Anda di halaman 1dari 31

akuntansi perpajakan

Persediaan
Sesuai PSAK No. 14 (Revisi 2008), untuk menetapkan persediaan perlu ditetapkan atau
dirumuskan perlakuan akuntansi untuk persediaan menurut sistem biaya historis atau
dinyatakan sebagai Harga Pokok atau Perolehannya.
Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri dari harga pembelian, ongkos angkut, biaya
gudang, dan biaya lain-lain yang berhubungan dengan penyimpanan sampai bahan tersebut
dipakai dalam produksi
Untuk menyelesaikan produk tersebut, perusahaan masih memerlukan tambahan pekerjaan
sehingga membutuhkan biaya tenaga kerja dan biaya tidak langsung lainnya.
Semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya tidak langsung telah selesai dibebankan
dan produk pun siap untuk dijual
Sistem perpetual dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan HPP secara terus-
menerus tanpa inventarisasi.
Contoh :
1. Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000
per karung dari PT Semen Cibinong secara kredit

2. Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000
kepada PT Maju secara kredit
Dalam sistem periodik, persediaan dihitung dengan melakukan perhitungan pada setiap akhir
periode. Sistem ini cocok diterapkan pada perusahaan yang jenis dan jumlah persediaannya
tidak banyak.
Contoh :
1. Pada tanggal 2 Januari 2011 Tn. Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp 40.000
per karung dari PT Semen Cibinong secara kredit

2. Pada tanggal 5 Januari 2011 Tn. Yahya menjual 3.000 karung semen @ Rp 45.000
kepada PT Maju secara kredit
Dalam UU PPh Nomor 36
Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6),
sistem pencatatan yang
diperkenalkan adalah sistem
pencatatan perpetual.

Akan tetapi, untuk hal-hal tertentu karena sifatnya mengalami kesulitan dalam menggunakan
sistem perpetual, sistem lain dapat digunakan.
Penetapan Persediaan dan Pelaporan dalam
Laporan Keuangan

Dalam laporan keuangan, persediaan disajikan di


neraca atau di laporan laba rugi.

1. Dalam neraca akan muncul dalam akun Persediaan


2. Di laporan laba rugi, persediaan akan muncul dalam
perhitungan Harga Pokok Penjualan
Penetapan Persediaan dan Pelaporan dalam
Laporan Keuangan

Ilustrasi 1.1
Persediaan pada
neraca
Penetapan Persediaan dan Pelaporan dalam
Laporan Keuangan

Ilustrasi 1.2
Persediaan pada
laporan laba rugi
Berdasarkan Harga Perolehan :
a. Metode FIFO B. Metode LIFO
C. Metode Average (Simple & Moving)
a. Metode FIFO
Metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa
barang yang masuk pertama akan dikeluarkan
pertama.
Contoh :

Berdasarkan rincian di atas dapat ditetapkan:


• Total Penjualan atau Harga Pokok Penjualan Rp 7.850.000
(Rp 2.000.000 + Rp 1.150.000 + Rp 3.450.000 + Rp 1.250.000)
• Persediaan Akhir (200 unit x Rp 12.000) Rp 2.400.000
b. Metode LIFO
Cara ini digunakan dengan mendasarkan pada
asumsi bahwa arus pembebanan ke harga
pokok penjualan berdasarkan pada harga
pembelian terakhir.
Contoh :

Dari data di atas dapat ditetapkan:


• Harga Pokok Penjualan
Per 15 Januari Rp 3.450.000
Per 30 Januari Rp 4.800.000
Total Rp 8.250.000
• Persediaan Akhir (200 unit x Rp 10.000.000) Rp 2.000.000
c. Metode Average (Simple Average)
Harga rata-rata dihitung dengan cara
menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa
mengalikan jumlah barang) dibagi dengan
banyaknya harga.
Contoh :
d. Metode Average (Moving Average)
Pembebanan ke harga pokok penjualan dilakukan
setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada
perpetual.
Contoh :

12.000

11.750

11.792

• Harga Pokok Penjualan adalah Rp 7.933.200


• Persediaan Akhir (200 unit x Rp 10.000.000) Rp 2.316.600
Menurut ketentuan
perpajakan UU PPh Nomor 36
Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6),
penilaian pemakaian
persediaan untuk
penghitungan HPP hanya
boleh dilakukan melalui dua
cara yaitu :

1. Average method
2. FIFO method
Contoh Soal:
1. Pada tanggal 3 Maret 2009,
PD Bintang membeli 100 unit barang dagang dengan harga Rp 5.000.000 (belum termasuk
PPN) secara tunai.

PD Bintang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sejak 31 Januari 2005.

PPN Masukan : 10% x Rp 5.000.000 = Rp 500.000


Harga 1 unit barang dagang adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 50.000
Contoh Soal:
2. Pada tanggal 31 Maret 2009,
PD Bintang menjual 30 unit barang dagang secara tunai dengan harga jual per masing-
masing unit sebesar Rp 70.000 (blm termasuk PPN)

Penjualan : Rp 70.000 x 30 unit = Rp 2.100.000


PPN Keluaran : 10% x Rp 2.100.000 = Rp 210.000

Persediaan barang dagang yang tersisa dan tercatat dalam pembukuan PD Bintang per tanggal
31 Maret 2009 adalah Rp 5.000.000 : 70 unit = Rp 3.500.000
Contoh Soal:
Jika PD Bintang belum dikukuhkan sebagai PKP, maka untuk jurnal akuntansi pajak pada saat
pembelian barang dagang sebagai berikut:

PD Bintang tidak dpt mengkreditkan PPN Masukannya sehingga PPN Masukan dimasukkan
sebagai harga perolehan barang dagang sehingga harga 1 unit barang dagang adalah Rp
5.500.000 : 100 unit = Rp 55.000
Contoh Soal:
Jurnal akuntansi pajaknya untuk transaksi penjualan adalah:

Karena bukan PKP, maka PD Bintang tidak memungut PPN Keluaran.


Terima kasih dan Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai