Anda di halaman 1dari 10

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
2. Identitas
Biasanya meningitis menyerang pada usia muda yaitu 1 bulan hingga 5 tahun, dengan sebagian
besar kasus pada anak kurang dari 1 tahun dan individu dewasa muda 15 hingga 24 tahun.
Status kesehatan saat ini
 Keluhan utama
Pada pasien meningitis biasanya keluhan utama yang dirasakan yaitu muncul demam atau
menggigil, kernig (+).
 Alasan masuk rumah sakit
Keluhan yang diraskan saat masuk rumah sakit biasanya pasien sakit kepala, muntah, kejang,
ruam pada kulit.
 Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang didapatkan dengan adanya gejala-gejala yang dirasakan meliputi sakit kepala,
mual muntah, demam, perubahan tingkat kesadaran dan merasa kaku pada leher .
Riwayat penyakit terdahulu
 Riwayat penyakit sebelumnya
Meningitis dapat terjadi sesudah seseorang megalami trauma atau menjalani prosedur infasif ang
meliputi ftartur tengkorak atau kraniu, luka tembus pada kepala, pungsi lumbal, pemasangan
shunt ventrikulus.
 Riwayat penyakit keluarga
1. Pemeriksaan fisik
 Kesadaran umum
1. Kesadaran
Biasanya pasien yang mengalami penyakit meninitis kesadarannya apatis sampai koma.
Tanda-tanda vital
 Body System
1. Sistem pernafasan
Pernapasan tidak teratur, kadang terjadi chyne stokes, tacgipnea, napas cepat dan dangkal.
1. Sistem kardiovaskuler
Pada sistem karidovaskuler terjadi kenaikan tekanan intrakarnial yang dapat mengakibatkan
pasien tidak sadarkan diri (koma).
1. Sistem persyarafan
Disfungsi pada saraf cranial N III, VI, VIII
Neuron III & VI : biasanya pada pasien meningitis pemeriksaan fungsidan reaksi pupil pada
pasien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan, pada tahap
lanjut meningitis yang menganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil
akan didapatkan. Dengan alasan berlebihan terhadap cahaya
Neuron VIII : biasanya pada pasien meningitis dengan stadium lanjut ditemukannya adanya tuli
konduktif dan tuli persepsi.
1. Sistem perkemihan
Tidak terjadi gangguan pada sitem perkemihan.
1. Sistem pencernaan
Pada pasien meningitis biasanya terjadi mual dan muntah.
1. Sistem integument
Pada sistem integument terjadi ruam petekia, vesicular atau ruam mukular juga dapat terjadi pada
pasien meningitis.
1. Sistem musculoskeletal
Pada sistem musculoskeletal pasien yang mengalami penyakit meningitis biasanya mengeluh
nyeri dan kaku pada leher atau kekakuan pada otot.
1. Sistem reproduksi
Pada pasien meningitis biasanya tidak terjadi gangguan pada sistem reproduksi
Sistem endrokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
 
1. Sistem imun
Pada sistem imun mengalami penurunan sistem imun pada pasien meningitis.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan cairan dan otak
 Bakteri
Tekanan cairan otak meningkat > 180 mmH20
Warna : keruh sampai purulen
Sel : leukosit meningkat, 95% PMN
Protein : meningkat > 75 mg/100 ml
Gula : menurun  < 40 , normal 2/3 dari glukosa darah
 Virus
Warna : jernih
Sel : jumlah sel meningkat
Protein : normal
Gula : normal
Cl- : normal
1. Pemeriksaan darah tepi, leukosit meningkat
2. Elektrolit, hiponatremia karena pengeluaran ADH
3. LP, tidak untuk pningkatan TIK
4. CT scan, untuk edema serebral
5. Rontgen : radang paru / abses paru sebagai sumber infeksi(Wijaya, 2013, hal. 29)
 Penatalaksanaan
1. Obat anti inflamasi
 Meningitis tuberkulosa
1. Isoniazid 10-20 mg/kg/24 jam per oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama setengah
tahun
2. Rifamfisin 10-15 mg/kg/24 jam per oral 1 x selama 1 tahun
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kg/ 24 jam sampai 1 minggu, 1-2 kali sehali selama 3 bulan
 Meningitis bakterial < 2 bulan
1. Sepalosforin generasi ke-3
2. Ampisilin 150-200 mg(400 gr)/kg/ jam IV, 4-6 kali sehari
 Meningitis bakterial umur >  2 bulan
1. Ampisilin 150-200 mg(400 gr)/kg/ jam IV, 4-6 kali sehari
2. Sepalosforin generasi ke-3
 Pengembangan simtomatis
1. Diazepam IV 0,2-0,5 mg/kg/dosis atau rectal 0,4-0,5 mg/kg/dosis kemudian dilanjutkan
dengan fentoin 5 mg/kg/24 jam 3x dalam sehari
2. Turunkan demam dengan antipiretik, paracetamol, atau salisilat 10 mg/kg/dosis sambil
kompres air
 Pengobatan suportif
1. Cairan intravena
2. Pemberian O2 agar konsentrsi O2 berkisar antara 30-50 %
3. Diagnosa
4. Hipertermia b.d proses terjadinya infeksi (PPNI, 2016, p. 284)
5. Definisi : Suhu tubuh meningkat dibawah rentang normal tubuh
6. Penyebab
 Dehidrasi
 Terpapar lingkungan panas
 Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
 Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
 Peningkatan laju metabolisme
 Respon trauma
 Aktivitas berlebih
 Penggunaan inkubator
 Gejala dan Tanda Mayor
1. Tanda dan gejala
 Subjektif
(tidak tersedia)
 Objektif
Suhu tubuh di atas normal
1. Kondisi Klinis Terkait
 Proses infeksi
 Hipertiroid
 Stroke
 Dehidrasi
 Trauma
 prematuritas
1. Resiko Cedera b.d kerusakan fisik yang memnyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya
sehat
2. Definis : beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang memnyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
3. Penyebab
Eksternal
 Terpapar patogen
 Terpapar zat kimia toksik
 Terpapar agen nosokimial
 Ketidakamanan transportasi
Internal
 Keidaknormalan profil darah
 Perubahan orientasi afektif
 Perubahan sensasi
 Disfungsi autoimun
 Disfungsi biokimia
 Hipoksia jaringan
 Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
 Malnutrisi
 Perubahan fungsi psikomotor
 Perubahan fungsi kognitif
1. Kondisi Klinis Terkait
 Kejang
 Sinkop
 Vertigo
 Gangguan penglihatan
 Gangguan pendengaran
 Penyakit parkinsosn
 Hipotensi
 Kelainan nervus vestibularis
 Ratardasi mental
1. Nyeri Akut b.d pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional.
2. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga beratn yang berlangsung kurang dari 3 bulan
3. Penyebab
 Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
 Agen pencendera kimiawi (mis, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebih)
1. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
 Mengeluh nyeri
Objektif
 Tampak meringis
 Bersikap protektif (mis, waspada posisi menghindar nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
1. Kondisi Klinis Terkait
 Kondisi pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner akut
 Glaukoma
3. Intervensi
4. Hipertermia
5. Tujuan
Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktika oleh indicator gangguan sebagai berikut
(gangguan ekstrim, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan).
1. Kriteria hasil
 Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu
 Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh
 Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia
1. Intervensi
Aktifitas keperawatan
 Pantau aktifitas kejang
 Pantau hidrasi (mis. Turgor kulit, kelembapan membrane mukosa)
 Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan
 Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara
dini hipertermia (mis., stroke bahang dan keletihan akuibat panas)
 Regulasi suhu (NIC) : Ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan
yang diperlukan, jika perlu
Aktifitas kolaboratif
 Regulasi suhu (NIC) :
Berikan obat antipiretik jika perlu. Gunakan matras dingin dan amndi air hangat untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh, jika perlu
Aktifitas lain
1. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
2. Gunakan waslpa dingin (atau kantong es yang dibalut dengan kain) di aksila, kening,
tengkuk, dan lipat paha
3. Anjurkan asupan cairan oral, setidaknya 2 liter sehari, dengan tambahan cairan selama
aktifitas yang berlebihan atau aktifitas sedang dalam cuaca panas
4. Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien
5. Gunakan selimut pendingin.
6. Resiko Cidera
 Tujuan
Resiko cidera akan menurun yang dibuktikan oleh perilaku keamanan personal, pengendalian
resiko dan lingkungan rumah yang aman
 Criteria hasi
1. Mempersiapkan lingkunya yang aman
2. Mengidentifikasi resiko yang meningkatkan kerentanan terhadap cidera
3. Menghindari cidere fisil
 
 
 Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya perubahan status
mental
2. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko terjatuh
3. Periksa apakah pasien memakai pakaian yang terlalu ketat, mengalami luka bakar, atau
memar
4. Tinjau riwayat obstetric pasien untuk mendapatkan informasi ter
5. Nyeri Akut
 Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-
5: tidak oernah, jarang, kadang-kandang, sering, atau selalu).
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan
 Criteria hasil
1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
2. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
4. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor
tersebut
5. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
6. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non analgesic secara
teapat
7. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung, atau tekanan
darah
8. Mempertahankan selera makan yang baik
9. Melaporkan pola tidur yang baik
10. Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan
interpersonal
 Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
onformasi pengkajian.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0= tidak
ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri respon pasien
5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan
pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi
pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interksi obat, kewaspadaan khusus
saat mengonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet)l dan
nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel
2. Intruksikan oasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak
dapat dicapai
3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang disarankan
4. Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (mis, risiko
ketergantungan atau overdosis)
Aktivitas kolaboratif
1. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap 4
jam selam 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri NIC
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu

Anda mungkin juga menyukai