Anda di halaman 1dari 18

Ahmad Sarwat, Lc.

, MA

Keistimewaan Fiqih
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT)
Kesitimwaan Fiqih
Penulis : Ahmad Sarwat, Lc.,MA
18 hlm

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang


mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Judul Buku
1-1-2--Kesitimewaan Fiqih
Penulis
Ahmad Sarwat, Lc. MA
Editor
Fatih
Setting & Lay Out
Fayyad & Fawwaz
Desain Cover
Faqih
Penerbit
Rumah Fiqih Publishing
Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan
Setiabudi Jakarta Selatan 12940

Cetakan Pertama
April 2020
5

Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................ 5


A. Bersumber Dari Wahyu .............................................................. 7
B. Hukum Dari Allah........................................................................ 9
C. Mencakup Semua Aspek Kehidupan ........................................ 12
1. Al-Ahwal Asy-Syakhsiyah ................................................................. 12
2. Al-Ahkam Al-Madaniyah .................................................................. 12
3. Al-Ahkam Al-Jina’iyah....................................................................... 12
4. Al-Ahkam Al-Murafa’at .................................................................... 13
5. Al-Ahkam Ad-Dusturiyah ................................................................. 13
6. Al-Ahkam Ad-Dauliyah ..................................................................... 13
7. Al-Ahkam Al-Iqtishadiyah Wa A-Maaliyah ...................................... 14
D. Penjabaran Quran dan Sunnah ................................................ 14
E. Memberi Kemudahan ............................................................... 15
1. Fiqih dan Tasawuf ............................................................................ 15
2. Keringanan Seusai Porsi ................................................................... 16
F. Fiqih Adalah Khazanah Islam Yang Luas .................................... 17
G. Mengikuti Perkembangan Zaman ............................................ 18
7
Ilmu Fiqih adalah ilmu yang istimewa, unik dan
punya banyak kelebihan. Sayangnya musuh-musuh
Islam banyak yang menuding bahwa fiqih tidak lebih
dari sekedar hasil karangan manusia biasa, tanpa ada
kaitannya dengan wahyu. Bahkan tidak jarang
mereka menuduh bahwa fiqih itu produk dari tarik
menarik urusan politik, yang dihasilkan sekedar
untuk membela kepentingan satu pihak dan
menjatuhkan pihak lawannya. Seolah-olah fiqih itu
sampah yang harus dibuang jauh dari wilayah agama.
Dalam bab ini kita akan membahas hal apa saja
yang menjadi keistimewaan Ilmu Fiqih ini.
A. Bersumber Dari Wahyu
Ilmu Fiqih bersumber dari wahyu Allah SWT dan
bukan buatan manusia. Namun sayangnya, para
orientalis banyak mencoba menutupi realita ini.
Mereka seringkali menghujamkan tuduhan keji
kepada Ilmu Fiqih dan para ulamanya dengan
menuduh bahwa Ilmu Fiqih tidak lebih sekedar hasil
karya manusia biasa hidup jauh sepeninggal
Rasulullah SAW dan para shahabat.
Lebih jauh mereka bahkan sampai hati
mencemooh para penyuusn kitab fiqih sebagai para
penjilat penguasa, yang dibayar dengan harga yang
pantas untuk meligitimasi kezaliman dan keangkara-
murkaan para penindas rakyat.
Menurut mereka kelahiran Ilmu Fiqih baru muncul
di masa kehidupan empat imam mazhab, yaitu Al-
Imam Abu Hanifah (70-150 H), Al-Imam Malik (93-
179 H), Al-Imam Asy-Syafi’I (150-202 H) dan Al-Imam
Ahmad bin Hanbal (164 – 241 H).
8
Tuduhan seperti ini -sayangnya- disenangi oleh
banyak mahasiswa muslim yang mendapat beasiswa
untuk belajar di negeri para orientalis. Dan tanpa
punya rasa kritis dan cemburu sedikit pun, para
mahasiwa yang lugu itu pun menjadi pemuja dan
pembela pemikiran para orientalis, bahkan
membanggakan diri sebagai murid dan kader
mereka.
Dan yang paling menjadi korban atas tuduhan
negatif ini tidak lain adalah umat Islam sendiri,
khususnya mereka yang kurang mendapatkan akses
terhadap Ilmu Fiqih sejak kecil. Mereka yang baru
hijrah dan agak sedikit lebih sadar mendekatkan diri
kepada masalah agama. Dahulu mereka sempat
melewati masa-masa kurang akses terhadap ilmu
agama. Mereka inilah yang paling banyak menjadi
korban, karena mendapatkan informasi sepotong-
sepotong dan tidak utuh, bisa menangkap sepintas-
kilas saja. Mereka rentan untuk dibelokkan
pemikirannya lewat kampanye negatif yang tidak
bertanggung-jawab dari para orientalis dan sekuleris.
Lalu kita akan terkaget-kaget mendengar beragam
tuduhan miring keluar dari mulut mereka. Baru saja
belajar mengeja alif ba ta kemarin sore dan belum
lancar melafadzkan Al-Quran, tiba-tiba sudah pandai
mencaci maki para ulama dan dengan seenak
menuduh Ilmu Fiqih sebagai produk bid’ah yang
harus diperangi dan rentan kesalahan.
Padahal Ilmu Fiqih bukan semata-mata karangan
manusia, dan kemunculannya juga bukan di masa
yang jauh dari Rasulullah SAW hidup. Dan Ilmu Fiqih
9
tidak punya latar belakang kisah penjilatan kepada
para penguasa. Keempat imam mazhab itu, tidak ada
satu pun yang menjadi mufti suatu kerajaan atau
menjadi penasehat khalifah tertentu.
Sebenarnya Ilmu Fiqih adalah ilmu yang sudah ada
di masa Rasulullah SAW, yang lahir lalu tumbuh
berkembang bersama dengan perjalanan dakwah
Rasulullah SAW dan para shahabat. Karena itu kita
mengenal istilah fiqih para shahabat, misalnya Fiqih
Abu Bakar, Fiqih Umar, Fiqih Ustman dan juga Fiqih
Ali. Rupanya mereka pun ahli fiqih yang juga
sekaligus menjadi pengganti Rasulullah SAW dalam
memimpin umat.
Sumber Ilmu Fiqih juga bukan otak dan logika
manusia belaka. Tetapi sumber Ilmu Fiqih murni Al-
Quran dan As-Sunnah yang diterima lewat sanad
yang shahih, dan kemudian dipahami dengan manhaj
yang telah dibakukan secara ilmiyah dan diterima
oleh seluruh umat Islam.
B. Hukum Dari Allah
Berbeda dengan undang-undang buatan manusia,
atau yang sering disebut sebagai al-ahkam al-
wadl’iyah (‫)األحكام الوضعية‬, yang bersumber dari akal dan
nalar manusia, Ilmu Fiqih bersumber dari wahyu
Allah, yaitu Al-Quran dan Sunnah.
Setiap ahli fiqih atau mujtahid pasti memiliki
kemampuan untuk mengambil kesimpulan hukum
dari sumber fiqih yang ada, dan mereka semua
terikat dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Tidak satu
pun dari mereka yang hanya sekedar menuruti logika
belaka dan atau sekedar berlandaskan kepada
10
filsafat. Kesimpulan hukum yang dihasilkan
merupakan makna turunan secara langsung atau
sesuai dengan ruh syariat, atau tujuan umum dari
syariat Islam.
Karena sumber fiqih adalah wahyu Allah, maka ia
sangat sesuai dengan tuntutan manusia dan
kebutuhan manusia secara keseluruhan. Sebab Allah
SWT adalah Pencipta manusia yang mengetahui
seluk-beluk manusia itu sendiri, baik yang lahir atau
yang batin. Allah menciptakan syariat yang lengkap
mengatur seluruh bidang kehidupan manusia. Allah
berfirman :

َ ‫أَلََيَعلَمَ مَنَخَلَقَََوهوََاللَ ِطيفَاخلبِ َي‬


Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak
mengetahui ; dan Dia Maha Halus lagi Maha
Mengetahui? (Al Mulk: 14)
ِ ‫ح ِرمت عليكم َامليتة َوالدم َوحلم َاخلِن ِزي ِر َوماَأ ِهلَ لِغ ِي‬
َ‫َاّلل َبِِه‬
‫رتديةَوالن ِطيحةَوماَأكلَالسبعَإِلَما‬ ِ ‫واملنخنِقةَواملوقوذةَ وامل‬
َ‫ألزلم َذلِكَم‬ ِ
ِ ‫أنَتستقسموا ِِب‬ ‫ب َو‬ِ ‫ذكيتمَوماَذبِحَعلىَالنُّص‬
ِ ‫اَمن ِدينِكمَفالَختشوهمَو‬
َ‫اخشون‬ ِ ‫فِسقَاليومَيئِسَال ِذينَكفرو‬
ٌ
َ‫َورضيتَلكم‬ ِ ‫عمِت‬ ِ ِ‫اليومَأكملتَلكم ِدينكمَوأمتمتَعليكمَن‬
ِِ ‫ف‬
َ‫َإل ٍَث فِإن‬ ٍ ِ‫َخممصة َغيَمتجان‬ٍ ‫ا ِإلسالم ِدينًاَفم ِن َاضطر َِِف‬
ٌَ ‫ورَرِح‬
َ ‫يم‬ ٌ ‫اّللَغف‬
“Diharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,
11
yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya , dan yang disembelih
untuk berhala. Dan mengundi nasib dengan anak
panah , adalah kefasikan. Pada hari ini orang-
orang kafir telah putus asa untuk agamamu, sebab
itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang
siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-
Maidah: 3)
Jika dibandingkan dengan undang-undang dan
hukum yang dibuat manusia, perbedaan antara
keduanya sangat jauh, seperti bedanya antara
Pencipta jagad raya, Allah SWT, dengan makluknya
yang kecil.
Hukum yang dibuat manusia banyak kelemahan
dan keterbatasan karena ia produk akal manusia
yang serba terbatas. Akal manusia tidak mengetahui
hakikat jiwa manusia dan kebutuhan dirinya sesuai
dengan fitrah penciptaan yang digariskan oleh Allah.
Sehingga hasil pikiran manusia banyak yang tidak
sesuai dengan tabiat manusia itu sendiri.
Jalan satu-satunya adalah kembali kepada hukum
yang diciptakan oleh Allah, Tuhan Yang Maha Tahu
tentang manusia.
12
C. Mencakup Semua Aspek Kehidupan
Ilmu Fiqih bisa dibagi menjadi dua bab besar, yaitu
ibadah dan muamalat. Bidang ibadah biasanya
terkait dengan ritual-ritual ibadah yang bersifat
tauqifi (‫ )توقيفي‬dan ghairu ma’qul al-makna ( ‫غير معقول‬
‫)المعنى‬. Dan bidang muamalat biasanya terkait dengan
hal-hal yang bersifat ijtihadi (‫ )إجتهادي‬dan ma’qul al-
makna (‫)معقول المعنى‬.
Dr. Wahbah Az-Zuhaili membagi hukum-hukum
muamalat dibagi-bagi oleh ulama menjadi beberapa
bab: 1
1. Al-Ahwal Asy-Syakhsiyah
Bab ini terkait dengan berbagai masalah keluarga,
seperti hukum-hukum pernikahan, talak, nasab,
nafkah, warisan. Hukum-hukum ini bertujuan
mengatur hubungan antara suami istri dan
kekerabatan yang lebih dikenal dengan "hukum
perdata".
2. Al-Ahkam Al-Madaniyah
Maknanya adalah hukum-hukum kemasyarakatan.
Bab ini terkait dengan transaksi personal berupa jual
beli, sewa menyewa, pergadaian, kafalah, asuransi,
kerja sama, hutang piutang, dan lainnya.
Hukum-hukum ini bertujuan mengatur hubungan
personal dari sisi harta dan keuangan sehingga hak-
hak masing-masing terjaga.
3. Al-Ahkam Al-Jina’iyah

1 Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqihul Islami wa Adillatuhu, jilid 1


hal.
13
Maknanya adalah hukum-hukum kriminalitas, baik
terkait dengan tindak melanggar hukum yang
dilakukan oleh seseorang atau pun juga terkait
dengan sanksi yang dikenakan.
Tujuan dari hukum ini adalah menjaga eksistensi
kehidupan manusia, harta, kehormatan dan hak-hak
mereka, memberi kepastian hubungan antara
korban kriminal dan pelaku serta menciptakan
keamanan. Setidaknya menurut para ulama, di dalam
Al-Quran terdapat kurang lebih sekitar 30-an ayat
yang terkait dengan hukum-hukum kriminalitas.
4. Al-Ahkam Al-Murafa’at
Bab ini terkait dengan hukum-hukum dibidang
peradilan seperti tuntutan hukum, persaksian,
sumpah, dan lain-lain.
Tujuannya adalah mengatur prosedur penegakan
keadilan antara menusia dengan syariat Islam.
Konon, di dalam Al-Quran terdapat kurang lebih
sekitar 20-an ayat yang berbicara mengenai masalah
ini.
5. Al-Ahkam Ad-Dusturiyah
Hukum yang terkait dengan perundang-undang
yang mengatur antara penguasa dan rakyat dan
menjelaskan hak dan kewajiban indifidu dan
kelompok.
6. Al-Ahkam Ad-Dauliyah
Hukum-hukum yang mengatur hubungan negara
Islam dengan negara lainnya terkait dengan
perdamaian dan perang, hubungan antara warga
negara non muslim dengan negara Islam yang ia
14
tinggali, hukum-hukum jihad dan perjanjian.
Tujuannya agar tercipta kerja sama, saling
menghormati antar satu negara dengan lainnya.
7. Al-Ahkam Al-Iqtishadiyah Wa A-Maaliyah
Hukum-hukum yang terkait dengan hak-hak
indifidu terhadap harta benda (kepemilikan), hak-hak
dan kewajiban negara di bidang harta benda,
pengaturan sumber kekayaan negara dan anggaran-
anggarannya.
Tujuannya adalah mengatur hubungan
kepemilikan antara orang yang kaya dan miskin dan
antara negara dengan warga negara.
Ini mencakup harta benda negara, seperti harta
rampasan, pajak, kekayaan alam, harta zakat,
sadakah, nazar, pinjaman, wasiat, laba perdagangan,
harta sewa menyewa, perusahaan, kaffarat, diyat
dan lain-lain.
D. Penjabaran Quran dan Sunnah
Salah satu keistimewaan fiqih adalah merupakan
penjabaran lebih lanjut tentang hukum-hukum yang
ada dalam Quran dan Sunnah. Meski pun suatu
masalah tidak disinggung secara eksplisit dalam
keduanya, namun dengan adanya ijtihad fiqhiyah
yang dilakukan oleh ahlinya, maka apa yang secara
eksplisit tidak terdapat dalam teks, ternyata tetap
bisa terjangkau secara hukum.
Hal itu bisa kita temukan dalam kisah Muaz bin
Jabal yang diutus oleh Rasulullah SAW ke negeri
Yaman, sebuah negeri yang saat itu belum menjadi
negeri Arab dan penduduknya memeluk agama
15
nasrani.
ِ ‫َأقض‬:َ‫ضَلكَقضاءَ؟ََقال‬
ِ ‫يَبك‬
َ‫تاب‬ ِ ‫كيفَتقض ِيَإِذاَع ِر‬
ِ ‫ول‬
َ‫َهللا‬ ِ ‫اب‬
ِ ‫َفبِسن ِةَرس‬:َ‫َهللاَ؟َقال‬ ِ ِ‫دَِفَكت‬ ِ ‫َفِإ‬:َ‫قال‬.َ‫هللا‬
ِ ‫نَملَجت‬ ِ
َ‫هللا‬
َ َ‫اب‬ ِ ِ‫َو َلَ ِِفَكت‬َ‫ولَهللا‬
ِ ‫دَِفَسن ِةَرس‬ ِ ‫َفِإ‬:َ‫َقال‬
ِ ‫نَملَجت‬
َ ‫أيَولَآل َو‬ِ ‫َأجت ِهدَر‬:َ‫؟َقال‬
Dari Muaz bin Jabal radhiyallahuanhu berkata
bahwa Nabi bertanya kepadanya," Bagaimana
engkau memutuskan perkara jika diajukan orang
kepada engkau? Muaz menjawab, saya akan
putuskan dengan kitab Allah. Nabi bertanya
kembali, bagaimana jika tidak engkau temukan
dalam kitab Allah? Saya akan putuskan dengan
sunnah Rasulullah, jawab Muaz. Rasulullah
bertanya kembali, jika tidak engkau dapatkan
dalam sunnah Rasulullah dan tidak pula dalam
Kitab Allah? Muaz menjawab, saya akan berijtihad
dengan pemikiran saya dan saya tidak akan
berlebih-lebihan (HR Abu Daud)
Maka segala masalah yang hanya ada di negeri
Yaman serta tidak ada hukumnya secara eksplisit
dalam teks Quran dan Sunnah, tetap terjangkau
hukum-hukum fiqih.
E. Memberi Kemudahan
Satu hal yang patut dicatat bahwa fiqih punya
prinsip untuk memberi kemudahan dan keringanan
kepada manusia dan sifatnya tidak membebani.
1. Fiqih dan Tasawuf
16
Salah satu perbedaan utama antara fiqih dan
tasawuf bahwa kebanyakan ajaran tasawuf
mengajarkan kesempurnaan dalam beribadah. Meski
memang baik, namun tidak semua kalangan mampu
melaksanakannya. Sementara fiqih hanya
mengajarkan batas minimal dalam beribah, yang
mana tidak ada alasan bagi siapa saja untuk
mengabaikannya.
Fiqih tidak mengharuskan umat Islam untuk
memperbanyak shalat siang dan malam, tetapi
hanya mewajibkan lima kali saja dalam sehari
semalam. Fiqih tidak mengharuskan khusyu’ dalam
shalat agar shalatnya diterima. Sementara tasawuf
sejak awal mengharuskan khusyu’ dan dianggap
sebagai syarat diterimanya shalat.
Dalam Ilmu Fiqih, orang yang sedang berpuasa
tidak batal puasa kalau hanya sekedar
membayangkan menu berbuka puasa sore nanti,
sementara ilmu tasawuf mengajarkan bahwa puasa
itu bukan hanya lahiriyah tapi juga batiniyah. Maka
kalau siang hari membayangkan menu buka puasa,
sudah dianggap rusak puasanya.
2. Keringanan Seusai Porsi
Di dalam Al-Quran Allah SWT telah menegaskan
bahwa Islam itu tidak memberatkan.

َ ‫ي ِريدَاّللَبِكمَاليسرَولَيَِريدَبِكمَالعسر‬
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan
tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-
Baqarah: 185)
17
Namun keringanan dari Allah SWT itu ada aturan-
aturannya sendiri, dimana tidak boleh seseorang
lantas main atur sendiri berbagai macam keringanan
sesuai seleranya.
Ketika seseorang sakit dan tidak mampu berdiri
untuk shalat, dia dibolehkan shalat sambil duduk, jika
tidak mampu duduk, maka dengan berbaring.
Namun kebolehan ini ada syarat dan ketentuannya.
Tidak boleh hanya karena alasan macet lalu kita
shalat sambil duduk di jok mobil, padahal masih
sangat memungkinkan untuk turun dan shalat
dengan sempurna.
Demikian juga dengan keringanan terkait dengan
tayammum, ada aturan dan ketentuannya, sehingga
tidak setiap saat kita boleh bertayammum
seenaknya. Semua ada aturannya. Demikian juga
dengan keringanan lainnya seperti shalat qasar,
jama', qadla', dan lain-lain. Juga ada keringanan
dalam puasa, zakat, kaffarat (denda) akibat
kesalahan yang dilakukan.
F. Fiqih Adalah Khazanah Islam Yang Luas
Sepanjang sejarah, tidak ada referensi dan
karangan yang sarat dengan khazanah ilmu dan
pemikiran melebihi fiqih. Disana akan ditemui segala
macam pandangan ulama dari berbagai mazhab dan
aliran.
Dalam Islam ada empat aliran fiqih besar dan
masing-masing madzab itu memiliki riwayat dan
pendapat, baik yang disepakati atau yang
dipersilihkan dan setiap pandang memiliki alasan dan
dalil.
18
Setiap masalah dalam kehidupan manusia seakan
tak luput dari pembahasan fiqih dari masalah yang
terkecil hingga terbesar.
G. Mengikuti Perkembangan Zaman
Fiqih memiliki kaidah yang tidak akan berubah
hingga akhir zaman, seperti kaidah; transaksi harus
dilakukan saling ridla, pemberian ganti rugi jika ada
kerusakan, pemberantasan criminal, pemeliharaan
hak-hak, tanggung jawab individu.
Sementara fiqih yang didasarkan atas qiyas,
masalih mursalah, dan adat istiadat bisa berubah
sesuai dengan kebutuhan zaman dan kemaslahatan
manusia, dengan batasan yang tidak bertentangan
dengan syariat.

Anda mungkin juga menyukai