisan proposal ini terdapat banyak

kekurangan ataupun kekeliruan, untuk itu dimohon adanya saran dan

solusi dalam perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian

Tugas Akhir ini.

Dengan demikian saya harap melalui proposal Tugas Akhir saya

ini Bapak/Ibu Pimpinan PT. Riung Mitra Lestari dapat memberikan

kemudahan untuk saya untuk menyelesaikan Tugas Akhir saya ini yang

mana sebagai kewajiban saya mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan

Universitas Palangkaraya untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik. Atas

perhatian Bapak/Ibu Pimpinan PT. Riung Mitra Lestari sebelumnya saya

ucapkan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Ambodo, A.P. 2004. Aplikasi Mikoriza untuk Peningkatan Pertumbuhan


Tanaman dan efisiensi Biaya pada Lahan Pasca Tambang di PT.
International Nickel Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya dan
Rapat Koordinasi serta Fasilitasi Nasional, Penerapan Bioremediasi untuk
Reklamasi dan Rehabilitasi lahan Bekas Tambang di Kawasan Timur
Indonesia, 5 April 2004, Jakarta.
Arnold,B.H.2001. The Evaluation of Reclamation Derelict Land and Ecosistems.
Journal Land Rehabilitation and Restoration Ecology.7(2):35-54,
Massachusetts. USA.
Djati Murjanto. 2011. Karekterisasi dan Perkembangan Tanah Pada Lahan
Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT. Kaltim Prima Coal. Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Grafindo Persada. Jakarta.
Nair, KSS and Sumardi. 2000. Insect Pest and Deseases of Major Plantation
Species. In Nair K.S.S (ed) Insect and Deseases in Indoesia Forest : An
assessment of major threats, research efforts and literature. CIFOR. Bogor.
Indonesia
Puslitanak. 1995. Studi Upaya Rehabilitasi Lingkungan Penambangan Timah
(Laporan Akhir Penelitian). Kerjasama antara Proyek Pengembangan
Penataan Lingkungan Hidup dengan Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat.
Rensi Febreni. 2012 Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan
Pengelolaan Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan.
March 22, 2012.
Santoso, E., Pratiwi, M. Turjaman, C.H. Siregar, A. Subiakto, R.S.B. Irianto, R.R.
Sitepu, dan Anwar. 2008. Input teknologi untuk rehabilitasi lahan pasca
penutupan tambang (mine closure). Makalah disampaikan dalam Seminar
dan Workshop Reklamasi dan Pengelolaan Kawasan Tambang Pasca
Penutupan Tambang. Pusat Studi Reklamasi Tambang. LPPM-IPB. Bogor,
22 Mei 2008.
Sitorus, M. 2003. Pengaruh Pemberian Batu Fosfat Alam dan Mikoriza Vesikular
Arbuskular Terhadap Ketersediaan dan Konsentrasi P daun Jagung pada
Ultisol. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.

Tala’ohu, S.H., S. Moersidi, Sukristiyonubowo, dan S. Gunawan. 1995. Sifat


fisikokimia tanah timbunan batubara (PT BA) di Tanjung Enim, Sumatera
Selatan. Dalam Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Buku IV. Bidang Konservasi Tanah dan
Air serta Agroklimat. Puslitbangtanak. http://agribisnis.deptan.go.id
/download/layanan_informasi/sekretariat/jurnal_sumberdaya_lahan_vol._4
_no.1_juli_2010.pdf. ISSN 1907-0799
Tan, Kim H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta
RENCANA PEMBUATAN LAPORAN TUGAS AKHIR

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
SARI.................................................................................................................
ABSTRAK.......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTARTABEL............................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................


1.1 Latar Belakang...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................
1.3.2 Manfaat Penelitian ..........................................................
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .....................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................
a. Gambaran Umum Perusahaan ...................................................
3.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah .......................................
3.1.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan ......................................
3.1.3 Flora dan Fauna ................................................................
3.1.4 Sosial dan Kependudukan ................................................
3.2 Kondisi Geologi ........................................................................
3.2.1 Geologi Regional ............................................................
3.2.2 Geologi Daerah Penelitian ..............................................
3.3 Tata Laksana .............................................................................
3.3.1 Langkah Kerja .................................................................
3.3.2 Metode Penelitian ............................................................
3.3.3 Analisa Hasil ...................................................................
3.4 Jenis dan Sumber Data ..............................................................
3.4.1 Jenis Data ........................................................................
3.4.2 Sumber Data ....................................................................
3.5 Alat dan Bahan ..........................................................................
3.6 Lokasi Penelitian .......................................................................
3.7 Waktu Penelitan ........................................................................

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................


4.1 Hasil ..........................................................................................
4.2 Pembahasan ...............................................................................
BAB V. PENUTUP ......................................................................................
5.1 Kesimpulan ...............................................................................
5.2 Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai