Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

Berikut ini adalah pengertian tentang CKD menurut beberapa ahli dan

sumber diantaranya adalah :

a. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologi

dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi

ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal

ginjal. (Setiati, dkk, 2015)

b. Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi

ginjal lanjut secara bertahap, penyebab glomerulonefritis, infeksi

kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruktif

(kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen nfritik

(aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doengoes .2014)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD

adalah penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh
1
secara total seperti sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir

yang dapat disebabakan oleh berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh

gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan

elektrolit, yang meyebabkan komplikasi hipertensi maupun diabetes

militus.

2. KLASIFIKASI

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG

(Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125


ml/min/1,73m2 dengan rumus kockrof – gault sebagia berikut :

(Sudoyo 2010)

LFG (ml/mnt/1,73 m²) = (140 – umur) x berat badan

72 x kreatinin plasma (mg/dl)


Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan

derajadnya.

Derajat Penjelasan LFG

(ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : setiati,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam edisi 6. Jakarta

3. ETIOLOGI

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang

progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa

tahun dan tidak reversible). (NIC-NOC 2015)


2
a. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non

inflamasi pada glomerulus yang menyebabkan perubahan

permeabilitas, perubahan struktur, dan fungsi glomerulus.

(Sudoyo, 2014)

b. Proteinuria

Adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai


normalnya yaitu lebih dari 150mg/24 jam atau pada anak-anak lebih

dari 140mg/m2. (Sudoyo 2010).

c. Penyakit ginjal diabetik

Pada pasien Diabetes, berbagai gangguan pada ginjal

dapat terjadi, seperti terjadinya batu saluran kemih, infeksi

saluran kemih, pielonefritis, yang selalu disebut sebagai

penyakit ginjal non diabetik pada pasien diabetes. (sudoyo

2010)

d. Amiloidosis ginjal

Adalah penyakit dengan karakteristik penimbunan

polimer protein di ekstraseluler dan gambaran dapat diketahui

dengan histokimia dan gambaran ultrastruktur yang khas.

e. Diabetes militus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari

30% klien yang menerima dialisis.hipertensi adalah penyebab

utama ESRD kedua. (yuli 2015)

4. GANGGAUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


3
a. Kebutuhan dasar manusia

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan

bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai,

serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson,

kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan

komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah

sebagai berikut:
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).

2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan).

3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).

4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas).

5) Tidur dan istirahat (kebutuhan istirahat dan tidur).

6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal higyne).

7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan

menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan (kebutuhan

cairan).

8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi

integumen (kebutuhan personal higyne).

9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan

aman nyaman).

10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,

kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuahan psikososial).

11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).

4
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi

(kebutuhan belajar).

13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi (kebutuhan

bermain).

14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang

menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta

menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan belajar).


Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan

menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis,

sosiologis dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1 – 9 termasuk komponen

kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis.

Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk

komponen kebutuhan sosiologis. Henderson juga menyatakan bahwa pikiran

dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama

halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit)

(Potter dan Patricia, 2010).

Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang

terjadi pada CKD, yaitu :

a. Kebutuhan cairan dan elektrolit

Ginjal merupakan organ pengekresi cairan yang utama pada tubuh.

pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500ml per hari. selain

itu ginjal juga menerima hampir 170 liter darah untuk disaring menjadi

urine. Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah 1ml/kg/jam. Pada

individu dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah urine yang di
5
produksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron, dalam

pengaturan keseimbangan cairan, dikenal istilah obligatory loss. Obligatory

loss adalah mekanisme pengeluaran cairan yang mutlak terjadi untuk

mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. Rumus yang di pakai

untuk menetukan banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin yang

dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml(IWL) (Suharyanto, 2013;

Mubarak, 2008).

Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi penurunan laju


filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium.

Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu

untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada

penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan

masukan cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan

sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema,

gagal jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat

aktivasi aksis reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan

sekresi aldosteron. Klien mempunyai kecenderungan untuk kehilangan

garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan

diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk

status uremik.

1) Kebutuhan oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Jaringan yang melakukan

metabolisme aerob, proses membentuk energi dengan adanya oksigen,

bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup. 6

Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) cenderung ditemukan

adanya pernafasan yang cepat dan dangkal (kussmaul), irama nafas yang

tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal, adanya retraksi

interkostalis, dan epigastrium, sebagai upaya untuk mengeluarkan ion H+

akibat dari asidosis metabolik, pergerakan dada yang tidak simetris, vokal

fremitus cenderung tidak sama getarannya antar lobus paru, terdengar suara

dullness saat perkusi paru sebagai akibat dari adanya edema paru, dan pada
auskultasi paru cenderung terdengar adanya bunyi rales. Pada tahap lanjut

akan ditemukan adanya sianosis perifer ataupun sentral sebagai akibat dari

ketidakadekuatan difusi oksigen di membran alveolar karena adanya edema

paru, nyeri dada dan sesak nafas akibat adanya penimbunan cairan di paru-

paru (Potter dan Patricia, 2010).

2) Kebutuhan nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan

oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan menghasilkan energi dan

digunakan dalam aktivitas tubuh. Sistem yang berperan dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran

pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, dan

organ asesoris terdiri atas hati , kantung empedu dan pankreas.

Pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) sistem pencernaan

cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nausea dan vomitus, yang

berhubungan dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus.

Keadaan Chronic Kidney Disease (


7
CKD) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dalam hal

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang salah satunya adalah

ureum. Peningkatan kadar ureum dalam darah akan akan mengiritasi

mukosa lambung dan merangsang peningkatan asam lambung (HCL)

akibatnya akan terjadi mual. Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang

berlebihan dalam tubuh. Ureum yang meningkat pada air liur diubah oleh

bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau amonia dan


perubahanmembran mukosa mulut berupa lidah menjadi kotor atau

timbulnya lesi pada mukosa mulut. Sedangkan ureum yang meningkat

dalam usus dapat menyebabkan perubahan mukosa usus yang

menimbulkan kembung pada perut. Gagal ginjal akan menyebabkan

gangguan pada metabolisme vitamin D, sehingga akan terjadi gangguan

pada absorpsi kalsium di usus (Potter dan Patricia, 2010).

3) Kebutuhan rasa aman nyaman

Kebutuhan rasa aman dan nyama salah satunya yaitu, istirahat

merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya

dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan

ketenangan. pada sistem integumen normalnya keadaan turgor kulit elastis,

tidak pucat, akral tubuh teraba hangat. pada klien Chronic Kidney Disease

(CKD) cenderung ditemukan adanya rasa gatal sebagai akibat dari uremi

fross, kulit tampak bersisik, kelembaban kulit menurun, turgor kulit

cenderung menurun (kembali > 3 detik). Pada tahap lanjut cenderung akan

terjadi ketidakseimbangan termoregulasi tubuh dan akral teraba dingin,


8
kulit berwarna pucat akibat adanya anemia dan kekuning-kuningan akibat

urokrom, suatu penumpukan kristal urea di kulit (urea fross). Adanya gatal-

gatal di kulit menyebabkan klien ingin menggaruk dan akibatnya akan

timbul bekas-bekas garukan di kulit (Potter dan Patricia, 2010).

4) Kebutuhan aktivitas

Pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) abnormalitas utama pada

gangguan aktivitas yaitu, metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang

memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang
lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat

serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan

sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak

berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan

akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang

dan menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D

(1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal

menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang

uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari

perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon

(Smeltzer dan Bare, 2014).

5. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap sistem tubuh pada Chronic

Kidney Disease (CKD) dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien

akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan

gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia klien

9
dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis

adalah sebagai berikut :

a. Manifestasi kardiovaskuler

Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari

aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,

tangan, sakrum), pembesaran vena leher.

b. Manifestasi dermatologi

Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,


ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

c. Manifestasi Pulmoner

Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.

d. Manifestasi Gastrointestinal

Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,

mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal

e. Manifestasi Neurologi.

Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,

kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.

f. Manifestasi Muskuloskeletal

Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop. Manifestasi

Reproduktif Amenore dan atrofi testikuler.

6. KOMPLIKASI

Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan

mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut

Suwitra (2006) antara lain adalah :

10 kata
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik,

bolisme, dan masukan diit berlebih.

b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi

produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

renin angiotensin aldosteron.

d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.

e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat,


kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang

abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan

nitrogen dan ion anorganik.

f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.

g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.

h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.

i. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

7. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

Klien CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus

sesuai dengan derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan

secara umum. Menurut (Sudoyo, 2015), sesuai dengan derajat penyakit

CKD dapat dilihat dalam tabel berikut :

a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.

b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.

c. Memperlambat pemburukan fungsi ginjal.Pencegahan dan terapi terhadap

penyakit kardiovaskular.
11
d. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.

e. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.

Tabel 2.2 Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai

dengan derajatnya.

Deraja LFG Rencana

t tatalaksana
(ml/mnt/1,73m
1 >90 Terapi penyakit dasar,
kondisi komoroid,

evaluasi pemburukan

fungsi ginjal,

memperkecil

resiko

kardiovaskular.
2 60-89 menghambat pemburukan

fungsi ginjal
3 30-59 evaluasi dan terapi

komplikasi
4 15-29 persiapan untuk terapi

pengganti ginjal
5 <15 terapi pengganti

ginjal

Sumber : Sudoyo, 2015.


12
a. Penatalaksanaa keperawatan

1) cairan

a) Klien yang tidak didialisa

Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-

500 ml (untuk menghitung kelebihan cairan rutin) ditambah

volume yang hilang lainya seperti urin, diare, dan muntah

selama 24 jam terakhir.


b) Klien dialisis

Pemasukan cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan

berat badan tidak lebih dari 0,45 kg/hari diantara waktu

dialisis. Ini umumnya akibat dari pemasukan 500 ml sehari

ditambah volume yang hilang melalui urin, diare dan

muntah.

2) Elektrolit

a) Klien yang tidak dialisis

Pemasukam kalium harus dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64

mEq)/hari pada dewasa dan sekitar 50 mg (1,9 mEq)/kg/hari

untuk anak- anak.

b) Klien yang didialisis

Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan

kadar natrium dan kalium serum normal pada Klien dengan

dialisis. selama CAPD (cronik ambulatory peritonial

dealysis), kalium yang dapat diberikan sekitar 2,7-3,1 g (70-

13
80 mEq)/kg/hari pada anak, untuk mempertahankan

keseimbangan cairan.

3) Diet rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir

metabolisme protein yang tidak dapat diekresikan ginjal.

4) Persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt:

a) Berikan informasi yang jelas pada klien karena sering

terjadi kesalah pahaman. Klien sering menganggap Operasi


AV-Shunt adalah pemasangan alat untuk HD padahal hanya

menyambungkan pembuluh darah yang ada pada tubuh

klien.

b) Batasan laboratorium untuk operasi AV-Shunt biasanya

direkomendasikan dari dokter penyakit dalam dan ahli

bedahnya. Selama ini Rekomendasi untuk Periksakan

laboratorium yaitu , Hb > 8 mg/dl, Trombosit dalam batas

normal, Gula Darah Sewaktu dalam batas normal untuk

klien tanpa riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus

dikonsultasikan lagi dengan ahli bedahnya. Lakukan

program free heparin sebelum dilakukan operasi, menurut

literatur sebaiknya heparin tidak diberikan 6-8 jam sebelum

operasi dan diharapkan tidak diberikan kembali setelah

12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi

mengering.

c) Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada

arteri radialis dan ulnaris untuk merasakan kuat tidaknya


14
aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke ahli bedah.

bila salah satu arteri (radilis/ ulnaris ) tidak teraba dan tidak

ditemukan dengan alat penditeksi (dopler) maka kontra

indikasi untuk dilakukan AV- Shunt.

b. Penatalaksanaa kolaboratif

1) Diuretik kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

2) Glikosida jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan


edema.

3) Kalsium karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati

osteodistropi ginjal dengan mengikat fosfat dan menambah

kalsium.

4) Anthi hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan

darah dan edema.

5) Famotidin dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.

6) Suplemen besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.

7) Eritropoitin sintetik untuk menstimulus sumsum tulang,

memproduksi sel darah merah.

8) Suplemen besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk

melawan efek hematologik.

9) Terapi dialysis (pengganti ginjal)

Dialysis digunakan untuk mengeluarkan produk sisa

cairan dan uremik dari tubuh bila ginjal tidak mampu

melakukanya.juga dapat digunakan untuk mengobati klien

dengan edema yang tidak meresponpengobatan lain, hepatic,


15
hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan dialysis peritonial,

untuk menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.

Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir

(partikel) memlalui membaran semipermeabel. Dialisis adalah

suatu tindakan yang dapat memulihkan keseimbangan cairan

dan elektrolit, mengendalikan keseimbangan asam-basa, dan

mengeluarkan sisa metabolisme dan bahan dari tubuh.

Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis, yaitu disfungsi,


osmosis, dan ultrafiltrasi. Disfungsi adalah pergerakan butir-

butir (partikel) dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat

yang berkonsentrasi rendah. Dalam tubuh manusia, hal ini

terjadi memlalui membran semipermeabel. Difusi menyebabkan

urea, kreatinin, adan asam urat dari darah klien masuk ke dalam

dialisiat.

Walaupun konsentrasi eritrosit dan protein da;lam darah

tinggi, meteri ini tidak dapat menebus membran semipermeabel

katrena eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul yang besar.

Osmosi menyangkut pergerakan air melakui membran

semipermeabel dari tempat yang berkonsentrasi rendah ke

tempat yang berkonsentrasi tinggi (osmolalitas). Ultrafiltrasi

adalah pergerakan cairan melalui membran semipermeabel

sebagai akibat tekanan gradien buatan. Tekanan gradien buatan

dapayt bertekanan positif (didorong) atauu negatif (ditarik).

Ultrafiltrasi lebih efisien daripada osmosisi dalam mengambil

cairan dan diterapkan dalam hemodialisa. Pada saat dialissi,

16
prinsip osmosis, dan difusi atau ultrafiltrasi digunakan secara

simultan atau persamaan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CKD

1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.


Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease

(CKD) menurut Doengoes, 2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC

NOC, 2015 sebagai berikut :

a. Demografi.

Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga

yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh

berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan

sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan

lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu

kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang

terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air

minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan

yang tidak sehat.

b. Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum CKD seperti DM,

glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi


17
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat

memicu kemungkinan terjadinya CKD.

c. Pengkajian Bio-psiko-Sosial

1) Aktivitas

istirahat

Gejala :

kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/


gelisah atau somnolen).

Tanda :

2) kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

Sirkulasi Gejala :

Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)

Tanda :

Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada

kaki, telapak tangan, nadi lemah dan halus, hipotensi ortostatik

menunjukkan hipovolemia yang jarang terjadi pada penyakit

tahap akhir, friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi

rasa) pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan

pendarahan.

3) Integritas

Ego

Gejala :

Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran

tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.


18
Tanda :

Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

perubahan kepribadian.

4) Eiminasi Gejala :

Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan

(malnutrisi). Anoreksia, Malnutrisi, kembung, diare,

konstipasi.
Tanda :

Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna.

Oliguria, dapat menjadi anuria.

5) Makanan / Cairan Gejala :

Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan berat badan

(malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa

metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia),

pengguanaan diuretik.

Tanda :

Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir).

Perubahan turgor kulit. Edem (umum, tergantung). Ulserasi gusi,

pendarahangusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak

subkutan, tampak tak bertenaga.

6) Neorose

nsasi

Gejala :
19
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom

Kaki, gelisah ; kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas

kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah

(neuropati perifer).

Tanda :

Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian,

ketikmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,


penurunan tingkat kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi otot,

aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.

7) Nyeri / Kenyamanan Gejala :

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk

pada malam hari.

Tanda :

perilaku berhati-hati dan gelisah.

8) Pernafasan Gejala :

nafas pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan /

tanpa sputum kental atau banyak.

Tanda :

takiepna, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman

(Pernafasan kusmaul). Batuk produktif dengan sputum merah

muda encer (edema paru).

9) Keamanan Gejala :

Kulit gatal ada / berulamngnya infeksi

Tanda : 20

Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia dapat secara

actual terjadi peningkatan pada klien yang mengalami suhu

tubuh lebihrendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon

imum) Ptekie, araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit

fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak

sendi, keterbatasan gerak sendi.

10) Seksualitas Gejala :


penurunan libido ; amenorea ; infertilitas.

11) Interaksi Sosial Gejala :

Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekeja,

mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

d. Pemeriksaan fisik

1) Penampilan / keadaan umum.

Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.

Kesadaran klien dari compos mentis sampai coma.

2) Tanda-tanda vital.

Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi

meningkat dan reguler.

3) Antropometri.

Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan

nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan

cairan.

4) Kepala.
21
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat

kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut

bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat

dan lidah kotor.

5) Leher dan tenggorok.

Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.


6) Dada

Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.

Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,

terdengar suaratambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat

pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.

7) Abdomen.

Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek,

perut buncit.

8) Genital.

Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini,

impotensi, terdapat ulkus.

9) Ekstremitas.

Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu, terjadi edema,

pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.

10) Kulit.

Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan

mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis. 22

2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney Disease

(CKD) menurut trucker, 2008; sudoyo, 2015.

1. Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume

normal, volume kosong atau rendah, proteiurea, penurunan klirens

kreatinin kurang dari 10 ml permenit menunjukan kerusakan ginjal

yang berat.
2. Hitungan darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit,

leukosit, peningkaanj SDP.

3. Pemerikasaan urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein,

sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.

4. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor,

natrium, klorida abnormal.

5. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.

6. EKG : distritmia

7. Poto polos abdomen, bias tampak batu radio opak

8. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak dapat

melewati filter glomerolus, disamping kekawatiran terjadinya

pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami

kerusakan.

9. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.

10. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui laju

filtrasi glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) /

CCT (Clearance Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :


23
CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )

72 x creatini serum

*) wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD menurut Huda

dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).


a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan

ginjal mengsekresi air dan natrium.

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

pembatasan diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.

c. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.

d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai

O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi

produk sampah dan prosedur dialysis.

f. Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia.

24
4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana asuhan keperawatan menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).

Tabel 2.3 Rencanan Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)

Fluid Management :
Definisi : Retensi cairan isotomik
Setelah dilakukan asuhan
1. Kaji status cairan ; timbang berat
meningkat keperawatan selama 3x24 jam
badan,keseimbangan masukan dan haluaran,
Batasan karakteristik : volume cairan seimbang.
turgor kulit dan adanya edema.
Kriteria Hasil:
 Berat badan meningkat pada
2. Batasi masukan cairan.
waktu yang singkat Nursing outcomes classification
3. Identifikasi sumber potensial cairan.
 Asupan berlebihan dibanding (NOC) : Fluid Balance

output  Terbebas dari edema, efusi, 4. Jelaskan pada klien dan keluarga rasional

 Tekanan darah berubah, anasarka pembatasan cairan.

tekanan arteri pulmonalis  Bunyi nafas bersih,tidak 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.

berubah, peningkatan CVP adanya dipsnea Hemodialysis therapy :

 Distensi vena jugularis  Memilihara tekanan vena 1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia
sentral, tekanan kapiler paru, darah (misalnya BUN, kreatinin, natrium,
 Perubahan pada pola nafas,
output jantung dan vital sign pottasium, tingkat phospor) sebelum
dyspnoe/sesak nafas,
normal. perawatan untuk mengevaluasi respon thdp
orthopnoe, suara nafas

abnormal (Rales atau terapi.

crakles), kongestikemacetan paru, 2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,

pleural effusion pernapasan, dan tekanan darah untuk

 Hb dan hematokrit menurun, mengevaluasi respon terhadap terapi.

perubahan elektrolit, 3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk

khususnya perubahan berat menghilangkan jumlah yang tepat dari cairan

jenis berlebih di tubuh klien.

 Suara jantung SIII 4. Bekerja secara kolaboratif dengan klien

untuk menyesuaikan panjang dialisis,


 Reflek hepatojugular positif
peraturan diet, keterbatasan cairan dan obat-
 Oliguria, azotemia
obatan untuk mengatur cairan dan elektrolit

 Perubahan status mental, pergeseran antara pengobatan.


kegelisahan, kecemasan

Faktor-faktor yang berhubungan :

 Mekanisme

pengaturan melemah

 Asupan cairan berlebihan

 Asupan natrium berlebihan


2 Gangguan nutrisi kurang Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)

dari kebutuhan Nutritional Management :


Setelah dilakukan asuhan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup 1. Monitor adanya mual dan muntah
keperawatan selama 3x24 jam
untuk keperluan metabolisme
nutrisi seimbang dan adekuat. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan
tubuh
Kriteria Hasil: dan perubahan status nutrisi.
Batasan karakteristik :
 Berat badan 20 % atau lebih di Nursing outcomes classification 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin,

bawah ideal (NOC) : Nutritional Status dan hematocrit level yang menindikasikan

 Dilaporkan adanya intake  Nafsu makan meningkat status nutrisi dan untuk perencanaan

makanan yang kurang dari treatment selanjutnya.


 Tidak terjadi penurunan BB
RDA (Recomended Daily 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
 Masukan nutrisi adekuat
Allowance) 5. Berikan makanan sedikit tapi sering.

 Membran mukosa dan  Menghabiskan porsi makan


6. Berikan perawatan mulut sering.
konjungtiva pucat  Hasil lab normal
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
 Kelemahan otot yang (albumin, kalium)
diet sesuai terapi.
digunakan untuk

menelan/mengunyah

 Luka, inflamasi pada rongga

mulut

 Mudah merasa kenyang, sesaat

setelah mengunyah makanan

 Dilaporkan atau fakta adanya


kekurangan makanan

 Dilaporkan adanya perubahan

sensasi rasa

 Perasaan ketidakmampuan

untuk mengunyah makanan

 Miskonsepsi

 Kehilangan BB dengan

makanan cukup
 Keengganan untuk makan

 Kram pada abdomen

 Tonus otot jelek

 Nyeri abdominal dengan atau

tanpa patologi

 Kurang berminat

terhadap makanan

 Pembuluh darah kapiler mulai

rapuh

 Diare dan atau steatorrhea

 Kehilangan rambut yang cukup

banyak (rontok)

 Suara usus hiperaktif

 Kurangnya

informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :

Ketidakmampuan pemasukan

atau mencerna makanan

atau mengabsorpsi

zat-zat

gizi berhubungan

dengan faktor biologis,

psikologis atau ekonomi.

3 Perubahan pola napas berhubungan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)

dengan hiperventilasi paru Respiratory Monitoring :


Setelah dilakukan asuhan
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
keperawatan selama 1x24 jam
usaha respirasi.
pola nafas adekuat.
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
Kriteria Hasil:
Nursing outcomes classification penggunaan otot tambahan, retraksi otot
(NOC) : Respiratory Status supraclavicular dan intercostal.

 Peningkatan ventilasi dan 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,


oksigenasi yang adekuat kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.

 Bebas dari tanda tanda 4. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /

distress pernafasan tidak adanya ventilasi dan suara tambahan.

 Suara nafas yang bersih, tidak Oxygen Therapy :

ada sianosis dan dyspneu 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles.
(mampu mengeluarkan
2. Ajarkan klien nafas dalam.
sputum, mampu bernafas
3. Atur posisi senyaman mungkin.
dengan mudah, tidak ada

pursed lips) 4. Batasi untuk beraktivitas.

 Tanda tanda vital dalam 5. Kolaborasi pemberian oksigen.

rentang

Normal
4 Gangguan perfusi jaringan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)

berhubungan dengan penurunan


Setelah dilakukan asuhan Circulatory Care :

suplai O2 dan nutrisi ke jaringan keperawatan selama 3x24 jam

sekunder. perfusi jaringan adekuat.


Kriteria Hasil: 1. Lakukan penilaian secara komprehensif

fungsi sirkulasi periper. (cek nadi


Nursing outcomes classification
priper,oedema, kapiler refil, temperatur
(NOC) : Circulation Status
ekstremitas).
 Membran mukosa merah
2. Kaji nyeri.
muda

3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan.


 Conjunctiva tidak anemis

4. Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih


 Akral hangat
rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
 TTV dalam batas normal.
5. Monitor status cairan intake dan output.

 Tidak ada edema


6. Evaluasi nadi, oedema.

7. Berikan therapi antikoagulan.


5 Intoleransi aktivitas berhubungan Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)

dengan keletihan anemia, retensi Activity therapy :


Setelah dilakukan
produk sampah dan prosedur 1. Monitor respon fisik, social dan spiritual.
asuhan keperawatan
dialysis.
selama 3x24 2. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan

jam Intoleransi aktivitas seperti kursi roda, krek.


3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas dapat teratasi. Kriteria
disukai.
Hasil:
4. Bantu klien/ keluarga untuk mengidentifikasi
Nursing outcomes classification
kekurangan dalam beraktivitas.
(NOC) : Circulation Status
5. Bantu klien untuk mengembangkan motivasi
 Mampu melakukan
diri dan penguatan.
aktivitas sehari-hari secara
6. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
mandiri.
medik
 Tanda-tanda vital normal

dalam merencakan program terapi yang tepat.


 Mampu berpindah dengan

atau tanpa bantuan alat.


 Sirkulasi status baik.

6 Resiko Kerusakan intregritas kulit Tujuan: Nursing intervensi classification (NIC)

berhubungan dengan efek uremia Setelah dilakukan asuhan Skin surveilance :

dan neuropati perifer. keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya tanda – tanda kerusakan

Resiko Kerusakan intregritas integritas kulit.

kulit tidak terjadi. 2. Monitor warna kulit.

Kriteria Hasil: 3. Monitor temperatur

4. Catat adanya perubahan kulit dan


membran mukosa.
Nursing outcomes classification
5. Ganti posisi dengan sering.
(NOC) : Circulation Status
6. Anjurkan intake dengan kalori dan
 Temperatur jaringan
protein yang adekuat
dalam rentang normal.

 Elastisitas dan

kelembaban dalam rentang

rentang normaal.

 Pigmentasi dalam

rentang normal.
6. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien

(Nursalam, 2008)

Pelaksanaan kepewatan

1. Menstimbangkan cairan

2. Memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Memenuhi pola nafas

4. Menstimbangkan perfusi jaringan

5. Mengstimbangkan aktivitas

6. Mengelastisikaskan integritas kulit

7. EVALUASI KEPERAWATAN

Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan

jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan antara tingkat

kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat kemajuan

kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya

menurut Nursalam (2008) sebagai berikut :


- Cairan seimbang.

- Nutrisi seimbang

- Pola nafas terpenuhi

- Perfusi jaringan seimbang

- Aktifitas seimbang

- Integritas Kulit teratasi

Anda mungkin juga menyukai