Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK

OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK

Disusun oleh :
Risky Ade Setiawan (17650054
Rizal Adianto (17650055)
Adi Yulianto (17650063)
Sadikin (17650062)
Akhmad Fernanda (17650059)

Program Studi : Teknik Elektro


Jenjang : Sarjana (S-1)

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
2020
BAB I
PENDHULUAN

1. Latar Belakang
Sistem Tenaga Listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu Pembangkitan,
Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan
distribusi. Jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang paling dekat
dengan masyarakat. Jaringan distribusi dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaringan
distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Tegangan distribusi primer yang
dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV, 6 KV. Pada saat ini, tegangan distribusi primer
yang cenderung dikembangkan oleh PLN adalah 20 kV. Tegangan pada jaringan
distribusi primer diturunkan oleh gardu distribusi menjadi tegangan rendah yang
besarnya adalah 380/220 V, dan disalurkan kembali melalui jaringan tegangan rendah
kepada konsumen. Pada operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan -
gangguan yang dapat mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke
konsumen. Gangguan adalah penghalang dari suatu sistem yang sedang beroperasi
atau suatu keadaan dari sistem penyaluran tenaga listrik yang menyimpang dari
kondisi normal. Suatu gangguan di dalam peralatan listrik didefinisikan sebagai
terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang menyebabkan aliran arus
listrik keluar dari saluran yang seharusnya. Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992 2
gangguan didefinisikan sebagai suatu kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu
perangkat, komponen, atau suatu elemen untuk bekerja sesuai dengan fungsinya.
Gangguan hampir selalu ditimbulkan oleh hubung singkat antar fase atau hubung
singkat fase ke tanah. Suatu gangguan distribusi hampir selalu berupa hubung
langsung atau melalui impedansi. Istilah gangguan identik dengan hubung singkat,
sesuai standart ANSI/IEEE Std. 100-1992.
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api)
pada impedansi yang relative rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara
dua titik yang mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan
hubung singkat digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan singkat. Mengatasi
gangguan tersebut, perlu dilakukan analisis hubung singkat sehingga sistem proteksi
yang tepat pada Sistem Tenaga Listrik dapat ditentukan. Analisis hubung singkat
adalah analisis yang mempelajari kontribusi arus gangguan hubung singkat yang
mungkin mengalir pada setiap cabang di dalam sistem (di jaringan distribusi,

1
transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit) sewaktu gangguan hubung singkat yang
mungkin terjadi di dalam system tenaga listrik. Sistem proteksi memegang peranan
penting dalam kelangsungan dan keamanan terhadap penyaluran daya listrik.
Pengamanan pada jaringan transmisi perlu mendapat perhatian yang serius dalam
setiap perencanaannya. Sistem transmisi memiliki parameter-parameter dan keadaan
sistem yang berubah secara terus menerus, sehingga strategi 3 pengamanannya harus
disesuaikan dengan perubahan dinamis dalam hal desain dan pengaturan peralatannya.
Sistem proteksi berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik dari kemungkinan
kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan, misalnya gangguan dari alam atau akibat
rusaknya peralatan secara tiba-tiba, melokalisir daerah-daerah sistem yang mengalami
gangguan sekecil mungkin, dan mengusahakan secepat mungkin untuk mengatasi
gangguan yang terjadi di daerah tersebut, sehingga stabilitas sistemnya dapat
terpelihara, dan juga untuk mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik. CB (Circuit Breaker) atau biasa juga disebut PMT (pemutus tenaga)
merupakan salah satu bagian penting dalam sistem pengamanan jaringan transmisi
yang digunakan untuk memutuskan arus beban apabila sedang terjadi gangguan
seperti kondisi hubung singkat, untuk mencegah meluasnya gangguan ke jaringan
yang lain.

1. Rumusan Masalah
• Apa yang di maksud strategi operasi sistem tenaga listrik
• Apa yang di maksud dengan cadangan berputar
• Apa yang di maksud jaringan
• Apa yang di maksud perkiraan kebutuhan energi listrik

2. Tujuan
• Agar dapat mengetahui tentang strategi sistem tenaga listrik
• Agar dapat mengetahui tentang cadangan berputar
• Agar dapat mengetahui tentang jaringan
• Agar dapat mengetahui tentang perkiraan kebutuhan energi listrik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi Operasi Sistem Tenaga Listrik

Energi listrik yang dipakai tentunya harus bersifat efisien, efektif, bermutu dan
bisa diandalkan. Berarti dalam pembangkitan dan penyaluran energi itu harus
dilakukan secara ekonomis dan rasional. Untuk mencapai tujuan itu ternyata dalam
pengoperasiannya banyak kendala yang harus dihadapi, hal ini disebabkan karena
timbulnya kejadian di sistem tenaga listrik (TL) yang bersifat random. Sedangkan
kondisi operasi itu bisa berubah, kalau terjadi perubahan beban dan keluarnya
peralatan jaringan pada sistem secara random. Hal ini tentunya akan menyebabkan
terjadinya deviasi operasi. Untuk itulah perlu dilakukan persiapan operasi yang
matang supaya deviasinya relatif kecil.
Sementara itu pada sistem TL yang bersifat dinamis perlu dilakukan prediksi
operasi, hal ini untuk memberi gambaran kondisi operasi kepada operator. Kemudian
dengan digunakannya teknik optimasi yang canggih pada pengoperasian sistem TL
serta problem yang muncul dianalisa maka hasil yang dicapaipun semakin optimal.
Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana suatu sistem TL itu andal dan ekonomis,
maka digunakanlah suatu alat ukur yang berfungsi sebagai dasar untuk mengadakan
perincian. Alat ukur itu menggunakan metoda LOLP (Loss of Load Probability).
Adapun alat ukur itu dipakai untuk menghitung alokasi energi, rencana pemeliharaan
unit pembangkit dan neraca daya.

1. Sistem operasi tenaga listrik

Pada perencanaan operasi sistem TL yang baik dan akurat tentunya pengawasan
selama sistem TL itu beroperasi relatif tidak perlu dilakukan. Sedangkan
perencanaan operasi itu sendiri adalah perencanaan bagaimana suatu sistem akan
dioperasikan untuk jangka waktu tertentu. Karena biaya operasi dari sistem
merupakan biaya terbesar dari suatu perencanaan yaitu mencapai kira-kira 70% dari
seluruh biaya, maka perencanaan operasi perlu dilakukan dengan menggunakan
berbagai teknik optimasi agar dapat dicapai biaya operasi yang betul-betul dapat
dipertanggung jawabkan. Sementara itu jika dalam operasi terjadi ketidak cocokan
yaitu antara prediksi dan kenyataan terlebih pada kejadian yang tidak diharapkan,

3
maka hal inilah yang disebut kesenjangan antara perencanaan operasi dan operasi
real time. Untuk itulah prinsip dari perencanaan operasi harus memikirkan agar
persamaan :
Daya yang dibangkitkan = Beban + Rugi-rugi,
Selalu terpenuhi sepanjang waktu dengan biaya yang optimum. Mengingat hal
itu maka di dalam perencanaan operasi ada 6 masalah utama yang harus dipikirkan
secara khusus :

1. Pemeliharaan peralatan dalam sistem yang berkaitan dengan kemampuan


penyediaan daya untuk menghadapi beban.
2. Perkiraan beban yang akan terjadi dalam sistem untuk jangka waktu tertentu.
3. Perkiraan hujan yg akan jatuh dalam catching area PLTA untuk memperkirakan
kemampuan produksi PLTA dalam kaitannya dengan proses optimasi hidro-
thermis untuk menghadapi beban dalam butir 2.
4. Penjadwalan operasi unit-unit pembangkit yang optimum untuk menghadapi
beban yang diperkirakan dalam butir 2.
5. Pengaturan pembagian beban antara unit-unit pembangkit yang beroperasi
dalam sistem agar didapat pembebanan umum.
6. Kemungkinan terjadinya deviasi terhadap perencanaan operasi serta cara-cara
mengatasi hal ini.

Program real time yang digunakan pada P2B (Pusat Pengaturan Beban) terdiri
dari logika dan kalkulasi sederhana dengan menggunakan data yang diterima pusat
pembangkit. Pengaturan beban adalah pengaturan pembagian beban di antara pusat-
pusat listrik dalam sistem agar dapat melayani kebutuhan tenaga listrik dari sistem
dengan cara ekonomis dan dengan mempertimbangkan atau memperhatikan mutu
serta keadaan tenaga listrik yang dihasilkan. Sedangkan program yang lebih canggih
dari real time adalah program extended real time model matematisnya lebih komplek
biasanya prioritasnya lebih rendah. Tapi dalam operasinya juga berkomunikasi
dengan real time untuk pengaturan fungsi yang otomatis. Sedangkan penggunaan
fungsi untuk mengadakan transfer data sehingga program tersebut digunakan untuk
studi. Kemudian dengan adanya pusat pengaturan beban (P2B), maka hal itu
sangatlah membantu operator dalam pelaksanaan operasi real time. Dan dengan
digunakannya sistem komputerisasi pada P2B maka penggabungan antara sekuriti

4
dan ekonomis bisa dicapai pada setiap pelaksanaan operasi. Di mana prosedur di
dalam pelaksanaan operasi haruslah berorientasi terhadap sekuritas dan ekonomis.
Sekuriti adalah ketahanan/kemampuan suatu sistem untuk memenuhi kebutuhan
beban.
Sementara itu seluruh pelaksanaan operasi mempunyai tujuan supaya sistem TL
untuk selalu tetap dalam kondisi normal. Namun jika terjadi gangguan, maka
operator haruslah segera berusaha membawa sistem ke kondisi normal. Sedangkan
pada kondisi normal itu pembangkitan bisa diatur sedemikian rupa sehingga ongkos
seminim mungkin bisa dicapai. Pada kondisi siap-siaga kendala beban dapat diatasi
tapi kendala sekuriti tidak dapat diatasi sehingga kondisi ini bisa juga dikatakan
sebagai kondisi darurat. Di mana pada kondisi darurat ini kendala operasi dan
kendala sekuriti tidak bisa diatasi, sehingga kondisi ini harus segera kembali ke
kondisi normal dengan sedikit mungkin gangguan pada konsumen. Pada kondisi
pemulihan hanya terdapat kendala operasi sedangkan gangguan sistem telah
dihentikan. Tujuan kondisi ini adalah mengembalikan sistem kepada keadaan semula
secepatnya.

2. Pemeliharaan

Sebenarnya pemeliharaan bukanlah suatu pekerjaan yang luar biasa, asal


dikelola secara baik dan tepat serta mengikuti petunjuk yang sesuai, peralatan akan
menampilkan keandalan yang tinggi dan dengan biaya yang wajar. Oleh karena itu
masalah pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang sewajarnya. Menurut
pengertiannya pemeliharaan tersebut adalah suatu, usaha/kegiatan terpadu yang
dilakukan terhadap instalasi dan sarana pendukungnya untuk mencegah kerusakan
atau mengembalikan/memulihkan instalasi dan sarana kepada keadaan yang
normal/keadaan yang layak. Sesuai dengan pengertian di atas keadaan yang ingin
dicapai itu antara lain adalah agar instalasi dan sarana tersebut :
• Mempunyai umur (masa guna) yang panjang.
• Selalu menampilkan unjuk kerja seperti keandalan, daya mampu dan efisiensi
yang optimal.
• Tetap dalam keadaan baik dan selalu dalam keadaan siap pakai.
• Teratur, rapi dan memberikan suasana yang menyenagkan.

5
• Dapat mengembalikan modal/biaya yang sudah dikeluarkan dalam jangka
waktu yang tepat dan memberikan keuntungan.
• Aman terhadap petugas dan lingkungan.

Peralatan dalam sistem perlu dipelihara secara periodik sesuai dengan buku
petunjuk pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pabrik peralatan yang bersangkutan.
Namun di lain pihak pemeliharaan peralatan yang menyebabkan peralatan tersebut
menjadi tidak siap operasi dalam sistem perlu dikoordinir agar penyediaan daya
dalam sistem selalu memenuhi kebutuhan beban + rugi-rugi. Sementara itu cadangan
daya harus cukup tinggi hal ini untuk menjamin tersedianya daya pembangkit yang
cukup tinggi dalam sistem. Cadangan daya ini merupakan ukuran keandalan.

B. Cadangan Berputar

Cadangan Berputar (Spinning reserve). adalah cadangan daya pembangkitan


yang terdapat pada unit-unit pembangkit yang beroperasi paralel dengan sistem,
tanpa beban maupun rugi-rugi yang harus disuplai. Cadangan berputar harus
sedemikian rupa, sehingga kerugian satu atau lebih unit tidak akan mengakibatkan
penurunan frekuensi sistem. Sehingga, jika satu unit pembangkit gagal, harus ada
yang menyuplai daya dari unit lainnya untuk mengatasi keadaan yang terjadi pada
suatu periode waktu tertentu.
Sejumlah unit kadangkala harus di shutdown pada saat beban rendah untuk
menghemat biaya. " commitment list merupakan daftar pembangkit yang harus dapat
dioperasikan untuk mengimbangi peningkatan beban yang tinggi, misalnya di pagi
hari.
Mengingat waktu untuk mengaktifkan pembangkit dan waktu untuk melakukan
sinkronisasi biasanya lebih panjang dari kenaikan beban maka umumnya
pembangkit harus disiapkan cukup lama sebelumnya dengan excess power sekitar
50% hingga 100% dari kapasitas dalam periode adanya kenaikan beban yang cepat.
Besarnya excess power disebut sebagai spinning reserved/cadangan berputar.

6
Spinning reserve umumnya sangat mahal dibandingkan saat beroperasi normal
pada kapasitas penuh. Namun demikian tetap diperlukan untuk menjaga kehandalan
yang nilainya berkisar antara 4% hingga 8%.

Tidak ada forecast yang betul betul sempurna kerap terjadi dengan allowance
sebesar 1% hingga 2%. Selain itu juga dicadangkan sebesar 1% hingga 2% dari
spinning reserve untuk mengatasi lonjakan beban yang bersifat mendadak yang
terjadi dalam orde detik (2 hingga 5 detik). Disamping itu sistem operasi juga harus
mengantisipasi kehilangan daya mendadak akibat malfungsi pada pembangkit yang
terhubung dalam sistem interkoneksi atau pool

C. Jaringan
1. Sistem tenaga listrik

Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks
karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,
transformator, beban dan alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling
dihubungkan membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan,

7
menyalurkan, dan menggunakan energi listrik.

Namun secara mendasar sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan atas 3


bagian utama yaitu :
1) Sistem Pembangkitan
2) Pusat pembangkit tenaga listrik (electric power station) biasanya terletak jauh
dari pusat-pusat beban dimana energi listrik digunakan.
3) Sistem Transmisi
Energi listrik yang dibangkitkan dari pembangkit listrik yang jauh disalurkan
melalui kawat-kawat atau saluran transmisi menuju gardu induk (GI).

2. Sistem Distribusi

Energi listrik dari gardu-gardu induk akan disalurkan oleh sistem distribusi
sampai kepada konsumen. Ketiga bagian utama (pembangkitan, transmisi, dan
distribusi) tersebut menjadi bagian penting dan harus saling mendukung untuk
mencapai tujuan utama sistem tenaga listrik yaitu penyaluran energy listrik kepada
konsumen.

8
3. Komponen Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga


listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar
(seperti gardu transmisi) dengan konsumen tenaga listrik. Secara umum yang
termasuk ke dalam sistem distribusi antara lain, :
1. Gardu Induk ( GI )
2. Jaringan Distribusi Primer
3. Gardu Distribusi (Transformator)
4. Jaringan Distribusi Sekunder

a) Gardu Induk (GI)


Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan
secara langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik
adalah Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dan umumnya terletak di pingiran
kota. Untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat beban (konsumen)
dilakukan dengan jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi
sekunder. Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak
langsung, maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik
adalah Gardu Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan
transmisi dan menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi primer.
b) Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik
dari Gardu Induk ( GI ) ke konsumen untuk sistem pendistribusian
langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan
tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga
listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi
tegangan menengah memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk
wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada
tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang dapat mengganggu
frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon. Sifat pelayanan sistem
distribusi sangat luas dan kompleks, karena konsumen yang harus dilayani
mempunyai lokasi dan karakteristik yang berbeda. Sistem distribusi harus
dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan

9
konsumen di daerah terpencil. Sedangkan dari karakteristiknya, terdapat
konsumen perumahan dan konsumen dunia industri. Sistem konstruksi
saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran bawah tanah.
Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis,
alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai
jenis konsumen. Pada jaringan distribusi primer terdapat 4 jenis dasar yaitu :
• Sistem radial
• Sistem hantaran penghubung (tie line)
• Sistem loop
• Sistem spindel

c) Gardu Distribusi atau Trafo Distribusi


Gardu distribusi ( Trafo distribusi ) berfungsi merubah tegangan listrik
dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan
untuk konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi sekunder. Kapasitas
transformator yang digunakan pada transformator distribusi ini tergantung
pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas daerah pelayanan beban.
Gardu distribusi ( trafo distribusi ) dapat berupa transformator satu fasa dan
juga berupa transformator tiga fasa.

d) Jaringan Distribusi Sekunder


Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah
merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
konsumen. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi
sekunder ini adalah 130/230 V dan 130/400 V untuk sistem lama, atau
380/220 V untuk sistem baru. Universitas Sumatera Utara Tegangan 130 V
dan 220 V merupakan tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan
tegangan 400 atau 380 V merupakan tegangan fasa dengan fasa

4. Gangguan pada sistem tenaga listrik

Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal dimana
keadaan ini dapat mengakibatkan terganggunya kontinuitas pelayanan tenaga listrik.

10
Secara umum klasifikasi gangguan pada system tenaga listrik disebabkan oleh 2
faktor, yaitu:
1. Gangguan yang berasal dari sistem
2. Gangguan yang berasal dari luar sistem

Penyebab gangguan yang berasal dari dalam sistem antara lain :


1. Tegangan dan arus abnormal.
2. Pemasangan yang kurang baik.
3. Kesalahan mekanis karena proses penuaan
4. Beban lebih.
5. Kerusakan material seperti isolator pecah, kawat putus, atau kabel cacat
isolasinya.

Sedangkan untuk gangguan yang berasal dari luar sistem antara lain:
1. Gangguan-gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran lain. Gangguan
ini terjadi untuk sistem kelistrikan bawah tanah.
2. Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan surja
petir dapat mengakibatkan gangguan tegangan lebih dan dapat menyebabkan
gangguan hubung singkat karena tembus isolasi peralatan ( breakdown ).
3. Pengaruh lingkungan seperti pohon, binatang dan benda-benda asing serta
akibat kecerobohan manusia.

Bila ditinaju dari segi lamanya waktu gangguan, maka dapat dikelompokkan
menjadi : Gangguan yang bersifat temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya
atau dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya.
Gangguan sementara jika tidak dapat hilang dengan segera, baik hilang dengan
sendirinya maupun karena bekerjanya alat pengaman dapat berubah menjadi
gangguan permanen. Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk
membebaskannya diperlukan tindakan perbaikan dan/atau menyingkirkan penyebab
gangguan tersebut. Untuk gangguan yang bersifat sementara setelah arus
gangguannya terputus misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh rele
pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan
kembali. Sedangkan pada gangguan permanen terjadi kerusakan yang bersifat
permanen sehingga baru bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak
diperbaiki atau diganti

11
Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang
terganggu menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai harga
yang jauh lebih besar dari rating arus maksimum yang diijinkan, sehingga terjadi
kenaikan temperatur yang dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan listrik
yang digunakan.
Dalam sistem tenaga listrik tiga fasa, gangguan–gangguan arus lebih yang
mungkin terjadi adalah sebagai berikut yaitu :
a. Gangguan beban lebih (overload)
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus
menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri arus tersebut.
Pada saat gangguan ini terjadi arus yang mengalir melebihi dari kapasitas
peralatan listrik dan pengaman yang terpasang.
b. Gangguan hubung singkat
Gangguan hubung singkat dapat terjadi dua fasa, tiga fasa, satu fasa ke
tanah, dua fasa ke tanah, atau 3 fasa ke tanah. Gangguan hubung singkat ini
sendiri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu gangguan hubung
singkat simetri dan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan
yang termasuk dalam hubung singkat simetri yaitu gangguan hubung singkat
tiga fasa, sedangkan gangguan yang lainnya merupakan gangguan hubung
singkat tak simetri (asimetri). Gangguan ini akan mengakibatkan arus lebih pada
fasa.
Adapun akibat-akibat yang ditimbulkan dengan adanya gangguan hubung
singkat tersebut antara lain:
1. Rusaknya peralatan listrik yang berada dekat dengan gangguan yang
disebabkan arus-arus yang besar, arus tak seimbang maupun tegangan-
tegangan rendah.
2. Berkurangnya stabilitas daya system tersebut.
3. Terhentinya kontinuitas pelayanan listrik kepada konsumen apabila
gangguan hubung singkat tersebut sampai mengakibatkan bekerjanya CB
yang biasa disebut dengan pemadaman litrik.

c. Gangguan tegangan lebih


Gangguan tegangan lebih diakibatkan karena adanya kelainan pada sistem.
Gangguan tegangan lebih dapat terjadi antara lain karena :

12
1. Gangguan petir
2. Gangguan surja hubung, di antaranya adalah penutupan saluran tak
serempak pada pemutus tiga fasa, penutupan kembali saluran dengan cepat,
pelepasan beban akibat gangguan, penutupan saluran yang semula tidak
masuk sistem menjadi masuk sistem, dan sebagainya.

D. Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik


1. Prakiraan Pertumbuhan Beban Energi Listrik
Prakiraan atau forecast pada dasarnya merupakan dugaan atau prakiraan
mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang.
Secara umum terdapat empat kelompok besar metode prakiraan yang biasa
digunakan oleh banyak perusahaan kelistrikan yaitu sebagai berikut [6] :
a) Metode Analitis ( End Use )
b) Metode Ekonometri
c) Metode Kecenderungan ( Black Box)
d) Metode Gabungan
2. Parameter Prakiraan Pertumbuhan Beban Listrik
Dalam penyusunan prakiraan kebutuhan energi listrik ini, parameter-parameter
yang diprakirakan adalah sebagai berikut :
a) Prakiraan jumlah pelanggan rumah tangga, komersial, publik, dan industri,
b) Prakiraan konsumsi energi untuk pelanggan rumah tangga, komersial, publik,
dan industri.
c) Prakiraan kebutuhan energi total yang harus diproduksi dan beban puncak.
3. Perhitungan Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik
Menggunakan model DKL 3.2 yaitu suatu model yang disusun dengan
menggabungkan beberapa metode seperti ekonometri, kecenderungan, dan analitis
dengan pendekatan sektoral. Pendekatan sektoral yaitu suatu pendekatan dengan
mengelompokan pelanggan menjadi 4 sektor (rumah tangga, bisnis, umum, da
industri). Data kelistrikan yang digunakan merupakan data pemakaian energi
listrik selama 5 tahun terakhir yang dilihat dari sisi konsumen PLN. Pada model
ini pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan energi listrik adalah
dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat sektor yaitu:
a) Sektor rumah tangga, terdiri dari pemakai rumah tangga dan pemakai kecil
(golongan tarif R1, R2, dan R3)

13
b) Sektor bisnis, terdiri dari pemakai bisnis (golongan tarif B1, B2, dan B3, T, C,
M)
c) Sektor umum, terdiri dari pemakai gedung/kantor pemerintah, lamp
penerangan jalan umum, dan sosial. (golongan tarif S1 S2, S3, P1, P2, dan P3)
d) Sektor industri, terdiri dari pemakai industri dan hotel (golongan tarif I1, I2,
I3, dan I4).
4. Survey Dan Pengambilan Data Yang Diperlukan
Survey dilakukan untuk melihat keadaan eksis pengusahaan listrik pada PLN
APJ Malang terkait jumlah pelanggan, jumlah enregi lsitrik yang terpakai, sert
beberapa gardu induk untuk melihat keadaan pembebanan trafo. Pengambilan data
dilakukan pada dua sumber data (BPS dan PLN) untuk mendukung perhitungan
prakiraan yang sesuai dengan metode DKL 3.2. Karena APJ Malang meliput
wilayah pemerintahan yaitu: Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu
maka sumber data yang terkait dengan data pemerintahan ataupun pembangunan
(pertumbuhan PDRB) di ambil dari 3 BPS yang berbeda dan diambil rata-rata dari
3 wilayah pemerintahan tersebut. Sedangkan batasan data yang digunakan untuk
penelitian ini adalah dar tahun 2007-2010 untuk data dari BPS, dan untuk data dari
PLN diambil dari tahun 2007-2011. Data yang diambil adalah, pertumbuhan
PDRB, pertumbuhan PDRB bisnis, pertumbuhan PDRB umum, dan pertumbuhan
PDRB industri, jumlah pelanggan pada setiap sektor,dan jumlah energi listrik yang
yang terjual pada setiap sektor. Dari semua data yang diambil akan diolah untuk
mendapatkan asumsiasumsi dasar yang akan digunakan untuk perhitungan
prakiraan.
5. Pengolahan Data
Pada bagian ini dari semua data yang didapat diolah untuk mendapatkan nilai-
nilai yang ingin didapat antara lain: asumsi pertumbuhan PDRB(didapat dari rata-
rata pertumbuhan PDRB tahun 2007-2010), elastisitas energi, faktor, dan
pertumbuhan jumlah pelanggan PLN APJ Malang pada 5 tahun kebelakang (2007-
2011), unit konsumsi energi listrik rumah tangga dan pertumbuhan jumlah
konsumsi energi listrik pelanggan PLN APJ Malang 5 tahun kebelakang (2007-
2011).
6. Analisis dan Pembahasan
Setelah pengolahan data maka dilakukan perhitungan serta analisis sehingga
dapat diketahui pelanggan pada sektor manakah yang memiliki pertumbuhan

14
konsumsi energi paling besar pada sepuluh tahun kedepan, pelanggan pada sektor
manakah yang mengalami penurunan secara kontinyu pada sepuluh tahun kedepan
serta pertumbuhan total beban energi listrik Area Pelayanan dan Jaringan Malang
pada sepuluh tahun kedepan
Setelah pengolahan data yang didapat dari BPS dan bagian pengusahaan APJ
PLN Malang maka dengan persamaan (2-1) hingga persamaan (2-22) didapatkan
hasil sebagai berikut:
a) Jumlah pelanggan PLN APJ Malang

Pada gambar 2 diketahui bahwa pertumbuhan jumlah pelanggan sektor rumah


tangga mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan jumlah
pelanggan sebesar 2,8% setiap tahunnya, hal ini sejalan dengan pertumbuhan
PDRB sektor rumah tangga sebesar 5,89 %. Pertumbuhan sektor bisnis mengalami
kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan jumlah pelanggan sebesar
7,69% setiap tahunnya, hal ini sejalan dengan pertumbuhan PDRB sektor bisnis
sebesar 7,54 %. Keseluruhan pertumbuhan jumlah pelanggan sektor umum
mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan jumlah
pelanggan sebesar 7,33% setiap tahunnya, hal ini sejalan dengan pertumbuhan
PDRB sektor umum sebesar 7,76 %. Pertumbuhan jumlah pelanggan sektor
industri mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan
jumlah pelanggan sebesar 1,64% setiap tahunnya, hal ini sejalan dengan
pertumbuhan PDRB sektor industri sebesar 5,22 %. Setelah mengetahui jumlah
seluruh pelanggan PLN APJ Malang maka langkah selanjutnya adalah
menghitung jumlah konsumsi energi listrik pada PLN APJ Malang berikut hasil
yang didapatkan:

15
Konsumsi energi listrik sektor rumah tangga mengalami kenaikan setiap
tahunnya antara 4,92% pada tahun 2008 hingga 8,32% pada tahun 2011 dengan
rata-rata pertumbuhan konsumsi sebesar 7,05%. Hal ini sejalan dengan
pertumbuhan jumlah pelanggan yang mengalami kenaikan setiap tahunnya.sesuai
dengan persamaan 2-3 bahwa pertumbuhan konsumsi sektor rumah tangga
dipengaruhi oleh pertumbuhan PDRB (5,84%), elastisitas sektor rumah tangga
(0,93 %), Unit konsumsi rumah tangga, dan selisih pelangggan rumah tangga.
Konsumsi energi listrik sektor bisnis mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan
rata-rata pertumbuhan konsumsi sebesar 8,45%. Hal ini sejalan dengan
pertumbuhan jumlah pelanggan yang mengalami kenaikan setiap tahunnya. Sesuai
dengan persamaan 2-7 bahwa pertumbuhan konsumsi sektor rumah tangga
dipengaruhi oleh pertumbuhan PDRB (7,54%), elastisitas sektor rumah tangga
(1,19). Konsumsi energi listrik sektor umum mengalami kenaikan setiap tahunnya
dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi sebesar 5,21 %. Hal ini sejalan dengan
pertumbuhan jumlah pelanggan yang mengalami kenaikan setiap tahunnya sesuai
dengan persamaan 2-11 bahwa pertumbuhan konsumsi sektor umum dipengaruhi
oleh pertumbuhan PDRB (7,76%), elastisitas sektor umum (1,45). Konsumsi
energi listrik sektor industri mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata
pertumbuhan konsumsi sebesar 3,49 %. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan
jumlah pelanggan yang mengalami kenaikan setiap tahunnya.sesuai dengan
persamaan 2-13 bahwa pertumbuhan konsumsi sektor industri dipengaruhi oleh
pertumbuhan PDRB (5,22%), elastisitas sektor industri (0,69). Hal yang menarik
perhatian adalah jumlah konsumsi energi sektor industri ternyata pada taun 2022
jumlahnya tersalip oleh jumlah konsumsi energi sektor bisnis, hal ini terjadi

16
karena pertumbuhan PDRB pada sektor bisnis dan elastisitas pada sektor bisnis
lebih besar dari pada sektor industri. Pertumbuhan total konsumsi energi rata-rata
sebesar 6,84 % setiap tahunnya, dengan besar konsumsi energi listrik sebesar
1.873 GWh pada tahun 2012 tumbuh menjadi 3.631 GWh pada tahun 2022. Total
konsumsi energi listrik seluruh sektor pada perhitungan sebelumnya adalah energi
yang telah sampai pada konsumen sedangkan kebutuhan energi listrik adalah
penjumlahan antara konsumsi konsumsi energi listrik dengan susut energi yang
terjadi di jaringan distribusi PLN APJ Malang. Dengan asumsi susut energi pada
jaringan distribusi sebesar 6% (target PLN APJ Malang) maka dengan persamaan
(2-20) akan didapatka pertumbuhan kebutuhan energi listrik setiap tahunnya:

Seperti pada gambar 4 dapat diketahui bahwa pertumbuhan kebutuhan energi


pada PLN APJ Malang rata-rata setiap tahunnya sebesar 6,35% dengan prakiraan
kebutuhan listrik sebesar 1.873 GWh pada tahun 2012 tumbuh menjadi 3.631
GWh pada tahun 2022.
Berdasar perhitungan dan analisis dari prakiraan kebutuhan energi tahun 2012-
2022 pada PT. PLN APJ Malang didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
a) Pertumbuhan konsumsi energi paling besar adalah sektor bisnis dengan
pertumbuhan konsumsi rata-rata setiap tahunnya 8,45 %. Hal ini dikarenakan
pada sektor bisnis memiliki elastisitas energi yang terbesar yaitu sebesar 1,19.
Artinya sektor bisnis memiliki pertumbuhan energi listrik paling besar untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Sedangkan dalan jumlah konsumsi
energi terbesar ada pada sektor rumah tangga yaitu 928 GWh pada tahun 2012
tumbuh menjadi 1.931 GWh pada tahun 2022.
b) Pelanggan dengan daya 450VA dan lebih kecil dari 450VA pada sektor rumah
tangga, bisnis, dan umum mengalami penurunan jumlah pelanggan pada

17
sepuuh tahun kedepan, dikarenakan pelanggan lama cenderung menambah
daya yang lebih tinggi (lebih dari 450 VA) dan pelanggan baru memilih daya
lebih dari 450 VA.
c) Pertumbuhan total beban energi listrik Area Pelayanan dan Jaringan setiap
pada sepuluh tahun kedepan rata-rata sebesar 6,84%. Pada tahun 2012 sebesar
1.896 GWh tumbuh menjadi 3.677 GWh pada tahun 2022.

18
DAFTAR PUSTAKA

A. William D. Stevenson, Jr, Analisis Sistem Tenaga Listrik , Penerbit Erlangga, Jakarta,
1990
B. G.W. Stagg and A.H. El Abiad : Computer Methods In Power System Analysis, Mc.
Graw Hill, Newyork, 1963
C. SS Vadhera, Power System analysis abd Stability, Khama Publisher Delhi, 1981, New
Delhi.
D. http://elektro.studentjournal.ub.ac.id/index.php/teub/article/view/12/7#

19

Anda mungkin juga menyukai