Anda di halaman 1dari 28

Tema : Persahabatan, Sekolah, Kehidupan

Aliran : Bahasa Indonesia


Jumlah Karakter : 7 Orang (Tra, Lala, Tri, Lili, Pak Darmo, Kepala Sekolah, Fauzia)

Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-
bincang. Anak-anak ini mempunyai geng yang bernama tralalatrilili yang anggotanya ada 4
orang. Yaitu Tra, Lala, Tri, Lili. Maka dari itu mereka menamakan gengnya itu
“Tralalatrilili”

Tra       :      (Ceria) ”Pagi Sobat....!!”


Lala      :       , Tri : “Pagi Tra...”
Tra        : “Ngomong-ngomong kayanya ada yang kurang deh !”
Lala      : “Iya, yah...”
Tri        : “ya, iyalah ada yang kurang. Orang Lili belum datang.”
Tra       : “Oh... Iya Lili. Pantas saja sepi banget biasanyakan dia yang paling bawel ...!”

Tiba-tiba Lili datang, dengan wajah termenung tanpa senyum. Sedikitpun Langsung duduk
ditempat duduknya.

Lala      : “Tumben banget nona bawel baru datang ?”


Tri        : “ Iya nih kesiangan ya ?”
Lili        : “Iya... (sambil termenung)”
Tra       : “Kamu kenapa Li ? Gak biasanya kamu seperti ini ? biasanya kamu pagi-pagi udah
buat kita bertiga ketawa.”
Lala      : “Iya nih ! kamu sakit Li, kayanya kamu lesu banget.”
Tri        : “Tau nih ditanya aku aja jawabannya singkat banget.”
Lili        : “Gak kok.... Teman aku gak kenapa-napa cuma lagi malas ngomong aja....”
Tra        : “Ya udah Li kalau memang kamu gak kenapa-napa kita Cuma takut auja kalau
kamu lagi ada masalah atau kamu sedang sakit tapi gak mau cerita.”
Lili         : “Ya... pokoknya aku gak kenapa-napa. Kalian gak usah takut.

(Bel masuk pun berbunyi)


Pak Darmo pun masuk ke dalam kelas karena pada hari ini jam mengajar Pak Darmo
dikelas ini. Ia ini salah satu guru yang aneh di sekolah.

Pak Darmo : “Pagi.... anak-anak ?”


Anak-anak : (Menjawab Serentak) “PAGI...”
Pak Darmo : “Baik pada hari ini kita akan melanjutkan materi yang minggu lalu Bapak
berikan, sebelumnya kumpulkan tugas kalian !!”
Anak-anak : “IYA PAK”
Lili : “Pak buku tugas saya tertinggal dirumah !”
Pak Darmo : “ TERTINGGAL... ? kamu tidak membawa tugasnya, apa tidak membuatnya ?”
Lili : “Saya tidak membawanya pak. Sungguh, saya tidak berbohong.”
Pak Darmo : “Ya sudah kalau begitu kamu tidak dapat nilai seperti teman-teman kamu...!”
Tri : (berbisik-bisik) Li... kamu gak bawa tugasnya ? Gak biasanya kamu kaya gini.....
Lili : “Iya tri aku lupa. Semalam aku tidur malam banget !!! Jadi aku lupa memasukan
kedalam tasku.”
Pak Darmo : Bapak akan berikan selembaran kertas yang isiunya materi-materi penting untuk
kalian pelajari..”

Pak Darmo membagikan kertas lembaran itu, anak-anak pun membacanya dan
memahaminya. Lalu ia memeriksa tugas yang dikumpulkan tadi.
Tiba-tiba bapak kepala sekolah datang dan masuk kedalam kelas.

Kepala Sekolah : “Permisi Pak Darmo... Saya minta waktu sebentar.”


Pak Darmo : “Silahkan bapak kepala sekolah !!! Memang jam mengajar saya juga sudah
habis.”
Kepala Sekolah : “Anak-anak maaf bapak mengganggu kalian belajar. Sebentar, bapak kesini
mau memanggil anak yang bernama Lili. Yang bernama Lili acungkan tangan.”
Lili : (Mengancungkan Tangan) “SAYA PAK !”
Kepala Sekolah : “Ikut keruang bapak sebentar ada y7ang bapak mau bicarakan !”
Lili : “Baik Pak.”
Sampainya diruang Bapak Kepala Sekolah, Lili duduk tegang di handapan bapak kepala
sekolah.
Lili : “ Ada apa ya pak sampaui saya di panggil keruang bapak ?”
Kepala Sekolah : “Begini, apa benar kamu sudah menunggak SPP 3 bulan ?”
Lili : “Iya pak memang saya belum membayar uang spp selama 3 bulan.”
Kepala Sekolah : “Kenapa ? kamu sampai menunggak 3 bulan apa sebenarnya kamu di kasih
uangnya sama orang tua kamu cuma pakai ?”
Lili : “Tidak pak memang saya belum dikasih uangnnya sama orang tua saya karna orang tua
saya belum punya uang.”
Kepala Sekolah : “Ya sudah, kalau begitu.... bapak sarankan kekamu secepatnya kamu lunasi
karena sebentar lagi kamu akan UAN.
Lili : “Baik pak. Secepatnya saya akan melunasinya.”
Kepala Sekolah : “Iya... Kembalilah kekelasmu!”
Lili : “Terima kasih pak. Permisi !”
Akhirnya Lili kembali kekelas. Didalam kelas, Tra, Lala, dan Tri sedang asik mengobrol.
Lala : “Li, Bapak Kepala Sekolah ngomong apa sam kamu ? ada masalah ya ?
Lili terpaksa berbohong dengan sahabat-sahabatnya karena dia tidak mau sahabtanya jadi
tahu masalah dia dan ikut kedalam masalahnya.
Lili : “Gak kok ! Gak ada masalah apa-apa cumangobrol masalah perpisahan aja..... aku kan
ketua panitia.”
Lala : “Oh... dikira kau kenapa ?”
Tra : “Teman, tar pulang sekolah antar aku ya ke toko buku ? Soalnya aku mau beli novel-
novel terbaru sekalian kita shopping.
Lala,Tri : “IYAA !!”
Tra : “Li kok kamu diam, apa kamu gak mau ikut ?”
Lili : “Iya Tra kayanya aku gak ikut soalnyakan kamu tahu sendiri ayahku lagi sakit. Belum
Sembuh, jadi aku harus membantu ibu menjaga ayah.”
Tra : “Ya... sudah kalau begitu !
Bel Istirahat berbunyi
Tra : “Sudah istirahat, kita kekantin yuk.. Laper nih !!”
Lala, Tri : “Yuk.... kita juga laper!”
Lili : “Teman, aku gak ikut ya soalnya aku gak laper dan lagi males kekantin. Kalian saja
ya.... ?”
Tra, Lala, Tri : “Ya sudah kalau kamu gak mau ikut. Kita ke kantin dulu ya ?”

Lili Terpaksa harus berbohong lagi padahal dia bukan tidak lapar tapi tidak mempunyai
uang dan tiba-tiba tersirat di pikiran Lili untuk mengambil uang Tra yang ada didalam tas.
Uang itu akan digunakan Tra untuk membeli Novel dan Shopping nanti sepulang sekolah.
Lili : “Aku bingung nih harus membayar SPP tapi gak punya uang. Minta sama ibu kan ibu
lagi gak punya habis untuk ayah kerumah sakit. Apa aku ambil saja uang Tra yang katanya
mau dibeluikan novel dan shopping pasti uangnya cukup ! Tapi kan dia sahabat aku sendiri.
Maafin aku ya Tra. Gak ada jalan lain ... Karena aku harus secepatnya melunasi uang SPP.”

Tanpa Lili Sadari ada yang melihat kelakuannnya itu yaitu Fauzia dia ank kelas itu juga.
Fauzia tidak sengaja mengintip Luili di pintu kelas.

Fauzia : “Apa yang dilakukan Lili itu kan tasnya Tra kok dia mengambil uangnya ?”

Fauzia pun langsung kedalam kelas dan pura-pira tidak tahu. Bel Masuk kelas pun
berbunyi . Tra, Lala, dan Tri masuk kedalam kelas.

Tri : “Sedang apa kamu Li ?”


Lili : “Aku lagi baca buku saja.”
Lala : “kamu istirahat Cuma dikelas aja ? gak bosen Li ?”
Lili : “Gak, aku kan sudah bilang aku males.”
Tra : “Udah... kok jadi dipermasalahin sih.. ?!”

Tra belum menyadari kalau uangnnya hilang. Setelah dia membuka tasnya dan melihat
dompetnya terbuka dia langsung kaget karena uangnya hilang.....

Tra : “Teman, uang aku hilang semua !”


Lala, Tri : “HILANG ?!?”
Tri : “Kamu lupa kali Tra. Coba cari Lagi.”
Tra : “Aku gak lupa tadi aku simpan disini uangnya. Kemana ya ?”
Lala : “Apa ada yang MENCURI uang kamu Tra !!?”
Tra : “Bisa jadi, kalau tidak ada yang mencuri gak mungkin uang aku hilang.”
Tri : “Siapa yang mencuri ya kok tega banget sih !!?”
Tra : “LI... ! Kok kamu diam saja sih ? Bantuan aku donk ! uang aku hilang nih !!
Lili : “Bukan Aku Tra yang mencuri !!”
Tra : “Siapa yang bilang kamu yang mencuri. Aku kan Cuma minta dibantuin cari.”
Tri : “Li.... kok kamu ngomong gitu ? bukannya aku nuduh kamu ya dari tadikan Cuma kamu
yang ada dikelas ini sampai istirahat selesai.”
Lili : “Tapi bukan aku Tri yang ngambil uang Tra. Benar bukan. Aku kan sahabat Tra dan
Kalian.”
Lala : (Jutek) “Biarpun kamu sahabat kita mungkin ajakan. Ya udah biar kita gak salah nuduh
kita periksa tas kamu, Cuma membuktikan saja.”
Lili : “Jangan kumohon JANGAN !! Bukan aku yang ambil.”

Tiba-tiba Fauzia bicara dengan mereka.

Fauzia : “Hei... Sebelumnya aku minta maaf kalau aku ikut campur urusan kalian. Aku Cuma
mau bilang tadi aku lihat Lili membuka tas kamu Tra dan mengambil sesuatu sepertinya ya....
UANG.”
Tra : “Kamu gak bohong kan Fauzia ?”
Fauzia : “Iya aku gak bohong aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Maafin aku Li, aku gak
mau menutupi kejahatan. Jadi, aku ngomong apa yang aku lihat tadi.”
Lili : ”Fauzia.... aku sama sekali gak tau kalau tadi kamu melihat apa yang aku lakukan. Tra,
memang aku yang mengambil uang kamu. Fauzia benar. Tapi aku terpaksa Tra !!! Aku bukan
bermaksud Jahat.”
Tra : “Jadi... kamu Li yang ambil uang aku ! Ya ampun Li.... Aku gak nyangka banget !!!
Kamu terpaksa kenapa ???”
Lili : “Aku terpaksa karna aku belum bayar uang SPP 3 bulan. Orang tua ku gak punya uang
kan kamu tahu sendiri ayahku sedang sakit.”
Tra : “Tapi kamu gak harus seperti ini Li....”
Lala : “Iya Li kenapa kamu gak jujur ada sama kita. Kalau kamu jujur kita pasti akan bantu
kamu.
Tri : “Bener banget !!! Jadi kamu dari tadi pagi sudah berbohong kamu bilang kamu lagi
males aja ternyata kamu ada masalah ?”
Lili : “Tra, Lala, Lili aku menyesal udah gak jujur sama kalian. Aku seperti ini karna aku gak
mau menyusahkan kalian terus. Aku minta maaf sama kalian. Terutama Tra.”
Tra : “Aku maafin kamu Li. Karena aku tahu kamu dalam keadaan terdesak melakukan
semua ini.”
Lili : “Kamu memang sahabat aku yang paling baik Tra, aku sangat menyesal sekali.”
Lala : “Bagaimanapun seseorang sahabat dia tetap menjadi seorang sahabat !
Tri : “Kamu salah La... diralat ya ? Bagaimanapun kesalahan seorang sahabat kita harus
memaafkannya karena manusia pasti membuat kesalahan dan tidak selalu benar. Jadi kita
harus tetqap jadi sahabat sejati.”
Lili : “Makasih ya sahabat-sahabat ku kalian memang sahabat yang paling baik dan yang
paling aku sayang . Makasih kalian sudah mau maafin aku dan masih mau jadi sahabat aku .
Tra, Lala, Tri : “IYA DONK HARUS !!!”
Tra : “ya udah Li Uangku untuk kamu saja karena aku tahu kamu sangat m embutuhkannnya
daripada aku.”
Lili : “Benar Tra ? Makasih sekali lagi aki ucapkan untuk kamu sampai kapan pun juga aku
gak akan melupakan kebaikan kamu.”
Tra : “Iya.... Li. Kamu makasih juga donk sama fauzia karena dia sudah buat kejujuran untuk
kamu.”
Lili : “Fauzia, terima kasih ya... ? Atas kejujuran kamu !”
Fauzia : “Iya Li sama-sama.”
Tra : “Ya sudah kalau seperti ini kan jadinya enak. Tralalatrilili tidak hancur. Tra...”
Lala : “lala.....”
Tri : “Tri.....”
Lili : “lili.....”
Tralalatrilili : “YEEEEEEEEE.......”
Morning ing sekolah ing classroom ana 3 anak murid sing padha ngomong . Iki anak wis sing
dijenengi Gang anggota tralalatrilili sing ana 4 wong . Tra yaiku , Lala , Tri , Lili . Mulane padha
dijenengi ing Gang " Tralalatrilili "

Tra : ( Cheers ) " Morning wong lanang .... ! ! "


Lala : Tri : " Morning Tra ... "
Tra : " Miturut cara ana kurang sugih deh ! "
Lala : " Ya , inggih ... "
Tri : " ya , ana kurang iyalah . Lili sing durung teka . "
Tra : " Oh ... Ya Lili . Ora wonder wong iku pancene sepi paling captious biasanyakan ... ! "

Lili dumadakan teka , karo pasuryan pensive tanpa eseman . Langsung slightest lenggah kang jog .

Lala : " iku ora kaya tenan anyar teka nag Lady ? "
Tri : " Ya ya ya oversleep "
Lili : " Ya ... ( Thoughtfully ) "
Tra : " Sampeyan apa Li ? Sampeyan ora biasane kaya ? biasane awal ing esuk wis digawe kabeh
telung kita ngguyu . "
Lala : " Ya ya ! sing lara Li , sugih nemen lethargic sampeyan . "
Tri : " Tau ya takon , aku wrote tenan sing Jawaban cendhak. "
Lili : " ora .... Aku ora apa - kanca liyane wae puguh cara Napa wrote .... "
Tra : " . Nggoleki Li yen ora sampeyan - ngapa aja kita Napa Cukup wedi Auja maneh yen masalah
utawa lagi lara nanging ora arep crita sing "
Lili : " Ya ... Oalah aku ora apa - Napa . Sampeyan perlu wedi .

( Tingkatan ketik maos wae )


Darmo Pack tindak menyang classroom amarga piwulang ing dina Pak Darmo iki kelas . Dheweke iku
sing aneh siji guru ing sekolah .

Pak Darmo : " Morning .... ing anak ? "


Anak : ( panjawab Unison ) " morning ... "
Pak Darmo : " Inggih dina kita arep nerusake perkara suwene minggu marang Pak , sadurunge
ngumpulake tugas sampeyan ! "
Anak : " YES Pak "
Lili : " sir sandi assignment buku kiwa ing ngarep ! "
Pak Darmo : " ngiwa konco ... ? sampeyan ora nggawa Proyek sing , apa durung wis ? "
Lili : " aku ora nggawa sing Pack . Tenan , aku ora ngapusi . "
Pak Darmo : " Inggih , sampeyan bisa ora Skor kaya kanca sampeyan ... ! "
Tri : ( bisikna ) Li ... durung njupuk Proyek sing ? Sampeyan ora biasane kaya gini .....
Lili : " Ya aku kelalen Tri . Paling wengi aku turu ing wayah wengi tenan ! ! ! Aku kelalen masang sandi
menyang tas . "
Pak Darmo : Rama bakal menehi leaflets isiunya bahan kertas iku penting sing sinau .. "

Pak Darmo nuduhake sheet ing kertas , ing anak maca lan mangertos iku . Banjur dicenthang tugas
diklumpukake sadurungé .
Dumadakan Rama lan principal teka menyang classroom .

Principal : " Nuwun séwu Darmo sir ... I have a menit . "
Pak Darmo : " Mangga headmaster rama ! Pancen , aku iki uga memulang jam iku munggah . "
Principal : " Bocah- nuwun rama keganggu sing mangerteni . Sedhela , Rama saka anak sing teka
kene pengin ditelpon Lili sing jenenge . Jenenge Lili mundhakaken tangan sampeyan . "
Lili : ( Mengancungkan tangan ) " MY Pak ! "
Principal : " Ayo kamar ana y7ang rama rama sedhela pengin diajak babagan ! "
Lili : " . Inggih sir "
Diruang rawuh saka Pak Principal , Lili lungguh tegang ing principal rama handapan .
Lili : " Apa ya Pack sampaui sandi rama nelpon kamar ? "
Principal : " Inggih , iku bener wis SPP sasi 3 arrears ? "
Lili : " Ya sir aku ora mbayar spp 3 sasi . "
Principal : " Apa ? Sampeyan njaluk 3 wulan delinquent opo persis sing tresna marang dhuwit sing
padha tuwane sing mung nyandhang ? "
Lili : " Ora Ana sir aku wis ora diwenehi iku padha uangnnya sandi tuwané amarga sandi tuwane ora
duwe dhuwit . "
Principal : " Inggih , banjur .... rama kekamu suggest mbayar mati kanthi cepet amarga rauh bakal
UAN .
Lili : " Inggih sir . Aku bakal rampung dadi sanalika bisa . "
Principal : " Ya ... Kekelasmu Ayo bali ! "
Lili : " Thank you sir . Alesan kula ! "
Lili pungkasanipun bali menyang kelas . Ing classroom , Tra , Lala , lan Tri iku kelangan kanggo
chatting .
Lala : " Li , Principal Pak Sam sampeyan ngomong apa ? ora masalah ya ?
Lili kedah ngapusi kanggo dheweke kanca amarga dheweke ora pengin sahabtanya supaya ngerti
masalah lan tindakake marang menyang alangan .
Lili : " ora ! Ora masalah apa masalah parting cumangobrol aja ..... aku nengen ketua saka panitia . "
Lala : " Oh ... panginten sampeyan napa ? "
Tra : " jakwir , kula njupuk saka sekolah tar ya menyang toko buku ? Amarga aku pengin tuku novel-
novel paling anyar kabeh kita Shopping .
Lala , Tri : " iyaa ! "
Tra : " Li kok sampeyan bisu , apa sampeyan ora pengin teka ? "
Lili : " Ya , aku ora teka Tra soalnyakan sugih ngerti dhewe lara rama maneh . Ora waras , aku wis
kanggo mbantu ibu tetep ing rama . "
Tra : " Ya ... wis banjur !
Liyane lonceng rang
Tra : " iku a break , kita kekantin yuk .. Ah ya ! "
Lala , Tri : " Yuk .... kita luwe banget ! "
Lili : " jakwir , aku ora pindhah amarga aku ora dadi luwe lan puguh kekantin maneh . Sampeyan ,
ya .... ? "
Tra , Lala , Tri : " Inggih yen ora arep teka . Kita menyang cafeteria sadurunge ya ? "

Lili dipeksa kanggo ngapusi maneh nalika iku ora luwe nanging wis ora ana dhuwit lan dumadakan
diwenehake ing atine Tra Lili kanggo njupuk dhuwit sing nang tas . Dhuwit bakal digunakake kanggo
tuku Tra Novel Shopping lan Salajengipun, sasampunipun sekolah .

Lili : "Aku bingung ya kudu mbayar ragat sekolah nanging ora duwe dhuwit sing . Takon ibu hak lan
ibu wis ora mbukak maneh kanggo nyilikake Rama menyang rumah sakit . Aku njupuk iku sing wong
wanted dhuwit Tra dibeluikan novel lan Shopping mesthi nduweni cukup dhuwit ! Nanging wong iku
mesthi sandi paling kanca piyambak . Aku ngapura ya Tra . Ana ora cara liyane ... Amarga aku kudu
mbayar langsung mati Fees ragat sekolah . "

Tanpa Lili sapa ndeleng kelakuannnya éling yen kelas ank Fauzia panjenengané banget . Fauzia Luili
kaleresan Ndeleng ing lawang classroom .
Fauzia : " apa ora sing tas Tra Lili sebabe raris ngambil dhuwit ? "

Fauzia tindak sakcara kanggo kelas lan ndalang - pira ora ngerti . Go kanggo kelas lonceng swara . Tra
, Lala , lan Tri ketik classroom ing .

Tri : " apa sampeyan Li ? "


Lili : " aku maca buku maneh . "
Lala : " Cukup break kelas sing wrote ? li ora bosen ? "
Lili : " Ora , aku sampeyan marang aku keset . "
Tra : " Ayo ... kok dadi dipermasalahin tho .. ? ! "

Tra wis ora temen maujud sing uangnnya ilang . Sawise iku kabuka ing tas lan weruh wong kang
mbukak dompet iki cingak amarga dhuwit wis musna .....

Tra : " Kanca , aku ilang kabeh dhuwit ! "


Lala , Tri : " ilang ? "
Tri : " Sampeyan lali ing Tra tambahan . Coba goleki maneh . "
Tra : " Aku ora yakin aku wis wis kene nyimpen dhuwit . Endi ya ? "
Lala : " ! ! ? Apa ana tindakan sing Tra nyolong dhuwit "
Tra : " Sampeyan bisa uga , yen ora nyolong sandi dhuwit uga ora bakal ilang . "
Tri : " ! ! Sapa nyolong ya emg duwe ati tenan ora "
Tra : " Li ... ! Kena apa sing bisu babagan ? Bantuan kula donk ! aku ilang duwit ya !
Lili : "Iku ora aku sing nyolong Tra ! "
Tra : " Sapa sing nyolong ngandika . Cukup takon dibantuin aku looking for . "
Tri : " Li .... kok sampeyan ngomong supaya ? aku ora accusing sampeyan tadikan Cukup supaya
wonten ing kelas nganti break iku liwat . "
Lili : " Nanging ora kula sandi sing njupuk dhuwit Tri Tra . Ora bener . Aku mitrane Tra lan Sampeyan .
"
Lala : ( Jutek ) " Malah yen kita Telpon sampeyan karo kanca-kanca . Nggoleki ayo padha ora accuse
samubarang kita mriksa tas telpon , Cukup kanggo mbuktekaken iku . "
Lili : " Aja Ampun ! Aku ora njupuk . "

Fauzia dumadakan pirembagan kanggo wong .


Fauzia : "Eh ... Sadurunge aku apologize yen aku meddling wong lanang . Aku arep ngomong
sadurunge aku weruh Tra Lili mbukak tas lan njupuk soko misale jek dadi ya .... Dhuwit . "
Tra : " Sampeyan lagi ora lying , hak Fauzia ? "
Fauzia : " Ya Aku lying aku weruh dhewe karo mripate . Li ngapura kula , aku ora arep kanggo nutupi
munggah ing angkara . Dadi , aku ngomong aku ndeleng dina . "
Lili : " Fauzia .... aku ora ngerti yen wis katon apa iya . Tra , memang aku sing njupuk dhuwit
sampeyan . Fauzia bener . Nanging aku kanggo Tra ! Aku ora ateges kanggo piala . "
Tra : " Dadi ... li sing njupuk dhuwit sandi ! Li geez .... Aku dudu wis panginten ! Sampeyan wis apa ? "
Lili : " aku kanggo amarga aku ora mbayar Fees ragat sekolah 3 sasi . Kula tuwane ora duwe dhuwit
hak ngerti dhewe rama padha lara . "
Tra : " Nanging sampeyan ora kudu kaya Li sing .... "
Lala : " Ya Li kok sampeyan lagi ora jujur karo kita ana . Yen sampeyan jujur kita temtunipun bantuan
sampeyan .
Tri : " Bener tenan ! ! ! Supaya sampeyan saka esuk kang ngapusi maneh sampeyan ngomong
sampeyan wrote iku dadi metu sampeyan puguh ana masalah ? "
Lili : " Tra , Lala , Lili jujur aku wis ora regretted ing wong lanang padha . Aku iki amarga aku ora
pengin alangan sampeyan nerusake . Aku nuwun sampeyan wong lanang bebarengan . Utamané
Tra . "
Tra : " aku ngapura marang kowe Li . Amarga aku ngerti sampeyan ing negara urgency kanggo
nindakake iki kabeh . "
Lili : "Paduka punika kanca paling aku Tra , aku dadi nuwun . "
Lala : " Nanging siji kanca kang isih kang kanca !
Tri : " Sampeyan iku siji saka La ... rectified ya ? Nanging kanca saka kesalahane kita kudu ngapura
marang manungsa amarga gawe kesalahane lan mesthi ora tansah bener . Supaya kita kudu tetqap
kanca dadi bener . "
Lili : " Thank ya sandi kanca sing wong lanang sing paling apik lan kanca paling aku . Matur nuwun
wong lanang bakal ngapura kula lan aku isih pengin dadi kanca .
Tra , Lala , Tri : " YES nyelupke kudu ! "
Tra : " ya aku Li Kula dhuwit sing mung amarga aku ngerti sampeyan banget m embutuhkannnya
saka kula . "
Lili : " tengen Tra ? Thanks sepisan maneh sing ngomong baterei kapan wae aku ora bakal lali
kebecikan Panjenengan . "
Tra : " Ya .... Li . Sampeyan uga thanks padha donk Fauzia amarga sampun digawe kejujuran sing . "
Lili : " Fauzia , thanks ya ... ? Ing kejujuran ! "
Fauzia : " . Ya Li Alike "
Tra : " Inggih yen kaya iku rasa kang becik . Tralalatrilili ora numpes . Tra ... "
Lala : " Lala ..... "
Tri : " Tri ..... "
Lili : " lilies ..... "
Tralalatrilili : " YEEEEEEEEE ....... "
Naskah Drama “Keong Mas”
Tokoh :
1.     Raja Daha                                        
2.     Dewi Galuh Candra Kirana (Kirana)         
3.     Galuh Ajeng ( Ajeng)                       
4.     Penyihir                                            
5.     Nenek dari Desa Dadapan               
6.     Raden Inu Kertapati                        
7.      Narator                                            
Pemandangan 1
Daha ing Palace kraton, ana urip raja jenenge Raja Daha karo kang ayu wadon. Galuh wadon jenenge
Dewi Candra Kirana punika wong wadon loropaken lan ayu. Dheweke bakal nikah karo Pangeran
saka Kahuripan Kratoning, Raden Inu Kertapati.
Daha Sang Prabu: "Kula wadon, wong kene!"
(Calling wadon loro wadon)
Kirana: (tarik cedhak)
"Apa, pa?"
Maya: (teka nganti konco Kirana)
"Apa Papa uga disebut?"
Daha Sang Prabu: "Ya, sandi putri. Sapa arep Papa kanggo ngirim kowe loro. Tomorrow, Raden Inu
Kertapati Kahuripan saka karajan bakal teka kene. "
Maya: "Dadi apa? Apa apa karo kita, pa? "
Daha Sang Prabu: "Papa wis digawe lan persetujuan karo kang rama, sing Papa bakal omah-omah siji
saka wadon karo Raden Inu Papa."
Maya: (mencorong seneng)
"Sapa ing antarane kita bakal nikah karo Raden Inu, Pa?"
Daha Sang Prabu: "Kita wis disetujoni kanggo omah-omah karo Raden Inu Candra Kirana."
Kirana: (esem kanthi seneng lan hugged Raja Daha)
"Thank you dadi luwih, bapak ... aku seneng banget ing kabeh. Iki ngimpi pesta wiwit kanak-kanak ....
"
Daha Sang Prabu: "Apa sandi putri? Banjur, yen ora salah, Papa ngangkat minangka calon pejabat
saka garwane Raden Inu. Ayo, kita kabeh kanggo nyiyapake welcome rawuh saka Raden Inu sesuk. "
Candra Kirana Daha ratu lan kiwa kamar sing saiki mung inhabited dening Galuh Maya. Senajan
Candra Kirana lan rama seneng karo marriage, iku dadi metu Galuh Maya duweni pendapat sing
beda-beda. Panjenenganipun felt duka lan wagol.
Maya: "aku ora setuju bab iki pesta! Punapa Kirana milih lan ora kula? Sanadyan iku ketok aku iki
prettier saka dheweke! Sapa, iki ora padha supaya! Aku siji sing dadi garwane Raden Inu kang! Cukup
kula, ora Kirana! Saiki apa aku? "
(Tjubo hard nalika pacing)
"AHA! Aku sing sarwa idea! "
Pemandangan 2
Galuh Maya damel rencana ala kanggo Kirana langsung mbukak menyang alas kanggo ketemu
penyihir a.
Maya: "Nuwun séwu! Apa ana kene sopo wae? "
Penyihir: "Oh, ya! Mangga ketik cah wadon sing ayu, teka nang kene ... "
Maya: "HM, I need sampeyan! Mangga bantuan kula! "
Warlocks: "Sampeyan pengin kula apa?"
Maya: "Aku pengin marriage kanggo Raden Inu Kirana dibatalake!"
Penyihir: (Manggut-anthukan)
"Oh .. sampean .. sampean ... sampean aku ndeleng apa maksud sampeyan. Sampeyan pengin kula
nindakake kanggo Kirana? Cursed? Ngipat-ipati apa arep? Dadi racun agawe utawa ngipat-ipati kula
tetanus!!? "
Maya: "Kabèh aku tetep menyang sampeyan! Cetha aku pengin Kirana nandhang sangsara! "
Penyihir: "Ok, aku bakal ngipat-ipati Candra Kirana supaya dheweke ora bisa omah-omah Raden
Inu!"
Maya: (esem seneng)
"Thank you kanggo Ndeleng, seneng kerjo bareng karo penyihir kaya Panjenengan! Iki dhuwit
minangka tampa pituwase sing awal. Mengko yen ipat iku kasil, aku bakal menehi liyane malah! "
Witches: (Nampa dhuwit)
"Temtu! Saiki aku bakal kanggo nyiyapake dheweke ipat ... "
(Log mlebu)
Maya: "Aku bakal nunggu kanggo krungu saka sampeyan, penyihir! Waca sampeyan mengko! "
(Waving tangan lan ngandika kanggo awake dhewe karo sardonic)
"Hahhaahaha ..... Candra Kirana, miskin sadulur! Iku sing tega sampeyan! Hehehehe! "
Pemandangan 3
Sawise takon Ndeleng ing Witches, Galuh Maya bali menyang Palace methukake Sang Prabu lan
Daha.
Maya: "... Daddy Daddy ... papa ngendi? Gage aku pengin diajak! "
Papa: "Apa sandi putri"
Maya: "iku babagan Candra Kirana, Papa."
  (Pretending kanggo gupuh)
Daha Sang Prabu: "? Ta ing prakara karo wong"
Maya: "Panjenengane iku ... wong iku ketoke wis ing kontak cerak karo wong siji kita pengawal,
Pa ...! Iki, aku ketemu layang katresnan ditulis Kirana ndjogo ing kamar iku! "
Daha Sang Prabu: (maos serat lan bebendu)
"Apa? Dhasar nakal cah wadon, ungrateful anak! Iku arep omah-omah jinis padha malah insolent
njaga iku! "
Maya: "Papa, ngenteni pa ... Enteni ..." (Calming lan menengan smirk)
Daha Sang Prabu: "Kirana! Kirana! "
Kirana: "Apa, Pa?"
Daha Sang Prabu: "Apa, sing ngomong? Waos iki! "
(Mbalang huruf ana kanggo advance Kirana)
"Carane sampeyan wani, yaa ...!"
Kirana: (maos serat lan guncang marang sirahe karo gupuh)
"Oh, kang Papa slander! Aku tau iya! Mangga Pa., ngandela! "
Daha Sang Prabu: "cukup! Sampeyan metu saka Bèntèng! Metu! Sampeyan wong bodho karo
pengawal, metu! "
Kirana: (nangis)
"Nanging, Pa ..."
Daha Sang Prabu: "metu!"
Pemandangan 4
Candra Kirana kalintang sedih lan kiwa istana. Panjenenganipun tindak menyang pantai lan dheweke
ana meets pandhuan.
Penyihir: "Hwahahahaha! Hello, Candra Kirana! Apa sampeyan, Sapa? Iku misale jek sampeyan
banget sedih dina? Hwahahaha ... "
Kirana: "Kowe iku sapa? Kena apa sing dadi ora nyenengake? "
Penyihir: "mati munggah! Aku kene kanggo nyelehake ipat ing a snail! Sadulur saka limo ngendi
mase nganti wong wanted kula kanggo nyelehake ipat a? Sampeyan ngerti, iya ora setuju karo pesta!
Hwahahaha!! "
Kirana: "Apa? Galuh Maya badhe ngukum kula? "
Penyihir: "Punika amarga! Periode ya iya Dong? Dhengkul sundal! Nampa iki!! ABROKOKOK!
Hwahahaha!! "
Kirana: "AAAAA!!" (Diganti dadi snail)
Penyihir: "Hwahahaha!!!! Sampeyan mung bakal dadi manungsa ing sawayah-wayah sak dina,
nanging yen wengi sadurunge, sampeyan bakal maneh dadi snails! Iki ipat bakal mungkasi nalika
ketemu karo Raden Inu! Hwahahaha ... Bubye! "
Pemandangan 5
Candra Kirana iki cursed menyang snails. Lan terdampar dheweke ing Shore desa Dadapan.
Sawijining dina, ana wong wadon ing pantai looking for iwak. Panjenenganipun nemu snail Golden,
lan njupuk iku asal.
Mbok Rondo: "Oh, snails cantik banget! Aku bakal njupuk wong ngarep! "
Sampun dipondok, Mbok Rondo sijine ing snail ing panggonan kang aman. Banjur rested kanggo
wayahe ing dhingklik.
Mbok Rondo: "Hufh, ampe jam aku iki wis ora entuk iwak. Aku kudu golek iwak maneh, yen ora
nyekel iwak, aku arep mangan? "
(Arep metu goleki iwak)
Kirana: "Loh, kok boten aku kene? Oh, sampean iku ana mbah putri sing nggawa kula wonten. Apa
tega wong wadon lawas, kanggo mangan iwak mung kang wis kanggo nemokake iku kawitan. Aku
arep tuku marang pangan. "
Karo dhuwit kang wus digawa saka kraton, Kirana tuku jajanan éca kanggo mbah putri. Panganan iki
ditatanya neatly ing meja. Nalika dina wiwit menyang sore, lan mbah putri wis ora teka, Kirana wis
bali menyang conch.
Kirana: "AAAAA!"
Ora suwe sawise sandi mbah putri bali menyang kabin angrily.
Eyang setri: "peduli! Dina ing endi iwak tho? Amarga saka wong aku ora bisa pangan deh! Apa
mangan dina? "
(Kaget kanggo ndeleng ana pangan ing meja)
"Wow, ngendi wong iki teka saka pangan? Iku supaya katon éca! Sing jenis cukup kanggo menehi
kula ya a? Ya, inggih ing bab ... penting saiki aku mangan dhisik. "
Dina sabanjuré, Kirana bali menehi pangan kanggo dheweke mbah putri. Nanging ora mirsa, yen dina
iki dheweke bakal teka ngarep akeh sadurungé saka biasanipun amarga maneh ora kejiret
sembarang iwak.
Kirana: "Nalika aku Eyang setri'd luwih apik ora mulih langsung kanggo nyiapake pangan kanggo
wong ..."
(Noto pangan ing meja)
Eyang setri: (Teka ngarep lan kaget kanggo ndeleng Kirana)
"Sapa, Sapa sing cah wadon?"
(Pirembagan lan chide awake Kirana)
"Kowe iku sapa?"
Kirana: (Looking kaget)
"Aku .... aku ... aku Candra Kirana."
Eyang setri: "Apa? Candra Kirana? Tengen? "
Kirana: ". Ya, aku Candra Kirana Daha Sang Prabu putri"
Eyang setri: "Banjur, apa sira njaluk kene?"
Kirana: "sing nggawa kula kene. Aku snails sampeyan nemokake wingi, Eyang setri ... "
Eyang setri: "Apa? Sampeyan iku snails? Cara sing bisa dadi? "
Kirana: aku cursed, Eyang setri .... dening Magician. Ing ipat ing sandi dhewe kepinginan cemburu
kang kula. "
Eyang setri: (melas)
"Apik sampeyan, cah lanang ... Eyang setri durung ngerti apa jenis iku sadulur sadulur, sampeyan
manah kanggo pengin ngipat-ipati kowe! Nanging yen wong asmane iku cemburu, ... punapa mawon
kang ora! Sapa, jealousy punika menika mboten perlu bingung, bisa uga nggawe wong nandhang
sangsara. Ya, punika ... nalika ngirim ora tetep kene, cah lanang ... "
Kirana: "Thank you, Eyang setri ..."
Pemandangan 6
Nalika ing ing Kahuripan Kakaisaran, Raden Inu sing krungu bab Candra Kirana iki ora pracaya iku.
Lan nyoba kanggo golek bebener kanggo defend Candra Kirana.
Raden Inu: "Iku mokal Candra Kirana apa kabeh iki! Ana kudu wong sing menfitnahnya! Aku kudu
mangerteni sing iku! "
(Metu saka Palace)
Ing cara piyambakipun kepanggih karo penyihir.
Penyihir: (Fanning amplop isi dhuwit)
"... Aku bisa Hwahahaha kathah karo dhuwit iki dina! Untunge aku ngatur kanggo tundhuk marang
panjaluke kanggo ngukum Galuh Candra Kirana Maya lan nggawe roso sepi nikah Raden Inu! Lan
nuwun sewu yen vilified dening pengawal sing melu Galuh Maya, dheweke kudu cumadhang kanggo
matak metu saka kraton kanggo dinuga gadhah jinis karo Candra Kirana! Hwahahahaha ... "
Raden Inu: "Apa? Apa sira ngomong? Apa bener sing bilih? "
Penyihir: "... Lo Yeee sing tindak intervene?"
Raden Inu: "Aku Raden Inu sing temenan sadurungé. Dadi bener iku aku kabeh iki saka Galuh Maya?
"(Murka)
Penyihir: "Wadduh, mati kula! Dheweke wis krungu iku kabeh! "
Raden Inu: "Sampeyan teka karo kula!"
Pemandangan 7
Raden Inu sing wis gained udjute crita wis teka menyang Palace saka Daha.
Raden Inu: "Gustiku, apa bener kedaden kanggo Candra Kirana? Kena apa sing metu? "
Daha Sang Prabu: "Aku manawa sampeyan bakal ora ngandel warta iki. Panjenenganipun kagungan
menghianatimu! "
Raden Inu: "Ora! Sing ora bener, Gustiku! Candra Kirana iki vilified dening Galuh Maya! "
Daha Sang Prabu: "Yagene kowe padha ngomong kaya? Sampeyan ngerti ngendi? "
Raden Inu: (mlebu penyihir presented kanggo Raja Daha)
"Sampeyan! Punika penyihir sing mbayar dening Maya Galuh Candra Kirana kanggo ngukum. Lan
Witches aku ngerti sing iki uga slander Galuh Candra Kirana Maya! Heh, ayo kang ngakeni ....
"(Magician Urgent)
Penyihir: "Ya, punika leres sandi Gusti ..."
Daha Sang Prabu: (bebendu)
"Galuh Maya!!"
Maya: "Ya, Papa.Ada apa, kok kanggo bengok kaya? Maya ora durung budheg. "
(Ing kamar lan cingak kanggo ndeleng penyihir ing)
"Loh, sampeyan?"
Daha Sang Prabu: "Apa dadi kaget? Gusti iku konco sampeyan, bener? Saiki Papa wis ngerti kabeh!
Sampeyan defamed dhewe cak! Saiki, kowe saka kraton! Go! "
(Pointing penyihir)
"Kajaba sampeyan! Sampeyan bisa tetep kraton iki! "
Penyihir: "sing tengen, Gustiku"
(Bungah)
Daha Sang Prabu: "Ya! Nanging sing manggen ing pakunjaran kraton! Langgeng! "
Maya: (kneeling ing sikil saka Raja Daha)
"Pa, Pa ... nuwun sewu Maya Maya ngakeni salah. Aja expel Maya ..... "
Daha Sang Prabu: "musna saka kene! Aja ora tau nuduhake pasuryan sampeyan puniko ing
Kratoning! Raden Inu, monggo njupuk loro mau! "
Raden Inu: ". Inggih, Gusti sandi"
Pemandangan 8
Sak uwise, Raden Inu wander looking for Candra Kirana. Nganti pungkasanipun kang teka ing desa
lan nemokake Cottage.
Raden Inu: "ah, ... ana Cottage! Mungkin aku bisa numpak break sing ana kanggo nalika lan ing paling
aku tak sing mouthful banyu. Aku rumongso kesel sawise lumampah supaya adoh. "
(Gambar cedhak Cottage)
"Nuwun séwu! ..."
Kirana: "Ya, kanggo nalika ..."
(Bukak ing lawang)
Raden Inu: "Loh, Candra Kirana sampeyan ....?"
Kirana; "Raden Inu? Apa bisa uga ana kene? "
Raden Inu: "sing ora penting. Cetha aku bungah amarga wis ketemu sampeyan. Kanggo dina aku wes
looking. Ayo, mulih ... wis bebener sing dicethakaké ana. Panjenengan rama wis nunggu, iku bisa ora
ngenteni kanggo ndeleng sampeyan. "
Kirana: "Thank you dadi luwih, amarga wis disimpen kula."
Eyang setri: "Sapa, Kirana?"
Kirana: "Oh, Eyang setri ... iki Raden Inu introduce ing Kirana marang wektu. Panjenenganipun
ngangkat Kirana kanggo mulih. Nanging, Kirana ora metokake kanggo ninggalake mbah putri sandi
piyambak. "
Eyang setri: "iku oke, Kirana. Sampeyan mulih, sampeyan temtunipun ora kejawab kulawarga. "
Raden Inu: "Kauningana, Eyang setri bakal nggawa kita menyang istana lan manggon karo kita nalika
kita bakal nikah. Eyang setri, hayo menyang Kratoning Daha. "
Telu padha bali menyang kraton kraton Daha. Ora suwe sawise, Raden Inu lan Candra Kirana nikah
lan manggon kanthi seneng langgeng
...
ADEGAN 1
Di Istana Kerajaan Daha , hiduplah seorang Raja bernama Raja Daha bersama dua
putrinya yang cantik jelita. Putrinya yang bernama Dewi Galuh Candra Kirana adalah
seorang perempuan yang ramah dan cantik. Dia akan dinikahkan dengan pangeran dari
kerajaan kahuripan, Raden Inu kertapati.

Raja Daha     : “ Putriku, kemarilah!”


( Memanggil kedua putrinya)
Kirana           : ( Menghampiri)
“ Ada apa, pa?”
Ajeng            : ( Datang menyusul di belakang Kirana)
“ Apakah Papa juga memanggilku?”
Raja Daha     : “ Iya, putriku. Ada yang ingin Papa sampaikan pada kalian berdua. Besok, Raden Inu
Kertapati dari kerajaan Kahuripan akan datang kemari.”
Ajeng            : “ Lalu kenapa? Apa hubungannya sama kami, pa?”
Raja Daha     : “ Papa sudah membuat perjanjian dengan Ayahnya, bahwa Papa akan menikahkan salah
satu putri Papa dengan Raden Inu.”
Ajeng            : ( Berbinar senang)
“ Siapa diantara kami yang akan dinikahkan dengan Raden Inu, Pa?”
Raja Daha     : “ Kami sudah sepakat untuk menikahkan Candra Kirana dengan Raden Inu.”
Kirana           : ( Tersenyum gembira dan memeluk Raja Daha)
“ Thank you so much, Papa…Aku sangat bahagia sekali. Pernikahan ini adalah impianku
sejak kecil….”
Raja Daha     : “ Benarkah putriku? Kalau begitu memang tidak salah, Papa memilihmu sebagai calon
isteri Raden Inu. Ayo, kita persiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan
Raden Inu besok.”
Raja Daha dan Candra Kirana meninggalkan ruangan yang kini hanya dihuni oleh
Galuh Ajeng . Meskipun Candra Kirana dan Ayahnya bahagia dengan pernikahan ini,
ternyata Galuh Ajeng mempunya pendapat yang berbeda. Dia merasa marah dan kecewa.
Ajeng     : “ Aku tidak setuju mengenai pernikahan ini! Kenapa harus Kirana yang dipilih dan bukan
aku!? Padahal secara nyata jelas aku yang lebih cantik dari dia!! Huh, ini tidak adil! Hanya
aku satu-satunya yang menjadi isteri Raden Inu!! Hanya aku, bukan Kirana! Sekarang apa
yang harus kulakukan?”
( Berpikir keras sembari mondar-mandir)
“ AHA! Aku punya Ide yang cemerlang!”
ADEGAN 2
Galuh Ajeng yang membuat sebuah rencana buruk untuk Kirana segera pergi ke
dalam hutan untuk menemui seorang penyihir.
Ajeng              : “ Permisi!! Apa ada orang di sini!??”
Penyihir           : “ Oh, yes! Silahkan masuk gadis cantik, kemarilah…”
Ajeng              : “ Hm, aku membutuhkan bantuanmu! Tolong bantu aku!”
Penyihir           : “ Kamu ingin aku melakukan apa?”
Ajeng              : “ Aku ingin pernikahan Kirana dengan Raden Inu dibatalkan!!”
Penyihir           : ( Manggut-manggut)
“ Oh..ya..ya…ya aku mengerti maksudmu. Lalu kamu ingin aku melakukan apa untuk
Kirana? Mengutuknya?? Kutukan apa yang kamu inginkan? Berupa racun mematikan atau
aku mengutuknya terkena tetanus!!?”
Ajeng                : “ Semuanya aku serahkan padamu! Yang jelas aku ingin Kirana menderita!!”
Penyihir             : “ Ok, aku akan mengutuk Candra Kirana sehingga dia tidak dapat menikah dengan Raden
Inu!!”
Ajeng                : ( Tersenyum senang)
“ Terimakasih atas bantuanmu, senang bekerja sama dengan penyihir sepertimu! Ini uang
sebagai upah awal untukmu. Nanti kalau kutukanmu berhasil, aku akan memberikan lebih
banyak lagi!!”
Penyihir             : ( Menerima uang itu)
“ Tentu saja! Sekarang aku akan mempersiapkan kutukan untuknya…”
( Masuk ke dalam)
Ajeng                : “ Akan kutunggu kabar darimu, penyihir!! Sampai jumpa!!”
( melambaikan tangan dan berbicara sendiri dengan sinisnya)
“ Hahhaahaha…..Candra Kirana, saudaraku yang malang!! Sungguh kasihan sekali dirimu!
Hahahaha!!!”
Adegan 3
Setelah meminta bantuan pada penyihir, Galuh Ajeng kembali ke Istana dan ingin
bertemu Raja Daha.
Ajeng                : “ Papa…papa…papa dimana? Ada yang ingin aku bicarakan!!”
Papa                  : “ Ada apa putriku?”
Ajeng                : “ Ini tentang Candra Kirana, Papa.”
  ( Pura-pura panik)
Raja Daha         : “ Ada apa dengannya?”
Ajeng                : “ Dia…dia ternyata selama ini menjalin hubungan dekat dengan salah satu pengawal kita,
Pa…! Ini, aku menemukan surat cinta yang ditulis oleh Kirana untuk pengawal itu di
kamarnya!”
Raja Daha         : ( Membaca surat itu dan murka)
“ APA!? Dasar gadis nakal, anak tak tahu diri! Sudah mau menikah malah bercinta sama
pengawal kurang ajar itu!”
Ajeng                : “ Papa, sabar pa…sabar…” ( Menenangkan dan diam-diam dia tersenyum sinis)
Raja Daha         : “ Kirana!! Kirana!!!”
Kirana               : “ Ada apa , Pa?”
Raja Daha         : “ Ada apa, kamu bilang!? Baca ini!!”
( Melempar surat itu ke muka Kirana)
“ Berani sekali kamu, yaa…!!”
Kirana               : ( Membaca surat itu dan menggelengkan kepalanya dengan panic)
“ Oh, ini fitnah Papa! Aku tidak pernah melakukannya! Tolong Pa, percaya padaku!”
Raja Daha         : “ Cukup!! Keluar kamu dari istana ini! Keluar!! Kamu dengan pengawal brengsek itu,
keluar!!!”
Kirana               : ( Menangis)
“ Tapi, Pa…”
Raja Daha         : “ KELUAR!!!”
ADEGAN 4
Candra Kirana merasa sangat sedih dan dia pun meninggalkan istana. Dia pergi ke
pantai dan disana dia bertemu si Penyihir.

Penyihir             : “ Hwahahahaha!! Halo, Candra Kirana! Apa kabarmu, Hah? Kelihatannya kamu sangat
sedih hari ini? Hwahahaha…”
Kirana               : “ Siapa kamu? Kenapa kamu sangat buruk rupa?”
Penyihir             : “ Diam! Aku ke sini untuk mengutukmu menjadi keong!! Saudara macam mana saudaramu
itu hingga dia ingin aku mengutukmu!!? Kamu tahu, dia tidak setuju dengan pernikahanmu!
Hwahahaha!!”
Kirana               : “ Apa? Galuh Ajeng mau mengutukku?!”
Penyihir             : “ Ya iyalah! Masa ya iya dong?? Dasar perempuan bodoh! Terima ini!! ABROKOKOK!!
Hwahahaha!!”
Kirana               : “ AAAAA!!!!” ( Berubah jadi keong)
Penyihir             : “ Hwahahaha!!!! Kamu hanya akan menjadi manusia pada waktu siang hari, tapi bila
menjelang malam, kamu akan kembali menjadi keong!! Kutukan ini akan berakhir bila kamu
bertemu dengan Raden Inu!! Hwahahaha…Bubye!!!”

ADEGAN 5
Candra Kirana telah dikutuk menjadi keong mas. Dan terdampar begitu saja di pantai
Desa Dadapan. Suatu hari, ada seorang Perempuan sedang mencari ikan di pantai. Dia
menemukan keong mas itu, dan membawanya pulang.
Mbok Rondo   : “ Oh, keong yang sangat cantik!! Aku akan membawanya pulang!”

Setibanya dipondok, Mbok Rondo meletakkan keong itu di tempat yang aman. Lalu
dia beristirahat sejenak di kursi.
Mbok Rondo     : “ Hufh, sampai jam segini aku belum juga mendapatkan ikan. Aku harus mencari ikan lagi,
kalau tidak mendapat ikan, aku mau makan apa?”
( Pergi keluar untuk mencari ikan)
Kirana               : “ Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh iya, tadi kan ada seorang nenek yang membawaku.
Kasihan sekali nenek itu, untuk makan saja dia harus mencari ikan terlebih dahulu. Aku akan
membelikan makanan untuknya.”

Dengan uang yang dibawanya dari istana, Kirana membelikan makanan-makanan


lezat untuk si Nenek. Makanan itu ditatanya rapi di atas meja. Ketika hari mulai menjelang
malam, dan si Nenek belum juga pulang, Kirana harus kembali menjadi keong.

Kirana             : “ AAAAA!!!”

Tidak lama kemudian Nenek pulang ke pondok sambil marah-marah.

Nenek                : “ Sialan! Hari ini ikan-ikan pada kemana sih? Gara-gara dia aku tidak dapat makanan deh!
Mau makan apa hari ini!?”
( Terkejut melihat ada makanan di atas meja)
“ Wow, darimana makanan ini datang?? Kelihatannya lezat sekali!! Siapa yang berbaik hati
memberikannya untukku ya? Ya, sudahlah…yang penting sekarang aku makan dulu.”
Keesokan harinya, Kirana kembali menyediakan makanan untuk sang Nenek. Tapi dia
tidak tahu kalau hari ini Nenek akan pulang lebih cepat dari biasanya karena lagi-lagi tidak
memperoleh ikan.

Kirana               : “ Mumpung Nenek belum pulang lebih baik aku segera menyiapkan makanan untuknya…”
( menata makanan di atas meja)
Nenek                : ( Pulang dan kaget melihat Kirana)
“ Hah, siapa gadis itu?”
( Bicara sendiri lalu menegur Kirana)
“ Kamu siapa??”
Kirana               : ( Menoleh kaget)
“ Aku….aku…aku Candra Kirana.”
Nenek                : “Apa? Candra Kirana? Yang benar?”
Kirana               : “ Iya, aku Candra Kirana putri Raja Daha.”
Nenek                : “ Kalau begitu, kenapa kamu bisa ada di sini?”
Kirana               : “ Andalah yang membawaku ke sini. Aku adalah keong mas yang anda temukan kemarin,
Nek…”
Nenek                : “ Apa? Kamu adalah keong mas itu? Bagaimana bisa?”
Kirana               : Aku dikutuk, Nek….oleh seorang penyihir. Kutukan itu atas keinginan saudaraku sendiri
yang cemburu padaku.”
Nenek                : ( Merasa iba)
“ Kasihan sekali dirimu, Nak…Nenek tidak tahu saudara macam apa saudaramu itu, hingga
tega ingin mengutukmu! Tapi namanya manusia kalau sudah cemburu,…apapun dia lakukan!
Huh, cemburu memang membingungkan, juga dapat membuat orang menderita. Ya, sudah…
sementara kamu boleh tinggal di sini, Nak…”
Kirana               : “ Terimakasih, Nek…”

ADEGAN 6
Sementara pada saat itu di kerajaan Kahuripan, Raden Inu yang mendengar kabar
tentang Candra Kirana merasa tidak percaya mendengarnya. Dan dia mencoba mencari
kebenarannya untuk membela Candra Kirana.
Raden Inu    : “ Tidak mungkin Candra Kirana melakukan semua ini! Pasti ada seseorang yang
menfitnahnya!! Aku harus mencari tahu siapa orang itu!”
( Keluar dari Istana)
Di tengah perjalanan dia bertemu dengan penyihir.
Penyihir        : ( Mengipas-ngipaskan amplop berisi uang)
“ Hwahahaha…gue dapat uang banyak hari ini!! Untung saja gue berhasil menuruti
permintaan Galuh Ajeng untuk mengutuk Candra Kirana dan membuatnya batal menikah
dengan Raden Inu! Dan kasihan sekali pengawal yang ikut difitnah oleh Galuh Ajeng itu, dia
harus rela diusir dari istana karena dituduh bercinta dengan Candra Kirana! Hwahahahaha…”
Raden Inu    : “ Apa? Apa kamu bilang? Benarkah yang kamu bilang itu?”
Penyihir        : “ Yeee…lo siapa ikut-ikut campur?”
Raden Inu    : “ Aku Raden Inu yang kamu maksud tadi. Jadi sebenarnya ini semua ulah Galuh Ajeng?”
( Marah)
Penyihir        : “ Wadduh, mampus gue!! Dia sudah dengar semuanya!!”
Raden Inu    : “ Kamu ikut aku!!”

ADEGAN 7
Raden Inu yang telah memperoleh kebenaran cerita segera datang ke Istana Daha.
Raden Inu  : “ Tuanku, sebenarnya apa yang terjadi pada Candra Kirana? Kenapa anda mengusirnya?”
Raja Daha  : “ Saya yakin kamu tidak akan mempercayai berita ini. Dia sudah menghianatimu!”
Raden Inu  : “ Tidak! Itu tidak benar, tuanku! Candra Kirana sudah difitnah oleh Galuh Ajeng!”
Raja Daha  : “ kenapa kamu bicara gitu? Kamu tahu darimana?”
Raden Inu  : ( Membawa penyihir kehadapan Raja Daha)
“ Ini! Ini adalah penyihir yang dibayar oleh Galuh Ajeng untuk mengutuk Candra Kirana.
Dan dari penyihir inilah saya tahu bahwa Galuh Ajeng juga yang menfitnah Candra Kirana!
Heh, ayo ngaku….” ( Mendesak si penyihir)
Penyihir      : “ Iya, itu benar tuanku…”
Raja Daha  : ( Murka)
“ GALUH AJENG!!!!”
Ajeng         : “ Iya, Papa.Ada apa, kok sampai teriak-teriak gitu? Ajeng kan belum budek.”
( Masuk ruangan dan kaget melihat si penyihir)
“ Loh, kamu?”
Raja Daha  : “ Kenapa kaget? Dia temanmu kan? Sekarang Papa sudah tahu semuanya! Kamu sudah
menfitnah saudaramu sendiri! Sekarang, kamu pergi dari Istanaku! Pergi!”
( Menunjuk Penyihir)
“ Kecuali kamu!! Kamu boleh tinggal di Istana ini!”
Penyihir      : “ Yang benar, tuanku?”
( Gembira)
Raja Daha  : “ Iya! Tapi tinggal di penjara Istanaku! Selamanya!”
Ajeng         : (Bersimpuh di kaki Raja Daha)
“ Pa, maafkan Ajeng Pa…Ajeng ngaku salah. Jangan usir Ajeng…..”
Raja Daha  : “ Lenyaplah dari sini! Jangan pernah tunjukkan wajahmu itu di wilayah kerajaanku!! Raden
Inu, tolong bawa mereka berdua!!”
Raden Inu  : “ Baik, tuanku.”
ADEGAN 8
Setelah itu Raden Inu mengembara mencari Candra Kirana. Hingga akhirnya dia tiba
di suatu Desa dan dia menemukan sebuah pondok.

Raden Inu  : “ Ah,…di sana ada pondok! Mungkin aku bisa numpang istirahat di sana untuk sementara
waktu dan setidaknya aku mendapat seteguk air. Aku merasa lelah sekali setelah berjalan
sejauh ini.”
( Menghampiri pondok itu)
“ Permisi!!...”
Kirana        : “ Iya, sebentar…”
( membuka pintu)
Raden Inu  : “ Loh, kamu….Candra Kirana?”
Kirana        ; “ Raden Inu? Kenapa bisa ada di sini?”
Raden Inu  : “ Itu tidak penting. Yang jelas aku gembira karena sudah menemukanmu. Berhari-hari aku
mencarimu. Ayo, pulang…Kebenaran sudah terungkap. Ayahmu sudah menunggu, dia tidak
sabar ingin bertemu denganmu.”
Kirana        : “ Terimakasih banyak, karena kamu sudah menyelamatkanku.”
Nenek         : “ Siapa, Kirana?”
Kirana        : “ Oh, Nenek…kenalkan ini adalah Raden Inu yang Kirana ceritakan waktu itu. Dia
menjemput Kirana untuk pulang. Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan Nenek sendirian.”
Nenek         : “ Tidak apa-apa, Kirana. Kamu pulanglah, pasti kamu merindukan keluargamu.”
Raden Inu  : “ Begini saja, Nenek akan kita bawa ke Istana dan hidup bersama kita bila kita nanti
menikah. Nenek, ayo kita pergi ke Kerajaan Daha.”
Mereka bertiga kembali ke Istana kerajaan Daha. Tidak lama kemudian, Raden Inu
dan Candra Kirana menikah dan hidup bahagia untuk selamanya.

Anda mungkin juga menyukai