Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KETIDAKBERDAYAAN

1. Definisi
Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA,2014).
Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu dengan kondisi depresi,
apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh individu baik verbal maupun non
verbal. Kondisi depresi merupakan salah satu masalah yang berakibat pada konsisi
psikososial dengan ketidakberdayaan. Kondisi ketidakberdayaan pada individu terjadi
bila individu tidak dapat mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal
tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut.
Dianalisa dari proses terjadinya, ketidakberdayaan bersal dari ketidakmampuan
individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang diawali dengan
perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres akan
menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju hipotalamus, kemudian
ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang
akan bertanggung jawab terhadap status emosional individu terhadap akibat dari
pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada
hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas
dan malas melakukan sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan,
kadang berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau merasa
gagal terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada lapisan luar adrenal
sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain gangguan pada struktur otak,
terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Neurotransmiter merupakan zat
kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan rangsang
tersebut (Struart & Laraia,2005).

2. Tanda dan gejala


Data subyektif :
a) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
b) Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
c) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
d) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
e) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
Data obyektif :
a) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
b) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan.
c) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
d) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.
e) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan.
f) Apatis dan pasif.
g) Ekspresi muka murung.
h) Bicara dan gerakan lambat.
i) Tidak berlebihan.
j) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
k) Menghindari orang lain.
a. Faktor predisposisi dan presipitasi
a) Biologis
1) Adanya perubahan status kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik yang
menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya: ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar).
2) Mengalami hospitalisasi.
3) Cidera fisik yang mengharuskan immobilisasi dan menyebabkan intoleransi
aktivitas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (misalnya : tidak bisa
berjalan pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi, tidak bisa mengetik dengan
maksimal karena tangan kanannya patah).

b) Psikologis
1) Pengalaman traumatis (khususnya dalam enam bulan terakhir) : cidera fisik
yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
2) Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh kegagalan
dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi.
3) Adanya ancaman terhadap konsep diri (harga diri dan perubahan peran).
4) Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang
ada.
5) Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain.
6) Kemampuan mengungkapkan masalah pada orang lain.
7) Tipe kepribadian yang dimiliki.
8) Adanya pengalaman tidak menyenangkan yang menyebabkan trauma
9) Motivasi: kurangnya dukungan dari orang lain.
10) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan (terlalu sedih).
11) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
menyerah/pesimis.
12) Persepsi individu yang buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain.
13) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi.

c) Sosial budaya
1) Usia: Pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang tinggi,
namu ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan memberikan
dampak yang besar pada keputusan yang diambilnya.
2) Pembatasan aktifitas oleh tim medis/keluarga akibat penyakit/trauma yang
diderita.
3) Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya.
4) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain,(mengungkapkan respon ketidakberdayaan dengan kesulitan
dalam hubungan interpersonal yang berakar dari keterbatasan fisiknya).
5) Agama dan keyakinan: kurangnya rasa percaya atas hal positif dari hikmah
kejadian yang diberikan Tuhan.
A. Kognitif
1) Lapang pandang menjadi sempit.
2) Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
3) Waspada dengan gejala fisiologis.
4) Bingung.
5) Takut akan konsekuensi yang abstrak.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Berfokus pada diri sendiri.
8) Kurang konsentrasi.
9) Gangguan perhatian.
10) Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam fungsi tubuh yang
mengalami gangguan.
11) Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Mengatakan takut kehilangan kontrol.

B. Afektif
1) Gelisah.
2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
3) Menangis.
4) Mengalami penyesalan.
5) Merasa tidak berdaya.
6) Berfokus pada diri sendiri.
7) Merasa bingung.
8) Ragu dan tidak percaya diri.
9) Merasa khawatir.
10) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11) Apatis.
12) Pesimis.
13) Mudah marah.

C. Fisiologis
1) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan.
2) Berat badan.
3) Wajah murung dan muka berkerut.
4) Suara bergetar dan kadang melemah / pelan.
5) Gangguan pola tidur (tidur berlebihan).
6) Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali.
7) Simpatik:
a) Anoreksia.
b) Mulut kering.
c) Wajah pucat.
d) Nadi dan tekanan darah turun.
e) Pupil menyempit.
f) Lemah.
g) Nafas pelan sesekali nafas dalam.
8) Parasimpatik:
a) Nyeri kepala (pusing).
b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi.
c) Letih.
d) Tidur berlebihan.
e) Lesu.

D. Perilaku
1) Gerakan pelan dan lemas.
2) Penurunan produktivitas.
3) Gelisah dan melihat hanya sepintas.
4) Kontak mata buruk.
5) Apatis.
6) Melamun.
7) Menunduk.
8) Memalingkan wajah.

E. Sosial
1) Bicara pelan dan lirih.
2) Menarik diri dari hubungan interpersonal.
3) Kurang inisiatif.
4) Menghindari kontak sosial dengan orang lain.
5) Menunjukkan sikap apatis.

F. Sumber Koping
a) Personal ability
1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
2) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
3) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
4) Kemampuan dalam memecahkan masalah.

b) Sosial support
1) Caregiver utama dalam keluarga.
2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.

c) Material asset
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses gangguan
fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi

d) Positive belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan: tidak
ada.
2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.

G. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya
sehingga dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami.
4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan
kondisi kesehatan.
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta
bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan
peran, konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan
diri, istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

3. Klasifikasi jika ada


4. Rentang Respon
Respon adaptif Respon maladaptif

Harapan, Kesempatan, Ketidak pastian, Bahaya, Tidak berdaya, Putus asa

5. Pohon Masalah

Koping individu tidak efektif

ketidakberdayaan

Kurang pengetahuan

6. Diagnosa Keperawatan

 Kurang pengetahuan
 Ketidakberdayaan
 Koping individu tidak efektif

7. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Intervensi Keperawatan

a. Tujuan Umum

Klien Menunjukkan kepercayaan kesehatan dengan kriteria: merasa mampu

melakukan, merasa dapat mengendalikan dan merasakan ada sumber-sumber

b. Tujuan Khusus:

Klien menunjukkan pratisipasi: keputusan perawatan kesehatan ditandai dengan:

- Mengungkapkan dengan kata-kata tentang segala perasaan ketidakberdayaan

- Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya

- Menghubungkan tidak adanya penghalang untuk bertindak

- Mengungkapkan dengan kata-kata kemampuan untuk melakukan tindakan yang

diperlukan

- Melaporkan dukungan yang adekuat dari oramg terdekat, termasuk teman dan

tetangga

- Melaporkan waktu, keuangan pribadi dan ansuransi kesehatan yang memadai

- Melaporkan ketersediaan alat, bahan, pelayanan dan transportasi

c. Rencana Intervensi Keperawatan

- Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat berpengaruh pada


ketidakberdayaan (misalnya: pekerjaan, aktivitas hiburan, tanggung jawab peran, hubungan
antar pribadi). Rasional: mengidentifikasi situasi/hal-hal yang berpotensi dapat
dikendalikan dan dapat digunakan sebagai sumber kekuatan/power bagi klien.

- Diskusikan dengan pasien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan


penjelasan untuk pilihan tersebut. Rasional: Memberikan kesempatan pada klien untuk
berperan dalam proses perawatan, termasuk untuk meningkatkan pemikiran positif klien, dan
meningkatkan tanggung jawab klien.

- Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas perawatan/rencana terapi.


Rasional: Pelibatan klien dalam proses pembuatan keputusan, mampu meningkatkan rasa
percaya diri.
- Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada pasien (jelaskan semua
prosedur, peraturan dan pilihan untuk pasien, berikan waktu untuk menjawab
pertanyaan dan minta individu untuk menuliskan pertanyaan sehingga tidak terlupakan).
Rasional: Meningkatkan kemampuan berpikir positif terhadap proses perawatan yang sedang
dijalani oleh klien, pelibatan klien dalam setiap pengambilan keputusan menjadi hal penting.

- Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupannya yang dapat dikendalikan (perasaan


cemas, gelisah, ketakutan).

Rasional: Kondisi emosi pasien mengganggu kemampuannya untuk memecahkan masalah.


Bantuan diperlukan agar dapat menyadari secara akurat keuntungan dan konsekuensi dari
alternative yang ada

- Bantu klien mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak dapat ia kendalikan. Diskusikan
dan ajarkan cara melakukan manipulasi untuk mengendalikan keadaan yang sulit
dikendalikan. Rasional: dorong pasien untuk mengungkapkan rasa yang berhubungan
dengan ketidakmampuan sebagai upaya mengatasi masalah yang tidak dapat terselesaikan.

- Bantu pasien mengidentifikasi faktor pendukung, kekuatan diri (baik dari diri sendiri,
teman, keluarga, dsb). Rasional pada pasien ketidakberdayaan factor pendukung dapat
mendukung dan menguatkan klien menghadapi masalah.

- Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien untuk menangani


keadaan dan sampaikan perubahan positif klien. Rasional: meningkatkan rasa percaya diri
klien terhadap kemampuannya.

- Biarkan pasien mengemban tanggung jawab sebanyak mungkin atas praktik perawatan
dirinya (dorong kemandirian pasien). Rasional memberikan pilihan kepada pasien akan
meningkatkan perasaannya dalam mengendalikan hidupnya.

- Berikan umpan balik positif untuk keputusan yang telah dibuat klien.
9. Strategi Pelaksanaan : Ketidakberdayaan klien

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

2. Diagnosa Keperawatan

Ketidakberdayaan

3. Tujuan Tindakan

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengenal masalah yang dialami

c. Mengidentifikasi kemampuan/ aspek positif

d. Melakukan kegiatan aspek positif yang telah disetujui

e. Memasukkan dalam jadwal kegiatan

4. Tindakan Keperawatan

a. Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan

ketidakberdayaan

b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, serta

memperluas kesadaran diri.

c. Membantu klien menilai kemampuan klien yang dapat dilakukan saat ini

d. Membantu klien memilih kegiatan saat ini yang akan dilatih sesuai dengan

kemampuan klien

e. Melatih kegiatan yang dipilih

f. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


B. Strategi Komunikasi

1. Fase Orientasi

a) Salam Terapeutik

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu. Perkenalkan, nama saya Siti Sarah Fauzia. Boleh
dipanggil Sarah. Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan yang sedang praktik di
kelurahan ini Bu. Nama Ibu siapa? Lebih senang dipanggil bagaimana?.”

b) Evaluasi Validasi

“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”

c) Kontrak

“baiklah selama 1 jam ke depan kita akan berbincang-bincang tentang apa yang dirasakan Ibu
agar kita saling mengenal. Bagaimana Bu bersedia? Tempatnya disini saja ya?”

2. Fase Kerja

“Saya perhatikan tadi Ibu terlihat sedih dan merenung, memangnya apa yang dirasakan Ibu
saat ini? O gitu pak jadi Ibu merasa tidak mampu. Pada saat apa biasanya Ibu merasa tidak
mampu dengan diri sendiri? Bagaimana dengan lingkungan sekitar Ibu, misalnya dari
keluarga Ibu, adakah hal-hal yang Ibu sukai dari mereka? Baiklah kalau begitu, sekarang
bisakah Ibu sebutkan kepada saya hal apa saja yang Ibu sukai dalam diri Ibu? Coba Ibu ingat-
ingat kembali kemampuan apa saja yang dapat Ibu lakukan? Sekarang bagaimana kalau saya
membantu Ibu untuk membuat daftar hal-hal positif dan kemampuan apa saja yang Ibu
miliki. Baiklah, tadi Ibu sudah menuliskan dan menyebutkan hal positif dan kemampuan
yang dimiliki. Iya bagus sekali pak. Disini, Ibu dapat melihat sendiri Ibu memiliki kelebihan
seperti orang lain, tapi tergantung Ibu juga, apakah ingin mengembangkan kemampuan
tersebut atau tidak. Menurut Ibu kemampuan-kemampuan tersebut perlu dikembangkan atau
tidak? Nah, setelah tadi kita menuliskan hal positif dan kemampuan yang Ibu miliki, menurut
Ibu kemampuan yang mana yang mampu untuk Ibu lakukan saat ini?. Wah iya bagus sekali
merapikan taman.”

3. Fase Terminasi

a) Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah tadi kita berbincang-bincang?”

b) Rencana Tindak Lanjut

“nanti Ibu dapat mempraktekkan kembali kemampuan positif yang sudah Ibu tulis.
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ya Bu?”

c) Kontrak yang akan datang

“nah untuk hari ini sampai disini dulu. Besok kita akan bertemu lagi dan membicarakan
tentang kemampuan positif lain yang Ibu miliki.saya pamit dulu. Assalamu alaikum”

STRATEGI PELAKSANAAN: KETIDAKBERDAYAAN (KELUARGA)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

2. Diagnosa Keperawatan

Ketidakberdayaan

3. Tujuan Tindakan

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengidentifikasi masalah dalam merawat klien

c. Menjelaskan proses terjadinya ketidakberdayaan pada klien

d. Menjelaskan tentang cara merawat klien dengan ketidakberdayaan

e. Berlatih cara merawat klien

4. Tindakan Keperawatan

a. Membantu keluarga mengidentifikasi masalah dalam merawat klien

b. Menjelaskan proses terjadinya ketidaberdayaan yang terjadi pada klien, tanda gejala, dan
faktor penyebab

c. Menjelaskan tentang cara merawat klien dengan ketidakberdayaan


d. Mengevaluasi kemampuan keluarga untuk merawat klien

B. Strategi Komunikasi

1. Fase Orientasi

a) Salam Terapeutik

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu. Perkenalkan, nama saya Siti Sarah Fauzia. Boleh
dipanggil Sarah. Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan yang sedang praktik di
kelurahan ini Bu. Nama Ibu siapa? Lebih senang dipanggil apa?.”

b) Evaluasi Validasi

“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”

c) Kontrak

“baiklah selama 1 jam ke depan kita akan berbincang-bincang tentang apa yang dirasakan ibu
agar kita saling mengenal. Bagaimana bu bersedia? Tempatnya disini saja ya?”

2. Fase Kerja

“nah, sebenarnya, apa yang ibu rasakan selama merawat Ibu? O jadi ibu merasa sedih dan
bingung tidak tahu harus bagaimana ya melihat Ibu yang jadi lebih pendiam. Jadi ibu, kondisi
Ibu yang muncul saat ini itu dikarenakan Ibu telah mengalami suatu kehilangan, dalam hal ini
kehilangan pekerjaan. Dengan Ibu yang menunjukkan sikap pasif, ragu-ragu, jarang
berinteraksi itu merupakan tannda dan gejala dari rasa ketidakberdayaan. Dalam hal ini ibu
harus memberikan dukungan kepada Ibu karena keluarga berperan penting dalam
meningkatkan motivasi Ibu. Selain itu, ibu perlu juga memberikan pujian atas kegiatan atau
peningkatan pada kondisi Ibu atau ketika Ibu mampu memutuskan untuk melakukan
kegiatan.”

3. Fase Terminasi

a) Evaluasi

“Bagaimana perasaan ibu setelah tadi kita berbincang-bincang?”

b) Rencana Tindak Lanjut


“nanti ibu dapat mencoba untuk memberikan dukungan dan pujian atas keberhasilan Ibu
ketika Ibu memutuskan untuk melakukan kegiatan”

c) Kontrak yang akan datang

“nah untuk hari ini sampai disini dulu ya bu. Besok kita akan bertemu lagi dan membicarakan
tentang cara merawat dan mengatasi kondisi Ibu secara langsung. saya pamit dulu. Assalamu
alaikum”
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, dkk. (2018). Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Mojokerto: Karya Bina
Sehat.

Azizah, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik
Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Nurhalimah..(2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan :


Kementerian Kesehatan RI

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Praktikum Keperawatan Jiwa. Jakarta
Selatan : Kementerian Kesehatan RI

Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SIKI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim pokja SLKI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :DPP PPNI

Carpenito, LJ. (2009). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis ed. 9. Jakarta:
EGC
NANDA Internasional. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014
terj. Made Sumarwati. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai