Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM


PIDANA NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan


Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum

Oleh:
M DIPO SYAHPUTRA LUBIS
090200021

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM
PIDANA NASIONAL DAN HUKUM PIDANA ISLAM

JURNAL

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan


Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum

Oleh:
M DIPO SYAHPUTRA LUBIS
090200021

Disetujui Oleh

KETUA DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Dr. Muhammad Hamdan, S.H, M.H


NIP. 195703261986011001

DOSEN EDITOR

Dr. M. Eka Putra, SH, M.Hum


NIP. 197110051998011001

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................i

ABSTRAKSI.........................................................................................................ii

A.
Pendahuluan................................................................................................1
B.
Permasalahan...............................................................................................2
C.
Metode Penelitian........................................................................................2
D.
Hasil Penelitian............................................................................................4
1. Pencurian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)...4
2. Unsur-Unsur Pencurian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP)......................................................................................4
3. Sanks Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian Berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).............................................6
4. Macam-Macam Pencurian dan Pengertiannya Menurut Hukum Islam.7
5. Unsur-Unsur Pencurian Menurut Hukum Islam....................................8
6. Hukuman Untuk Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Islam......8
7. Hal-Hal Yang Menggugurkan Hukuman Menurut Hukum Islam.........9
E. Penutup........................................................................................................9
1. Kesimpulan............................................................................................9
2. Saran.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................iii
ABSTRAKSI

Harta adalah suatu penopang kehidupan setiap umat manusia. Hukum


Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menghormati dan
melindungi kepemilikan pribadi-pribadi terhadap harta dan menjadikan hak
mereka terhadap harta sebagai hak yang suci. Tindak pidana pencurian
merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma-norma pokok atau dasar
yang hidup di masyarakat, yaitu norma agama dan norma hukum.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan hukum pidana islam (Fiqih
Jinayah) adalah sistem-sistem hukum yang mengatur terhadap tindak pidana
pencurian yang sering terjadi di dalam kehidupan masyarakat dan melindungi
setiap hak untuk memiliki suatu benda yang dimiliki oleh masyarakat.
Penilaian yang obyektif tentang berhasil atau tidaknya sebuah sistem hukum
seharusnya adalah dengan melihat pengaruh yang ditimbulkan terhadap
psikologi pelaku, selain juga dilihat dari berhasil atau tidaknya hukuman itu
memberantas kejahatan. Apabila tidak berhasil merealisasikan tujuan ini,
maka hukuman tersebut dinyatakan gagal dan malah merusak, dan karenanya
harus diganti dengan hukuman lain yang bisa memberantas kejahatan dan
mempunyai pengaruh dalam psikologis kejahatan tersebut.
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif
Library Research (peneliti pustaka), adapun metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif-analisis, artinya dengan mendeskriptif,
mencatat, menganalisis, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang ada.
Hasil penelitian sebagai jawaban atas permasalahan di atas adalah
bahwa hukum konvensional menjadikan hukuman penjara sebagai hukuman
atas tindak pidana pencurian sebenarnya gagal dalam memberantas tindak
pidana secara umum dan tindak pidana pencurian secara khusus. Fikih
Jinayah yang memberlakukan hukuman hudud atau potong tangan sangat
mengurangi pencuri dalam bekerja. Kesempatan untuk mengembangkan
usahanya terputus karena hilangnya tangan tersebut sehingga mengurangi
jumlah tindak pidana pencurian di suatu negara.

Kata Kunci : Perbandingan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian.


A. PENDAHULUAN
Tindak pidana pencurian merupakan suatu perbuatan yang melanggar
norma-norma pokok atau dasar yang hidup di masyarakat, yaitu norma agama
dan norma hukum. Agama manapun akan melarang suatu tindakan pencurian
karena hal tersebut merupakan suatu dosa yang harus dipertanggungjawabkan
oleh pelakunya di dunia dan akhirat. Hukum positif yang berlaku di suatu negara
juga melarang hak-hak pribadi dari setiap orang, salah satunya adalah hak untuk
memiliki setiap benda.
Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Bab XXII Buku II KUHP
ialah tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok yang memuat semua unsur dari
tindak pidana pencurian.
Di dalam hukum Islam harta dimaksudkan sebagai penopang kehidupan.
Hukum Islam menghormati kepemilikan pribadi-pribadi terhadap harta dan
menjadikan hak mereka terhadap harta sebagai hak yang suci. Seorang pun tidak
boleh melakukan tindakan sewenang-wenang terhadapnya dengan pertimbangan
apapun.
Pencurian menurut syara’ adalah pengambilan oleh seorang mukallaf
yang baligh dan berakal terhadap harta milik orang lain secara diam-diam, apabila
barang tersebut mencapai nisab (batas minimal) dari tempat simpanannya tanpa
ada subhat barang-barang yang diambil tersebut.
Didalam hukum Islam ada dua pencurian: pencurian yang mewajibkan
jatuhnya hukum hudud, pencurian yang mewajibkan jatuhnya hukuman ta’zir.
Pencurian yang mewajibkan jatuhnya hukuman hudud terdiri atas dua hal :
pencurian kecil (sariqah sugra) dan pencurian besar (sariqah kubra). Pencurian
yang hukumannya takzir.
Hukum Islam memandang tindak pidana pencurian sebagai tindak pidana
yang berbahaya dan oleh karenanya maka hukumannya sudah ditetapkan oleh
syara’ yaitu hukuman potong tangan sebagaimana tercantum dalam Surat Al-
Maidah ayat 38 sebagai berikut :
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencari, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S.Al-
Maidah: 38).

Dalam menjatuhkan hukuman potong tangan, para ulama


mempertimbangkan harta yang dicuri bernilai secara hukum, harus tersimpan di
tempat penyimpanan yang biasa dan mencapai nisab. Jika tidak mencapai nisab,
maka tidak ada hukuman potong tangan tetapi diganti dengan ta’zir (hukuman).

B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
1. Bagaimana tindak pidana pencurian diatur didalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) ?
2. Bagaimana tindak pidana pencurian diatur didalam hukum pidana Islam?
3. Bagaimana perbandingan tindak pidana pencurian menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan hukum pidana Islam ?

C. METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan adalah meliputi:
1. Metode Pendekatan
Jenis (tipe) penelitian ini adalah penelitian normatif, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Sumber
data sekunder adalah data yang mendukung atau data tambahan bagi data primer.
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek
penelitian.1

1
. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, h. 91.
2. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh suatu
organisasi atau perorangan yang berasal dari pihak lain yang pernah
mengumpulkan atau mengolah sebelumnya.2 Data sekunder terdiri dari 3 jenis
bahan hukum antara lain: bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
hukum tersier.

3. Metode Penelitian

Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu

bentuk penelitian yang tidak terlepas dari norma-norma hukum dan asas-asas

hukum yang ada.3

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah Library Research,

yaitu penelitian kepustakaan seperti melakukan inventarisasi terhadap peraturan

perundang-undangan dan dokumen serta literatur yang berkaitan dengan

persoalan yang dikaji.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang telah terkumpul dianalisa

secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif, yaitu penarikan

2
Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, UMM Press, Malang,
2002, hal. 112
3
Peter Mahmud Marjuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hal.87
kesimpulan yang berawal dari pengetahuan yang bersifat umum kemudian ditarik

suatu kesimpulan khusus.

D. HASIL PENELITIAN
1. Pencurian Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Tindak pidana pencurian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) diatur dalam Pasal 362, Pasal 364, Pasal 363 ayat (1) dan ayat (2), Pasal
365, dan Pasal 367 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencurian Menurut Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana (KUHP).
a. Pencurian Biasa
Unsur-unsur tindak pidana pencurian yang diatur di dalam Pasal 362 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana terdiri :
a) Unsur Subjektif (Met het oogmerk om het zich weder rechtelijk toe te
eigenen) atau dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara
melawan hukum. Unsur subjektif terdiri dari dua unsur, yakni pertama
unsur maksud (kesengajaan sebagai maksud atau opzet als oogmerk).

b) Unsur-unsur objektif :
1) Hij atau barang siapa ;
2) Wegnemen atau mengambil ;
3) Eenig goed atau sesuatu benda ;
4) Dat geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehoort atau yang
sebahagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.

b. Pencurian ringan
Pencurian ringan yang diatur di dalam KUHP Pasal 364 adalah pencurian
yang mana jika nilai barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh
rupiah (Rp.250,-). Tentang nilai benda yang dicuri itu semula ditetapkan tidak
lebih dari dua puluh lima ribu rupiah (Rp.25.000,) tetapi kemudian dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Hukum Pidana telah diubah
menjadi dua ratus lima puluh ribu rupiah (Rp.250.000,-).

c. Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde)


Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde diestal) adalah bentuk
pencurian yang dirumuskan dalam pasal 363 KUHP baik ayat 1 maupun ayat 2.
Unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan dapat
dipaparkan sebagai berikut:
a) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1) Ke-1 pencurian ternak.
2) Ke-2 pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir,
gempa bumi atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam,
kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara,
pemberontakan atau bahaya perang .
3) Ke-3 pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang
yang ada di situ yang tidak diketahui atau tidak dikehendaki
oleh yang berhak.
4) Ke-4 pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama.
5) Ke-5 pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan
kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya,
dilakukan dengan membongkar, merusak atau memanjat atau
dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian
jabatan (seragam) palsu.
b) Jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah
satu tersebut ke-4 dan ke-5, maka dikenakan pidana paling lama
Sembilan tahun.
d. Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan.
Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP juga
merupakan gequalificeerde diefstal atau suatu pencurian dengan kualifikasi
ataupun merupakan suatu pencurian dengan unsur-unsur yang memberatkan.

e. Tindak Pidana Pencurian dalam Keluarga.


Tindak pidana pencurian dalam keluarga telah diatur di dalam Pasal 367
KUHP. Tindak pidana pencurian dalam keluarga hanya terhadap harta kekayaan
berupa benda-benda bergerak milik istri atau suami meraka telah dijadikan
klachtdelict atau delik aduan di dalam Padal 367 ayat (12) KUHP.4

3. Sanksi Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian Berdasarkan Kitab


Undang Undang Hukum Pidana
a. Pencurian dalam bentuk pokok dapat dipidana penjara selama-lamanya 5
(lima) tahun atau pidana denda setinggi-tingginya Rp.900 (sembilan ratus
rupiah).
b. Pencurian ringan dipidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
pidana denda setinggi-tingginya Rp.900 (sembilan ratus rupiah).
c. Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde) dipidana penjara
selama-lamanya 7 (tujuh) tahun. Sedangkan terhadap Pasal 363 Ayat
(2) KUHP dikenakan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun.
d. Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan dapat dipidana penjara
selama-lamanya 9 (sembilan) tahun dengan dapat bertambah menjadi
hukuman penjara selama-lamanya 12 (dua belas) tahun apabila tindak
pidana pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde). Dapat
bertambah menjadi hukuman penjara selama-lamanya 12 (dua belas)
tahun apabila tindak pidana pencurian dalam bentuk diperberat
(gequalificeerde) itu membuat mati orang atau Hukuman mati atau
seumur hidup atau penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya 20
tahun, dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang yang terluka atau

4
Ibid, h. 64.
mati, dan lagi perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau
lebih.

4. Macam-Macam Pencurian dan Pengertiannya Menurut Hukum Islam


Menurut syara’, pencurian adalah mengambil harta orang lain yang oleh
mukallaf secara sembunyi-sembunyi dengan nisab 10 dirham yang dicetak,
disimpan pada tempat penyimpanan yang biasa digunakan atau dijaga oleh
seorang penjaga dan tidak ada syubhat.5 Adanya persyaratan “dalam keadaan
sembunyi-sembunyi”, seperti dalam definisi tadi, menunjukkan bahwa orang yang
mengambil harta orang lain secara terang-terangan tidak termasuk kategori
pencurian yang diancam dengan hukuman had, hal ini dialaskan pada Hadist
Rasulullah SAW yang menegaskan :
“Tidak dipotong tangan orang yang menipu, dan tidak pula (dipotong) tangan
orang yang mencopet” (H.R.Ahmad).

Pencurian dalam syariat Islam ada dua macam, yaitu sebagai berikut :
a. Pencurian yang hukumannya had adalah pencurian yang ancaman
hukuman yang telah ditegaskan macam dan kadarnya dalam Al-Qur’an
dan Sunnah. Pencurian yang hukumannya had terbagi kepada dua bagian
yaitu pencurian ringan (kecil) dan pencurian berat (besar).
b. Pencurian yang hukumnnya ta’zir. artinya memberi pelajaran.6Ta’zir
juga diartikan dengan Ar-Raddu wal Man’u, yang artinya menolak dan
mencegah.7 Secara umum, tindak pidana ta’zir terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu sebagai berikut :8
a) Tindak pidana hudud dan tindak pidana kisas yang syubhat, atau tidak
jelas, atau tidak memenuhi syarat, tetapi merupakan maksiat.
b) Tindak pidana atau kemaksiatan yang ditentukan oleh Al-Qur’an dan
Hadist, tetapi tidak ditentukan sanksinya.

5
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Opcit, h. 82.
6
Ibid, h. xii.
7
Ibid, h. xii.
8
Ibid, h. 55.
c) Berbagai tindak pidana atau kemaksiatan yang ditentukan oleh ulil
amri (penguasa) berdasarkan ajaran Islam demi kemashlahatan umum.

5. Unsur-Unsur Pencurian Menurut Hukum Islam


Pencurian baru diancam dengan hukuman had jika memenuhi beberapa
unsur yaitu :
a. Tindakan mengambil secara sembunyi-sembunyi,
b. Unsur benda yang diambil berupa harta,
c. Unsur benda yang diambil adalah hak orang lain
d. Adanya niat yang melawan hukum.

6. Hukuman untuk Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Islam.


Bila tindakan pencurian telah terbukti dan telah melengkapi segala unsur
dan syarat-syaratnya adalah :
a. Hukuman Potong Tangan
Pencurian yang dikenai had potong tangan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a) Perbuatannya termasuk dalam definisi pencurian.
b) Harta yang dicuri mencapai nisab.
c) Harta yang dicuri adalah harta yang terjaga (diperbolehkan
dimiliki),
d) Harta yang dicuri berada di tempat penyimpanan.
e) Pelaku adalah orang mukalaf, berakal, dan baligh, baik muslim
maupun ahlul dzimmah.9
f) Pelaku bukan ayah, bukan anak, atau bukan suami/istri dari
pemilik harta yang dicuri.
g) Pelaku tidak memiliki semi kepemilikan terhadap harta yang
dicurinya.

9
Ahlul dzimmah adalah orang-orang kafir yang hidup di tengah masyarakat Islam dan di
bawah naungan Islam dengan persyaratan dan perjanjian tertentu, serta tidak memusuhi orang
muslim.
h) Pencurian telah dibuktikan di depan persidangan, yaitu dengan
pengakuan pelaku dan atau kesaksian dua orang laki-laki yang
adil.

b. Pengganti Kerugian (Dhaman)


Menurut Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya penggantian kerugian
dapat dikenakan terhadap pencuri apabila ia tidak dikenai hukuman potong
tangan.

7. Hal – Hal yang Menggugurkan Hukuman Menurut Hukum Islam


Awdah menyebutkan enam hal yang menggugurkan hukuman potong
tangan atas diri seorang pencuri :10
a. Pemilik harta membantah pengakuan (ikrar) seseorang atau kesaksian
para saksi.
b. Ada pemberian maaf dari pihak yang dirugikan
c. Seseorang membatalkan ikrarnya
d. Pihak pelaku pencurian mengembalikan harta yang dicurinya kepada
pemilik sebelum pengaduannya sampai ke Pengadilan.
e. Harta benda yang dicuri itu kemudian menjadi milik pihak pencuri
sebelum kasus tersebut diangkat ke Pengadilan
f. Pihak pencuri mengklaim bahwa harta yang dicurinya itu adalah hak
miliknya.

E. PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Perbedaan Antara Tindak Pidana Pencurian Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana dengan Hukum Islam.

10
Satria Effendi dan M zein, Kejahatan Terhadap Harta dalam Perspektif Hukum Islam”,
opcit h. 127-129.
a) Ditinjau dari segi sumber dan jenis :
Perbandingan antara hukum pidana nasional yang bersumber dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan hukum pidana Islam yang
bersumber dari Al –Qur’an terdapat di dalam Qur’an Surah Al-Maidah (5) ayat:
38, As-sunnah, Ijma’, Qiyas, dan sumber-sumber lainnya

b) Ditinjau dari segi unsur .


1) Perbuatan mengambil menurut Fiqih Jinayat harus dilakukan dengan
cara sembunyi-sembunyi, sedangkan perbuatan mengambil di dalam
KUHP tidak mensyaratkan dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi
2) Terkait unsur barang/benda menurut fiqih Jinayat benda itu harus bernilai
sebagai harta dan memilik kasar tertentu (nisab), sedangkan menurut
KUHP barang/benda seperti pohon yang ada dipinggir jalan yang
merupakan milik masyarakat umum, aliran listrik, bahkan sehelai rambut
manusia juga merupaka objek dari tindak pidana pencurian asalkan
diambil tanpa izin dari si pemiliknya.
3) Unsur kepemilikan menurut fiqih jinayat jika pada barang/benda itu
terdapat syibh al-milk (dianggap sebagai pemiliknya) bagi pencuri,
Sedangkan, barang/benda yang menjadi objek tindak pidana pencurian
menurut KUHP, tidak perlu seluruhnya kepunyaan orang lain, maka
perbuatan seperti yang penulis sampaikan di atas juga merupakan tindak
pidana pencurian yang diancam dengan pidana yang sama.

c) Ditinjau dari segi jenisnya.


Jenis-jenis tindak pidana pencurian menurut Kitab Undang-Undang yaitu
terdiri atas : Pencurian dalam bentuk pokok,Pencurian ringan (gepriviligeerde
diefstal), Pencurian dalam bentuk diperberat (gequalificeerde), Pencurian dengan
kekerasan, Pencurian dalam kalangan keluarg,
Jenis-jenis pencurian menurut hukum islam terdiri atas 2 (dua) bagian
yaitu : 1). Pencurian yang hukumnya had, 2). Pencurian yang hukumnya ta’zir
yang terbagi atas : Semua jenis pencurian yang dikenai hukuman had, tetapi
syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, Pengambilan harta milik orang
lain dengan sepengetahuan pemilik tanpa kerelaannya dan tanpa kekerasan.

d) Ditinjau dari Segi Sanksi


Sanksi pidana yang timbul terhadap pelaku tindak pidana dalam tindak
pidana pencurian menurut KUHP memiliki sanksi yang sama antara satu dengan
yang lainnya yaitu sanksi pidana penjara dan denda bagi pelaku sedangkan
terhadap sanksi pidana yang dapat ditimbulkan terhadap tindak pidana yang
dilakukan oleh pelaku pidana pencurian menurut fiqih jinayat penjatuhan
hukuman baik potongan hukum tangan (Qishas), pemukulan, penghinaan, atau
embargo, atau pengasingan serta hukuman berupa keharusan mengembalikan
harta yang dicurinya.

b. Persamaan Antara Tindak Pidana Pencurian Menurut Kitab Undang-


Undang Hukum Pidana dengan Hukum Islam.

Persamaan antara sistem hukum nasional dengan sistem hukum Islam


(fiqih jinayat) adalah sebagai berikut :
1) Dari Segi Unsur.
NO Unsur Pencurian (KUHP) Sariqah (hudud)
1. Mengambil Ada Ada
2. Barang/ Benda Ada Ada
3. Milik Orang Lain Ada Ada
4. Dengan Sengaja Ada Ada

2) Dari Segi Landasan Penjatuhan Sanksi


Terhadap tindak pidana pencurian baik dari KUHP maupun fikih jinayat
melandasi penjatuhan sanksi pidananya kepada nilai-nilai kemanusiaan. Dimana
sistem hukum nasional melandaskan hal tersebut kepada Hak Asasi Manusia
(HAM) sedangkan sistem hukum islam melandaskan hal tersebut kepada prinsip
dasar ajaran agama islam yaitu “habbulminannas” (hubungan antara manusia
dengan manusia itu sendiri).

2. Saran
a. Untuk mencapai tujuan utama penegakan hukum dan penerapan hukum
pidana yaitu untuk menciptakan keadilan, ketentraman, dan
menimbulkan efek jera terhadap masyarakat dan pelaku tindak pidana
perlu kiranya menyeimbangkan antara aspek sanksi dunia dan aspek
sanksi akhirat yang dapat terwujud dengan membina hubungan saling
keterkaitan antara hukum pidana nasional dengan hukum pidana islam.
b. Diantara hukum pidana nasional dengan hukum pidana islam terdapat
hubungan timbal balik yang saling berhubungan dan melengkapi antara
satu dengan lainnya. Dimana dalam hal ini hukum pidana nasional yang
memiliki orientasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan juga dianut oleh
hukum pidana Islam. Akan tetapi didalam hukum pidana nasional sanksi
hukum yang ditimbulkan lambat laun tidak memiliki nilai-nilai
efektivitas sebagai penimbul rasa jera di dalam diri masyarakat, maka
dalam hal ini kedudukan hukum pidana islam sebagai hukum yang
memiliki sanksi hukum yang berat dan tegas dapat melengkapi
kekurangan daripada hukum nasional tersebut.
c. Penggabungan antara sistem hukum pidana nasional dengan sistem
hukum pidana Islam dapat menelurkan sebuah hukum yang relevan dan
efektif dan sesuai dengan prinsip kebhinekaan yang dijunjung oleh
negara Republik Indonesia untuk memproteksi kehidupan masyarakat
Indonesia dari perbuatan tindak pidana pencurian serta sangat ampuh
untuk mengurangi tingginya angka pencurian di negara Republik
Indonesia dengan suatu syarat konseptual harus dijalankan dengan lurus
sebagaimana mestinya dan seadil-adilnya.
DAFTAR PUSTAKA :
Abdurrahman, Muslan. 2002. Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum. UMM
Press: Malang.
Azwar , Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Effendi, Satria dan M zein. Kejahatan Terhadap Harta dalam Perspektif Hukum
Islam. Pejaten Barat: Pustaka Firdaus.
Lamintang, P.A.F dan Djisman Samosir. 1990. Delik-delik Khusus Kejahatan
yang Ditujukan Terhadap Hak Milik dan lain-lain Hak yang Timbul dari
Hak Milik. Bandung: Tarsito.
Lamintang, P.A.F dan Theo Lamintang. Delik-delik khusus kejahatan terhadap
harta kekayaan. Edisi kedua Jakarta: Sinar Grafika.
Peter , Mahmud Marjuki. 2010. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana
Soekanto Soerjono. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press.
Soesilo, R. 1994. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia.

Anda mungkin juga menyukai