Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

Nama : Siti Marifatun Khasanah

NIM : 1814301019

Materi : Laporan Pendidikan Halusinasi

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Istilah halusinasi berasal dari bahasa lain hallucintalion yang bermakna secara
mental mengembara atau menjadi linglung. Jardri, dkk. (2013)
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis,2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007).
Menurut Varcarolis 2006, halusinasi dapat didefinisikan sebagai tanggunngannya
proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Faktor biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbi
berhubungan dengan prilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofernia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan
atropi otak kecil (Cerebellu). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung
oleh otopsi (post-mortem).

b. Faktor psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaaan yang dapat
mempengaruhi orienyasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.

c. . Faktor sosial budaya


Klien dengan halusinasi yang didapatkan sosial ekonomi rendah,riwayat
penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan
rendah ,dan kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian,hidup sendiri),
serta tidak berkeja.

2. Faktor presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

a. Biologi
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang di terima oleh otak untuk di interprestasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Penilaian terhadap stresor
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis,
persepsi akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, prilaku cocok, dan
terciptanya hubungan sosial yang harmmonis. Sementara itu, respons
maladaptif meliputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses emosi,
prilaku tidak terorganisasi, dan isolasi sosial: menarik diri. Berikut adalah
gambaran rentang respons neorobiologi.

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis pikiran kadang gangguan


persepsi akurat menyimpang proses pikir.
emosi konsisten ilusi waham
dengan pengalaman emosi tidak stabil halusinasi
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

prilaku sesuai prilaku ketidak-


hubungan sosial. Aneh enarik diri mampuan
untuk mengalami
emosi
ketidakteratura-n isolasi
sosial.

Tingkatan halusinasi:
Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai dari tingkat 1 hingga tingkat 4 :
 Tingkat 1
Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang halusinasi merupakan pakan
suatu kesenangan. Karateristik halusinasi, klien mengalami ansietas kesepian,
rasa bersalah, dan ketakutan,mencoba berfokus pada pikiran yang dapat
menghilangkan ansietas, pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam
kontrol kesadaran (jika ansietas dikontrol).prilaku klien,klien sering
tersenyum,menggerakan bibir tanpa ada suara, menggerakan mmata dengan
cepat,respons verbal yang lambat, diam dan konsentrasi.
 Tingkat 2
Menyalahkan tingkat ansietas berat halusinasi menyebabkan rasa antipati.
Karekteristik halusinasi pengalaman sensori menakutkan, mulai merasa
kehilangan kontrol, merasa di lecehkanoleh pengalaman sensori tersebut,
menarik diri dari orang lain. Prilaku klien, peningkatan sistem saraf otak,
tanda tanda ansietas, seperti peningkatan denyut jantung pernapsan, dan
tekanan darah, rentang perhatian menyempit, konsentrasi dengan pengalaman
sensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dari realita.
 Tiingkat 3
Mengontrol tingkat ansietas berat pengalaman sensori tidak dapat di tolak
lagi. Karakteristik halusinasi, klien menyerah dan menerima pengalaman
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

sensorinya, isi halusinasinya menjadi atraktif, kesepian bila pengalaman


sensroi berakhir. Prilaku klien, perintah halusinasi di taati, sulit berhubungan
dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit,gejala
fisik ansitas berat berkeringan, tremor dan tidak mampu mengikuti perintah.
 Tingkat 4
Menguasi tingkat ansietas panik yang di atur dan di pengaruhi oleh waham.
Karekteristi halusinasi, penglaman sensori menjadi ancaman, halusinasi dapat
berlangsung selama beberapa jam dan beberapa hari. Prilaku jlien, prilaku
klien panik, berpontensi untuk membunuh atau di bunuh, tindakan kekerasan
agitasi, menarik diri, atau katatonia, tidak mampu merespons perintah yang
kompleks, tidak mampu merespon terhadap lebih dari satu orang.

Jenis jenis halusinasi :

 Halusinasi pendengaran
Do : mengarahkan telinga pada telinga pada sumber suara,marah marah
tanpa sesab yang jelas, bicara atau tertawa sendiri, menutup telinga.
Do : mendengar suara atau bunyi gaduh, mendengar suara yang menyuruh
untuk melakukan sesuatu yang berbahaya, mendengar suara yang
mengajak bercakap cakap, mendengar suara orang yang sudah meninggal.
 Halusinasi penglihatan
Do : ketakutan pada sesuatu atau objek yang dilihat, tatapan mata menuju
tempat tertentu, menunjukan ke arah tertentu.
Ds : melihat mahluk tertentu, bayangan, seseorang yang sudah
menninggal,sesuatu yang menakutkan atau hantu cahaya..
 Halusinasi pengecapan
Do : adanya tindakan tindakan mengecap sesuatu,gerakan mengunyah,
sering meludah atau muntah.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

Ds : klien seperti sedang merasakan makanan atau rasa tertentu, atau


mengunyah sesuatu.
 Halusinasi penghidung
Do : adanya gerakan cuping hidung karena mencium sesuatui atau
mengarahkan hidung pada tempat tertentu.
Ds : mencium bau dari bau bauan tertentu,seperti bau mayat, masakan,
fases, bayi, atau parfum, klien sering mengatakan bahea ia mencium suatu
bau, halusinasi penciuman sering menyertai klien klien demensia, kejang
atau penyakitserebravaskuler.
 Halusinasi perabaan
Do :menggaruk garuk permukaan kulit, klien terlihat menatap tubuhnya
dan terlihat merasakan sesuatu yang aneh seputar tubuhnya.
Ds :klien mengatakan ada sesuatu yabg menggerayi tubuh, seperti tangan
dan seraangga, atau mahluk halus, merasakan sesuatu do permukaan kulit,
seperti rasa yang sangat panas dan dingin, atau rasa tersengat listrik.

Tanda dan gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien serta
ungkapan klien. Adapaun tanda dan gejala klien halusinasi adalah :

 Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan ganggaun sensori persepsi halusinasi
mengatakan bahwa klien:
- Mendengar suara suara atau kegaduhan
- Mendengar suara suara atau kegaduhan
- Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
- Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

atau monster.
- Menciium bau bauan seperti bau darah darah, urine, feses, kadang kadang
bau itu menyenangkan.
- Merasakan rasa seperti darah, urine, atau fases
- Merasa trakut atau senang dengan halusinasinya
 Data objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori persepsi
hallusinasi melakukan hal hal berikut :
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah marah atau tanpa sebab
- Mengarahkan telinga ke arah tertentu
- Menutup telinga
- SSMenunjuk nunjuk kearah tertentu
- Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
- Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau bauan tertentu
- Menutup hidung
- Sering meludah
- Muntah
- Menggaruk garuk permukaan kulit.

4. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menghadapi stresor.

5. Mekanisme koping
1) Regresi: regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang di
gunakan untuk menanggulangi ansietas. Senergi yang tersisa untuk
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

aktivitas sehari hari. Tinggal sedikit, sehingga klien menjadi malas


beraktivitas sehari hari.
2) Proteksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
3) Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
4) Keluarga mengingkari masalah yang di alami oleh klien.(Stuart, 2007).
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

A. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


No DATA MASALAH
1. Ds: Gangguan Persepsi Sensori :
- Klien mengungkapkan perasaan Halusinasi
takut, cemas dan khawtir
- Klien mengatakan mendengar suara
bisikan yang tidak ada wujudnya
Do:
- Klien tampak melamun
- Klien fokus melihat kesatu arah
- Klien mondari mandir
- Klien tampak berkomat kamit.
- Klien tampak bersikap seolah
mendengar dan melihat sesutau
- Klien menyendiri
- Klien tampak tegang

2. Ds: Perilaku kekerasan


- Klien berkata kasar
- Menumpat
- Klien mengancam
- Bicara ketus

Do:
- Klien mulukai diri sendiri dan orang
lain
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

- Prilaku klien agresif/ mengamuk


- Klien menyerang orang lain yang
ada di dekatnya
- Mata melotot atau pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup
- Wajah memerah
- Postur tubuh kaku

3. Ds: Harga diri rendah kronis


- Klien mengatakan tidak mampu
melakukan apapun
- Klien mengatakan tidak mampu
melakukan apapun
- Klien mengatakan tidak berguna lagi
dan tidak dapat tertolong
- Klien mengatakan tidak bisa tidur
atau susah tidur

Do:
- Klien berjalan dengan menunduk
- Postur tubuh klien menunduk
- Klien enggan mencoba hal hal baru
- Kontak mata klien kurang
- Klien berbicara rendah dan lirih
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

B. Pohon masalah

III. Diagnosa keperawatan

A. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


B. Risiko Prilaku Kekerasan
C. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

IV. Strategi pelaksanaan tindakan keperwatan (individu, keluarga dan kelompok)


Tindakan Pertemuan
Sp 1 Sp 2 Sp 3 Sp 4 Sp 5 sd 12
1. Idetifikasi halusinasi : 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan
isi, frekuensi, waktu menghardik. Beri menghardik & obat. menghardik & obat & latihan menghardik
terjadi, situasi pencetus, pujian Beri pujian bercakap-cakap. Beri & obat & bercakap-
perasaan, respon 2. Latih cara mengontrol 2. Latih cara mengontrol pujian cakap & kegiatan
2. Jalaskan cara mengontrol halusinasi dengan obat haluasinasi dengan 2. Latihan cara mengontrol harian. Beri pujian
halusinasi : hardik obat, : (jelaskan 6 benar: bercakap-cakap saat halusianasi dengan 2. Latih kegiatan
bercakap-cakap, jenis, gunas, dosis, terjadi halusinasi melakukan kegiatan harian
PASIEN melakukan kegiatan frekuensi, cara, 3. Masukkan pada jadual harian (mulai 2 kegiatan) 3. Nilai kemampuan
3. Latih cara mangontrol kontinuitas minum kegiatan untuk latihan 3. Masukkan pada jadual yang telah mandiri
halusianasi dengan obat) untuk menghardik, kegiatan untuk laihan 4. Nilai apakah
menghardik 3. Masukkan pada jadwal minum obat dan menghardik, minum halusinasi
4. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan bercakap-cakap obat, bercakap-cakap terkontrol
kegiatan untuk latihan menghardik dan minum dan kegiatan harian
menghardik obat.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

1. Diskusikan masalah yang 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
dirasakan dalam merawat keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
pasien merawat/melatih pasien merawat/ melatih merawat/melatih pasien merawat/melatih
2. Jelaskan pengertian, menghardik. Beri pasien menghardik dan menghardik, dan pasien menghardik
tanda & gejala, dan pujian memberikan obat. Beri memberikan obat & & memberikan obat
proses terjadinya 2. Jelaskan 6 benar cara pujian bercakap-cakap. Beri & bercakap-cakap
halusinasi (gunakan memberikan obat 2. Jelaskan cara bercakap- pujian & melakukan
booklet) 3. Latih cara memberikan/ cakap dan melaukukan 2. Jelaskan follow up ke kegiatan harian dan
KELAUR
3. Jelaskan cara merawat membimbing minum kegiatan untuk RSJ/PKM, tanda follow up. Beru
GA
halusinasi obat mengontrol halusinasi kambuh, rujukan pujian
4. Anjurkan membntu 3. Latih dan sediakan 3. Anjurkan membantu 2. Nilai kemamuan
4. Latih cara merawat pasien sesuai jadual waktu bercakap-cakap pasien sesuai jadwal dan keluarga merawat
haluasinasi : hardik dan memberi pujian dengan pasien terutama memberikan pujian pasien
5. Anjurkan membantu saat halusianasi 3. Nilai kemampuan
pasien sesuai jadual dan 4. Anjurkan membantu keluarga melakukan
memberi pujian pasien sesuai jadual kontrol ke
dan memberikan pujian RSJ/PKM
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

C. Terapi Aktivitas Kelompok

Sesi 1 : Mengenal Halusinasi


Tujuan :
1. Klien mengenal jalusinasi.
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi.
3. Klien mengenal frekuensi halusinasi.
4. Klien mengenal perasaan bila mengalami halusinasi

NO Aspek yang di nilai


1. Menyebutkan isi halusinasi
2. Menyebutkan waktu halusinasi
3. Menyebutkan frekuensi halusinasi
4. Menyebutkan perasaan bila halusinasi timbul

Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi : Menghardik


Tujuan :
1. Pasien bisa menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.
2. Pasien bisa memahami dinamika halusinasi.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

3. Pasien bisa memahami cara menghardik halusinasi.


4. Pasien bisa memperagakan cara menghardik halusinasi

NO Aspek yang di nilai


1. Menyebutkan cara yang selama ini di gunakan mengatasi halusinasi.
2. Menyebutkan cara efektifitas
3. Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
4. Memperagakan menghardik halusinasi

Sesi 3 : Menyusun Jadwal Kegiatan


Tujuan :
1. Pasien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk mencegah timbulnya halusinasi.
2. Pasien bisa menyusun jadwal aktivitas hariannya dari pagi hari sampai dengan tidur malam.

NO Aspek yang di nilai


1. Menyebutkan pentingnya aktivitas mencegah halusinasi.
2. Menyebutkan jadwal kegiatan harian
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

Sesi 4 : Cara Meminum Obat yang Benar


Tujuan :
1. Klien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang harus diminumnya.
2. Klien mengetahui perlunya minum obats secara teratur.
3. Klien mengetahui 5 benar minum obat
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat.
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat

NO Aspek yang di nilai


1. Menyebutkan pentingnya minum obat secara teratur.
2. Menyebutkan akibat jika tidak minum obat secara teratur.
3. Menyebutkan jenis obat.
4. Menyebutkan jenis obat
5. Menyebutkan waktu minum obat
6. Menyebutkan cara minum obat yang tepat
7. Menyebutkan efek terapi obat
8. Menyebutkan efek samping obat
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

Sesi 5 : Mengontrol Halusinasi Dengan Bercakap Cakap


Tujuan :
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Klien menerapakan cara menghubungi orang lain ketika mulai mengalami halusinasi .

NO. Askep yang di nilai


1. Menyebutkan pentingnya bercakap-cakap ketika halusinasi muncul
2. Meenyebutkan cara bercakap-cakap
3. Memperagakan saat mulai percakapan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

V. Daftar pustaka

Arindita, alfina.2017. Laporan Pendahuluan Halusinasi.


https://www.academia.edu/31943647/LAPORAN_PENDAHULUAN_HALUSINASI
Putri, rika. 2017.Laporan Pendahulan Halusinasi 1.
https://www.academia.edu/9797578/LAPORAN_PENDAHULUAN_LP_HALUSINASI
Saktian,yusuf.2017.Laporan Pendahuluan Halusinasi.
https://www.academia.edu/28333404/LAPORAN_PENDAHULUAN_HALUSINASI.

Anda mungkin juga menyukai