Anda di halaman 1dari 5

4.

Bahaya Sekunder
Berdasarkan data yang dipublikasikan, hingga saat ini sebagian besar infeksi Covid-19
bersifat ringan hingga sedang. Namun di satu sisi, angka kematian akibat penyakit ini pun
terus meningkat. Kematian tersebut banyak yang dipicu oleh bahaya sekunder dari Covid-19.
Ada berbagai penyakit yang bisa muncul sebagai komplikasi atau bahaya sekunder
dari infeksi virus corona. Selain yang berhubungan dengan pernapasan, penyakit jantung
serta kerusakan hati hingga ginjal juga bisa menjadi komplikasi Covid-19 yang perlu
diwaspadai. Tentu, tidak semua orang yang positif corona pasti akan mengalami komplikasi
parah. Hanya saja, beberapa kelompok individu memang berisiko lebih tinggi mengalami
komplikasi akibat infeksi Covid-19.
Bagi sebagian besar orang, gejala yang muncul akibat infeksi virus corona memang
dirasa tidak terlalu berat. Beberapa di antaranya bahkan bisa dirawat sendiri di rumah.
Namun sayangnya, tidak semua kondisi penderita infeksi ini dapat menjalani perawatan
sendiri di rumah hingga sembuh.Bagi kelompok individu rentan seperti lansia dan pengidap
penyakit penyerta seperti penyakit jantung atau diabetes, infeksi Covid-19 bisa berkembang
menjadi kondisi yang sangat parah. Mereka berisiko lebih tinggi mengalami bahaya sekunder
yang ditimbulkan oleh Covid-19, seperti di bawah ini.
1. Pneumonia
Pneumonia akan menyebabkan kantung udara yang ada di paru-paru meradang dan
membuat Anda sulit bernapas. Pada sebuah riset pada pasien positif Covid-19 yang
kondisinya parah, terlihat bahwa paru-parunya terisi oleh cairan, nanah, dan sisa-sisa atau
kotoran sel.Hal ini menghambat oksigen yang seharusnya diantarkan ke seluruh tubuh.
Padahal, oksigen sangat dibutuhkan agar berbagai organ di tubuh bisa menjalankan
fungsinya. Jika tidak ada oksigen, maka organ tersebut akan rusak.
2. Gagal napas akut
Saat mengalami gagal napas, tubuh tidak bisa menerima cukup oksigen dan tidak
dapat membuang cukup banyak karbon dioksida. Kondisi gagal napas akut terjadi pada
kurang lebih 8% pasien yang positif Covid-19 dan merupakan penyebab utama kematian
pada penderita infeksi virus corona.
3. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
ARDS adalah salah satu komplikasi corona yang cukup umum terjadi. Menurut
beberapa penelitian yang dilakukan di Tiongkok, sekitar 15% - 33% pasien
mengalaminya.ARDS akan membuat paru-paru rusak parah karena penyakit ini membuat
paru-paru terisi oleh cairan. Akibatnya, oksigen akan susah masuk, sehingga menyebabkan
penderitanya kesulitan bernapas hingga perlu bantuan ventilator atau alat bantu napas.
4. Kerusakan hati akut
Meski virus corona menyebabkan infeksi di saluran pernapasan, tapi komplikasinya
bisa menjalar hingga ke organ hati. Orang dengan infeksi corona yang parah berisiko paling
besar mengalami kerusakan hati.
5. Kerusakan jantung
Covid-19 disebut bisa menyebabkan komplikasi yang berkaitan dengan jantung.
Gangguan jantung yang berisiko muncul antara lain aritmia atau kelainan irama jantung, dan
miokarditis atau peradangan pada otot jantung.
6. Infeksi sekunder
Infeksi sekunder adalah infeksi kedua yang terjadi setelah infeksi awal dan tidak
berhubungan dengan penyakit yang awalnya diderita. Misalnya, Covid-19 adalah infeksi
yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Lalu, penderitanya kemudian mengalami infeksi
lain yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus atau streptococcus.Pada pasien Covid-19,
komplikasi ini jarang terjadi, tapi masih berpotensi untuk muncul. Sebagian ada yang ringan
dan bisa sembuh. Namun, sebagian lagi mengalami infeksi sekunder yang parah hingga
menyebabkan kematian.
7. Gagal ginjal akut
Komplikasi corona yang satu ini jarang terjadi. Namun saat muncul, komplikasi
tersebut bisa sangat berbahaya. Jika fungsi ginjal sampai terganggu, maka dokter mungkin
saja melakukan proses cuci darah hingga kondisi ini sembuh.Namun terkadang, kondisi ini
tidak bisa disembuhkan dan membuat penderitanya terkena gagal ginjal kronis dan butuh
perawatan jangka panjang.
8. Syok septik
Syok septik terjadi ketika respons tubuh terhadap infeksi malah salah sasaran. Jadi,
bukannya menghancurkan virus penyebab penyakit, zat-zat kimia yang dibuat tubuh justru
menghancurkan organ yang sehat.Jika proses ini tidak segera berhenti, tekanan darah akan
turun drastis hingga pada tahap yang berbahaya dan menyebabkan kematian.
9. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Penyakit ini akan membuat proses pembekuan darah terganggu. Sehingga, tubuh akan
membentuk gumpalan-gumpalan darah yang tidak pada tempatnya. Hal ini bisa menyebabkan
perdarahan pada organ dalam atau gagal organ vital (gagal ginjal, gagal hati, gagal jantung,
dan lainnya).Di Tiongkok, penyakit ini umum dialami oleh pasien yang meninggal akibat
infeksi Covid-19.
10. Rhabdomyolisis
Penyakit ini sebenarnya sangat jarang terjadi. Namun, para dokter dan peneliti menilai
penyakit ini perlu dimonitor pada pasien-pasien berisiko tinggi yang positif Covid-19.Pada
rhabdomyolisis, jaringan otot akan rusak dan mati. Hal ini menyebabkan protein dalam sel
yang disebut myoglobin menjadi tumpah memenuhi aliran darah. Jika ginjal tidak bisa
menyaring myoglobin dengan baik, maka akan terjadi kerusakan fungsi di tubuh dan
mengakibatkan kematian.

5. Pengenalan Kajian Resiko Bencana


Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan
potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda.
Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas
kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar,
kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.
Kajian risiko bencana dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :

Penting untuk dicatat bahwa pendekatan ini tidak dapat disamakan dengan rumus
matematika. Pendekatan ini digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara ancaman,
kerentanan dan kapasitas yang membangun perspektif tingkat risiko bencana suatu kawasan.
Berdasarkan pendekatan tersebut, terlihat bahwa tingkat risiko bencana amat bergantung
pada :
1. Tingkat ancaman kawasan;
Pada situasi pandemic covid-19 tingkat ancaman kawasan atau wilayah dapat dilihat
dari kriteria wilayah, dimulai dari wilayah berisiko :
 Zona Hijau (Tidak Terdampak)
 Zona Kuning (Risiko Rendah)
 Zona Orange (Risiko Sedang)
 Zona Merah (Risiko Tinggi)
2. Tingkat kerentanan kawasan yang terancam;
Pandemi Covid-19 merupakan bentuk bahaya (hazard) yang memiliki
potensi mengancam segala aspek kehidupan masyarakat, seperti sosial, ekonomi,
kesehatan, dan psikologis. Dampak pada masyarakat di Indonesia tentu tidak
berbeda jauh dengan masyarakat di negara lain yang juga sama sedang menghadapi
pandemi Covid-19. Kondisi kerentanan sosial (social vulnerability) menjadi realitas
nyata yang terjadi pada masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Kerentanan sosial menjadikan posisi ketahanan masyarakat (community resilience)
mengalami guncangan (shock) akibat pandemi Covid-19.
Ketahanan masyarakat berkaitan dengan kemampuan dari masyarakat untuk
dapat menggunakan sumber daya yang tersedia (seperti, teknologi, makanan,
pekerjaan, dan rasa aman-nyaman) dalam memenuhi kebutuhan dasar dan
menjalankan fungsi sosialnya. Namun kondisi saat ini justru menjadikan ketahanan
masyarakat mengalami kerentanan sosial. Kerentanan sosial membuat produktivitas
menurun, mata pencarian terganggu, dan munculnya gangguan kecemasan sosial di
masyarakat (seperti kepanikan).
Hal inilah yang bisa kita lihat mengapa instruksi mengenai  physical
distancing tidak berjalan dengan efektif. Sebab instruksi physical
distancing dianggap menciptakan kerentanan sosial pada masyarakat, khususnya
masyarakat yang memiliki status pekerjaan informal yang sumber pemasukan
ekonominya didapat sehari – hari dan tidak memiliki gaji pokok tetap (seperti
pedagang dan ojek online).
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional Badan Pusat Statistik
2019, jumlah masyarakat yang berstatus pekerja formal sebanyak 55.272.968 orang
dan masyarakat yang berstatus pekerja informal sejumlah 74.093.224 orang. Data
ini menunjukkan bahwa lebih banyak masyarakat yang bekerja di sektor informal,
dan inilah yang membuat mengapa masih banyak masyarakat tidak menjalankan
instruksi physical distancing, karena untuk mempertahankan ketahanan ekonomi
keluarganya.
Selain masalah pekerjaan, faktor lain yang membuat instruksi physical
distancing tidak efektif karena faktor karakteristik kultural masyarakat, dan
kebijakan pemerintah yang tidak tegas bahkan cenderung mempertontonkan ego
sektoral antar lembaga pemerintahan, baik pusat dan daerah.
3. Tingkat kapasitas kawasan yang terancam.

6. Kajian Resiko Bencana


Kajian Resiko Bencana merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan dan
besaran. Kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran
kerugian fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana
menjadi lebih efektif.
Pengkajian Risiko Bencana disusun berdasarkan indeks-indeks yang telah ditentukan.
Indeks tersebut terdiri dari Indeks Ancaman, Indeks Penduduk Terpapar, Indeks Kerugian
dan Indeks Kapasitas.
Komponen yang digunakan untuk indeks ancaman bencana Pandemic Covid-19
adalah peta bencana historis. Tingkat ancaman ditunjukkan dengan Peta Zonasi Risiko
Covid-19 :.

Berdasarkan Peta Zonasi Risiko Covid-19 diatas, daerah tingkat bahaya tinggi terdampak
pada 35 Kab/Kota dengan Zona Merah, 169 Kab/Kota dengan Zona Orange, 210 Kab/Kota
dengan Zona Kuning,52 Kab/Kota dengan Zona Hijau dan 48 Kab/Kota Tidak terdampak.
Dilansir pada Satuan Tugas Penanganan Covid-19 (04 September 2020),Jumlah penduduk
terpapar Covid-19 di Indonesia dapat ditunjukan sebagai berikut

Berdasarkan data diatas,total kasus virus corona di Indonesia menjadi 187.537 orang. Untuk
jumlah pasien yang sembuh bertambah sebanyak 2.126 orang,total pasien sembuh yakni
134.181 orang. Sedangkan 7.832 pasien positif virus corona dilaporkan meninggal dunia.
Jumlah tersebut bertambah dari pengumuman sebelumnya. Penyebaran virus corona di
Indonesia ini tersebar dalam 34 provinsi di Indonesia.

Referensi:
https://bnpb.go.id/berita/indeks-risiko-bencana-indonesia.

https://covid19.go.id/p/panduan/panduan-penggunaan-inarisk

https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/kmk-no-hk-01-07-menkes-413-2020-ttg-pedoman-
pencegahan-dan-pengendalian-covid-19/

Anda mungkin juga menyukai