Anda di halaman 1dari 26

Refrat And Case Report

BRONKITIS

Disusun Oleh :
Ma’watul Jannah

Preseptor :
dr. Astri Pinilih, Sp.A

DEPARTEMEN SMF ILMU KEDOKTERAN ANAK

RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

bronkitis adalah Infeksi pada sistem pernapasan adalah alasan paling umum untuk
anak-anak presentasi di praktek doctor's. Hampir semua bayi dan anak-anak sekolah muda
menjadi sakit beberapa kali dalam setahun dengan bronchitis a. Dalam kebanyakan kasus
dengan awal hari pembibitan atau taman kanak-kanak ada akumulasi tiba-tiba dan banyak
orang tua memiliki perasaan bahwa anak mereka sakit permanen. bronkitis yang terjadi lebih
sering pada musim dingin daripada di musim panas, seperti semua orang tahu dari
pengalaman pribadi. Udara dingin di luar dan udara panas kering di dalam ruangan,
meningkatkan kerentanan mukosa untuk patogen. Apakah perjalanan klinis bronchitis tidak
rumit atau berhubungan dengan obstruksi bronkial, sebagian disebabkan oleh kecenderungan
genetik anak. Tergantung pada riwayat keluarga asma bronkial dan alergi, risiko dapat
meningkat berlipat-lipat. Kerusakan kesehatan akibat paparan asap tembakau adalah titik
utama yang tidak boleh dianggap remeh. Hal-hal berikut menggambarkan dalam bentuk
gejala gambaran singkat dan tanda-tanda bronkitis pada anak-anak. Jenis dan tahap bronkitis
berbeda ditunjukkan. Virus yang paling umum yang menyebabkan bronkitis dijelaskan,
khususnya respiratory syncytial virus. faktor risiko penting untuk bronkitis pada anak-anak.
Selain itu, beberapa diagnosis banding yang penting disajikan, yang bisa menjadi nyata
dengan gejala khas bronkitis a. Diagnosis laboratorium dengan tujuan membedakan antara
bronkitis virus dan bakteri dibahas. Akhirnya,
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI BRONKHITIS
Menurut Dorland (2002), bronkhitis adalah peradangan satu atau lebih
bronkhus, dapat bersifat akut dan kronik. Gejala-gejala yang biasanya termasuk
demam, batuk dan ekspektorasi. Bronkhitis akut adalah serangan bronkhitis dengan
perjalanan penyakit yang singkat atau kurang berat, gejala gejala termasuk
demam,batuk dan pilek. Serangan berulang mungkin menunjukkan bronkhitis kronis.
Bronkhitis kronis adalah suatu bentuk penyakit obstruksi paru kronik, pada keadaan
ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang bertambah dan batuk produktif selama
sedikitnya tiga bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut, biasanya keadaan ini
disertai emfisema paru. Berikut ini perbedaan antara bronkhus normal dengan
bronkhus yang meradang

Gambar 1. Bronkus normal dan tidak normal

2. ETIOLOGI
Bronkhitis terjadi paling sering pada saat musim pancaroba, musim dingin,
biasanya disertai dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan oleh berbagai hal
(Iskandar, 2010) antara lain :
a. Bronkhitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau organisme lain
yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamyidia). Serangan
bronkhitis berulang bisa terjadi pada perokok, penderita penyakit paru-paru dan
saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa terjadi akibat sinusitus kronis,
bronkhiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
b. Bronkhitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat iritatif seperti
debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah pelarut organik, klorin, hidrogen,
sulfida, sulfur dioksida dan bromin), polusi udara menyebabkan iritasi ozon dan
nitrogen dioksida serta tembakau dan rokok.

3. ANATOMI FUNGSIONAL PERNAPASAN


Fungsi utama dari sistem respirasi adalah pertukaran gas, dimana oksigen akan
diambil dari alveolus dan akan dibawa oleh haemoglobin menuju ke jaringan yang
akan diperlukan dalam proses metabolisme, di sisi lain karbondioksida, sebagai hasil
sisa dari metabolisme dibuang melalui pernapasan saat ekspirasi (Basuki, 2009). Untuk
itu diperlukan alat pernapasan yang berfungsi untuk pertukaran gas. Adapun alat-alat
pernapasan manusia terdiri dari :
a. Saluran Pernapasan Atas
1. Hidung
Hidung berfungsi sebagai penghantar udara yang membawa udara ke dalam
paru. Hidung terdiri dari 2 lubang yaitu naces dextra dan naces sinistra. Bagian anterior
lubang nasal terbuka untuk atmosfer terletak pada nostrilis yang dilindungi oleh bulu-
bulu seperti rambut.
2. Pharynx
Pharynx adalah suatu saluran yang berbentuk lubang corong yang panjangnya
sekitar 15 cm dan berfungsi sebagai saluran penghantar udara yang membawa udara
ke dalam paru. Pharynx terdiri dari 3 bagian yaitu :
a) Nasopharynx
Terletak di belakang lubang nasal, Nasopharynx di atas langit-langit mulut
bersifat lembut yang membagi pharynx satu 10 dengan yang lain selama proses
menelan. Saluran eusthacius terbuka satu ke bagian yang lain dan nasopharynx yang
berhubungan dengan lubang timpani. Pengaturan tekanan udara pada 2 bagian melalui
membran timpani.
b) Oropharynx
Terletak di belakang mulut, di bawah langit-langit mulut dan memanjang ke
bawah seperti larynx, tonsil adalah 2 kantong jaringan limpoid yang terletak pada
dinding lateral oropharynx, serta membentuk kelompok silkular dari jaringan
limphoki yang bersifat sebagai filter, pelindung pada saluran pernapasan dalam
melawan infeksi.
c) Laringopharynx
Terletak di belakang larink. Udara dihatarkan melalui hidung melewati
nasopharynx dan akhirnya ke bagian atas larynx dan trachea. Saluran napas atas
memiliki 3 fungsi utama yaitu menyaring dan melembabkan udara yang di inspirasi
dan jika memungkinkan berfungsi untuk meningkatkan suhu tubuh.
3) Larinx
Larinx berfungsi sebagai saluran penghantar udara yang membawa udara
kedalam paru. Terletak sejajar dengan vertebra cervical ke 3 sampai vertebra cervical
ke 6 dan di atas larynx terdapat pharynx. Bagian bawah larynx ada trakhea.
4). Trakhea
Trakhea merupakan lanjutan dari larinx yang dibentuk oleh 16- 20 cincin yang
terdiri dari tulang rawan berbentuk tapal kuda yang membagi dalam 2 cabang yaitu
bronkhus kanan dan bronkhus kiri. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel silia, yang berfungsi mengeluarkan benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernapasan untuk mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka.

b. Saluran Pernapasan Bawah


1). Bronkhus
Bronkhus merupakan percabangan trakhea setinggi VTh 5 dan terdapat 2
bronkhus, yaitu kanan dan kiri. Bronkhus kanan lebih pendek dan lebar dari pada
yang kiri. Bronkhus-bronkhus tersebut ketika akan masuk pulmo menjadi bronkhus
pulmonalis.
2) Bronkhiolus
Percabangan dari bronkhus yang ukurannya semakin kecil disebut bronkhiolus.
Fungsi dari bronkhiolus adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas
paru.
3) Alveolus
Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi
oleh jaringan kapiler sehingga batas antara cairan dan gas membentuk tegangan
permukaan yang cenderung mencegah pengembangan saat inspirasi dan cendrung
mencegah kolaps pada 12 waktu ekspirasi. Tetapi untunglah alveolus dilapisi oleh zat
lipoprotein yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi
terhadap pengembangan pada waktu inspirasi mencegah kolaps alveolus pada waktu
ekspirasi( Soemantri,2008)
4) Paru
Paru merupakan organ utama respirasi yang elastis, berbentuk kerucut dan
terletak dalam rongga dada atau toraks terbungkus oleh pleura. Paru dibagi menjadi
dua bagian, yaitu paru kanan dan paru kiri.
Paru kanan tidak simetris dengan paru kiri karena paru kanan mempunyai tiga lobus
dan dua fissura interlobaris (mayor dan minor), sedangkan paru kiri terdiri dari dua
lobus dan bronkopulmonal atau segmen paru, yang mana merupakan sebagian
jaringan paru yang disuplai oleh bronkus segmental dengan arteri dan vena
pulmonalnya
a) Paru Kanan
Batas atas dimulai dari puncak cavum pleura kanan menuju ke bawah sampai
facies superior diafragma, ke atas sampai sebelah kanan mediastrium. Sebelah kanan
berhubungan dengan trakhea, nasophagus bagian atas, vena cava superior dan
jantung. Paru kanan terdiri dari 3 lobus, antara lain :
(1) Lobus Kanan Atas
Bronkhus lobus kanan atas merupakan cabang pertama dari lobus utama kanan
menuju ke lateral dekat pada 13 percabangan trakhea yang panjangnya 1 cm.
Bronkhus ini dibagi menjadi 3 bronkhus segmental.
(a) Bronkhus segmental apical yang hampir vertical ke atas
(b) Bronkhus segmental posterior yang mengarah ke belakang
(c) Bronkhus segmental anterior yang mengarah ke depan dan seringkali agak ke
bawah
(2) Lobus Medius
Bronkhus lobus medius keluar dari bagian depan bronkhus kanan. Bronkhus
lobus medium arahnya kedepan, lateral dan bawah dan bercabang menjadi dua
bronkhus segmental
(3) Lobus Kanan Bawah
Segmen superior lobus interior secara anatomis dan patologis berbeda dengan
segmen lainnya. Biasanya bercabang menjadi tiga sub segmental, segmen lobus ini
mungkin amat besar dan menjorok jauh ke belakang atas hampir ke puncak paru.

b) Paru Kiri
Batasnya di ujung cavum pleura sampai facies superior diafragma. Terletak di
sebelah kiri mediastrium berhubungan dengan trakhea, aorta, ascenden, discenden
esophagus dan jantung sebelah kiri.
Paru kiri memiliki empat lobus, pada masing-masing lobus memiliki beberapa segmen,
antara lain :
1. Lobus superior, sebanding dengan lobus superior kanan dengan 3 segmen apical,
anterior dan posterior.
2. Lobus medius (lingual), lobus ini sebenarnya adalah segmen inferior lobus superior
kiri tetapi sebanding dengan lobus medius kanan, letaknya anterior.
3. Lobus nelson, lobus ini sebanding dengan lobus nelson kanan, letaknya anterior.
4. Lobus inferior dengan tiga segmen, anterior, internal, posterior.
Bronkhus utama kiri lebih panjang dari pada bronkhus utama kanan dan
tampaknya mempunyai sudut yang lebih besar pada trakhea, paru kiri mempunyai dua
lobus dan volume total 20%. Lebih kecil dari volume paru kanan. Lobus kiri atas
adalah sebanding dengan lobus kanan atas dan lobus medius, lobus kiri atas sebanding
dengan lingula. Bronkhus cabang atas mempunyai dua cabang yaitu apical posterior
yang biasanya menjadi bronkhus subsegmental apical dan segmen posterior lobus
kanan atas, segmen anterior biasanya cabang sendiri (Pearce,2004)
Gerakan pernapasan, saat bernapas gerak dinding thoraks dan diafragma
menghasilkan perubahan diameter dan volume rongga thoraks. Saat inspirasi adalah
proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi terjadi bila diafragma telah mendapat
rangsangan dari n. prenikus lalu mengerut datar. Proses respirasi terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Sedangkan otot-otot yang
berfungsi pada proses tersebut adalah:
a) . Otot inspirasi utama : diafragma, external intercostalis, levator costalis dan
scaleni.
b) Otot bantu inspirasi : sternocleiomastoideus, trapezius, seratus anterior,
pectoralis mayor dan minor, latisimus dorsi.
c) Otot ekspirasi utama : internal intercostalis.
d) Otot bantu ekspirasi : internal obliq, eksternal obliq, rectus abdominis,
longisimus, iliocostalis lumborum.

Gambar 2. Organ organ

4. FISIOLOGI PERNAPASAN
Pernapasan adalah usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk
proses metabolisme dan mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil metabolisme.
Pernapasan sebagai istilah yang umum digunakan mencakup 2 proses :
a. Pernapasan eksterna Pernapasan eksterna adalah absorsi O2 dan pembuangan CO2
dari badan secara keseluruhan.
b. Pernapasan interna Pernapasan interna adalah penggunaan O2 dan produksi CO2
oleh sel dan pertukaran gas antara sel dan medium cairannya (Ganong, 1992). Proses
fisiologi pernafasan dibagi menjadi beberapa tahap :
1) Ventilasi
Ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas kedalam dan keluar paruparu.
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena adanya selisih tekanan yang
terdapat atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot pernafasan.

2) Transportasi
a) Difusi gas antara alveoli dan kapiler darah. Adanya perubahan tekanan parsial
oksigen antara alveoli dan pembuluh darah kapiler mengakibatkan proses
terjadinya difusi gas. Gas berdifusi dari alveoli ke pembuluh kapiler darah
melintasi membran alveoli yang tipis
b) Transportasi gas Transpotasi gas didefinisikan sebagai proses pengangkutan dari
paru ke jaringan ke paru melalui aliran darah. Proses transport gas gas terdiri
dari traspor gas oksigen dan karbondioksida
c) Mekanika Pernapasan Dalam setiap siklus pernafasan, agar udara dapat
mengalir masuk ke paru-paru, maka otot-otot pernafasan harus bekerja kuat
untuk melawan daya elastik recoil dari paru-paru dan torak, termasuk pula
tahanan antara arus udara dengan saluran napas. Kerja dari otot-otot pernafasan
tersebut harus mampu membuat tekanan intra-alveolar lebih rendah dari tekanan
atmosfir. Akibat perbedaan tekanan ini, maka udara akan masuk ke paru-paru.
Pada inspirasi biasa tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai -3 mmHg.
Pada inspirasi dalam tekanan intraalveolinya dapat mencapai -30 mmHg. Alat
bantu pernafasan akan diperlukan bila ada pasien yang otot-otot pernafasannya
tidak mampu menghasilkan tekanan negatif yang adekuat.
Pada saat ekspirasi, udara akan keluar jika tekanan intraalveolar lebih besar dari
pada tekanan atmosfir. Hal ini terjadi saat otot-otot pernapasan kembali ke posisi
rileks. Pada ekspirasi biasa tekanan intraalveoli berkisar antara +1 mmHg sampai +3
mmHg. Diafragma akan bergerak ke atas, sehingga akan menekan paru-paru yang
menyebabkan peningkatkan tekanan intraalveoli berkisar antara +1 mmHg sampai +3
mmHg. Diafragma akan bergerak ke atas, sehingga akan menekan paruparu yang
menyebabkan ,peningkatan tekanan intraalveolur. Demikian pula dengan otot-otot
intracostal, pada saat bergerak ke posisi rileks, maka sangkar torak akan turun ke
posisi preinspirasi. Hal ini juga menyebabkan penekanan paru dan peningkatan
tekanan intraaveolar. Walaupun masih kontroversi, proses ekspirasi ini dikatakan
merupakan proses yang pasif, akibat adanya daya recoil paru-paru. Namun disisi lain,
ada suatu studi yang menemukan bahwa proses ekspirasi adalah proses yang aktif,
dimana terjadi aktifitas otot-otot inspirasi yang bekerja secara ekstrensik/memanjang.
Jika tidak ada aktifitas dari otot-otot tersebut, maka ekspirasi akan berlangsung secara
singkat, sehingga arus udara ekspirasi akan cepat (Gosselink, 1989)

5. TANDA DAN GEJALA BRONKITIS PADA ANAK


a) Batuk
Gejala utama bronkitis adalah batuk. Pada awal penyakit ini cenderung
menjadi kering dan tidak produktif. Dengan meningkatnya produksi sekresi lendir
menjadi kurang kental, yang membuat batuk lebih efektif. Beberapa anak memiliki
serangan batuk yang parah sehingga muntah dapat diinduksi. Pasokan yang cukup
dari volume dan inhalasi terapi dengan 0,9% NaCl dapat membantu untuk membuat
lendir lebih cair, memungkinkan untuk dibawa lebih mudah melalui batuk. Ada obat,
biasanya dalam bentuk yang disebut obat batuk, yang juga akan membantu aktivitas
mukolitik. Setelah regresi dari bronkitis akut, sebuah batuk kering masih bisa tetap
selama beberapa hari atau minggu. Hal ini disebabkan oleh hiperaktivitas transien dari
sistem bronkial akibat peradangan infeksi yang disebabkan.
b) Takipnea dan dyspnoea
Jika disekresikan lendir, sebuah edema mukosa bronkus atau spasme otot
bronkus menginduksi obstruksi bronkial, takipnea dan dyspnoea mungkin milik
gangguan akut. tanda-tanda klinis khas untuk dyspnoea adalah gerakan lubang
hidung, retraksi antar atau subkostal, penggunaan otot pernafasan aksesori, posisi
tubuh bagian atas tegak, dan di mengi auskultasi dan kadang-kadang juga rales.
Dalam situasi ini terapi inhalasi dengan agen bronchodilatatory dan administrasi
sistemik steroid dapat membantu. Karena berakhirnya lebih sulit yang inspirasi,
sebuah emfisema dapat dibentuk karena terperangkapnya udara. Anak-anak dengan
gangguan pernapasan dapat menjadi cemas dan bersemangat, yang membuat situasi
lebih buruk. Kegembiraan dan kecemasan orang tua juga dapat ditransfer ke anak.
Dalam kasus gangguan pernapasan parah, saturasi oksigen dalam darah dapat
menurunkan kritis, membuat substitusi oksigen yang diperlukan. Pengukuran
parameter penting dan analisis gas darah prosedur standar. The pengisapan sekresi
dan lendir, atau penerapan prosedur mendukung pernapasan, seperti CPAP atau
intubasi dan ventilasi, harus dibuat segera mungkin.
c) Nyeri
Nyeri pada konteks bronkitis dapat disebabkan oleh keterlibatan inflamasi dari
trakea atau pleura. Dalam kasus nyeri retrosternal saat batuk, tracheitis adalah yang
paling mungkin. Pernapasan tergantung, terutama di dalam inspirasi meningkatkan
rasa sakit, yang terlokalisir lebih lateral pada satu atau kedua sisi dada, membuat
pleuritis lebih mungkin. Terutama gesekan kering meradang visceral pleura dan
parietal pleura terhadap satu sama lain sangat menyakitkan. Jika anak
mengembangkan pernapasan dangkal untuk menghindari rasa sakit, sebuah ventilasi
cukup dari paru-paru dapat menyebabkan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri
sekunder. Untuk alasan ini, sebuah analgesia yang tepat sangat dianjurkan
d) Demam
Demam adalah tanda klinis umum, yang dapat terjadi pada setiap infeksi,
termasuk salah satu sistem pernapasan. Peningkatan suhu tubuh merupakan gejala
non-spesifik dan dapat berkisar dari demam ringan sampai hiperpireksia dengan stres
fisik akut bagi anak. Dalam kasus infeksi saluran pernapasan atas, juga tanda-tanda
klinis (selain batuk, tachydyspnea, nyeri dan demam) sniffing (rhinitis), sakit
tenggorokan (faringitis) dan sakit telinga (otitis media). Selanjutnya, kelenjar getah
bening leher bengkak dan sakit merupakan respon lokal umum untuk proses
peradangan.

6. BERBAGAI JENIS BRONKITIS PADA ANAK


a). akut, rumit, kronis, berulang
Durasi rata-rata dari bronkitis akut adalah sekitar 1 minggu dengan kisaran
dari ½ minggu sampai 2 minggu. Setelah itu batuk saraf mungkin tetap selama
beberapa hari atau beberapa minggu. The bronkitis akut memiliki tingkat yang sangat
tinggi dari pemulihan lengkap; prognosis sangat baik. Sebuah pengecualian adalah
bronkitis akut yang disebabkan oleh adenovirus; dalam hal ini komplikasi dalam
perjalanan klinis atau chronification bronkitis yang dijelaskan.
Jika gejala dan tanda-tanda bronkitis akut bertahan selama 4 - 6 minggu, kita
menyebutnya bronkitis rumit. Jika bronkitis akut diikuti oleh satu sama lain, mereka
dapat diambil untuk bronkitis rumit oleh kesalahan. Sekitar 20% dari bronkitis akut
memiliki lapangan yang rumit. Salah satu komplikasi yang mungkin adalah
superinfeksi bakteri sekunder dari infeksi virus primer. Dalam hal ini anak perlu
diobati dengan antibiotik. Komplikasi lain yang mungkin adalah transisi dari bronkitis
ke bronkopneumonia. Dalam banyak kasus ini terdeteksi oleh auskultasi paru, tetapi
untuk mengkonfirmasi diagnosis, dada X-ray diperlukan. Sebuah bronkitis bakteri
primer biasanya secara klinis menyajikan sebagai bronkitis rumit.
Tanda dan gejala dari bronkitis bertahan selama lebih dari 3 bulan disebut bronkitis
kronis.
Jika anak-anak mengulangi banyak bronkitis akut selama bulan, hal itu disebut
bronkitis berulang. Terutama anak-anak di hari pembibitan atau taman kanak-kanak
yang terkena cukup sering, karena risiko infeksi sangat tinggi di sana. Di musim
dingin bronkitis terjadi lebih sering dibandingkan musim hangat.
b). Non-obstruktif atau obstructive
Bronkitis dapat dikaitkan lebih atau kurang dengan obstruksi bronkial. Risiko
obstruksi tergantung pada lumen bronkus meradang; yang lebih kecil lumen, semakin
besar kemungkinan adalah obstruksi klinis yang relevan. Untuk alasan ini, istilah
“obstruktif bronkitis” dan “bronchiolitis” kadang-kadang digunakan sebagai sinonim.
obstruksi bronkial dapat disebabkan oleh perubahan patofisiologi berikut:
1. Otot polos bronkus mendapatkan dikontrak, yang dapat menyebabkan akut sesak
napas
2. Mukosa epitel pernapasan bengkak karena peradangan, yang mempersempit lumen
bronkus.
3. Peningkatan produksi lendir menyumbat lumen juga. Selanjutnya, karena
peradangan pada epitel pernapasan, fungsi silia berkurang, dan lendir tidak dapat
diangkut secara memadai.
Auskultasi paru menunjukkan mengi. Sebuah disebut paru diam khas untuk
obstruksi bronkial berat dengan menjebak udara dan emfisema. Dalam hal ini posisi
ekspirasi istirahat digeser ke inspirasi, apa yang mungkin membuat vitiosus circulus.
c). Non-alergi atau alergi
Bronchitis adalah penyakit radang mukosa bronkial. Dalam kebanyakan kasus
peradangan disebabkan oleh infeksi. Juga alergen dapat menyebabkan bronkitis akut
atau kronis, mereka bertindak sebagian besar sebagai pemicu. Kehadiran satu atau
lebih alergi meningkatkan risiko statistik untuk pengembangan asma bronkial. alergen
inhalasi yang relevan adalah tungau debu, bulu binatang, jamur jamur dan serbuk sari.
7. TAHAPAN YANG BERBEDA DARI BRONKITIS PADA ANAK
 hiperreaktivitas bronkus
hiperreaktivitas bronkus adalah peradangan kronis dari mukosa bronkial dengan
obstruksi bronkial berulang, yang mungkin dipicu oleh infeksi, alergi atau rangsangan
spesifik, seperti udara dingin, fisik atau bahkan stres emosional. Kegiatan inflamasi
menyebabkan pembengkakan mukosa bronkial dengan pengurangan lumen bronkus
berturut-turut. Semakin kecil lumens secara fisiologis, seperti pada bayi, semakin
relevan adalah pengurangan mengenai gejala klinis. Selanjutnya, peradangan mukosa
bronkial meningkatkan kerentanan terhadap virus atau bakteri.
Untuk membuat diagnosis “hiperreaktivitas bronkus”, sejarah medis yang
akurat dan rinci adalah langkah yang paling penting. Selain itu, pengukuran fungsi
paru-paru dapat mengkonfirmasi diagnosis, khususnya dalam kasus aliran berkurang
pada saluran udara yang lebih kecil; setelah pemberian beta-simpatomimetik melalui
inhalasi obstruksi bronkial harus reversibel, setidaknya sebagian. Tes fungsi paru-paru
dapat dilakukan dengan anak-anak yang cukup tua untuk berpartisipasi secara aktif.
Selanjutnya, pengukuran NO-pernafasan mungkin berguna untuk memantau jumlah
peradangan bronkial. Dalam beberapa kasus mungkin akan membantu untuk
melaksanakan tes provokasi bronkial melalui inhalasi metakolin, histamin atau
carbachol. Tentu saja, semua alat darurat harus tersedia.
 Bronchitis
Bronchitis adalah peradangan klinis jelas pada bronkus, dipicu oleh
hyprerreactivity bronkial, oleh virus atau bakteri atau dengan alergen. Gejala-gejala
(batuk, takipnea dan dyspnoea, nyeri, demam), kursus yang berbeda (akut, rumit,
kronis, berulang) dan bentuk yang berbeda (non-obstruktif, obstruktif) telah
dijelaskan.
 Bronchiolitis
Bronchiolitis adalah peradangan pada bronkus terkecil dan bronkiolus. Karena
lumens kecil saluran udara tersebut, pembengkakan mukosa bronkus dapat
menyebabkan obstruksi berat cukup pesat, dalam banyak kasus terkait dengan
hiperinflasi paru. Hal ini dapat menyebabkan fenomena yang disebut obstruksi diam,
itu berarti hampir tidak
mengi, bersenandung atau bersiul, tapi rales gelembung baik pada akhir inspirasi.
Bronchiolitis adalah penyakit khas bayi, puncak usia antara 4 dan 6 bulan.
 Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah tentu saja mungkin dari bronkitis rumit. Sedangkan
pneumonia primer biasanya terlokalisir pada satu segmen atau lobus paru-paru, dalam
kasus bronkopneumonia ada peradangan disebarluaskan dari bronkus ke alveoli.
 Asma Bronkial
asma bronkial merupakan penyakit dengan peradangan kronis pada sistem
pernapasan dengan hiperreaktivitas bronkus dan penghalang jalan napas variabel.
Dalam banyak anak-anak dan remaja kita menemukan riwayat keluarga yang positif
untuk asma dan / atau alergi. Pembatasan aliran udara, terutama selama ekspirasi itu,
disebabkan oleh kontraksi spastik dari otot polos di dinding bronkial, pembengkakan
edema mukosa bronkus dan hipersekresi lendir kental. Selain mekanisme patologis,
renovasi jaringan dapat berlangsung setelah asma bronkial selama beberapa tahun,
yang membuat saluran udara kurang elastis. Dalam kebanyakan kasus pasien
memiliki asma bronkial alergi; kasus bentuk asma dan campuran nonallergic yang
mungkin juga.

8. VIRUS UMUM YANG MENYEBABKAN BRONKITIS PADA ANAK


bronkitis akut hampir (di kira-kira 90%) disebabkan oleh virus. Yang paling
umum adalah respiratory syncytial, parainfluenza-, influenza-, adeno-, hidung,
metapneumo- dan bocavirus manusia. bronkitis akut, yang disebabkan oleh bakteri
primer, jarang (sekitar 10%). Dalam 15% dari bronkitis virus infeksi bakteri sekunder
akan terjadi.
 Respiratory syncytial virus (RSV)
Ini adalah anggota dari keluarga Paramyxoviridae, memiliki RNA untai
tunggal dan diselimuti. Kami membedakan dua kelompok serologis A dan B dari satu
sama lain. Patogenisitas virus sangat tergantung pada dua glikoprotein pada
permukaan virus: glikoprotein G memungkinkan docking dengan sel inang, seperti
pneumocytes, glikoprotein F bertanggung jawab untuk endositosis ke dalam sel. Fakta
bahwa sel yang terkena mengalami fusi dengan sel tetangga dan bentuk syncytia telah
memberikan virus namanya. Rincian lebih lanjut dari waktu inkubasi, infeksi dan
tanda-tanda dan gejala klinis berada di bagian "Karakteristik infeksi RSV."
 Parainfluenzavirus
Ini milik keluarga Paramyxoviridae, memiliki RNA untai tunggal dan amplop.
Hal ini (berbeda dengan virus influenza) genetik yang stabil. Ada 4 jenis. Transmisi
dari hasil virus melalui droplet atau infeksi smear. Masa inkubasi 3 – 6 hari. Pada usia
2 tahun, hampir semua anak-anak telah sakit setidaknya sekali dengan infeksi
parainfluenza. Pada masa bayi dan awal virus parainfluenza masa kanak-kanak
menyebabkan laryngotracheobronchitis akut dengan gejala croup khas.
 Influenzavirus
Hal ini ditugaskan untuk keluarga Orthomyxoviridae. Hal ini dibagi menjadi 3
jenis A, B dan C, yang A dan B adalah yang paling relevan untuk infeksi manusia.
Genom virus influenza tipe A dan B terdiri dari delapan segmen RNA untai tunggal.
Hal ini menciptakan variabilitas genetik yang tinggi antigenic drift dan antigenic
shift, dalam kasus infeksi ganda. Delapan segmen RNA berisi informasi genetik
untuk 11 protein, yang satu adalah neuraminidase tersebut. jalur penularan virus
yang aerosol dan air liur, serta kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Masa
inkubasi 1 - 4 hari. Biasanya kita melihat tingginya insiden influenza selama musim
dingin. epidemi sering berawal pada pembibitan, TK atau sekolah. Karena
contagiosity tinggi, pandemic dengan mematikan tinggi dapat terjadi, baru-baru ini
disebabkan oleh subtipe H1N1, yang disebut "flu babi". Berbeda dengan flu biasa,
perjalanan klinis infeksi influenza ditandai dengan berkurang secara signifikan
kondisi umum, demam tinggi dan tingkat komplikasi yang lebih tinggi. Anak-anak
dengan penyakit pada saluran pernafasan, gagal jantung atau kekurangan dari sistem
kekebalan tubuh memiliki risiko tinggi terutama untuk komplikasi berat. Diagnosis
influenza dapat dibuat dengan rapid test (biasanya Elisa) atau dengan RT-PCR, yang
lebih sensitif dan spesifik, dari hidung atau tenggorokan swab atau air bilas sesuai.
Anak-anak dengan penyakit pada saluran pernafasan, gagal jantung atau kekurangan
dari sistem kekebalan tubuh memiliki risiko tinggi terutama untuk komplikasi berat.
Diagnosis influenza dapat dibuat dengan rapid test (biasanya Elisa) atau dengan RT-
PCR, yang lebih sensitive dan spesifik, dari hidung atau tenggorokan swab atau air
bilas sesuai. Anak-anak dengan penyakit pada saluran pernafasan, gagal jantung atau
kekurangan dari sistem kekebalan tubuh memiliki risiko tinggi terutama untuk
komplikasi berat. Diagnosis influenza dapat dibuat dengan rapid test (biasanya Elisa)
atau dengan RT-PCR, yang lebih sensitif dan spesifik, dari hidung atau tenggorokan
swab atau air bilas sesuai.

9. PATOLOGI
Patologi dari bronkhitis adalah hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus
bronkhus, dimana dapat menyebabkan penyempitan pada saluran bronkhus, sehingga
diameter bronkhus ini menebal lebih dari 30-40% dari normal. Terdapat juga
peradangan difus, penambahan sel mononuklear di submukosa trakeo bronkial,
metaplasia epitel bronkhus dan silia berkurang.
Perubahan yang penting juga adalah perubahan pada saluran napas kecil yaitu
sekresi sel goblet, bukan saja bertambah dalam jumlahnya akan tetapi juga lebih
kental sehingga menghasilkan substansi yang mukopurulen, sel radang di mukosa dan
submokusa, edema, fibrosis penbrokial, penyumbatan mukus intraluminal dan
penambahan otot polos. Dua faktor utama yang menyebabkan bronkhitis yaitu adanya
zat-zat asing yang ada di dalam saluran napas dan infeksi mikrobiologi
ada bronkhitis terjadi penyempitan saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada penderita
bronkhitis saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru
akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi
dan perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan maupun
aliran darah ke alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi
hipoksia alveoli menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah paru dan polisitemia.
Terjadi hipertensi pulmonal yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan kor
pulmonal (Phee,2003).

10. DIAGNOSIS BANDING


Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan kalau kita berhadapan
dengan pasien bronkhitis (Staff Klinik Mayo, 2010) :
a. Bronkhitis kronis
b. Tuberculosis paru (Penyakit ini dapat disertai kelainan anatomis paru berupa
bronkhitis)
c. Abses paru (Terutama bila lelah ada hubungan dengan bronkus besar)
d. Penyakit paru penyebab hemaptomisis misalnya karsinoma paru,adenoma paru
Fistula bronkopleural dengan empisema
11. KOMPLIKASI BONKHITIS
Menurut Bahar (2001),komplikasi bronkhitis pada anak terutama pada anak
dengan malnutrisi atau dengan kondisi kesehatan yang jelek antara lain :
a. Otitis media akut
Otitis media akut yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
dengan tanda dan gejala infeksi dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk
Sterptokokus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Mikroorganisme patogen
penyebab bronkhtis menyebar dan masuk ke dalam saluran telinga tengah dan
menimbulkan peradangan sehingga terjadi infeksi.
b. Sinusitis maksilaris
Sinusitis maksilaris yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang
disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas dibantu oleh adanya
faktor predisposisi. Infeksi pada sinus dapat 23 menyebabkan bronkhospasme,
oedema dan hipersekresi sehingga mengakibatkan bronkhitis.
c. Pneumonia
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Jika bronkhitis tidak ditangani
dengan baik secara tuntas atau jika daya tahan tubuh anak jelek, maka proses
peradangan akan terus berlanjut sebut bronkhopneumonia. Gejala yang muncul
umumnya berupa napas yang memburu atau cepat dan sesak napas karena paru-paru
mengalami peradangan. Pada bayi usia 2 bulan sampai 6 tahun pneumonia berat
ditandai adanya batuk atau kesukaran bernapas, sesak napas ataupun penarik dinding
dada sebelah bawah ke dalam
d. Bronkhitis kronis
e. Pleuritis.
f. Efusi pleura atau empisema

12. PROGNOSIS BRONKHITIS


Prognosis ini dapat meliputi beberapa aspek, yaitu :
a. Quo ad vitam
Quo ad vitam merupakan ramalan mengenai hidup matinya penderita.
Pada kasus bronkhitis yang berat dan tidak diobati, 24 prognosisnya jelek,
survivalnya tidak akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena
pneumonia, empisema, gagal jantung kanan, haemaptoe dan lainnya.
b. Quo ad sanam
Quo ad sanam merupakan ramalan mengenai kesembuhan pasien.
Pada pasien bronkhitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit
waktu pasien berobat pertama kali. Bila tidak ada komplikasi, prognosis
brokhitis akut pada anak umumnya baik. Pada bronkhitis akut yang berulang.
Bila anak merokok (aktif dan pasif) maka dapat terjadi kecenderungan untuk
menjadi bronkhitis kronik kelak pada usia dewasa (Ngastiyah, 2005).
c. Quo ad fungsionam
Quo ad fungsionam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi
fungsionalnya. Pada kasus bronkhitis ini, prognosis quo ad fungsionamnya
baik, dapat pulih seperti sebelumnya.
d. Quo ad cosmeticam
Quo ad cosmeticam merupakan ramalan yang ditinjau dari segi
kosmetik. Pada kasus bronkhitis ini, prognosis quo ad cosmeticannya baik
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN


1. Nama : An. A
2. Umur : 6 th
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Bangsa : Indonesia
6. Pekerjaan : Pelajar SD
7. Alamat : kemiling, bandaar lampung
8. MRS : 14 september 2014

1.2 IDENTITAS ORANG TUA

a. Nama : Ny. S
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Alamat : Kemiling, Bandar Lampung
d. Hubungan dengan pasien : Ibu

1.3 ANAMNESA ( alloanamnesis dengan ibunya)


Keluhan Utama
Ny. S mengatakan keluhan utama pada An. A adalah batuk.
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang An A usia 6 th dibawa oleh ibunya ke poli klinik dengan keluhan
awal yang dirasakan adalah panas selama 2 hari, ia juga merasakan sakit tenggorokan
saat batuk, susah mengeluarkan dahak, kadang-kadang sesak napas. Ny.S mengatakan
An.A sudah diperiksa oleh pelayanan kesehatan terdekat, tetapi tidak ada perubahan.
Akhirnya An.A dibawa ke poli anak RSPBA kemudian oleh dokter disarankan untuk
rawat inap di bangsal dengan diagnosa waktu masuk Rumah Sakit ialah Febris.

Riwayat Penyakit dahulu


Ibu mengatakan bahwa anak belum pernah mengalami hal ini sebelumnya.
Riwayat Pengobatan
Ny.A mengatakan selalu memberikan obat-obatan jika sudah melakukan pemeriksaan
kesehatan terlebih dahulu, dan obat yang diberikan sesuai dengan resep dokter

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluhan yang sama dikeluarga, riwayat hipertensi dan diabetes disangkal.
Riwayat alergi disangkal
Riwayat Alergi
Menurut Ibu, pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Riwayat Psikososial
Pasien tinggal di daerah padat penduduk, ventilasinya cukup, dan dalam satu rumah
dihuni oleh 5 orang. Ayah, ibu,dan 3 orang anak.Pasien dirawat di RS.

Riwayat Imunisasi
DASAR LANJUTAN
BCG : 1x, saat usia 2 bulan
DPT : 3x, saat usia 2, 4,6 bulan
POLIO : 4x, saat usia 0, 2, 4, 6 bulan Tidak ada imunisasi ulangan
HEPATITIS B: 3x saat lahir, usia 1 dan 6 bulan
CAMPAK : 1x saat berusi 9 bulan
Kesan : imunisasi dasar lengkap.
Riwayat Nutrisi
Ny. S mengatakan pola makan An.A sesuai dengan selera. An.A belum pernah
melakukan diet, biasa makan nasi, lauk, pauk, serta minum air putih, susu, dan teh.
Ny.A mengatakan An.A suka makan snack dan suka minum minuman yang berwarna.
Hanya suka makan buah pisang.
Kesan : Kualitas dan kuantitas cukup memenuhi kebutuhan

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan Umum : tampak sakit sedang,
Pasien berpenapilan rapi, pasien terlihat lemas, hanya tertidur
ditempat tidur rumah sakit, terpasang infus di tangan kiri.
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda vital
– Suhu : 37,50C
– Tekanan darah : tidak dilakukan
– Denyut nadi : 65 x/ menit, rama teratur, isi cukup
– Pernapasan : 38 x / menit
 Antropometri
– BB : 20 kg
– TB : 113 cm

1.4 STATUS GENERALIS


KEPALA
• Bentuk : Bentuk kepala mesocepal, rambut lurus hitam dan tebal distribusi
• Rambut : lurus hitam dan tebal distribusi merata, kulit kepala bersih, tidak ada
cidera atau bekas operasi, tidak ada nyeri tekan
• Mata : Bentuk mata simetris dextra dan sinistra, pergerakan bola mata
normal, reflex pupil terhadap cahaya normal, pupil isokor, konjutiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, ketajaman penglihatan normal.
• Hidung : Lubang hidung simetris dextra dan sinistra, tidak terdapat polip, tidak
ada pembengkakan.
• Telinga : Bentuk telinga simetris dextra dan sinistra, tidak terdapat serumen,
pendengaran baik.
• Mulut : Bentuk mulut simetris dextra dan sinistra, warna pucat, mukosa bibir
kering, tidakada stomatitis, tidakada tonsillitis, fungsi pengecapan
baik.
• Tenggorok : Suara serak, sakit tenggerokan, tidak sulit dalam menelan.
• Leher : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran tyroid, tidak kaku kuduk,
tidak ada nyeri tekan.

THORAKS
Inspeksi : simetris dextra dan sinistra, menggunakan pernapasan dada, gerakan
diagragma minimal, adanya pembesaran dada saat bernapas
Palpasi : vocal fremitus dextra dan sinistra tidak sama, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : hyperresonan pada area paru
Auskultasi : terdengar ronchi
JANTUNG
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan
• Perkusi : Pekak, tidak ada pelebaran batas jantung
• Auskultasi : S1S2 reguler
ABDOMEN
• Inspeksi : Bentuk simetris
• Auskultasi : bising usus 20 x / menit
• Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
• Perkusi : timpani
EKTREMITAS
Ekstremitas atas bagian sinistra menggunakan infus, tidak terjadi flebitis pada daerah
infus, pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat luka maupun kelainan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium

Hari / Tanggal : Senin 22/09/2014


Jam : 11.15 PM
Pemeriksaan Hasil SATUAN NILAI
RUJUKAN
Hematologi
CBC
Leukosit 6.00 10^3 / uL 4.23 - 9.07
Eritosit 4.14 10^6 / uL 3.8 - 5.8
Hemoglobin 11.9 g/dL 10.8 - 15.6
Hematokrit 35.0 fL 33 – 45
MCV 84.5 pg 69 – 93
MCH 28.7 g/dL 22 – 34
MCHC 34.0 10^3 / uL 32 - 36
Trombosit 26.0 fL 181 – 521
RDW-CV 12.5 fL 11.6 – 14.4
RDW-SD 37.7 fL 35.1 – 43.9
PDW 9.0 fL 6.9 – 12.9
MPV 8.7 fL 8.1 – 12.4
P-LCR 14.7 % 9.3 – 27.9
DIFF COUNT
NEUT 4.22 10^3 / uL 1.8- 8
LYMPH 1.1 10^3 / uL 1.32 – 3.57
MONO 0.69 10^3 / uL 0.30 – 0.82
EOS 0.0 10^3 / uL 0.04 – 0.54
BASO 0.0 10^3 / uL 0.01 - 0.08
NETROFIL 70 10^3 / uL 34- 68
LIMFOSIT 18 % 25 – 40
MONOSIT 12 % 2-8
EOSONOFIL 0 % 1-3
BASOFIL 0 % 0 -1
LED
1 Jam 29 mm/jam < 15
2 Jam 61 mm/jam < 15

2. Pemeriksaan Foto Thorax

Hari / Tanggal : Senin 23/09/2014


Jam : 09.40 PM
X – Foto Thorax AP
Cor : CTR < 55 %
Bentuk dan konfigurasi normal
Pulmo : Corakan vaskuler meningkat dan kasar
tak tampak infiltrat densitas abnormal
Trakea tampak di midline, tak menyempit
Hilus tampak melebar dan kasar
Costaphrenic angle tajam, tak tampak efusi

GAMBARAN BRONKITIS

RESUME
Seorang An A usia 6 th dibawa oleh ibunya ke poli klinik dengan keluhan awal yang
dirasakan adalah panas selama 2 hari, ia juga merasakan sakit tenggorokan saat batuk, susah
mengeluarkan dahak, kadang-kadang sesak napas. Ny.S mengatakan An.A sudah diperiksa
oleh pelayanan kesehatan terdekat, tetapi tidak ada perubahan. Akhirnya An.A dibawa ke poli
anak RSPBA kemudian oleh dokter disarankan untuk rawat inap di bangsal dengan diagnosa
waktu masuk Rumah Sakit ialah Febris.
1.5 Working diagnosis
Bronkitis
1.6. Differential Diagnosis
Bronkitis
Pneumonia
TB paru
1.7.RENCANA PENATALAKSANAAN

NAMA OBAT DOSIS


Infus RL 500 ml 20 tpm
Indexon 3 x 0,5 cc
Vit C 3 x 1 cc
Gluconas 3 x 1 cc
Cefixime 2 x ½ cth
Pacetik 3 x ½ cth
IMBOOST SYRUP 120 ml 3 x ½ cth
LASAL SYRUP 100 ml 3 x 1 cth
YEKADRYL SYP 1 x 1 cth

Anda mungkin juga menyukai