Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
41201097000019
JAKARTA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang utama dan penting bagi manusia agar dapat bertahan
hidup dan mapu melakukan aktivitas. Kesehatan juga merupakan hak bagi seluruh
masyarakat Indonesia dan salah satu indikator keberhasilan pemerintah bila tingkat kesehatan
masyarakat terjamin. Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa setiap
kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan. Bentuk dari sumber daya di bidang kesehatan adalah sediaan farmasi dan alat-
alat kesehetan
Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mendirikan fasilitas pelayanan
kesehatan, agar masyarakat dapat mengakses kebutuhan kesehatan.Fasilitas pelayanan
kesehatan salah satu jenis layanan publik merupakan ujung tombak dalam pembangunan
kesehatan masyarakat.
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat adalah
apotek. Apotek merupakan salah satu tempat dalam melakukan pekerjaan kefarmasian
seorang apoteker. Tertuang pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dikatakan bahwa, apoteker merupakan tenaga
kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian, dimana pekerjaan kefarmasian
didefinisikan sebagai pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.
Berdasarkan Peraturan Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 terlihat bahwa pekerjaan
kefarmasian tidak hanya berfokus pada pengelolaan sediaan farmasi tetapi juga berupa
pelayanan kefarmasian kepada pasien. Pergeseran paradigma mengenai pelayanan
kefarmasian ini berubah pada pelayanan kefarmasian yang terfokus pada pengelolaan obat
(drug-oriented) telah menjadi pelayanan kefarmasian yang terfokus kepada pasien (patient
oriented )yang dilakukan dengan kegiatan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care).
Kegiatan pharmaceutical care atau asuahan kefarmasian ini juga merupakan salah satu
standar pelayanan kefarmasian di apotek yang disebutkan pada Peraturan Pemerintah No 73
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasain di Apotek. Pharmaceutical care atau
asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang dilakukan oleh apoteker
terhadap pasien dalam melakukan terapi pengobatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan pasien. Apoteker berperan dalam memberikan konsultasi, informasi dan edukasi
(KIE) dan konseling terkait terapi pengobatan yang dijalani pasien, mengarahkan pasien
untuk melakukan pola hidup sehat sehingga mendukung agar keberhasilan pengobatan dapat
tercapai, dan melakukan monitoring hasil terapi pengobatan yang telah dijalankan oleh pasien
serta melakukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain yang tentunya bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (ISFI, 2000). Hal tersebut menegaskan peran apoteker
untuk lebih berinteraksi dengan pasien, lebih berorientasi terhadap pasien dan mengubah
orientasi kerja apoteker yang semula hanya berorientasi kepada obat dan berada di belakang
layar menjadi profesi yang bersentuhan langsung dan bertanggungjawab terhadap pasien.
Berkenaan dengan hal itu institusi pendidikan Profesi Apoteker berperan penting
dalam membekali sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten demi
menghasilkan apoteker yang profesional, terampil, berwawasan luas dan siap berkompetensi
di lapangan. Adanya Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kita Lampung ini
merupakan bentuk nyata yang dilakukan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerja sama dengan Apotek Kita Lampung
sebagai media pembelajaran di lapangan untuk membekali para calon Apoteker sehingga
dapat profesional, terampil dan kompeten di bidangnya.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan di Apotek Kita Bandar
Lampung bertujuan untuk:
1. Memberikan pengalaman belajar yang nyata kepada peserta PKPA untuk mencapai
kompetensi lulusan sebagai apoteker
2. Meningkatkan keterampilan peserta PKPA dalam memberikan pelayanan farmasi di
Apotek
3. Memberikan fasilitas kepada peserta PKPA untuk melihat gambaran nyata tentang
permasalahan praktek dan pekerjaan kefarmasian di Apotek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Apotek
2.1.1. Definisi Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
tentang Apotek menyebutkan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Sedangkan fasilitas kefarmasian adalah sarana
yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016
tentang standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta pelayanan farmasi klinik.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan
dan pelaporan. Sedangkan pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian Resep, dispensing,
Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, Pelayanan Kefarmasian di rumah (home
pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat
(MESO).
c. Bangunan
Bangunan apotek harus aman, nyanan, dan mudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien
serta melindungi dan aman bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan
lanjut usia. Apotek juga harus dibangun secara permanen, dapat berupa bagian dari pusat
perbelanjaan, apartemen, atau berupa bangunan terpisah.
d. Sarana, prasarana dan peralatan
Apotek harus memiliki ruangan/sarana yang berfungsi sebagai :
1) Penerimaan Resep
Ruangan penerimaan resep dapat berupa konter yang terletak di bagian depan agar mudah
terlihat oleh pengunjung. Pada ruangan ini biasanya dilengkapi oleh seperangkat meja kursi
dan komputer.
2) Pelayanan Resep dan Peracikan
Ruang racik biasanya terletak di bagian dalam apotek dengan pencahayaan dan sirkulasi
udara yang baik. Pada ruangan ini biasanya terdiri dari meja racik, peralatan racik, lemari
pendingin, etiket dan label siap tempel, dan lain-lain.
3) Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Ruangan ini dapat berupa konter, untuk memaksimalkan penggunaan tempat, konter
penyerahan obat dapat digabung dengan konter penerimaan resep.
4) Konseling
Ruang konseling biasanya dibutuhkan jika pasien merasa kurang nyaman diberi konseling di
konter penyerahan obat. Ruang konseling biasanya terdapat seperangkat meja kursi, lemari
dan buku referensi, leaflet, poster, alat bantu/peraga konseling, buku catatan konseling dan
formulir catatan pengobatan pasien.
5) Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Ruang penyimpanan berfungsi untuk memastikan sediaan farmasi dan alat kesehatan
disimpan dengan baik sehingga kualitasnya terjaga. Ruangan juga harus memiliki sanitasi,
suhu, kelembaban dan tata udara yang baik.
6) Arsip
Ruang arsip diperlukan untuk menyimpan resep, catatan pengobatan pasien, dokumen terkait
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan
kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Apotek sebaiknya memiliki ruang untuk
mendukung kenyamanan pengunjung dan meningkatkan daya tarik pengunjung: seperti ruang
tunggu, display obat bebas, ruang praktik dokter, toilet dan musholla. (Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017).
2.2 Penyelenggaraan
Apotek menyelenggarakan fungsi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 9 Tahun 2017) :
A. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai Apotek hanya
dapat menyeahkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai kepada :
1) Apotek lainnya
2) Puskesmas
3) Instalasi farmasi rumah sakit
4) Instalasi farmasi klinik
5) Dokter
6) Bidan praktik mandiri
7) Pasien
8) Masyarakat
B. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas Apotek wajib memasang papan nama
yang terdiri atas :
1) Papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama Apotek,
nomor SIA, dan alamat
2) Papan nama praktik apoteker, yang memuat paling sedikt informasi mengenai nama
apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik apoteker.
3) Papan nama harus dipasang di dinding bagian depan bangunan atau dipancangkan di
tepi jalan, secara jelas dan mudah terbaca.
4) Jadwal praktik apoteker harus berbeda dengan jadwal praktik apoteker yang
bersangkutan di fasilitas kefarmsian lain.
Setiap apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak
pasien dan mengutamakan kepentingan pasien. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
Apotek harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Contoh: Parasetamol.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa
empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan memuat
pemberitahuan berwarna putih hitam (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
Klinik, 2006).
Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika Golongan II adalah Narkotika
berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
2.3.2.1 Peredaran
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang diedarkan harus memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Peredaran terdiri dari penyaluran dan
penyerahan.Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan yang berlaku untuk masing-masing Narkotika,
Psikotropika, atau Prekursor Farmasi. Surat pesanan Narkotika, Psikotropika, atau
Prekursor Farmasi harus terpisah dari pesanan barang lain.
2.3.2.2 Penyimpanan
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa
gudang, ruangan, atau lemari khusus. Syarat lemari khusus yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan yaitu:
2.3.2.3 Pemusnahan
Pemusnahan yang dilakukan oleh pihak ketiga, wajib disaksikan oleh pemilik
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dan saksi. Kegiatan pemusnahan diakhiri
dengan pembuatan Berita Acara Pemusnahan (BAP) rangkap 3 dan disampaikan kepada
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, dan Kepala Badan/Kepala Balai
POM.
2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016).
2.4.1 Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.
2.4.2 Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.4.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
2.4.4 Penyimpanan
a. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang tanggal kedaluwarsa.
b. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang menyebabkan kontaminasi.
d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas
terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
e. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In
First Out).
2.4.6 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurangkurangnya memuat nama Obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
d. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan
yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif,
serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan informasi
secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi informasi dan bersedia
berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Obat.
f. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesi
melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD).
g. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam mengumpulkan
informasi Sediaan Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian dan memanfaatkannya
pengembangan dan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian.
2.6.2 Sarana dan Prasarana
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana Apotek dapat
menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
kelancaran praktik Pelayanan Kefarmasian. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
menunjang Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017):
a. Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan Resep,
1 set meja dan kursi, serta 1 set komputer. Ruang penerimaan Resep ditempatkan pada
bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
b. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan (Produksi Sediaan Secara Terbatas)
Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas meliputi
rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan sekurang-
kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral)
untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer
ruangan, wastafel untuk mencuci, blanko salinan Resep, etiket dan label Obat. Ruang
ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup dan dilengkapi
dengan pendingin ruangan (air conditioner) agar suhu udara tetap terkontrol dan tidak
merusak obat.
c. Ruang Penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan Resep.
d. Ruang Konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi konseling,
lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan
konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
e. Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban,
ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Ruang
penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan
(AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,
lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
f. Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
C. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Survei dilakukan oleh
apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap mutu pelayanan dengan menggunakan
angket/kuesioner atau wawancara langsung. Contoh: tingkat kepuasan pasien.
D. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan menggunakan cecklist
atau perekaman. Observasi dilakukan oleh berdasarkan hasil monitoring terhadap seluruh
proses pelayanan farmasi klinik. Contoh : observasi pelaksanaan SPO pelayanan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah dan Lokasi Apotek
Apotek Kita adalah salah satu apotek swasta besar yang berada di Kota Bandar
Lampung. Lokasi Apotek Kita yaitu di jalan Teuku Umar No. 93 Penengahan, Kedaton.
Apotek ini terbilang berada di wilayah pusat kota, mudah di cari serta berada di pinggir
jalan raya. Tidak hanya itu, Apotek Kita juga belokasi tidak jauh dari Rumah Sakit milik
Pemerintahan Provinsi Lampung dan Rumah Sakit milik TNI yang mendukung lokasi
Apotek ini semakin strategis.
Apotek Kita telah berdiri selama 12 tahun, tepatnya tanggal 27 November 2008
yang didirikan oleh ibu Faulina Haryani, S.Si sebagai Pemegang Saham Apotek (PSA)
yang bekerja sama dengan ibu apt. Yetri Darnas, S.Si selaku Apoteker Penanggungjawab
Apotek (APA) di Apotek Kita. Kerjasama ini terus berlangsung sejak awal pendirian
apotek dengan omset awal Rp 200.000,00 perhari hingga saat ini dengan omset yang
diperoleh Apotek Kita dapat mencapai lebih dari Rp 10.000.000,00 perhari. Hal ini
membuktikan terjalinnya ikatan dan kerjasama tim yang baik antara Pemegang Saham
Apotek (PSA) dan Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA).
Tidak hanya berdiri tunggal sebagai apotek, Apotek Kita juga menjalin kerjasama
dengan beberapa dokter spesialis seperti dokter spesialis kandungan, dokter spesialis
penyakit dalam, dokter spesialis bedah kongestif, dokter spesialis kulit dan kelamin,
dokter spesialis kejiwaan, dokter spesialis anak, dokter spesialis Telinga, Hidung,
Tenggorok dan dokter gigi, fisioterapi serta klinik pembersihan luka diabetes. Berkat
terjalinnyan kerjasama ini, maka permintaan obat akan semakin meningkat sehingga
pelayanan kepada pasien pun harus ditingkatkan.
Pelayanan di Apotek Kita dibuka setiap hari Senin sampai Sabtu dimulai sejak
pukul 08.30 pagi. Pengaturan jadwal para pekerja diatur dalam 2 shift yaitu shift pagi yang
dimulai dari pukul 08.30 hingga pukul 15.00 dan shift sore yang dimulai dari pukul 15.00
hingga pukul 22.00.
3.2 Struktur Organisasi
Tujuan pembentukan organisasi adalah untuk membagi pekerjaan yang harus
dilakukan dalam bagian yang spesifik berdasarkan perannya (Robbins dan Coulter, 2012).
Apoteker Pengelola Apotek (APA) memiliki tanggung jawab atas keseluruhan kegiatan di
apotek dan memiliki wewenang untuk menempatkan sumber daya manusia pada tiap
jabatan dengan uraian fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing.
Jumlah sumber daya manusia di Apotek Kita yaitu sebanyak 11 orang. Struktur
organisasi dalam Apotek Kita meliputi Pemilik Sarana Apotek (1 orang), Apoteker
Pengelola Apotek (1 orang), Tenaga Teknis Kefarmasian (4 orang), Asisten Tenaga
Teknis Kefarmasian (2 orang), juru racik (2 orang), dan kasir (1 orang) .
a. Penyimpanan obat di Apotek Kita disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
c. Penyimpanan obat ethical disusun pada rak lemari panjang dengan menggunakan
tempat atau wadah khusus dan diberi label nama dari masing-masing sediaan
farmasi dan diberi harga per tablet/kaplet/kapsul untuk sediaan padat, dan per
satuan item untuk sediaan sirup, salep, aerosol, tetes mata dan lain-lain. Kemudian
obat ethical disusun berdasarkan bentuk sediaan (sediaan padat, sediaan cair,
sediaan setengah padat), rute pemberian (oral, suppositoria, dan pemakaian luar),
serta disusun secara alfabetis.
d. Obat-obat tertentu (OOT) disimpan di rak terpisah yang khusus untuk menyimpan
obat-obat tertentu.
g. Rak penyimpanan sediaan padat kategori generik seperti tablet dan kapsul yang
tersusun terpisah secara alfabetis.
h. Rak penyimpanan sediaan cair kategori generik tersususun terpisah seperti
suspensi atau sirup.
j. Penyimpanan obat swalayan atau obat Over The Counter (OTC) atau barang yang
dapat dibeli secara bebas disimpan di rak-rak penjualan obat bebas swalayan
farmasi. Pengaturan penyimpanan didasarkan pada kategori kelas terapi, hal ini
agar memudahkan petugas dalam mengambil obat dan mempercepat dalam
pelayanan.
3.2.5 Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan dilakukan melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan obat dan
pengambilan pesanan. Pengendalian di Apotek Kita dilakukan menggunakan kartu stok
baik dengan cara manual dan elektronik dengan menginput barang ke dalamsistem
komputer, dan juga menggunakan pencatatan di buku. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan.
Saat obat datang, faktur pembelian dicatat di dalam buku faktur yang memuat
tanggal, nomor faktur, nama obat yang, asal PBF, harga obat yang disempat, dan
keterangan lunas dan belum lunas. Selain di catat di buku faktur, obat yang datang juga di
masukan ke dalam kartu stok pada masing-masing obat dengan mengisi asal PBF, tanggal,
nomor betch, jumlah obat yang datang, expired date dan sisa obat. Kemudian, obat yang
diterima juga diinput melalui sistem komputer sebagai kartu stok elektronik bila terjadi
ketidaksesuaian sisa barang dan fisik barang yang ada di kartu stok manual, dapat di cek
melalui komputer. Selanjutnya untuk obat yang keluar melalui resep, dimana semua obat
yang keluar di catat di kartu stok dengan menulisakan nompr resep, tanggal, dan jumlah
obat yang keluar dan sisa obat yang ada. Semua obat yang kelaur mealui resep juga di catat
dalam buku resep yang memuat nomor resep tanggal resep, obat-obat yang keluar, serta
harga per item obat. Obat yang sudah di catat di buku resep kemudian akan diinput juga ke
dalam sistem komputer sebagai kartu stok elektronik. Sama halnya dengan obat-obat yang
di beli tanpa resep dan obat-obat OTC semua obat yang keluar di catat dalam buku
penjualan obat dalam dan luar, kemudian dicatat di kartu stok, dan selanjutnya akan di
input melalui sistem komputer sebagai kartu stok elektronik.
3.2.6 Pemusnahan
Kegiatan pemusnahan pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu pemusnahan obat
dan pemusnahan resep. Di Apotek Kita kegiatan pemusnahan obat tidak pernah dilakukan.
Hal ini dikarenakan Apotek Kita melakukan kerjasama dengan pihak PBF sehingga ketika
sediaan obat yang mendekati kadaluwarsa (6-3 bulan sebelum tanggal kadaluwarsa) belum
terjual dapat dikembalikan atau ditukar. Sedangkan, untuk pemusnahan resep di Apotek
Kita dilakukan setiap 3 tahun sekali dan didokumentasikan dalam Berita Acara
Pemusnahan Resep. Saat melakukan pemusnahan resep selalu dibuat berita acara dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.
Kegiatan pengkajian resep di Apotek Kita merupakan kegiatan yang paling sering
dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian diantaranya adalah pengkajian
administrasi resep, pengkajian kesesuian, dan pengkajian pertimbangan klinis pada resep.
Tenaga Teknis Kefarmasian sangat berperan dalam penerimaan pertama kali resep dari
pasien karena sebagai front liner harus memiliki kecermatan dan ketelitian selain
kemampuan yang baik dalam membaca resep. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam dispensing dan pemberian harga.
Apoteker memiliki peranan dalam melakukan skrining resep mulai dari memeriksa
kelengkapan persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
Setelah ketiga aspek diatas sudah lengkap, dilakukan kegiatan dispensing obat oleh petugas
yang berbeda. Adanya petugas yang berbeda dalam dispensing obat diharapkan adanya
beberapa kali pengecekan dari awal resep diterima sampai obat akan diserahkan kepada
pasien sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan dalam dispensing obat.
Kegiatan pengkajian resep di Apotek Kasih dilakukan oleh seorang Tenaga Teknis
Kefarmasian tidak dilakukan dengan apoteker. Hal ini disebabkan apoteker belum dapat
stand by di Apotek dan apoteker di Apotek Kita datang sekali dalam seminggu dan
mengawasi serta melakukan cross check terhadap kegiatan yang dilakukan seminggu
terakhir.
Apotek Kita memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik dimulai dari
perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang masuk dan keluar.
Pengelolaan dilakukan oleh Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian dan Karyawan
bagian Administrasi.
a. Administrasi Umum
b. Administrasi Penjualan
Kegiatan administrasi penjualan di Apotek Kita dilakukan dengan melakukan
pencatatan setiap terjadi penjualan baik untuk obat ethical maupun obat OTC dengan
mencantumkan nama obat, harga obat dan jumlah obat yang terjual. Harga jual tiap obat
sudah tertera di wadah obat, untuk obat OTC dicantumkan harga per kemasan baik itu per
satuan botol, blister ataupun lempeng sedangkan untuk obat ethical dicantumkan harga per
tablet. Harga akhir suatu obat dibulatkan ke harga lima ratusan atau ribuan terdekat.
Pada administrasi penjualan, terdapat dua jenis buku yang digunakan yaitu buku
penjualan obat OTC dan buku penjualan obat ethical. Obat yang terjual setelah ditulis
dibuku penjualan, pada akhir jam kerja dilakukan perekapan dan penghitungan hasil
penjualan. Kemudian di hari berikutnya, semua obat yang terjual beserta harganya akan
diinput ke sistem komputer oleh personalia administrasi umum.
c. Administrasi Pembelian
Kegiatan administrasi pembelian yang dilakukan adalah mencatat semua pembelian
ke dalam buku faktur dan menuliskannya secara berurutan sesuai dengan urutan faktur
yang masuk. Tanggal tukar faktur yang ditentukan oleh Apotek Kita secara condisional
dan tidak ditentukan tanggal pasti setiap bulan. Tanggal pembayaran akan ditentukan
pada tanggal tukar faktur, dan biasanya tanggal pembayaran disebut dengan tanggal
jatuh tempo. Tanggal jatuh tempo yang biasanya tertera pada faktur adalah 21-30 hari
sertalah barang diterima. Selain mengunkaan sistem pembayaran jatuh tempo ada
beberapa sediaan farmasi, Narkotik dan Psikotropik yang di pesan di Apotek Kita
menggunakan sistem COD. Buku administrasi pembelian meliputi buku faktur, buku
defekta, surat pesanan, surat pesanan khusus Narkotika, dan surat pesanan khusus
Psikotropika.
d. Administrasi Pergudangan
Kegiatan administrasi pergudangan di Apotek Kita dilakukan dengan mencatat
pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang ada pada setiap obat
sehingga dapat diketahui kapan, berapa dan dari mana obat masuk berasal dan kapan
juga berapa obat yang keluar, sisa persediaan obat juga dapat dilihat melalui kartu stock
ini. Selain ditulis dikartu stock, pemasukan persediaan obat juga ditulis didalam buku
faktur dan diinput kedalam sistem computer sebagai kartu stok elektronik.
e. Administrasi Piutang
Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan kredit kepada PBF dan
melakukan pencatatan apabila telah dilunasi.
b. Riview
Apotek Kita tidak melakukan survei sebab bila ingin melakaukan survei dibutuhkan
appteker pendamping, dan apotek Kita tidak memilki apoteker pendamping.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilakukan di
Apotek Kita dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan pelaksanaan praktik kerja profesi di Apotek Kita, penulis dapat
memahami pengelolaan mengenai apotek antara lain studi kelayakan apotek;
pengelolaan perbekalan farmasi berupa perencanaan, pengadaan, cara
pemesanan, penerimaan, penyimpanan, dan penjualan; pelayanan resep dan
swamedikasi; serta laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah profesi yang
berlaku dalam memahami kompetensi apoteker di Apotek.
2. Berdasarkan pelaksanaan praktik kerja profesi di Apotek Kita, peserta
PKPA selalu dilatih untuk meningkatkan ketrampilan dalam memberikan
pelayanan farmasi di Apotek
3. Berdasarkan pelaksanaan praktik kerja profesi di Apotek Kita, peserta
PKPA mendapati gambaran secara nyata terkait permasalahan yang ada
dalam praktek dan pekerjaan kefarmasian di Apotek. Apotek Kita telah
menerapkan sistem yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku
4. Apoteker yang memiliki peranan penting di Apotek Kita sebagai health
professional, managerial, dan retailer yang telah menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pelayanan kefarmasian yang termasuk
pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinis.
5. Pengelolaan sediaan farmasi di Apotek Kita mulai dari perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, hingga
pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan sebaiknya dan
sebagaimana mestinya.
6. Pelayanan Farmasi klinik yang dilakukan di Apotek Kita meliputi
pengkajian resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO) sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Mahasiswa dapat melakukan
kegiatan pelayanan farmasi klinik tersebut selama praktek sehingga banyak
mendapatkan ilmu dan pengetahuan serta pengalaman yang sangat bermanfaat.
7. Semua pelaksanaan kegiatan kefarmasian di Apotek Kita telah sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang di tetapkan.