(INC) MATERNITAS
DISUSUN
NAMA : ALIFIAH
NIM : PO713201191054
PEMBIMBING
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
INTRANATAL CARE
A. Pengertian.
1. Intranatal Care atau Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelepasan plasenta (Varney, 2006: 672).
B. Tujuan INC :
1. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan dan sebagai dasar
untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.
2. Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat mengganggu kelancaran persalinan atau
segera mengetahui persalinan beresiko.
3. Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
C. Jenis Persalinan
a. Persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta tidak melukai ibu dan bayi
yang berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Persalinan buatan.
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding perut dengan operasi secio
caesaria.
c. Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan seperti
pemberian pitocin atau prostaglandin atau pemecahan ketuban.
a. Abortus.
Pengeluarana buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi dengan berat badan kurang dari
500 g.
b. Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan berat badan antara 500 g
dan 999 g.
c. Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat badan 1000 g dan 2499 g.
d. Partus matures / aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan BB 2500 g atau lebih
(Saifudin A.B dkk, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi I, Catatan I, Yayasan
Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo, Jakarta, 2006.)
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot
rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga menimbulkan his.
2. Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone
yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan
his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus, kehamilan sering
lama dari biasanya
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot – otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh
kepala janin maka akan menimbulkan his.
(Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39)
E. Gejala Persalianan.
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena robekan – robekan kecil
yang terjadi pada serviks
(Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39)
1. Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada primigravida kepala anak pada
bulan terakhir berangsur – angsur turun kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim
dan perut sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak kebawah
tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada permulaan persalinan.
3. Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan oleh bagian terbawah
janin.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang – kadang bercampur
darah
(Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39)
- sakit digerakkan
4/5 - bagian terbesar PAP
H I – II
belum masuk panggul
- bagian terbesar
3/5
H II – III kepala belum masuk panggul
- bagian terbesar
2/5
H III + kepala sudah masuk panggul
- kepala didasar
1/5
H III – IV panggul
- diperineum
HV
0/5
Keterangan :
H. Proses Persalinan
1. Kala I.
a. Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm)
2) fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9 cm, kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih perjam,
penurunan kepala dimulai.
c. Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 – 15 menit dan tidak seberapa
mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat berjalan
d. Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih
lama, lendir darah bertambah banyak.
b) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan faseaktif (dilatasi
serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis waspada).
a) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
b) Kecepatan pembukaan servuks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan fase aktif
( dilatasi serviks berada disebalah kanan garis waspada).
1) Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan.
Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan analgesik secukupnya.
3) Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang. Segera berikan
dextrose IV.
1) Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit) curigai adanya
gawat janin.
2) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna digolongkan
dalam malposisi atau malpresentasi.
2. Kala II
b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datngnya tiap 2 – 3 menit.
Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuningan
secara sekonyong – konyong dan banyak.
d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai didasar panggul, perineum
menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu his
berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau
his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang
oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat ini telah
lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar pintu. Karena pada
his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun – ubun besar, dahi dn mulut pad komisura posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi luar, sehingga kepala
melintang. Sekarang vulva menekan pad leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari
hidung anak keluar lendir dan cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan disusul oleh seluruh
badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang lebih 20 menit.
3. Kala III
b. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2 – 3
menit.
4. Kala IV
(Saifudin A.B dkk, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi I, Catatan I, Yayasan
Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo, Jakarta, 2006.)
1. Kala I :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas
kontraksi uterus.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat beradaptasi
terhadap nyeri
2) dengan KH :
3) Intervensi :
a) Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non verbal.
c) ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik pernapasan / relaksasi yang
tepat dan masses pinggang
d) Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung, tekanan sakral, perubahan
posisi.
e) Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas simpisis untuk menentukan ada
tidaknya distensi setelah blok syaraf.
f) Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi uterus setiap 30 menit.
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3 jam tidak terjadi cedera pada
janin
2) Dengan KH :
3) Intervensi :
a) Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring dan presentasi.
b) Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap kontraksi uterus.
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam tidak terjadi cedera pada maternal
2) Dengan KH :
a) Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah dimengerti.
b) Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari cedera.
3) Intervensi :
b) Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari meninggalkan klien tanpa
perhatian.
f) Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan, hindari makanan padat.
g) Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila ada dorongan untuk
mengejan.
d. Resti gngguan pertukran gas pada janin berhubungan dengan perubahan suplai O2 atau aliran
darah : anemia dan pendarahan sekunder
1) Tujuan :
2) dengan KH :
3) Intervensi :
a) Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang menurunkan sirkulasi uteroplasental.
e. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan dilatasi atau regangan dan hipoksia
jringan, tekanan mekanik dari bagian presentasi.
1) Tujuan :
2) dengan KH :
b) Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk mempertahankan kontrol, istirahat
diantara kontraksi.
3) Intervensi :
d) Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat mis : tiupan napas pendek
dan cepat.
j) Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan dan berikan reinforcement
untuk upaya klien / pasangan.
f. Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran balik vena,
hipovolemia, perubahan tahanan vskuler sistemik.
1) Tujuan :
2) dengan KH :
b) Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
3) Intervensi :
1) Tujuan :
2) dengan KH :
b) Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan pengeluaran plasenta.
3) Intervensi :
2. Kala II :
a. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif, penurunan masukan
1) Tujuan :
3) Intervensi :
b. Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif berulang. Trauma
jaringan, perslinan lama.
1) Tujuan :
2) dengan KH :
Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan fungsilaesa)
3) Intervensi :
c) Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan menggunakan tehnik aseptik.
3. Kala III :
a. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran pervaginam akibat atonia.
1) Tujuan :
2) Dengan KH :
a) Kontraksi uterus adekuat.
3) Intervensi :
f) Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran, insersi tali pusat dan
ketuban.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
setelah melahirkan.
1) Tujuan :
2) dengan KH :
3) Intervensi :
c) Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan salep topikal.
d) Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
4. Kala IV :
1) Tujuan :
3) Intervensi :
b) Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu dalam perawatan
bayi, sesuai kondisinya.
c) Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk menunjukkan ikatan
dan kedekatan dalam budaya khusus.
e) Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode pemulihan.
f) Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal dengan bayi baru lahir sesuai
kondisi ibu dan bayi.
b. Resti kekurangan cairan berhubungan dengan kelelahan atau kegagalan meometri dan
mekanisme homeostatic.