Anda di halaman 1dari 32

ANDAL

Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

BAB II
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

2.1 Komponen Lingkungan Terkena Dampak Penting Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Tempat wisata siring menara pandang, banjarmasin kalimantan selatan nampaknya sudah menjadi
objek wisata besar dan sudah menimbulkan dampak-dampak yang signifikan terlihat dari rona
lingkungan sekitarnya yang semakin banyak pengunjung, maka semakin banyak sampah yang
dibuang sembarangan oleh pengunjung, serta banyaknya emisi-emisi dari hasil pembakaran dan
asap dari perahu-perahu yang sering berlalu lalang di sungai menjadikan sungai tercemar dan sulit
menjadi jernih kembali.

2.1.1 Komponen Geo Fisik Kimia

2.1.1.1 Kualitas Udara Ambien


Kualitas udara ambien menurut kami sudah tercemar karena taman siring Banjarmasin Kalimantan
selatan berada dipinggir jalan dan udara disana sudah tercamour dengan gas karbondioksida asap
bermotor dan asap yang dikeluarkan oleh perahu yang ada disana serta banyaknya aktivitas manusia
lainnya kemungkinan berkontribusi terhadap keberadaan polutan diudara ambien seperti kegiatan
membakar sampah,merokok dan pembakaran makanan.

2.1.1.2 Tingkat Kebisingan


Pada pengmatan secara visual bahwa disana ada terdapat rona kebisingan seprti adanya proyek
perbaikan sekolah dasar kristen didekat jembatan merdeka. Serta suara perahu yang lalu lalang dan
banyaknya kendaraan yang masih berlalu lalang disana.

2.1.2 Komponen Biologi

2.1.2.1 Tipe dan Komposisi Jenis Flora


Tipe flora yang ada di wilayah pengamatan di taman siring tandean Banjarmasin, Kalimantan selatan
,meliputi tanaman .
Hasil observasi dan wawancara dengan beberapa masyarakat di semua desa yang termasuk areal
rencana pembangunan bandara tentang komposisi jenis flora pada kebun campuran disajikan
berikut :

Tabel 2.6. Komposisi jenis flora kebun campuran di areal studi


No Jenis
Suku (Famili)
. Nama Lokal Nama Botanis
1. Kelapa Cocos nucifera Palmae
2. Pisang Musa spp Musaceae
3. Cemara Udang Casuarina equesetifolia Casuarinaceae
4. Karet Hevea brasiliensis Euphorbiaceae
5. Jati Tectona grandis Verbenaceae
6. Mangga Mangifera indica Anacardiaceae
8. Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae
9. Sukun Artocarpu communis Moraceae
10. Jambu Batu Psidium guajava Myrtaceae

II - 1
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

No Jenis
Suku (Famili)
. Nama Lokal Nama Botanis
11. Jambu Bol Eugenia malaccensis Myrtaceae
12. Pandan laut Pandans tectorius Pandanaceae
13. Askasia Acasia Mangium Fabasceae
14. Widuri Calotropis gigantea Apocynaceae
15. Kedondong pagar Nicolaia specsiosa Zingiberaseae

Dari jenis-jenis yang terdaftar pada tabel di atas, Kelapa (Cocos nucifera ) merupakan jenis tanaman
yang dominan di semua desa, Hampir semua jenis tanaman yang tersaji tersebut merupakan
komoditas yang bernilai ekonomis, yang menjadi sumber pendapatan masyarakat desa
bersangkutan.

Dari tanaman kelapa, pisang, mangga dan tanaman lainya masyarakat mendapat hasil dari penjualan
buah, baik yang muda maupun untuk kebutuhan sayur untuk dijual untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, disamping untuk dikonsumsi sendiri.

Gambar Kondisi Flora darat pada Penutupan Kebun campuran

Hasil observasi pada komunitas semak belukar ditemukan jenis-jenis flora seperti tersaji pada
berikut :
Tabel 2.7 Komposisi jenis flora semak belukar di areal studi
Jenis
No. Suku (Famili)
Nama Lokal Nama Botanis
1. Buah nagga Mangifera indica Anacardiaceae
2. Cabe Capsicum annum L Solanaseae
3. Bambu Bamboo spp Graminae
4. Alang-Alang Imperata cylindrical Graminae
5. Pisang Musa spp Musaceae

Pada komunitas semak belukar di sekitar pemukiman penduduk lokal, komposisi jenis tumbuhan
selain tumbuhan alami, juga terdapat jenis tanaman budidaya berupa pohon buah-buahan. Dari
semua jenis yang tersaji pada tabel tersebut terutama yang tumbuh secara alami tidak satupun jenis
tumbuhan yang dilindungi oleh undang-undang.

II - 2
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Gambar. 8 Kondisi Flora darat pada Penutupan Semak Belukar Yang Terdapat Areal di Tapak Proyek
rencana Pembangunan Bandara

Kemudian pada komunitas teggakan pantai dijumpai beberapa jenis tumbuhan seperti pada tabel
berikut :
Tabel 2.8 Komposisi jenis flora pantai di areal studi
Jenis
No. Suku (Famili)
Nama Lokal Nama Botanis
1. Cemara Udang Casuarina equesetifolia Casuarinaceae
3. Pandan laut Pandans tectorius Pandanaceae
4. Kendondong Pagar Nicolaia specsiosa Zingiberaseae
5. Widuri Calotropisgigantea Apocynaceae
Dari jenis-jenis flora yang ada di dalam Tabel 2.8 tidak ditemukan jenis-jenis flora yang dilindungi
oleh undang-undang.

Gambar. 9 Kondisi Flora darat pada Penutupan Hutan pantai yang Terdapat di Areal Tapak Proyek
Rencana Bandara

1) Vegetasi Pantai

II - 3
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Vegetasi pantai yang hadir dan nampak mengelompok serta cukup kontras dan dapat dibedakan
dengan vegetasi lainnya adalah pohon cemara pantai (Casuarina equisetifolia) dan vegetasi pandan.
Jenis cemara pantai merupakan jenis tanaman yang dapat dijumpai di pantai yang kondisinya masih
bagus dan tidak terganggu, baik secara ekologis maupun oleh aktivitas manusia.

Gambar. 10
Cemara Pantai (Casuarina equisetifolia)
2) Vegetasi Budidaya
Vegetasi budidaya yang terdapat di sekitar rencana areal pembangunan bandara sebagian besar
berupa tanaman kelapa, sedang tanaman budidaya yang terdapat di sekitar lokasi rencana bandara
sebagian besar adalah berupa tanaman cabe, melon terong, semanga, kacang tanah, buah nagga,
serai dan lain-lain.

Gambar.11 Vegetasi budidaya.

II - 4
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Sedangkan Tumbuhan bawahnya sebagian besar berupa tumbuhan paku, lito, hering, rumput
ariyong, beriwit, kirinyuh, alang-alang, polong-polongan, laos, papisangan, pandan, widuri dan putri
malu.

Jenis-jenis tanaman lainnya yang terdapat disekitar pemukimanan dibedakan atas :


1. Tanaman keras tahunan : mangga, rambutan, kelapa, petai, melinjo, gamal, nangka, jambu
mente, jati, kemiri, jambu biji, jeruk, sukun, dan belimbing.

2. Tanaman non keras tahunan : pisang, singkong dan pepaya

3. Tanaman semusim : cabe, terong, kacang tanah, jagung, kedelai, kacang panjang, ketela
pohon, cabe, laos, kunyit, serai, keladi dan padi.

Vegetasi budidaya berupa kebun campuran umumnya terdapat secara spot-spot di sekitar lokasi
rencana pembangunan bandara maupun di sekitar jalan desa dan sebagian lagi berada di sekitar
permukiman penduduk baik di depan rumah maupun pekarangan belakang.

Dari banyak jenis vegetasi budidaya terdapat beberapa jenis vegetasi yang dilindungi UURI
(dilindungi menurut SK Mentan No.54/Kpts/Um/2/1972) antara lain: jambu mente (annacardium
occidentale). Jambu mente merupakan kelompok pohon penghasil buah dengan batas diameter
yang boleh ditebang berturut-turut  30 cm,  60 cm,  50 cm dan  40 cm. Umumnya
keberadaannya yang dilindungi tidak diketahui oleh masyarakat setempat.

Tumbuhan tingkat bawah lainnya terdapat seperti: spinifex, beriwit, kerinyuh, rumput teki, rumput
ariyung, papisangan dan jenis-jenis rumput lainnya. Berdasarkan data hasil analisis vegetasi yang
diambil dari tipe penutupan vegetasi spinifex sp di rencana areal tapak proyek pembangunan
bandara bahwa jenis-jenis yang mendominasi untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah adalah
spinifex sp dengan INP = 105,73%, kemudian disela semai dan rumput lainnya yang terdapat dalam
jumlah yang relatif sedikit seperti kirinyuh (Wedelia biflora) INP = 12,07%, beriwit INP = 7,99% dan
sikejut (Mimosa pudica) INP = 7,92%. Sisanya vegetasi lainnya baik semai maupun tumbuhan bawah
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit. 4 (empat) jenis vegetasi yang mendominansi merupakan
tumbuhan bawah berupa rumput dan perdu. Semua jenis vegetasi yang terdapat di wilayah studi
merupakan vegetasi yang menyukai habitat terbuka pada tanah yang relatif miskin hara, kecuali
semai akasia daun kecil yang merupakan invasi biji dari jenis tanaman penghijauan yang tumbuh
secara liar di sekitar tapak proyek.

3) Semak Belukar
Jenis-jenis vegetasi yang mendominasi untuk tumbuhan bawah dan semai yaitu jenis Spinifex sp,
beriwit, hering dan widuri dengan Indeks Nilai Penting (INP) berturut-turut 69,91%, 14,74%, 12,70%,
dan 11,72%. Dari 4 (empat) jenis yang mendominasi tersebut satu diantaranya berupa semai
vegetasi berkayu yaitu widuri. Vegetasi jenis ini mampu beradaptasi pada dua habitat yaitu daerah
rendah dan dataran tinggi terutama tepi-tepi sungai.

Jenis-jenis vegetasi yang mendominasi untuk pertumbuhan tingkat pancang didominansi oleh
Cemara udang, acacia, dan kedondong pagar, dengan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 61,82%,
26,36% dan 26,36%.

II - 5
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

2.1.2.2 Fauna Darat


Berdasarkan hasil observasi lapangan, di areal studi masih banyak terdapat fauna darat terutama
satwa liar dari jenis aves (burung). Dari 24 (dua puluh empat) species burung yang ditemukan
langsung terdapat 1 (satu) species yang dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia yaitu elang
bondol (Haliastus indus) (dilindungi menurut Kepmentan No. 421/Kpts/Um/7/1972). Elang bondol
yang terinventarisasi di lokasi pengamatan sekitar areal rencana pembangunan bandara, dimana
terlihat dalam keadaan terbang tinggi di udara. Species burung ini digolongkan dalam burung tingkat
atas atau keberadaannya lebih banyak di udara, sehingga dapat dipastikan wilayah jelajahnya lebih
luas pula.

Jenis-jenis burung lainnya yang dijumpai dan berdasarkan informasi masyarakat yang ada di wilayah
studi jelasnya ada pada Tabel di bawah ini.

Keterangan Kriteria Status Satwa :


*) Dilindungi berdasarkan :
A = Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931 No. 266;
B = SK Menteri Pertanian Tanggal 26 Agustus 1970 No. 421/Kpts/Um/8/1970;
C = SK Menteri Pertanian Tanggal 19 juli 1972 No. 327/Kpts/Um/7/1972;
D = SK Menteri Pertanian Tanggal 14 Pebruari 1973 No.66/Kpts/Um/2/1973;
E = SK Menteri Pertanian Tanggal 29 Janiari 1975 No. 35/Kpts/Um/1/1975;
F = SK Menteri Pertanian Tanggal 21 Pebruari 1977 No. 90/Kpts/Um/2/1977;
G = SK Menteri Pertanian Tanggal 7 Desember 1977 No. 537/Kpts/Um/12/1977;
H = SK Menteri Pertanian Tanggal 29 Mei 1978 No. 327/Kpts/Um/5/1978;
I = SK Menteri Pertanian Tanggal 2 Desember 1978 No. 742/Kpts/Um/12/1978;
J = SK Menteri Pertanian Tanggal 5 April 1979 No. 247/Kpts/Um/1/1979;
K = SK Menteri Pertanian Tanggal 5 Desember 1979 No. 757/Kpts/Um/12/1979;
L = SK Menteri Pertanian Tanggal 6 Agustus 1980 No. 576/Kpts/Um/8/1980;
M = SK Menteri Pertanian Tanggal 4 Oktober 1980 No. 716/Kpts/Um/10/1980;
N = SK Menteri Kehutanan Tanggal 12 Januari 1987 No. 12/Kpts/II/1987;
O = SK Menteri Pertanian Tanggal 5 Pebruari 1972 No. 54/Kpts/Um/2/1972;
P = Red Data Book (IUCN, 1978);
Q = SK Menteri Kehutanan Tanggal 10 Juni 1991 No. 301/Kpts-II/1991
R = 1. Appendix I 2. Appendix II 3. Appendix III CITES (2003);
S = Endemic in Borneo (MacKinnon, Phillipps & van Balen, 1978);
T = PP No. 7 Tahun 1999 Tanggal 27 Januari 1999.

Tabel. 2.9. Jenis-Jenis Burung Hasil Inventarisir Dalam Wilayah Studi dan Sekitarnya
Nama Lokal/ Statatus
No. Nama Latin Kelimpahan
Indonesia satwa *)
1. Layang-layang Delichon dasypus Tinggi
2. Buburak Amaurornis phoenicurus Rendah
3. Elang Bondol Haliactus indicus Sedang
B,Q,R2,T
4. Keruang Pycnonotus simplex Sedang -
5. Ayaman Porzana paykullii Rendah T

II - 6
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Nama Lokal/ Statatus


No. Nama Latin Kelimpahan
Indonesia satwa *)
6. Bantiung Parphyrio parphyrio Rendah -
7. Kuntul Besar Egretta alba Rendah -
8. Bangau Tontong Leptoptilosjavanicus Rendah -
9. Elang Laut Heliacetus leucogaster Rendah -
10. Tikusan Porzana Sp Rendah -
11. Berikik Pluvialis Sp Rendah -
12. Darkuku Streptopelia bitorquata Sedang -
13. Curiak Zosterops Sp Tinggi -
14. Cuit Nectarinia jugularis Tinggi -
15. Pipit Orithotomus Sp Tinggi -
16. Tinjau Copsycus malabaricus Sedang -
17. Walet Colocalia pociphagus Tinggi -
Sumber : Hasil Observasi Lapang di Lokasi Proyek dan Wawancara dengan Penduduk
Sekitar, Tahun 2014

Untuk kelompok mamalia, jenis primata yang banyak dijumpai adalah kera ekor panjang (Macaca
fascicularis) walaupun menurut informasi masyarakat hampir jarang dijumpai. Jenis mamalia
lainnya dari wilayah studi jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2.10 Jenis-Jenis Mamalia yang Terdapat Dalam Wilayah Studi dan Sekitarnya
Nama Lokal/ Cara Status
No. Nama Latin Kelimpahan
Indonesia Menemukan Satwa
1. Kera ekor Macaca fascicularis Rendah Langsung F,Q,R2,
panjang T
3. Senggong Mydaus javanensis Rendah Informasi -
4. Tupai/Bajing Tupaia graclis Tinggi Langsung J,Q,T
5. Kelelawar Pteropus hypomelanus Tinggi Langsung -
Sumber : Hasil Observasi Lapang di Lokasi Proyek dan Wawancara dengan Penduduk Sekitar,
Tahun 2014

Untuk jenis reptil, berdasarkan informasi masyarakat bahwa pada wilayah studi dan sekitarnya jenis-
jenis yang sering dijumpai adalah seperti pada Tabel berikut.

Tabel 2.11 Jenis-Jenis Reptil yang Terdapat Dalam Wilayah Studi dan Sekitarnya
Nama Lokal/ Kelimpaha Cara Status
No. Nama Latin
Indonesia n menemukan Satwa
1. Ular Sawa Phyton reticulatus Sedang Informasi H,O,R2,T
2. Ular Cobra Naja saputrik Rendah Informasi R2
3. Ular Daun Tremeresurus Tinggi Informasi -
albolabris
4. Ular Tanah - Sedang Informasi -
5. Kadal Mabouya Sedang Informasi -T
multifasciata
6. Biawak Varanus salvator Rendah Informasi M,Q,T
7. Ular Air Hemalopsis buccata Sedang Informasi -

II - 7
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Nama Lokal/ Kelimpaha Cara Status


No. Nama Latin
Indonesia n menemukan Satwa
8. Bunglon Mabouya Sedang Informasi
H,Q
multifasciata
9. Tikus Rattus sp sedang Inormasi -
10 Cicak Hermidaectilus so Sedang Informasi -
11 Katak Rana SP Sedang Informasi -
Sumber :Hasil Observasi Lapang di Lokasi Proyek dan Wawancara dengan Penduduk Sekitar,
Tahun 2014

2.1.2.3 Biota Akuatik


Indikator biota akuatik dalam pengkajian dampak dari kegiatan Penyiapan lahan untuk
pembangunan bandara oleh PT. Angkasa Pura I, adalah plankton (phytoplankton dan zooplankton)
dan benthos. Plankton merupakan organisme (tumbuhan dan hewan) perairan yang melayang
secara pasif dan terbawa aliran air sedangkan Benthos merupakan organisme dasar yang dapat
bersifat vagil (tertambat/menempel di permukaan substrat) dan sesil (relatif menetap) di dasar
perairan. Serta menempati tingkatan tropik dasar yang sangat berperan dalam menjembatani
transfer energi dari produsen primer ke konsumen atau organisme yang berjenjang tropik yang lebih
tinggi. Komposisi jenis biota dalam suatu perairan dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia perairan.

a) Plankton
Berdasarkan jenisnya plankton dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu phytoplankton (tumbuhan) dan
zooplankton (hewan). Phytoplankton merupakan produsen primer yang mampu merubah klorofil
(zat hijau daun) menjadi senyawa organik yang kaya energi melalui proses fotosintesa. Dengan
melihat fungsinya di alam, maka kedudukan phytoplankton sangat penting dalam rantai makanan.
Zooplankton menempati tropik lebih tinggi setelah phytoplankton dan merupakan makanan utama
dari ikan, udang dan biota perairan yang lebih besar lainnya.

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap komposisi jenis yang berkaitan dengan
kegiatan Pembukaan lahan adalah faktor fisik seperti kekeruhan dari erosi. Dari hasil analisis
laboratorium, diperoleh komposisi jenis plankton yang ditemukan pada sungai diwilayah studi
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2.12 Komposisi Plankton di Perairan Wilayah Studi


Lokasi Pengambilan Sampel
No Phyllum Genera
KA-1 KA-2 KA-3 KA-4
Phytoplankton
Spirulina 16 4 4 4
1 Chyanophyta
Aphanozomenon 20 8 4 -
Gonatozygon - 16 24 28
2 Chlorophyta Binuclearia w 20 16 - 20
Spirogyra - - 20 16
Diatoma 20 12 16 -
3 Chrysophyta
Thallasiossira sp 8 - - -
Thallasiossira mala 8 4 - -

II - 8
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Lokasi Pengambilan Sampel


No Phyllum Genera
KA-1 KA-2 KA-3 KA-4
Kelimpahan (sel/liter) 92 60 68 68
Indeks Keanekaragaman (Shannon Wiener) 2,4875 2,3899 2,0216 1,7780
Indeks Keseragaman 0,9623 0,9245 0,8707 0,8890
Indeks Dominansi 0,1871 0,2089 0,2734 0,3149
Jumlah Taksa 6 6 5 4
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium PLSH (UGM) Tahun 2014
Keterangan :
KA-1 = Hulu sungai
KA-2 = Lokasi outlet IPAL
KA-3 = 50 dari muara Lokasi outlet IPAL
KA-4 = 100 dari muara Lokasi outlet IPAL
Identifikasi terhadap sampel plankton yang diambil pada 4 lokasi pengamatan perairan di wilayah
studi telah teridentifikasi 8 jenis fitoplankton yang termasuk dalam phylum Cyanophyta, Chloropyta
dan Chrysophyta sedangkan zooplankton 3 jenis dari phylum Protozoa, Aschelminthes dan
Crustacea. Jumlah jenis fitoplankton yang ditemukan pada setiap lokasi pengamatan berkisar antara
2 – 3 jenis, jumlah jenis tertinggi terdapat pada KA-1, sedangkan yang terendah terdapat pada KA-4.
Gonatozygon, Binuclearia dan Diatoma merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dan hampir
terdistribusi pada semua lokasi pengamatan.

Indeks keanekaragaman dapat menggambarkan keadaan struktur komunitas pada ekosistem


perairan. Menurut Magguran, (1987) hubungan antara indeks keanekaragaman dengan struktur
komunitas dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.13 Kriteria Penilaian Indeks Indeks Keanekaragaman Dengan Keadaan Struktur
Komonitas Biota Perairan

Indeks Keanekaragaman Keadaan Struktur Komunitas


>1,00 Tidak stabil
1,00 - 1,66 Cukup Stabil
1,67 - 2,33 Stabil
2,34 -3,00 Lebih stabil
>3,00 Sangat stabil
Sumber : Magguran, 1987
Indeks keanekaragaman fitoplankton pada perairan di wilayah studi ; perairan sungai/anak sungai
berkisar antara 1,7780–2,4875. Dengan membandingkan nilai indeks keanekaragaman yang
diperoleh dengan Tabel tersebut diatas, maka keadaan struktur komunitas fitoplankton di wilayah
studi tergolong sebagai komunitas yang stabil sampai lebih stabil.

Indeks keseragaman dapat menggambarkan penyebaran individu antar spesies, indeks keseragaman
mendekati 1 berarti penyebaran antar jenis relatif sama, sebaliknya semakin mendekati nol,
penyebaran antar jenis-jenis relatif tidak sama dan ada sekelompok individu sejenis yang melimpah
(Krebs, 1989).Lee et al, (1987), menghubungkan nilai indeks keseragaman atau kemerataan dengan
penyebaran jenis dalam suatu komunitas seperti pada Tabel di bawah ini.

II - 9
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Tabel 2.14 Hubungan Nilai Indeks Kemerataan Dengan Penyebaran Jenis Dalam Komunitas Biota
Perairan
Keadaan Penyebaran Jenis
Indeks Kemerataan Kategori
dalam Komunitas
> 0.81 Sangat Merata Sangat Baik
0.61 - 0.80 Lebih Merata Baik
0.41 - 0.60 Merata Sedang
0.21 - 0.40 Cukup Merata Buruk
< 0.20 Tidak Merata Sangat Buruk
Sumber : Lee et al, 1978

Nilai indeks keseragaman (evennes) fitoplankton di wilayah studi berkisar antara 0.9245 - 0.9623.
Menurut Lee et al, (1987), maka penyebaran komunitas fitoplankton termasuk menyebar sangat
merata. Nilai indeks dominasi di wilayah studi berkisar antara 0,1871 – 0,3149. Berdasarkan nilai
tersebut tingkat pendominasian suatu spesies tergolong buruk sampai dengan sangat buruk.

Hasil identifikasi terhadap sampel zooplankton yang diambil pada 4 lokasi pengamatan perairan di
wilayah studi ditemukan 3 jenis zooplankton yang termasuk dalam phylum Protozoa, Aschelminthes
dan Crustacea, kelimpahan zooplankton setiap lokasi pengamatan berkisar dari 4 – 13 ind/liter.
Jumlah jenis zooplankton yang ditemukan pada setiap lokasi pengamatan berkisar antara 0 - 2 jenis,
jumlah jenis merata, Notholca merupakan jenis dengan kelimpahan hampir selalu ada disetiap lokasi
pengamatan.

Hasil perhitungan kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominasi dan indeks Evennes
zooplankton dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2.15 Komposisi Zooplankton di Perairan Wilayah Studi


Lokasi Pengambilan Sampel
No. Phyllum Genera
KA-1 KA-2 KA-3 KA-5
Zooplankton
1. Protozoa Dinobryon stipitatum 9 - - -
2. Aschelminthes Notholca 4 4 - 4
3. Crustasea Spongilla aspinosa - - 4 -
Kelimpahan (Ind/liter) 13 4 4 4
Indeks Keanekaragaman (Shannon Wiener) 0,8905 0,0000 0,0000 0,0000
Indeks Keseragaman 0,8905 0,0000 0,0000 0,0000
Indeks Dominansi 0,5740 1,0000 1,0000 1,0000
Jumlah Taksa 2 1 1 1
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium PLSH (UGM) Tahun 2014
Keterangan :
KA-1 = Hulu sungai
KA-2 = Lokasi outlet IPAL
KA-3 = 50 dari muara Lokasi outlet IPAL
KA-4 = 100 dari muara Lokasi outlet IPAL

II - 10
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Indeks keanekaragaman zooplankton pada perairan di wilayah studi 0.0000 – 0,8905, maka keadaan
struktur komunitas zooplankton di wilayah studi tergolong sebagai komunitas yang tidak stabil (lihat
Tabel di atas). Sedangkan indeks dominasi berkisar 0,5740– 1.0000, menunjukan kesesuaian
keadaan tersebut dengan kurang bervariasinya jenis –jenis zooplankton pada ke empat lokasi
pengamatan. Indeks keseragaman zooplankton antara 0,0000-0,8905, menunjukkan struktur
komunitasnya tergolong tidak merata sampai dengan sangat merata dalam indeks kualitas
lingkungan termasuk kategori sangat buruk sampai dengan sangat baik.

b) Benthos
Hasil pengamatan benthos di perairan wilayah studi pada 4 lokasi pengamatan ditemukan hewan
benthos sebanyak 14 jenis. Jumlah jenis yang ditemukan pada setiap stasiun pengamatan berkisar
antara 2 – 5 jenis, jumlah jenis tertinggi terdapat pada lokasi pengamatan KA-1, KA-2 dan KA- 4 serta
terendah pada lokasi pengamatan KA-2.
Selengkapnya hasil identifikasi dan analisa benthos dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2.16 Hasil Identifikasi Benthos


Hasil Analisis
No. Phyllum Genera
KA-1 KA-2 KA-3 KA-4
1 Annelida Oligochaeta - - - 44
Gomphidae - - - 44
2 Insecta
Colopteryginidae - - - 88
Cardiidae
132 - 176 -
(Cerastoderma edule)
Pleoroceridae - - - 44
Viviparidae - - - 132
Galeommatidae - 220 - -
Potamididae (Pirenella
- - 484 -
conica)
3 Mollusca Neritopsidae
- 176 - -
(Neritopsisradula)
Pinnidae 308 - 132 -
Trapezidae (Trapezium
176 - 88 -
gilvum RED)
Anomiidae - - 484 -
Thiaridae (Melanoides
220 - - -
maculate)
4 Crustacea Neomysis japanico 44 - - -
Kelimpahan (Individu/m2)  880 396 1364 352
Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener)  2,1211 0,9911 2,0232 2,1556
Indeks Keseragaman 0,9134 0,9911 0,8713 0,9284
Indeks Dominasi 0,2500 0,5062 0,2820 0,2500
Jumlah Taksa 5 2 5 5
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium PLSH (UGM) Tahun 2014
Keterangan :
KA-1 = Hulu sungai
KA-2 = Lokasi outlet IPAL
KA-3 = 50 dari muara Lokasi outlet IPAL

II - 11
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

KA-4 = 100 dari muara Lokasi outlet IPAL

Mengacu pada klasifikasi Magurran (1988) dan Lee et al (1978), maka dapat disimpulkan bahwa
keadaan struktur komunitas benthos dan ekosistem perairan di wilayah studi termasuk dalam indeks
keanekaragaman berkisar antara 0,9911 - 2,1556 tergolong komunitas tidak stabil sampai dengan
stabil. Indeks keseragaman berkisar antara 0,8713 – 0,9911 tergolong katagori penyebaran
komunitas sangat merata

c) Nekton
Kondisi nekton di wilayah studi diperoleh dari hasil penangkapan masyarakat, penangkapan
langsung dengan menggunakan pancing dan wawancara dengan masyarakat setempat di wilayah
studi.

Jenis-jenis nekton yang ditemukan berasal dari jenis ikan yang menghuni perairan air tawar dan ada
pula yang menghuni perairan air laut dan data selengkapnya disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 2.17 Jenis Ikan Air Laut yang Ditemukan di Wilayah Studi dan Sekitarnya
No Nama
Nama Daerah Nama Ilmiah
. Indonesia/Lokal
1. Belanak Belana, Kudara Valamugil speigleri
2. Bawal Hitam Mandrewasa Formio niger
3. Bawal Putih Peda-peda Pampus argenthus
4. Bandeng Perempuan Bandang Chanos chanos
5. Bambangan Bambangana Lutianus erythropterus
6. Buntal Buntolo Tetranodon meleagris
7. Cumi-cumi Comi Loligo, Sp
8. Cakalang Cakaleng Katsuwomus pelamis
9. Kembung Kembung Rastrelliger kanagurna
11. Kakap Kanja Lates calcalifer
12. Layur Lajuru Trichiurus savala
13. Manyung Otek Arius thalassinus
14. Menangin Senangin Polynemus tetradactylus
15. Pari Pari Trygon bleekari
16. Parang-parang Parang-parang Chirocentrus hypselosoma
17. Sembilang Samelang Plotosus canius
18. Sebelah Sebelah Psettodes eumer
19. Selar Kuning Selar Kuning Caranx leptolepis
20. Tembang Tembang Clupea fimbricata
21. Teri Lureh Stolephorus heterolobus
22. Tenggiri Tinumbu Scomberomorus commersoni
23. Tongkol Tongkol Tynnus alletterates
24. Udang Windu Udang Windu Penanues monodon
25. Udang Putih Udang Putih Penanus merguensis
26. Udang Batu Udang Batu Penanus indicuslongirastris
27. Kepiting - Scylla seratay
28. Rajungan Bukong Soji Potunus pelagicus
Sumber :Hasil Pengumpulan Data dari Tangkapan Nelayan dan Wawancara, Tahun 2014

II - 12
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Tabel 2.18 Jenis Ikan Air Tawar yang Ditemukan di Wilayah Studi dan Sekitarnya (sungai Serang)
No Nama local Nama llmiah
1 Belanak Liza macrolepis
2 Bethik Vespicula depressifrons
3 Boso Rhyacichthys aspro
4 Cethul gendut Poecilia reticulate
5 Cethul kepala mutiara Poecilidae (Poecflidos)
6 Cucut Hemiramphus sp
7 Gabus Channa sp.
8 Glodok Periophthalmus sp
9 Kakap merah Lutjanus campechanus
10 Kething Mystus nighceps
11 Mujaer Oreochronis niloticus
12 Pethek Caranx sexfasciatus
13 Sepat Trichogaster trichopterus
14 Sidat Anguilla bicolor
15 Teri Ambassis buruensis
16 Wader Cyprinidae
17 Wader cakul Puntius binotatus
18 Wader pari Rasbora aprotaenia
Sumber : Hasil Pengumpulan Data dari Tangkapan Nelayan dan Wawancara, Tahun 2014

Semua Jenis ikan yang tercantum dalam Tabel di atas mempunyai nilai ekonomis dan merupaka n
ikan yang dikonsumsi untuk diperdagangkan di wilayah setempat. Dari jenis-jenis nekton tersebut
tidak terdapat jenis nekton yang langka dan dilindungi. Jenis nekton yang dikemukakan di atas
merupakan jenis nekton yang menghuni ekosistem air laut dan air tawar.

2.1.3 Komponen Sosial Ekonomi Budaya

2.1.3.1 Kondisi Umum


Kajian komponen sosial ekonomi dan budaya difokuskan pada daerah yang diprakirakan secara
langsung terkena dampak kegiatan yaitu, Kecamatan Temon. Pada tabel dibawah disajikan luasan
desa dan persentase masing-masing 5 desa yang diperkirakan terkena dampak di Kecamatan Temon
dari total luasan kecamatannya yaitu 3.629,09 (Ha).
Desa yang tercakup berdasarkan kedekatannya dengan area pembangunan bandara baru
diprakirakan nantinya kondisi sosial ekonomi masyarakat akan terpengaruh adalah desa Jangkaran,
Palihan, Glagah, Kebonrejo, Sindutan (terlampir dalam Peta Rencana Pembangunan Bandara Baru
Yogyakarta)

Tabel. 2.19 Luas Desa dan Persentase Luas Desa di Kecamatan Temon
Sumber : Temon Subdistrict in Figure 2013

Desa Luas Desa (ha) Percentage


Jangkaran 365.64 10.08
Sindutan 297.8 8.21

II - 13
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Palihan 358.71 9.88


Glagah 603.94 16.64
Kebonrejo 172.45 4.75
Total 1798.54 49.56

Gambar 12. Peta Rencana Bandara Baru Yogyakarta di Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo

2.1.3.2 Kependudukan/Demografi
Secara administrasi wilayah studi kegiatan meliputi wilayah 5 desa di Kecamatan Temon. Jumlah
penduduk, jumlah jiwa per desa, Jumlah Kepala Keluarga disajikan pada Tabel berikut :

Tabel. 2.20 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Kulonprogo


NO KECAMATAN L P JUMLAH %
1 WATES 23.633 23.588 47.221 10,96
2 PENGASIH 24.379 24.876 49.255 11,43
3 KOKAP 17.583 17.554 35.137 8,15
4 TEMON 14.336 14.803 29.139 6,76
5 PANJATAN 19.54 19.155 38.695 8,98
6 GALUR 15.835 16.024 31.859 7,39
7 LENDAH 19.54 19.564 39.104 9,07
8 SENTOLO 23.375 23.556 46.931 10,89
9 NANGGULAN 14.38 14.757 29.137 6,76
10 KALIBAWANG 15.347 16.078 31.425 7,29
11 SAMIGALUH 14.304 14.408 28.712 6,66
12 GIRIMULYO 12.07 12.29 24.36 5,65
JUMLAH 214.322 216.653 430.488 100,00

Tabel. 2.21 Jumlah Penduduk,Jumlah KK dan Rerata Jiwa per Rumah Tangga Tahun 2012
PENDUDU RUMAH
DESA RERATA JIWA PER RT
K TANGGA
JANGKARAN 1606 459 3
SINDUTAN 1792 537 3
PALIHAN 1917 553 3
GLAGAH 2597 745 3
KEBONREJO 1247 382 3

II - 14
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Sumber : Temon Subdistrict in Figure 2013

Tabel. 2.22 Nama Responden,Pendidkan,Pekerjaan dan Asal Desa di Area Proyek


Pembangu
Apakah
Mengeta nan Bila Apakah 
Mata Sumber saudara
Pendi hui/tidak Bandara Untung proyek
Nama Pencaha Desa (bila menerim
dikan mengeta Menguntu dalam mengganggu
rian Tahu) a proyek
hui ngkan/Tida hal apa masyarakat
ini?
k
Jangka Tetangg Pendap
Sukisno Petani ran SD Ya a Ya Tidak Tahu atan Belum Tahu
org
Jangka Kecama Ganti
Supardi Petani ran SD Ya tan Ya Tidak Tahu Rugi Belum Tahu
Jangka Ganti
Hasyim PEtani ran SD Ya Anak Ya Ya Rugi Mengganggu
Sindut Tidak Ganti
Partino Petani an SD Ya Anak tahu Ya Rugi Belum Tahu
Juminga Pedagan Tidak Pendap
h g Glagah SMP Ya Saudara tahu Tidak Tahu atan Tidak
td Tetangg Tidak Tidak
Prapto T. Parkir Glagah tamat Ya a tahu Tidak Tahu tahu Belum Tahu
Tambak Jangka Tidak Tidak
Suripto udang ran SMP Ya Teman tahu Tidak Tahu tahu Belum Tahu
T.bangu Sindut Org Pendap
Parman nan an SMP Ya Desa Ya Ya atan Tidak
Sindut Tetangg Pendap
Ngadirin T.Bakso an SMP Ya a Ya Ya atan Belum Tahu

Tabel. 2.23 Ringkasan Hasil Kuisioner Wawancara dengan Responden

Mata
Responden Tahu Setuju Menolak Tidak tahu Jumlah
Pencaharian
Petani 4 4 3   1 4
Pdagang 2 2 1 1   2
Tukang Parkir 1 1     1 1
Tambak Udang 1 1     1 1
Tukang Bagunan 1 1 1     1
Total responden 9 9 5 1 3 9
Percentage(%)   100% 56% 11% 33%  

Dari hasil kuisioner yang bisa diperoleh melalui metode wawancara informal maka dari 10
responden yang bisa dipetik hasilnya 56% setuju dan 33% tidak tahu (artinya masih bimbang
sehingga kategorinya tidak tahu) dengan pembangunan bandara baru, dengan asumsi mereka
mengetahui rencana pembangunan bandara bisa dari sumber yang berbeda
(tetangga,teman,saudara) dan mayoritas mereka memiliki mata pencaharian petani yang lahannya

II - 15
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

masuk dalam areal rencana bandara dengan status lahan adalah turun temurun dari orangtuanya
bukan milik PA ground dengan lokasi tempat tinggal yang tidak terkena dampak pembangunan
bandara.

Tabel. 2.24 Jumlah Dukuh dan Penduduk Di 5 Desa Kecamatan Temon Tahun 2012

DESA JUMLAH PENDUDUK RERATA PER


DUKUH PERDUKUHAN
JANGKARAN 8 1606 201
SINDUTAN 7 1792 256
PALIHAN 9 1987 221
GLAGAH 9 2597 289
KEBINREJO 4 1247 312

2.1.3.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin


Rasio jenis kelamin menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan adalah 6 berbanding
1 (terlampir dalam tabel Banyaknya Jumlah Penduduk 5 Desa menurut Jenis Kelamin) artinya dari
komposisi penduduk menurut jenis kelamin di wilayah studi menunjukkan bahwa penduduk laki-laki
lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Jumlah penduduk paling besar ada di desa Glagah
yang secara luasan wilayah juga paling luas di Kecamatan Temon.
Tabel. 2.25 Banyaknya Jumlah Penduduk 5 Desa menurut Jenis Kelamin Tahun 2012
Ratio
Desa Laki-laki Perempuan (laki/perempuan Total
)
Jangkaran 406 48 8 454
Sindutan 457 77 6 534
Palihan 447 100 4 547
Glagah 639 98 7 737
Kebonrej
o 308 69 4 377
Total 2257 392 6
Sumber : Temon Subdistrict in Figure 2013

2.1.3.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian


Komposisi mata pencaharian penduduk di 5desa yang masuk dalam area rencana pembangunan
bandara Yogyakarta mayoritas adalah dibidang pertanian (padi,lombok,buah semangka,buah melon)
hal ini bisa dilihat dalam tabel berikut ini serta tampilan grafiknya,yang mana komposisi paling besar
ada di desa Glagah yang jumlahnya paling tinggi dibanding 4 desa yang lain. Dampak proyek nantinya
akan merubah pola mata pencaharian penduduk disekitar wilayah proyek dari petani ke bidang lain
yang tentunya hal ini akan menimbulkan konsekwensi yang berbeda pada level usia produktif dan
tidak produktif.

Tabel 2.27 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk 5 Desa dalam Bidang Pertanian Tahun 2012

II - 16
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

SEKTOR PERTANIAN (ORG)


JANGKARAN 852
SINDUTAN 774
PALIHAN 654
GLAGAH 1482
KEBONREJO 639
Sumber : Temon Subdistrict in Figure 2013

Grafik.2 Komposisi jumlah penduduk yang mata pencahariannya dibidang


pertanian

1600
1200
800
400
0

2.1.3.5 Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran


Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai
pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Angkatan
kerja dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu : mereka yang bekerja penuh, pengangguran terbuka
atau open unemployment, setengah menganggur atau under unemployment, dan pengangguran
tersembunyi/tersamar atau disebut disguise employment.

Di Kecamatan Temon tingkat Angkatan Kerja yang paling tinggi adalah lulusan SMA yaitu 2659 orang
pada tahun 2013 (Sumber : Disnaker Kab.Kulonprogo 2013)

Tabel 2.28 Distribusi Angkatan Kerja Kabupaten Kulonprogo Menurut Kelompok Umur Tahun 2013
KELOMPOK
NO L P JUMLAH %
USIA
1 15 – 19 13.13 13.697 26.827 9,95
2 20 – 24 21.359 21.305 42.664 15,82
3 25 – 34 35.902 34.587 70.489 26,13
4 35 – 56 50.238 48.372 95.344 35,61
5 56 – 65 17.441 16.267 33.708 12,50
JUMLAH 138.07 131.671 269.671 100,00

Tabel 2.29 Distribusi Angkatan Kerja 5 Desa Kecamatan Temon Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
2013

II - 17
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

TIDAK
DESA SD SMP SMA D1-D3 S1-S3
TAMAT SD
JANGKARAN 66 436 399 415 40 34
SINDUTAN 130 385 336 390 33 117
PALIHAN 371 455 442 244 46 41
GLAGAH 101 857 848 1,046 16 20
KEBONREJO 0 121 510 564 69 95
Total 668 2,254 2,535 2,659 204 307

Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan
kerja tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan. Dalam sensus
penduduk 2001 mendefinisikan pengangguran sebagai orang yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh
pekerjaan (BPS, 2001: 8). Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat
dari prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja.

Jumlah pengangguran di Kecamatan Temon sesuai tingkat pendidikan pada tahun 2013 sebanyak
223 orang dan yang paling tinggi adalah lulusan SMP yaitu 85 orang, namun hal ini belum bisa
dikategorikan bahwa Kecamatan Temon khusunya di 5 desa tersebut pengangguran sedikit tapi pada
usia non prooduktif data ini koreksinya besar.

Tabel 2.30 Jumlah Pengangguran sesuai Tingkat Pendidikan di Kecamatan Temon Tahun 2013

TIDAK D4-
Nama Desa SD SLTP SLTA D1 - D3
TAMAT SD S1/S3)

JANGKARAN 7 3 9 11 0 0
SINDUTAN 0 14 24 24 1 0
PALIHAN 0 6 8 6 0 0
GLAGAH 10 16 31 12 0 2
KEBONREJO 1 3 13 15 5 2
Total 18 42 85 68 6 4

Grafik Pengangguran di Kecamatan Temon sesuai tingkatan Pendidikan


tingkat pendidikan

8568
4
6
100 42
50 18
0
T

Tabel 2.31 Jumlah Pengangguran sesuai Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013

II - 18
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

TINGKAT
NO L P JUMLAH %
PENDIDIKAN
1 TIDAK TAMAT SD 95 588 683 8,20
2 SD 170 1.179 1.349 16,19
3 SLTP 223 2.048 2.271 27,26
4 SLTA 501 2.695 3.196 38,36
5 D.I s.d. D.III 70 348 418 5,02
6 D.IV, S1 s.d. S3 75 339 414 4,97
JUMLAH 1.134 7.197 8.331 100,00

Salah satu tujuan pembangunan bandara baru yang hendak dicapai adalah terciptanya lapangan
kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai sesuai tingkatan di daerah khususnya 5 desa
Kecamatan Temon dan umumnya di Kabupaten Kulonprogo dan di area 5 desa khususnya
Kecamatan Temon tingkatan pengangguran paling tinggi adalah lulusan SMP, sehingga perlu ditinjau
kesesuaian lapangan kerja yang ada di area operasional bandara baru dengan sumber daya manusia
yang tersedia yang pada akhirnya manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat. Walaupun terkadang
tidak sesuai dengan harapan karena adanya gap antara kebutuhan tenaga kerja dengan kualitas
tenaga kerja yang tersedia di suatu wilayah di mana suatu kegiatan pembangunan dilaksanakan.

2.1.3.6 Penduduk Menurut Agama


Sebagian besar penduduk di wilayah studi beragama Islam. Untuk menunjang kegiatan keagamaan
penduduk, tersedia sarana peribadatan. Banyaknya penduduk menurut agama dapat dilihat pada
Tabel Banyaknya Pemeluk Agama di Wilayah Studi

Tabel 2.32 Banyaknya Pemeluk Agama di Wilayah Studi Tahun 2012

DESA ISLAM KRISTEN KHATOLIK HINDU BUDHA

JANGKARAN 1591 2 20 0 0
SINDUTAN 15578 166 53 0 0
PALIHAN 1483 480 38 0 0
GLAGAH 2362 226 22 0 0
KEBONREJO 958 250 15 1 0
Sumber : Temon Subdistrict in Figure 2013

2.1.3.7 Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan


Penggunaan lahan (land use) pengertiannya adalah setiap bentuk campur tangan manusia terhadap
lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan
dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu (1) pengunaan lahan pertanian dan (2) penggunaan
lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada
lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan
yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya
seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah
terjadi.

II - 19
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan
ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu
waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda.
Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan
tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang
makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan
yang lebih baik.

Berdasarkan penggunaan lahannya, meskipun telah mempunyai jenis penggunaan lahan yang beragam
dari pemukiman, sawah, tambak/kolam, kebun/ladang, hutan dan lainnya, wilayah Kecamatan Temon
didominansi tanah sawah.

Secara rinci penggunaan areal tanah di wilayah studi disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.33 Luas Penggunaan lahan 5 desa di Kecamatan Temon Tahun 2012

Tanah Tanah Hutan


DESA Bangunan Lainnya
Sawah Kering rakyat

JANGKARAN 46 71.7 35.43 0 212.51


SINDUTAN 104.15 119.98 44.08 0 29.59
PALIHAN 71.27 146,53 53.54 0 87.57
GLAGAH 125 144.53 53.34 0 181.2
KEBONREJO 75 63.19 20.8 0 13.46
TOTAL 421.42 399.4 207.19 0 524.33
Sumber : Temon Subdistrict in Figure 2013

II - 20
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

2.1.3.8 Sosial Budaya


a. Sejarah
Kabupaten Kulon Progo (bahasa Jawa Latin, Kulonprogo) adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Wates. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di timur, Samudra Hindia di
selatan, Kabupaten Purworejo di barat, serta Kabupaten Magelangdi utara. Nama Kulon
Progo berarti sebelah barat Sungai Progo (kata kulon dalam Bahasa Jawa artinya barat). Kali
Progomembatasi kabupaten ini di sebelah timur.
Pada tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII mengeluarkan
amanat yang menyatakan bahwa Kasultanan dan Pakualaman adalah daerah yang bersifat kerajaan
dan daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.

Pada tahun 1951, Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII memikirkan perlunya penggabungan
antara wilayah Kasultanan yaitu Kabupaten Kulon Progo dengan wilayah Pakualaman yaitu
Kabupaten Adikarto. Atas dasar kesepakatan kedua penguasa tersebut, selanjutnya dikeluarkan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 yang ditetapkan tanggal 12 Oktober 1951 dan diundangkan
tanggal 15 Oktober 1951. Undang-undang ini mengatur tentang Perubahan Undang-Undang Nomor
15 Tahun 1950 untuk Penggabungan Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Adikarto dalam
lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi satu kabupaten dengan nama Kulon Progo yang
selanjutnya berhak mengatur dan mengurus rumah-tanganya sendiri. Undang-undang tersebut
mulai berlaku mulai tanggal 15 Oktober 1951. Secara yuridis formal Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo
adalah 15 Oktober 1951, yaitu saat diberlakukannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia.

Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kecamatan, yang dibagi lagi atas 88 desa dan kelurahan, serta
930 Pedukuhan (sebelum otonomi daerah dinamakan Dusun). Pusat pemerintahan di
Kecamatan Wates, yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari pusat Ibukota Provinsi DIY, di
jalur utama lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya - Yogyakarta - Bandung. Wates juga dilintasi
jalur kereta api lintas selatan Jawa. Kulon Progo menggunakan kodepos 55611 (lama) dan
55600/55651 (baru).
Bagian barat laut wilayah kabupaten ini berupa pegunungan (Bukit Menoreh), dengan
puncaknya Gunung Gajah (828 m), di perbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Sedangkan di bagian
selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga ke pantai. Pantai yang ada di Kabupaten
Kulonprogo adalah Pantai Congot, Pantai Glagah (10 km arah barat daya kota Wates atau 35 km dari
pusat Kota Yogyakarta) dan Pantai Trisik.

b. Etnis/Suku Bangsa
Penduduk Kecamatan Temon pada umumnya adalah suku Jawa dan menggunakan Bahasa
Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Agama mayoritas yang dianut adalah Islam.

c. Budaya
Ada banyak tarian yang merupakan warisan budaya di Kabupaten Kulonprogo, diantaranya adalah :

II - 21
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

1) Krumpyung merupakan seni musik tradisional khas Kulonprogo dengan iringan alat musik
yang semuanya terbuat dari bambu. Biasanya lagu-lagu yang dibawakan adalah langgam
jawa, uyon-uyon, campur sari. Yang unik dari krumpyung ini adalah nada yang digunakan
merupakan laras slendro dan pelog menyerupai gamelan Jawa. Hanya saja, dalam kesenian
Krumpyung ini, untuk membunyikan gong dengan cara ditiup dan dipukul. Kesenian
Krumpyung ini terdapat di dusun Tegiri, desa Hargowilis, kecamatan Kokap. Saat ini alat
musik Krumpyung yang semuanya terbuat dari bambu banyak diminati para pecinta alat
musik tradisional atau para kolektor dari berbagai daerah dan luar negeri.
2) Tari Jathilan kesenian rakyat tradisional berbentuk tarian kelompok dan dibawakan oleh
penari berjumlah 14 orang laki-laki. Penari yang berperan sebagai wanita disebut wewe.
Jathilan yang merupakan tari kelompok ini terdiri dari 2 barongan, 1 penthul, 1 bejer, 1
wewe, dan 1 gendruwo serta 6 orang prajurit. Pertunjukan Jathilan ini diselenggarakan di
tempat terbuka yang cukup luas karena gerakan dari penari yang sangat dinamis. Salah satu
yang menarik dari tarian ini adalah adanya penari yang "ndadi/kesurupan/in trance". Saat ini
kesenian Jathilan ini masih hidup dan berkembang dengan baik di semua kecamatan yang
ada di Kulonprogo.di Kota Semarang, antara lain dugduran, pengantin semarangan, sesaji
rewanda, bakdo gablok, apitan (sedekah bumi), sedekah laut (bersih laut), dan tari warak
dugder.
3) Tari Angguk merupakan tarian tradisional yang dibawakan secara berkelompok. Tarian ini
mengambil cerita dari Serat Ambiyo dengan kisah Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung
Jayengrono. Durasi tari Angguk berkisar antara 3 sampai 7 jam. Dibawakan oleh penari yang
berjumlah 15 wanita. Kostum yang dipakai oleh penari adalah baju mirip baju serdadu
Belanda yang dihiasi dengan gombyok barang emas, sampang, sampur, topi pet warna
hitam, dan kaos kaki warna merah atau kuning dan mengenakan kacamata hitam. Beberapa
grup Angguk yang cukup populer antara lain : Group Angguk Putri Sri Lestari dari Pripih,
Angguk Mekar Perwitasari dari Tlogolalo, Hargamulyo, Kokap, Angguk Putri Puspa Rini dari
desa Kulur, kecamatan Temon

2.1.4 Komponen Kesehatan Masyarakat


Dampak suatu kegiatan terhadap komponen kesehatan masyarakat terkait dengan upaya – upaya
promotif, preventif, protektif, kuratif dan rehabilitatif. Kesehatan masyarakat juga berkait dengan
berkembangnya populasi binatang pengganggu (vektor pembawa penyakit) seperti nyamuk, tikus,
lalat dan kecoa. Berkembangnya populasi binatang tersebut secara langsung menyebabkan
berkembangnya angka kesakitan dan angka kematian penduduk sekitar. Angka kesakitan dan angka
kematian penduduk sekitar akan semakin tinggi apabila tidak menjaga sanitasi lingkungan dan
perilaku hidup yang tidak sehat. Sebab populasi binatang pengganggu ini akan banyak terdapat di
saluran drainase, parit dan sungai. Metode yang dipergunakan untuk memprakirakan dampak
kesehatan masyarakat yaitu dengan menganalogikan dan melihat trend penyakit. Disamping itu
dilakukan pengamatan kuantitatif yang dilengkapi dengan Professional judgment.

2.1.4.1 Tingkat kesehatan masyarakat.


Derajat/ Tingkat kesehatan masyarakat di wilayah penelitian dapat dilihat melalui beberapa
indikator yang telah disepakati secara nasional antara lain meliputi :

a. Angka Kematian Ibu

II - 22
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Berdasarkan data dari Puskesmas Temon II yang melayani masyarakat di desa Kebonrejo, Janten,
Karangwuluh, Jangkaran, Sindutan, Palihan, dan Glagah, Angka Kematian Ibu di tahun 2013 di
wilayah tersebut adalah 0, artinya tidak ada ibu yang meninggal saat mengandung dan melahirkan.
Dimana 5 dari 7 desa tersebut masuk kedalam batas wilayah studi untuk amdal Bandara
Internasional Jogja Baru.
b. Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi berdasarkan data Puskmesmas Temon II adalah 21.2 per 1000 Kelahiran Hidup,
dimana terdapat 4 orang bayi yang meninggal dari 189 kelahiran hidup.
c. Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita berdasarkan data Puskmesmas Temon II adalah 26.5 per 1000 Kelahiran
Hidup, dimana terdapat 5 orang balita yang meninggal dari 189 kelahiran hidup.
d. Status Gizi Balita
Status gizi balita tahun 2010 – 2013

Tabel 2.34 Status Gizi Balita

STATUS GIZI TH. 2010 TH 2011 TH 2012 TH 2013


Baik 86 % 87.24% 90.04% 91.64%
Kurang 12,9 % 11.81% 8.90% 7.22%
Buruk 0,4 % 0.55% 0.27% 0.37%
Sumber : Puskesmas Temon II
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa status gizi Balita di wilayah cakupan puskesmas
cenderung mengalami peningkatan dan tergolong baik (>90% merupakan gizi baik).

e. Angka Morbiditas/ Angka Kesakitan Masyarakat


Penyakit menular di wilayah Puskesmas Temon II
1) Penyakit Menular Seksual Non HIV/AIDS: 15 kasus
2) Angka Prevalensi TB Paru : 20.14 per 100.000 penduduk
3) Angka Prevalensi DBD : 13.42 per 100.000 penduduk
4) Angka Kesakitan Malaria : 15.71 per 1000 penduduk

Tabel. 2.35 besar penyakit di puskesmas Temon II


Tahu
2011 2012 2013
n
No Diagnosa Total Diagnosa Total Diagnosa Total
Terbanyak Terbanyak Terbanyak
1 Infeksi saluran 1346 Infeksi saluran 1874 Infeksi saluran 1767
napas atas akut napas atas akut napas atas akut
multipel dan YTT multipel dan YTT multipel dan YTT
2 Nasofaringitis akut 1098 Nasofaringitis akut 1217 Nasofaringitis akut 1290
(common cold) (common cold) (common cold)
3 Artritis lainnya 618 Hipertensi esensial 725 Hipertensi esensial 1047
(primer) (primer)
4 Hipertensi esensial 641 Diabetes mellitus 617 Diabetes mellitus 623
(primer) non-dependen non-dependen
insulin insulin
5 Diabetes mellitus 422 Gastritis dan 328 Gastritis dan 422

II - 23
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

non-dependen duodenitis duodenitis


insulin
6 Faringitis akut 251 Diare dan 210 Diare dan 159
gastroenteritis yang gastroenteritis
diduga berasal dari yang diduga
infeksi berasal dari infeksi
7 Dispepsia 210 Karies dentis 176 Artritis reumatoid 148
lainnya
8 Diare dan 217 Artritis lainnya 150 Gingivitis dan 205
gastroenteritis penyakit
yang diduga periodontal
berasal dari infeksi
9 Demam tanpa 155 Artritis reumatoid 96 Demam tanpa 72
sebab jelas (fever lainnya sebab jelas (fever
of unknown origin) of unknown origin)
10 Dermatitis kontak 107 Penyakit pulpa dan 65 Karies dentis 126
alergika jaringan periapikal
Sumber : Puskesmas Temon II, 2011-2013
Berdasarkan data dalam table diatas, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain:
1) Pola penyakit di wilayah cakupan Puskesmas Temon II tersebut tidak jauh berbeda dari wilayah
– wilayah Indonesia lainnya, dimana Infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA) adalah yang
terbanyak.
2) Penyakit- penyakit akibat penurunan kualitas lingkungan perlu dicermati (seperti diare, ISPA,
nasofaringitis dan faringitis, dermatitis kontak alergika).

3) Hipertensi juga menjadi kasus di wilayah tersebut, dimana hipertensi disebabkan oleh faktor
genetik dan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan dapat bersumber dari makanan dan
faktor stress. Kecamatan Temon khususnya di 5 wilayah studi tersebut merupakan daerah
kering atau pesisir pantai dimana kelembaban tinggi dan panas sehingga tingkat stress juga
meningkat.

2.1.4.2 Pelayanan Kesehatan


Terdapat 406 tempat pelayanan kesehatan di kecamatan Temon yang terdiri dari 1 buah rumah sakit
dan 2 buah puskesmas sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.36 Jumlah Fasilitas Kesehatan

Desa RS Pkms Polindes RSIA P. Dokter PPKBD


(1 (2) (3 (4 (5 (6 (7
1 Jangkaran - - - - - 27
2 Sindutan - - - - - 28
3 Palihan - 1 - - 1 35
4 Glagah - - - - - 36
5 Kalidengen 1 - - - - 14
6 Plumbon - - - - - 26
7 Kedundang - - - - - 28

II - 24
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Desa RS Pkms Polindes RSIA P. Dokter PPKBD


(1 (2) (3 (4 (5 (6 (7
8 Demen - - - 1 - 21
9 Kulur - - 1 - - 45
10 Kaligintung - - - - - 27
11 Temon Wetan - - - - - 27
12 Temon Kulon - 1 - - 1 32

13 Kebon Rejo - - - 1 - 21
14 Janten - - 1 - - 19
15 Karang Wuluh - - - - - 16
Jumlah/Total - 2 - - 2 402
Sumber Data : Temon Dalam Angka, 2013
Dari tabel diatas untuk wilayah studi ANDAL di 5 desa tersebut terdapat 1 unit puskesmas yaitu
puskesmas Temon II, 1 unit RSIA, 1 unit pelayanan praktek dokter dan 147 unit PPKBD
Terdapat 27 orang tenaga kesehatan formal dan 68 orang tenaga kesehatan informal, sebagaimana
tabel berikut dibawah ini :
Tabel. 2.37 Tenaga Kesehatan
Desa Dr Paramedis Dukun Bayi Tkg. Pjt Jasa sunat
1 Jangkaran - 3 1 4 -
2 Sindutan - 1 - 6 -
3 Palihan 1 4 1 5 -
4 Glagah - 4 2 2 -
5 Kalidengen - 3 1 1 -
6 Plumbon - 4 1 1 1
7 Kedundang - 4 2 4 -
8 Demen - 2 1 3 -
9 Kulur - 4 3 1 -
10 Kaligintung - 5 3 2 -
11 Temon Wetan - 2 1 5 -
12 Temon Kulon 1 2 1 4 -
13 Kebon Rejo - 2 1 3 -
14 Janten - 4 2 4 -
15 Karang Wuluh - 2 - 3 -
Jumlah/Total 2 25 19 48 1
Sumber Data : Temon Dalam Angka. 2013

Berikut adalah jumlah tenaga kesehatan di wilayah puskesmas Temon II, sebagaimana Tabel 2.38
berikut :

Jenis J  

II - 25
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

u
m
l
Tenaga a
Medis h
o
r
a
Dokter n
Umum 1 g
o
r
a
Dokter n
Gigi 2 g
o
r
a
n
Bidan 6 g
o
r
a
n
Perawat 9 g
o
r
Tenaga a
Kefarmas n
ian 1 g
o
r
a
Tenaga n
Gizi 2 g
o
r
a
Tenaga n
Kesmas 2 g
o
r
a
Tenaga n
Sanitasi 1 g
o
r
Tenaga a
Teknisi n
Medis 1 g
Total 2 o

II - 26
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

r
a
n
5 g
Sumber : Puskesmas Temon II
Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner terkait penyakit di beberapa wilayah studi didapatkan
hasil sebagai berikut :

2.1.4.3 Penyakit yang diderita 1 bulan terakhir

Penyakit yang diderita 1 bulan terakhir

ISPA Demam
30% 30% Diare Dermatitis/
Gatal2
Tidak sakit
10%
10% 20%

.
Dimana sebagian besar responden (30%) menjawab ISPA dan tidak sakit, hal ini kemungkinan besar
disebabkan karena kondisi kelembaban udara tinggi akibat terletak dekat dengan laut/ pesisir pantai.
Bila dikaitkan dengan hasil data sekunder dari puskesmas terdapat kecocokan dimana penyakit
utama adalah dari ISPA.

2.1.4.4 Penyakit yang sering diderita keluarga

Penyakit yang sering diderita keluarga


10%
20% ISPA
Dermatitis
Diare
60% Hipertensi
10%

Berdasarkan hasil wawancara dalam pengisian kuisioner, 60% responden menjawab penyakit yang
sering diderita keluarga adalah ISPA seperti batuk dan radang tenggorokan, hal ini kemungkinan
besar disebabkan karena kondisi kelembaban udara tinggi akibat terletak dekat dengan laut/ pesisir
pantai. Bila dikaitkan dengan hasil data sekunder dari puskesmas terdapat kecocokan dimana
penyakit utama adalah dari ISPA.

II - 27
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

2.1.4.5 Kemana Anggota Keluarga Berobat

Kemana Anggota Keluarga Berobat

10%
Puskesmas
20%
dokter praktek
Rumah sakit
70%

Berdasarkan hasil wawancara dalam pengisian kuisioner, 70% responden menjawab ke Puskesmas
sebagai pelayanan kesehatan yang mereka gunakan dan tidak ada yang menjawab dukun atau sektor
informal lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa mereka sudah mengerti akan pentingnya
menggunakan layanan kesehatan formal dan akses pelayanan kesehatan sudah baik.

2.1.4.6 Kondisi Sanitasi Lingkungan


Kondisi Sanitasi Lingkungan di 5 desa yang termasuk wilayah studi Amdal ini (desa Glagah, jangkaran,
Palihan, Sindutan dan Kebonrejo) terdiri dari 9179 penduduk dan 2676 jumlah rumah tangga (temon
dalam angka, 2013). Mayoritas kebutuhan air bersih di Kabupaten Kulon Progo disuplai oleh Sumur
yaitu sebanyak 2475 Keluarga. dan PDAM sebanyak 756 keluarga. Tidak setiap rumah mempunyai
sumur. Satu sumur dapat digunakan bersama-sama untuk beberapa keluarga. Kondisi perumahan
mayoritas adalah semi permanen (Sumber : Data LSLHD-KulonProgo, 2011).
Berdasarkan data dari puskesmas Temon II Tahun 2013, sebanyak 39,23 % Rumah Tangga sudah
menerapkan Pola Hidup bersih dan Sehat (PHBS). 81.36 % Rumah tangga termasuk kedalam Rumah
sehat, 92.42% Rumah/ bangunan sudah bebas jentik nyamuk Aedes dan 100% Keluarga sudah
memiliki Jamban Sehat.
Berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner yang disebarkan di beberapa wilayah studi didapatkan
hasil sebagai berikut :

1) Sumber Air Bersih

II - 28
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Sumber Air Bersih


40%
30%
20% Sumber Air
Bersih
10%
0%
Sumur PAM Sumur
dan PAM

Chart Title
40%
30%
20%
Keadaan
10% Sumber Air
0%

ru
h uh rn
ih
Ke K er Je
ak
Ag
40% Responden menggunakan sumur dan PAM sebagai sumber air bersih mereka dan 40 % kondisi
sumur atau sumber air adalah agak keruh dan 30 % keruh. Hal ini disebabkan karena kondisi tanah
atau bebatuan memiliki unsur kapur sehingga air menjadi keruh.

2) Pengelolaan Sampah

50%
40%
30% Dikoordinir RT
20% Dibakar

10%
0%
Pengelolaan sampah

Sebanyak 50 % responden mengelola sampah dengan dibakar dan 50% lainnya dikelola dengan
dikoordinir oleh RT dan atau kepala desa untuk diangkut dan dibuang di tempat pembuangan
sampah akhir.

3) Fasilitas Buang Air

II - 29
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

Fasilitas Buang Air

Jamban/ WC

100%

Sebagaimana data dari Puskesmas Temon II dimana 100% warga diwilayah cakupan Puskesmas
Temon sudah memiliki Jamban atau WC sendiri hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh dari
hasil wawancara dimana 100% responden memiliki jamban/ WC sebagai fasilitas buang air mereka.

4) Vektor Penyakit

Chart Title
Lalat Nyamuk Tikus Kecoa

Kondisi lingkungan di wilayah studi memiliki cukup banyak vektor penyakit yaitu Lalat (44%) dan
Nyamuk (43%). Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan yang lembab dengan masih banyaknya
genangan air, dan pemeliharaan binatang ternak di daerah pesisir pantai. Hal ini pula yang
menyebabkan sinergi antara data kesehatan masyarakat terkait penyakit malaria dan DBD yang
cukup banyak di wilayah tersebut.

2.2 Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup

Daerah di sekitar rencana lokasi pembangunan bandar udara Yogyakarta Baru merupakan daerah
yang kurang padat penghuni dimana terdapat kegiatan-kegiatan penting lainnya di sekitar lokasi
rencana kegiatan. Kegiatan-kegiatan ini ada yang merupakan kegiatan yang telah ada (eksisting),
kegiatan dalam proses pembangunan, atau kegiatan yang masih dalam perencanaan. Seluruh
kegiatan tersebut dapat mempengaruhi rencana kegiatan pembangunan Bandar udara Yogyakarta
baru. Kegiatan-kegiaan lain yang ada di sekitar lokasi sebagaimana diuraikan berikut ini:

2.2.1 Kegiatan yang telah ada


Kegiatan yang sedang berlangsung di sekitar lokasi pembangunan bandar udara Yogyakarta Baru
termasuk:

II - 30
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

2.2.1.1 Kegiatan pertanian, perkebunan skala kecil, dan peternakan


Kegiatan pertanian, perkebunan skala kecil, dan peternakan pada beberapa lokasi di desa Glagah dan
Palihan. Para petani menanam beberapa komoditi antara lain cabai, melon, dan semangka. Buah
naga adalah tanaman budidaya yang paling banyak ditanam, dan ayam adalah binatang yang paling
banyak diternakkan. Dampak kegiatan sekitar terhadap bandara adalah sebagai supplier kebutuhan
restoran/konsesioner bandara, pertanian khususnya buah-buahan banyak mengundang burung yang
berisiko terhadap penerbangan.

2.2.1.2 Transportasi di jalan Wates - Purworejo


Aktivitas transportasi di sekitar lokasi Bandar Udara Internasional Yogyakarta Baru masih didominasi
kegiatan pengangkutan tambang pasir, perdagangan hasil bumi, disamping kegiatan wisata dan
pendidikan. Jaringan jalan yang ada cukup baik untuk melayani berbagai aktivitas tersebut.
Kepadatan lalu lintas diarea tersebut sudah sangat tinggi sehingga apabila bandara dibangun akan
menambah tingkat kemacetan lalulintas akibat penambahan intensitas kendaraan, dan kerusakan
jalan dikarenakan banyaknya alat berat yang digunakan dalam proses pengangkutan hasil tambang
yang melewati daerah tersebut.

2.2.1.3 Area wisata Pantai Glagah di bagian barat lokasi proyek


Potensi dampak besar dan penting yang kemungkinan akan timbul adalah manusia yang diperkirakan
terkena dampak karena lokasi tersebut merupakan tempat berkumpulnya manusia dengan segala
aktivitas wisatanya.

2.2.1.4 Kawasan pelabuhan perikanan Glagah – Karangwuni


Berlokasi sebagian besar di desa Karangwuni kecamatan Wates dan sebagian kecil saja yang berada
dalam wilayah desa Glagah Kecamatan Temon. Pembangunan yang berada di desa Glagah hanya
pembangunan fasilitas di tepi sungai sebelah barat sungai berupa tanggul sungai, yaitu dari utara ke
selatan berupa bronjong dan jetty di bagian selatan. Dampak pelabuhan perikanan glagah terhadap
bandara kemungkinan adalah dari sisi transportasi darat, serta sebagai alternatif penyetok bahan
buku untuk konsesioner bandara.

2.2.1.5 Kegiatan penambangan dan pemrosesan pasir besi PT JMI (Jogja Magasa
Iron)
Kegiatan penambangan dan pemrosesan pasir besi PT JMI (Jogja Magasa Iron) di kawasan pantai
selatan Kulon Progo, terletak di jarak 1 km sebelah timur landas pacu, namun Aktivitas tersebut tidak
akan mempengaruhi dampak pada wilayah studi karena jarak antara pertambangan pasir besi
dengan tapak proyek cukup jauh sehingga kegiatan tersebut tidak mempengaruhi kegiatan sekitar
wilayah studi. Dampak kegiatan JMI adalah adanya obstacle yaitu dari ketinggian cerobong asap dan
asap yang dihasilkan. Namun berdasarkan MoU antara PT. Angkasa Pura, Pemerintah Daerah dan PT.
JMI dimana pihak JMI bersedia untuk menggeser cerobongnya sejauh 500 m agar sesuai dengan
KKOP.

2.2.2 Mitigasi bencana terhadap rencana kegiatan


Rencana kegiatan ini harus mempertimbangkan resiko adanya tsunami, dimana diketahui terdapat
subduksi lempeng australia ke bawah lempeng euroasia di selatan jawa yang berpotensi
menimbulkan tsunami. Hingga saat ini memang belum ada panduan dalam mengukur/memprediksi
besaran maupun kapan datangnya tsunami. Namun berdasarkan penelitian para ahli beberapa

II - 31
ANDAL
Rencana Kegiatan Pembangunan Bandara Internasional Yogya Baru

metode mitigasi bencana tsunami dapat diterapkan pada rencana kegiatan ini, diantaranya adalah
disediakannya zona buffer yang terdiri dari vegetasi sejauh 500 m dari garis air ketika pasang
terhadap garis tapak pembangunan. Atau karena keterbatasan area sempadan pantai, untuk buffer
zone dapat juga ditanami vegetasi cemara udang (Casuarina Equisetifolia). Vegetasi ini juga
diketahui tidak menarik burung.

Untuk bencana-bencana alam lainnya seperti gempa bumi, kebakaran dan angin topan, pihak
bandara telah memiliki prosedur penanggulangan keadaan darurat dan prosedur evakuasi terkait
keselamatan kerja yang mengacu pada PP No 50 Tahun 2012 tentang SMK3 dan memiliki Airport
Emergency Plan (AEP).

Terkait adanya ancaman keamanan, pihak bandara telah memiliki sistem keamanan penerbangan
sendiri yang selalu diaudit dan disesuaikan dengan Airport Security Plan (ASP) berdasarkan ICAO dan
standar dari Department Perhubungan.

II - 32

Anda mungkin juga menyukai