Anda di halaman 1dari 9

IDENTITAS DIRI REMAJA DILIHAT DARI BULLYING BODY

SHAMING YANG DITERIMA REMAJA

Triwik Hardiyanti1, Evin Novianti2


1
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan,
2
Dosen Keperawatan Program Studi Keperawatan Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Kampus I Jl. RS. Fatmawati Pondok Labu Jakarta Selatan, Kampus II Jl. Raya Limo Depok
Indonesia Telp : (021) 765 6971 Ext, 164 2017, Fax 7656904 Ps 230,
Email : triwik.hardiyanti@gmail.com e_nov78@yahoo.co.id

Abstract

Background : body shaming is an experience that a person has when his shortcomings are
considered bad by others because of his body shape. Body shaming behavior is verbal
bullying by insulting, harassing or mocking someone's body. Objectives : This study was
conducted to analyze the relationship of bullying body shaming with self identity in
adolescents at SMA Negeri 102 Jakarta. Methods: This study used a cross sectional design
and was conducted on 140 samples with a random sampling method. Data collection uses a
questionnaire consisting of 2 parts, namely bullying body shaming and self-identity that have
tested the validity and reliability. Results : Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara bullying body shaming dengan identitas diri (p value = 0,002) dan arah
hubungan positif dan kekuatan hubungan tersebut (r pearson = 0,258). Conclusions : There is
a relationship between bullying body shaming with self-identity.

Keywords : Adolescence, Bullying body shaming, Self Identity

PENDAHULUAN 2015). Masa remaja menurut Rosita,


Irmayanti, & Hendriana (2019) yaitu
Masa remaja itu peralihan dari seseorang yang usianya 12-21 tahun,
anak-anak ke orang dewasa dengan dibagi tiga fase, yaitu remaja awal 12
menghaadapi beragam tantangan dan hingga 15 tahun, usia remaja pertengahan
masalah dalam perkembangan. Banyak 15-18 tahun, dan usia 18-21 masa remaja
perubahan pada pubertas seperti akhir.
perubahan biologis, psikoseksual, Populasi remaja di dunia sejumlah
kognitif, moral, spiritual, bakat, bahasa 16 % atau sekitar 1,2 miliar yang berusia
dan psikososial (Ali & Asrori, 2010 10-19 tahun (UNICEF, 2019), dan di
dalam Afrilyanti, Herlina, & Rahmalia
Indonesia anak remaja sebanyak 2015) Hal ini didukung oleh pendapat
24.074.997 (Badan Pusat Staistik, 2018). Ramadhani dan Putrianti (2014) bahwa
Masa remaja dapat membuat efektivitas regresi dalam penelitian sebesar
keputusan secara mandiri tanpa campur 5,6%, yang berarti bahwa kepercayaan diri
tangan dari orang tua mereka. sebesar 5,6% ditentukan oleh citra diri dan
Pengambilan keputusan secara mandiri 94,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,
merupakan salah satu ciri atau dapat disimpulkan bahwa semakin besar
karakteristik suatu pembentukan identitas kepercayaan diri semakin besar citra diri
diri (Santrock, 2011). Identitas pada masa pada remaja akhir, sebaliknya semakin
remaja merupakan masalah penting pada rendah rasa percaya diri dan semakin
masa remaja. Identitas diri itu penilaian rendah citra diri pada remaja akhir. Adapun
yang berasal dari apa yang seseorang berbagai faktor yang mempengaruhi citra
pandang tentang dirinya. Seseorang yang tubuh termasuk faktor interpersonal.
mengidentifikasi dirinya yaitu seseorang Faktor interpersonal yaitu peran
yang ingin menetapkan siapa dan apa teman sebaya yang mempengaruhi citra
dirinya pada saat ini serta siapakah atau tubuh remaja seperti ejekan dari teman
apakah yang seseorang inginkan dimasa ataupun komentar yang buruk dari teman
depan. Identitas diri yaitu gagasan tentang bentuk tubuh, ukuran, dan
tentang diri anda atau citra diri, penampilan mereka (Smolak & Chun-
menentukan tujuan, nilai, dan Kennedy, 2015). Tekanan yang diberikan
kepercayaan seseorang (Afrilyanti, oleh teman sebaya menurut Smolak &
Herlina, & Rahmalia 2015). Chun-Kennedy (2015) tentang kecantikan
Seorang remaja dengan identitas diri dan bentuk tubuh akan mempengaruhi
yang positif akan menjadi remaja dengan pentingnya penampilan remaja untuk
identitas diri yang baik, memiliki persepsi menentukan citra diri secara keseluruhan.
positif tentang dirinya dan potensinya, Hal ini di dukung oleh pendapat (Febriyani
memiliki tingkat kepercayaan diri yang & Indrawati, 2016) dengan hasil
tinggi dan mempunyai tanggung jawab Penyesuaian teman sebaya yang tinggi,
yang tinggi, berani menghadapi masalah perilaku ancaman siswa juga semakin
dan menyelesaikannya, mampu mengatur tinggi dan sebaliknya, semakin
dan menjaga dirinya sendiri, mampu penyesuaian teman sebaya yang rendah,
menghadapi kegagalan, memiliki jiwa yang perilaku ancaman juga rendah pada siswa
stabil dan mencoba mengubah kesalahan kelas XI SMA Negeri 6 Semarang.
menjadi kesempatan dalam belajar (Sa’id, Kontribusi efektif koordinasi teman sebaya
terhadap perilaku perundungan siswa kelas Komisi Perlindungan Anak Indonesia
XI IPS SMA Negeri 6 Semarang yakni (KPAI), sekitar 253 kasus perundungan
20,1% dan sisanya 79,9% dijelaskan oleh verbal dan fisik ditemukan pada tahun
faktor lain. Pembicaraan yang tidak baik 2011 hingga 2016, termasuk dari 122 anak
dari teman sebaya menerima perlakuan yang menjadi korban dan 131 menjadi
body shaming pada remaja. pelaku. Kementerian Sosial telah menerima
Perilaku body shaming itu 967 kasus sejak Juni 2017, 117 diantaranya
merupakan ejekan verbal dengan merupakan kasus perundungan verbal dan
menghina, melecehkan atau mengejek fisik. Jumlah ini tidak termasuk dalam
tubuh seseorang (Dolezal, 2015). Body kasus perundungan yang belum dilaporkan.
shaming menurut Prameswari & Tohir Pada tahun 2018 data KPAI menunjukkan
(2018) merupakan komentar buruk pada bahwa dari total 455 kasus pada data
fisik seseorang, semacam tinggi, berat, bidang pendidikan, bahwa kasus
warna kulit, dan bentuk rambut seseorang. perundungan verbal dan fisik terdapat 161
Dalam masa pubertas, perubahan fisik kasus dan diantaranya yaitu 41 kasus
merupakan salah satu hal alami yang adalah kasus anak pelaku kekerasan dan
dialami remaja. perundungan, sekitar 228 kasus kekerasan
Berdasarkan penelitian (Hidayat, dan sisanya kasus tawuran pelajar dan
Malfasari, & Herniyanti 2019) remaja yang kasus anak korban kebijakan atau politik.
dapat disimpulakan bahwa remaja yang Situasi ini bahkan lebih mengkhawatirkan
mendapatkan perlakuan body shaming citra ketika kita tahu para pelaku perundungan,
dirinya negatif mereka menganggap serius baik perundungan tradisional (verbal dan
seseorang yang telah mencemooh mereka fisik) maupun cyberbullying didominasi
gendut ataupun kurus maka hal ini oleh remaja.
mempengaruhi citra dirinya negatif Dampak body shamng bisa terbwa
membuat rasa tidak percaya diri, merasa sampai dewasa, sehingga ia tidak percaya
malu dan bahakan ada yang tidak mau diri karena dia telah mengalami
makan. penghinaan fisik yang dia alami, sehingga
Di Indonesia sepanjang tahun 2018 ketika dia melihat fisiknya, dia dapat
terdapat 966 kasus penghinaan fisik atau membentuk citra negatif tentang dirinya
body shaming yang ditangani polisi. dan bisa jadi beberapa orang dewasa yang
Sekitar 347 kasus diselesaikan baik melalui pernah menjadi korban body shaming ini
penegakan hukum atau melalui mediasi berlarut-larut dengan image negatif yang
antara korban dan pelaku. Berdasarkan data menempel pada dirinya sehingga orang
tersebut pun jadi rendah diri (Sakinah, Mei sampai Juni 2020. Pengambilan sampel
2018). Karena itu, selaku masyarakat kita dilakukan dengan metode simple random

harus melindungi kedamaian demi sampling dengan jumlah 140 responden yang
memiliki kriteria sebagai berikut : Siswa/i yang
menghormati kelemahan satu sama lain
duduk dibangku kelas X jurusan IPA dan IPS di
dan menjauhi kata-kata atau perbuatan
SMA Negeri 102 Jakarta Siswa/i yang pernah
yang mengganggu kedamaian orang-
mengalami bullying body shaming.
orang disekitar kita dengan tidak
Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner
melakukan body shaming atau melalui form online yang terdiri dari dua bagian
menganggap body shaming hanya sebagai yaitu bullying body shaming dan identitas diri
candaan atau lelucon semata (Sakinah, yang telah dilakukan uji validitas dan
2018). reliabilitas.
Studi pendahuluan yang dilakukan
di SMA Negeri 102 Jakarta pada 10 PEMBAHASAN
siswa kelas X yang pernah menjadi
Tabel 1 Distribusi Rata-Rata Responden,
korban bullying body shaming. Hasil
Tahun 2020 (n=140)
studi pendahuluan menunjukkan bahwa 8 Karakte Mean SD 95% CI Min-
siswa/i yang diwawancari mengatakan ristik Max
Low Upp
pernah menjadi korban body shaming er er
Usia 15,84 0,47 15,7 15,9 15-
berupa ejekan atau sindiran yang 4 6 1 17
Bullying 63,98 14,8 61,5 66,4 29-
berdampak bagi mereka merasa sedih,
body 06 0 5 91
malu, tidak percaya diri dan malas untuk shaming
Identitas 163,3 17,9 160, 166, 109-
bergabung dalam suatu kegiatan diri 4 58 33 34 208
disekolah. Selain itu 2 siswa yang pernah
menjdi pelaku body shaming disebabkan Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil
karena mereka perpendapat bahwa itu bahwa rata-rata usia responden / siswa/i
hanyalah bercandaan saja. SMA Negeri 102 Jakarta adalah 15,84
Penelitian ini bertujuan untuk tahun dengan usia termuda yaitu 15 tahun
mengetahui hubungan bullying body dan usia tertua yaitu 17 tahun. Rata-rata
shaming dengan identitas diri pada bulying body shaming 63,98 standar
remaja di SMA Negeri 102 Jakarta. devisiasi 14,806. Nilai tertinggi yang
Desain penelitian yang digunakan pada diperoleh responden adalah 91, sedangkan
penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian
nilai terendah responden yaitu 29. Hasil
ini dilakukan di SMA Negeri 102 Jakarta.
analisis dapat disimpulkan bahwa 95%
Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan
diyakini rata-rata Bullying body shaming Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa
responden berada diantara 61,50 sampai karakteristik usia responden yang
dengan 66,45. rata-rata total skor identitas dihubungkan dengan identitas diri
diri responden sebesar 163,34 dengan menggunakan uji korelasi pearson
standar deviasi 17,958. Nilai tertinggi yang memiliki p value = 0,119, sehingga secara
diperoleh responden yaitu 208, sedangkan statistik dinyatakan tidak berhubungan.
nilai terendah responden adalah 109. Hasil remaja berusia 15-18 tidak memiliki
analisis dapat disimpulkan bahwa 95% pengaruh signifikan pada identifikasi diri,
diyakini rata-rata identitas diri responden karena pada tahap ini remaja mulai
berada diantara 160,33 sampai dengan membuat keputusan sendiri, lebih mampu
166,34. bertindak sebagai orang dewasa Suryadi
(2015). Remaja dibagi menjadi tiga
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden, Tahun 2020 (n=140) berdasarkan usia menurut (Monks et al.,
Karakteristik Frekuensi Persentase 2014) yaitu remaja awal dengan rentang
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 50 35,7% usia 12-15 tahun, remaja tengah 15-18
b. perempuan 90 64,3% tahun dan remaja akhir 18-21 tahun. Pada
setiap tingkat, ada perubahan yang berbeda
Pada tabel 2 di atas dapat diketahui
dalam perilaku fisik, kognitif dan
gambaran karakteristik responden pada
sosioemosional.
siswa/i SMA Negeri 102 Jakarta dengan
Hal ini juga didukung oleh teori
kategori jenis kelamin didapatkan bahwa
(Batubara, 2016) yang menjelaskan bahwa
responden laki-laki sebanyak 50 orang
remaja yang berada pada tahap periode
(35,7%), sedangkan perempuan sebanyak
Late Adolescent dimulai pada usia 18
90 orang (64,3%). Maka dalam penelitian
tahun menunjukan adanya perubahan
ini mayoritas responden remaja di Sekolah
psikososial yaitu identitas diri menjadi
SMA Negeri 102 Jakarta adalah
lebih kuat, mampu memikirkan ide,
perempuan.
mampu mengekspresikan perasaan dengan
Tabel 3 Hubungan Usia dengan Identitas kata-kata, lebih menghargai orang lain,
Diri, Tahun 2020 (n=140) lebih konsisten terhadap minatnya, bangga
Variabel R P value N
Usia dengan 0,132 0,119 140 dengan hasil yang dicapai, selera humor
Identitas lebih berkembang, serta emosi lebih stabil.
Diri
wanita hanya dengan pernikahan, jadi
Tabel 4 Hubungan Jenis Kelamin dengan
sekarang harapan pria dan wanita relatif
Identitas Diri, Tahun 2020 (n=140)
Jenis Mean SD P N sama dan sejajar sehingga dalam
Kelamin Value
Laki-Laki 165,02 19,7 0,410 140
pencapaian identitas dirinya, baik remaja
31 perempuan maupun remaja laki-laki dapat
Perempuan 162,40 16,9
37 bersaing secara sehat (Chairani, 2018).

Berdasarkan tabel 4, rata-rata Tabel 5 Hubungan Bullying body shaming


identitas diri responden laki- laki sebesar dengan Identitas Diri, Tahun 2020 (n=140)
165,02 sementara responden perempuan Variabel R P value N
Bullying 0,258 0,002 140
mempunyai rata-rata identitas diri 162,40. Body
Selain itu, diperoleh nilai p-value sebesar Shaming
Dengan
0,410 yang berarti nilai p-value > 0,05, Identitas
maka secara statistik menunjukkan tidak Diri
ada perbedaan bermakna antara jenis
Berdasarkan tabel 4, diperoleh nilai
kelamin dengan identitas diri.
p-value sebesar 0,002 (<0,05) yang
Hasil penelitian ini didukung dengan
menunjukan adanya korelasi atau
penelitian (Husni & Eko, 2013) ) untuk
hubungan bermakna antara bullying body
menemukan bahwa jumlah laki laki 42
shaming dengan identitas diri. Nilai
responden pria yang disurvei lebih sedikit
korelasi pearson 0,258 yang menunjukkan
dari 88 responden wanita. Berdasarkan
bahwa hubungan bullying body shaming
data, ditemukan bahwa remaja perempuan
dengan identitas diri sedang dan bernilai
memiliki identitas diri yang lebih tinggi
positif.
daripada remaja laki-laki. Nilai rata-rata
Identitas diri adalah kesadaran
untuk wanita adalah 126,50 dan untuk pria
individu untuk menempatkan diri dan
129,59. Sehingga dapat dapat
memberi arti pada dirinya sebagai seorang
menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
sebagai orang yang unik, memiliki
dalam identitas diri antara remaja
kepercayaan yang relatif kuat, dan
perempuan dan laki-laki dengan variabel
memainkan peran penting dalam konteks
identitas diri. Hal ini mungkin kenyataan
kehidupan sosial (Purwanti, 2013).
bahwa harapan sosial untuk anak laki-laki
Identitas diri meliputi karakteristik diri,
dan perempuan telah berubah. Oleh karena
memutuskan menentukan apa yang penting
itu, di masa lalu diharapkan bahwa pria
dan apa yang harus dilakukan untuk masa
akan mencapai cita-cita tertentu, dan
depan, dan tindakan standar untuk menilai gangguan makan, menghargai terhadap
perilaku dirinya (Husni & Eko, 2013). tubuhnya sendiri berkurang, seseorang
Faktor yang mempengaruhi yang mengalami perlakuan body shaming
pembentukan identitas diri diantaranya faktor paling berpengaruh dalam
adalah self body image. Tahap pembicaraan orang lain atau perasaan
perkembangan mempengaruhi terhadap teman-teman mereka, sehingga
proses pembentukan identitas diri karena menyebabkan citra tubuhnya negatif, jika
keadaan fisik (body) pada tahap seseorang memiliki citra tubuh yang positif
perkembangan remaja. body image adalah bisa menganggap hinaan dari orangorang
gambaran mental seseorang terhadap tersebut hanya lelucon.
bentuk dan ukuran tubuhnya, yaitu Pengalaman body shaming membuat
bagaimana seseorang memahami dan orang untuk menyelesaikan proses
mengevaluasi apa yang ia pikirkan dan sehingga mereka dapat untuk dapat
rasakan sesuai dengan ukuran dan bentuk menghargai dan mengapresiasi tubuh
tubuhnya dan bagaimana orang lain sendiri apa adanya atau disebut dengan
memandangnya sebagai perlakuan body body positivity. Meski dapat dikatakan
shaming yang diterima (Rosidi, 2009). menerima apa adanya dan belajar
Perlakuan body shaming adalah menghargai tubuh, namun banyak remaja
pengalaman emosional yang dirasakan perempuan yang melawan body shaming
seseorang ketika pekerjaan yang dia masih melakukan kegiatan yang bertujuan
lakukan tidak sesuai dengan apa yang merubah atau memperbaiki penampilan
diharapkan dari dirinya atau maupun tubuh mereka. Seperti tidak lagi
lingkungannya, dan orang itu tahu bahwa harus menahan diri makan karena takut
orang lain mengetahui situasinya. menjadi gemuk, tetapi cobalah untuk
Perlakuan body shaming ini berkembang terlihat cantik dan menarik dengan riasan.
dan berfungsi tidak hanya sebagai perasaan Mengatakan pengalaman body shaming
tetapi juga sebagai bentuk kepercayaan menjadi motivasi namun masih merasa
diri, yang dapat timbul dari kebencian pada sensitif akan hal-hal berkaitan dengan
individu (Marta, 2016). Perlakuan body bentuk maupun ukuran badan. Ada juga
shaming dalam penelitian (Hidayat, yang merasa kesal saat mendapat body
Malfasari, & Herniyanti , 2019) dapat shaming namun tetapi tidak membuat
mempengaruhi citra tubuh yang negatif perubahan pada penampilan atau tubuh
dari rasa malunya tersebut menjadikan mereka, dan ada beberapa yang tidak
seseorang yang mengalami body shaming memiliki masalah dengan tubuh mereka,
tetapi masih percaya bahwa mereka harus maka secara statistik menunjukan tidak ada
memiliki tubuh yang baik (Fauzia & perbedaan bermakna antara jenis kelamin
Rahmiaji, 2019). dengan identitas diri. Sedangkan
Penelitian ini menemukan bahwa didapatkan hasilp value 0,002 yang berarti
terdapat hubungan bullying body shaming nilai (p value < 0,05). Ini berarti H0 ditolak
dengan identitas diri pada remaja. Dalam dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
studi pendahuluan menemukan bahwa hubungan antara bullying body shaming
sekolah membuat bimbingan konseling dan dengan identitas diri pada remaja di SMA
sosialisasi untuk setiap siswa sehubungan Negeri 102 Jakarta. Hubungan antar kedua
dengan maraknya bullying di sekolah pada variabel adalah hubungan positif yang
remaja. Jika didapatkan adanya tindakan berarti semakin tinggi bullying body
yang fatal maka hendaknya bagi institusi shmaing maka akan semakin tinggi
keperawatan khususnya keperawatan jiwa identitas diri pada remaja.
dapat berperan sebagai edukator kepada
para remaja tentang identitas diri pada REFERENSI
remaja yang menjadi korban bullying Afrilyanti, Herlina, & Rahmalia, S. 2015.
Hubungan Pola Asuh Orangtua
khususnya body shaming sebagai upaya
dengan Status Identitas Diri Remaja.
tindakan preventif untuk mencegah adanya JUrnal Online Mahasiswa, 2(2), 1–9.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMP
dampak negatif pada identitas dir sehingga
SIK/article/view/8251
perkembangan remaja dapat berjalan
Ali, M., & Asrori, M. 2010. Psikologi
dengan optimal dan maksimal. Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Edisi ke 6. Jakarta : Media Grafika.

KESIMPULAN Badan Pusat Staistik. 2018. Statistik


Indonesia 2018: Statistical yearbook
Berdasarkan hasil analisa dan of Indonesia 2018. Jakarta : Badan
penelitian mengenai hubungan bullying Pusat Statistik.

body shamig dengan identitas diri di SMA Batubara. J.R.L. 2016. Adolescent
Development (Perkembangan
Negeri 102 Jakarta, menggunakan Uji Remaja). Sari Pediatri Vol. 12 No. 1.
Kolerasi Pearson didapatkan hasil dari data Chairani, L.-. 2018. Body Shame dan
demografi yang diperoleh dari nilai p value Gangguan Makan Kajian Meta-
Analisis. Buletin Psikologi, 26(1), 12–
0,119 ( > 0.05) yang menunjukan tidak 27.
adanya korelasi atau tidak ada hubungan https://doi.org/10.22146/buletinpsikol
ogi.27084
bermakna antara usia dengan identitas diri.
Damanik, Tuti .M. 2018. Skripsi:
Selain itu diperoleh nilai p value sebesar Dinamika Psikologis Perempuan
0,410 yang berarti nilai p value > 0,05, Mengalami Body Shame. Akses pada
tanggal 23 November 2018 pukul Proceeding of Art & Design, 5(3), 1–
13.00 WIB. 12.
https://repository.usd.ac.id/30840/2/1
19114172_full.pdf Purwanti, F. 2013. Developmental and
Clinical Psychology. IDENTITAS
Dolezal. 2015. The Body and Shame: DIRI REMAJA PADA SISWA KELAS
Phenomenology, Feminism, and the XI SMA NEGERI 2 PEMALANG
Socially Shaped Body’. DITINJAU DARI JENIS KELAMIN,
1(1), 21–27.
Fauzia, tri fajariani, & Rahmiaji, lintang
ratri. (2019). MEMAHAMI Ramadhani, T. N., & Putrianti, F. G. 2014.
PENGALAMAN BODYSHAMING Hubungan antara kepercayaan diri
PADA REMAJA PEREMPUAN. dengan citra diri pada remaja akhir.
Memahami Pengalaman Body 4(2), 22–32.
Shaming Pada Remaja Perempuan.
Rosita, T., Irmayanti, R., & Hendriana, H.
Febriyani, Y. A., & Indrawati, E. S. 2016. 2019. Body Shame pada Siswa.
KONFORMITAS TEMAN SEBAYA Journal of Innovative
DAN PERILAKU BULLYING PADA Counseling:Theory, Practice &
SISWA KELAS XI IPS. 5(1), 138–143. Research, 3(2), 76–82.
Hidayat, R., Malfasari, E., & Herniyanti, Sa’id, M. 2015. Mendidik Remaja Nakal.
R. 2019. Hubungan Perlakuan Body Yogyakarta : Penerbit Semesta
Shaming Dengan Citra Diri Hikmah.
Mahasiswa. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 7(1), 79. Sakinah. 2018. “ Ini Bukan Lelucon ”:
https://doi.org/10.26714/jkj.7.1.2019. Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak
79-86 dan Cara Mengatasinya. 1, 1.

Husni, M. A., & Eko, I. 2013. Identitas Santrock, J. W. 2011. Adolescence. Boston,
Diri Ditinjau Dari Kelekatan Remaja USA : McGraw Hill.
Pada Orang Tua Di SMKN 4 Smolak, I., & Chun-Kennedy, C. 2015.
Yogyakarta. Jurnal SPIRITS, Vol. 3, Sociocultural influences on the
No.2, Mei 2013. 1-92, 3(9), 1–92. development of eating disorders and
https://doi.org/10.1017/CBO9781107 obesity. VA: American Counseling
415324.004 Association Press.
Marta, S. 2016. Eating Behaviors UNICEF. 2019. UNICEF DATA:
Exploring the effect of external shame Monitoring the SItuation of Children
on body appreciation among and Women.
Portuguese young adults : The role of
self-compassion. Eating Wong, D. . 2014. Buku Ajar Keperawatan
Behaviors,23, 174–179. Pediatrik. Jakarta : EGC.
https://doi.org/10.1016/j.eatbeh.2016.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P., &
Haditono, S. R. 2014. Psikologi
perkembangan: Pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Prameswari, A., & Tohir, M. 2018.
Perancangan Kampanye Cegah Body
Shaming Pada Remaja Perempuan. E-

Anda mungkin juga menyukai