Anda di halaman 1dari 2

TOLERANSI

Pada 9 September 2019, iklan sebuah film berjudul The Santri diluncurkan. Film
yang disutradarai oleh Livi Zheng dan Ken Zheng ini segera menuai kontroversi. Alih-
alih menggambarkan dunia pesantren yang penuh dengan nilai-nilai Islami, film ini justru
mempromosikan paham pluralisme agama. Lagi-lagi toleransi dijadikan dalih untuk itu.
Toleransi sendiri sebenarnya merupakan istilah dari Barat yang muncul karena problem
khas mereka.

Konflik Katolik-Protestan di Eropa


Pada abad pertengahan, tidak ada toleransi agama di benua Eropa. Setiap orang
harus tunduk kepada penguasa feodal dan kepada penguasa gereja. Barangsiapa
mengemukakan pendapat berbeda dengan pendapat gereja, ia dapat dihukum dengan
beragam hukuman, termasuk hukuman mati. Suatu ketika, Paus Leo III membutuhkan
uang banyak untuk membiayai pembangunan gereja Petrus di Roma. Oleh karena
kekurangan dana, Paus Leo mengumpulkan uang dengan menjual indulgence, yaitu
sebuah piagam pengampunan dosa.
Peristiwa penjualan indulgence tersebut diprotes oleh Martin Luther pada 1517.
Banyak orang mengikutinya, lalu mendirikan gereja Protestan. Banyak pula penguasa
feodal yang memihak Luther. Akibatnya, dengan kasus Luther ini, dunia Kristen yang
tadinya terpecah menjadi dua, Katolik dan Ortodoks, yang berpusat di Roma dan yang
berpusat di Konstantinopel, telah menjadi tiga, yaitu Katolik, Ortodoks, dan Protestan.
Dalam negara yang pembesarnya beragama Protestan, para pengikut agama
Katolik dianiaya. Sebaliknya, di negara yang beragama Katolik, rakyat yang beragama
Protestan dianiaya. Di negeri Perancis yang beragama Katolik, pada 24 Agustus 1572,
dalam suatu perayaan peringatan seorang wali, Saint Bartholomew, sepuluh ribu orang
Protestan diciderai dan dibunuh di kota Paris. Umat Protestan minta bantuan raja Inggris.
Dengan bantuan tersebut, orang Protestan mengambil kekuasaan di Perancis. Pembesar
mereka, yaitu Hendri IV, dinobatkan. Akan tetapi raja tersebut kemudian memeluk
agama Katolik, karena kebanyakan rakyat Perancis beragama Katolik. Walaupun begitu,
kerajaan Perancis mengakui agama Protestan secara resmi dengan keputusan-keputusan
yang masyhur dengan nama Edict of Nantes, pada 1598.
Pada 1555 terjadi Perdamaian Augsburg di Jerman antara Charles V sebagai Holy
Roman Emperor dan sejumlah pangeran Protestan yang bergabung dalam Liga
Schmalkalden. Perjanjian tersebut mengandung ketentuan-ketentuan keagamaan
(Ecelsiastical reservations) yang bermaksud bahwa pegawai gereja Katolik yang menjadi
Protestan harus menyerahkan tanah yang dikuasainya kepada gereja Katolik. Fasal
tersebut tidak diakui oleh orang-orang Protestan. Di samping itu, perjanjian tersebut
hanya mengakui agama Katolik dan aliran Luther, sedangkan aliran Calvin yang banyak
pengikutnya tidak diakui. Di belakang sengketa agama ini bermainlah politik. Pada 1608,
para pembesar feodal yang beragama Protestan mendirikan Protestant League. Pada
tahun berikutnya, para pembesar yang beragama Katolik mendirikan Catholic League.
Di Bohemia, rakyatnya beragama Protestan dan menikmati toleransi, yakni
pengakuan terhadap agama Protestan. Ketika Ferdinand yang berasal dari keluarga
Hapsburg menjadi raja, toleransi tersebut ditiadakan. Ferdinand beragama Katolik.
Rakyat Bohemia berontak dan mengundang Frederick dari Palatinate yang beragama
Protestan untuk menjadi raja. Peperangan 30 tahun mulai berkobar. Tetapi raja Frederick
yang beragama Protestan kalah. Agama Protestan kemudian dilarang di Bohemia.
Peperangan 30 tahun meningkat ke fase kedua. Di Denmark, raja Christian IV
memimpin kaum Protestan melawan raja Hapsburg yang beragama Katolik dan berusaha
menguasai pelabuhan-pelabuhan di Lautan Utara. Raja Christian yang beragama
Protestan itu kalah dan terpaksa menerima perjanjian tahun 1629. Akan tetapi, kemudian
raja Swedia, Gustavus Adolvus yang beragama Protestan membela. Tentara Swedia
menang, tetapi raja Gustavus tewas terbunuh. Kemudian pada 1635, terjadilah kompromi
dengan adanya Perjanjian Prague.
Kemudian terjadi pula peperangan antara keluarga Bourbons dari Perancis yang
beragama Protestan dengan keluarga Hapsburg di Spanyol yang beragama Katolik, pada
1647-1648. Bourbons yang Protestan mengalahkan Hapsburg yang Katolik. Akhirnya
diadakan perjanjian perdamaian yang disebut Perjanjian Westphalia pada 1648, yaitu
perjanjian yang mengakui kemerdekaan Switzerland dan Belanda.

Toleransi Diresmikan
Dalam bidang agama, Perjanjian Wastphalia mengandung hal-hal penting. Aliran
Calvinisme diakui. Tanah-tanah dikembalikan kepada orang-orang yang dahulu
memilikinya pada 1624, baik ia pengikut agama Protestan atau agama Katolik. Hakim-
hakim Protestan dan Katolik diangkat dalam jumlah yang sama.Toleransi agama baru
diresmikan pada tahun 1787 dalam Konstitusi Amerika Serikat.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa toleransi adalah ide Barat, muncul dalam
masyarakat antar Kristen yang bersekte-sekte, dan terjadi pada abad 17. Toleransi tidak
berarti bahwa kita harus diam ketika ajaran Islam dinista, ulama dihina, dan kaum
muslim dimurtadkan.

Dinukil dari H.M. Rasjidi, Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam, (Jakarta: Hudaya,
1971), hlm. 46-49.

Anda mungkin juga menyukai