Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Kesehatan Lingkungan

M.Chusnan Aprianto,S.Si

Masalah kesehatan masyarakat mempunyai faktor-faktor pemicu


yaitu sosial, ekonomi, dan kondisi lingkungan. Aktivitas manusia
menyebabkan munculnya faktor-faktor pemicu ini. Namun, banyak yang
tidak menyadari bahwa lingkungan sekitar dapat menjadi penyebab
dominan timbulnya permasalahan kesehatan masyarakat. Permasalahan
yang cukup sepele adalah hygiene dan sanitation. Kebutuhan
lingkungan yang bersih minimal dapat memperkecil angka bakteri,
sehingga mencegah timbulnya penyakit. Uraian di atas telah
menyebutkan bahwa untuk mencegah penyakit akibat lingkungan
adalah kebersihan. Kebutuhan masyarakat akan kebersihan meliputi
penyediaan air bersih, pengelolaan sampah permukiman, pengolahan
air limbah domestik,dan udara bersih. Tempat yang cukup sepele
dilupakan masyarakat adalah kebersihan MCK dan dapur. Hal ini
penting untuk menurunkan angka bakteri. Dalam suatu permukiman,
sangat penting untuk mendukung program kesehatan lingkungan
masyarakat. Program ini membutuhkan pengetahuan tentang
kesehatan lingkungan, sarana pengelolaan sampah, 30% permukiman
berupa ruang terbuka hijau, sarana pengolahan limbah domestik,
sistem manajemen informasi, serta regulasi di suatu kawasan
permukiman.
Program promosi kesehatan lingkungan sebenarnya telah
dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah membuat slogan-slogan dan
panduan praktis untuk menjaga kebersihan. Pemerintah juga
melakukan program-program kerjasama untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. Slogan “3M” adalah
contoh upaya pemerintah dalam mencegah pertumbuhan nyamuk
malaria. Selain itu, pemerintah membentuk tim Juru Pemantau Jentik
untuk memantau kehadiran jentik nyamuk. Program ini dilakukan
pemerintah terutama pada permukiman kumuh dan terpencil seperti di
Kabupaten Burangrang (JABAR) dan Kecamatan Tanjungsari
(Gunung Kidul).
Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan Program Kali Bersih
(Prokasih). Prokasih dimaksudkan untuk mengendalikan jumlah zat
pencemar yang masuk ke sungai sehingga meningkatkan kualitas air
sungai. Hal ini penting mengingat masyarakat sepadan sungai
mengkonsumsi air sumur yang berjarak 5-10 m dari air sungai terutama
di Sungai Boyong (Code). Water Table (permukaan air bawah tanah) di
sungai ini lebih rendah daripada permukaan air sungai, sehingga air
sungai meresap ke dalam sumur. Kualitas air yang baik menyebabkan
kualitas air sumur meningkat. Namun, pada pelaksanaannya program
ini berkembang menjadi penghijauan sepadan sungai, instalasi
pengolahan air limbah komunal, dan penebaran bibit ikan. Penghijauan
dilakakukan untuk meningkatkan kualitas udara dengan menyerap
partikel polutan dan menghasilkan oksigen. Penebaran bibit ikan
dimaksudkan sebagai bio-indikator kuliatas air sungai.
Pemerintah Yogyakarta telah mengeluarkan kebijakan lingkungan
tentang pedoman pengelolaan sampah (Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 193/Kpts/1995). Pemerintah
Kota menerbitkan pengelolaan kebersihan (Perda Kota Yogyakarta
Nomor 18 Tahun 2002). Perda ini memuat tentang pengelolaan
sampah yaitu pemilahan sampah, larangan membuang sampah
sembarangan, sampai pada perlunya tempat sampah bagi pedagang
kaki lima. Contoh aplikasi kebijakan ini ada di Gondolayu Lor dan
Sukunan di Yogyakarta. Kedua dusun ini melakukan pengelolaan mandiri
terhadap sampah domestik dengan Dinas Kimpraswil sebagai Pembina.
Pengelolaan sampah di kedua dusun memiliki pola yang sama, dimulai
dari pemilahan sampah organic dan non-organik sampai pada
pengolahan menjadi kompos, barang kerajinan, dan bahan daur ulang.
Cakupan untuk kesehatan lingkungan ketika anda berada di
lapangan adalah:
1. Apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di wilayah kerja puskesmas?
2. Apa yang telah dinas kesehatan/puskesmas lakukan untuk
mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan? Hal ini meliputi
manajemen kesehatan lingkungan dan sanitasi lingkungan meliputi
pengelolaan sampah, air bersih, WC, dan pedagang kaki lima. Anda
juga dapat mencari aspek lain seperti sosialisasi kebersihan
lingkungan oleh puskesmas, pengelolaan limbah medis, dan kontrol
terhadap vektok penyakit.
Daftar Pustaka

1. Help Your Self to Healthy Home. 2002., Healthy Home


Partnership. University of Winconsin
2. Mulasari, S.A., 2007. Manajemen Swakelola Sampah Dusun
Sukunan dan Gondolayu Lor Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Tesis S2 Sekolah Pascasarjana. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
3. Sadler, B., Katherine, D.D., 1997. Environmental Assessment and
Human Health: Perspective, Approaches, and Future Directions.
International Assessment for Environmental Health.
4. Slamet, J.S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University
Press
5. Sumantri A, Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam, 2010,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group
6. Pelatihan bagi Pelatih K3. 2000. Program Kesehatan Kerja
Universitas of California Berkeley dan Jaringan Pendukung K3
Maquiladora.
7. Permenkes No. 907 Tahun 2002 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum
8. WHO., 2002., Insect Vectors and Human Health., Scientific
Working Group. Geneva. Dapat diakses melalui www.who.int/tdr.

Anda mungkin juga menyukai