Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHLUAN

HERNIA INGUINALIS SINISTRA


DI UNIT BEDAH

DISUSUN OLEH :

HANIS RICALDO (202016007)

RONNA (202016020)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM NERS
JAKARTA
2020
A. Definisi
Hernia adalah tonjolan viskus ( organ dalam seperti usus ) yang tidak normal
melalui lubang atau bagian yang lemah pada dinding rongga ( Lewis , 2017 ).
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis.
Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu
jaringan lemak atau omentum (Amrizal, 2015).
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selangkangan atau skrotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun bero”
atau “hernia”. Hernia inguinalis sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
(Kusuma & Nurarif, 2015).

B. Etiologi
1. Kelemahan dinding otot abdomen (kelemahan jaringan, adanya daerah yang luas
diligamen inguinal, trauma)
2. Peningkatan tekanan intraabdomen (Obesitas, Mengangkat beban berat,
mengejan, konstipasi, kehamilan, batuk kronik)
3. Factor kelainan ( kongenital)

C. Klasifikasi
Menurut Faiz dan Moffat (2004) Klasifikasi hernia inguinalis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Hernia inguinalis indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, diduga
mempunyai penyebab kongenital. Timbul akibat menetapnya prosesus vaginalis
saat embrio , isi perut menonjol melalui anulus inguinasil profunda, melalui
kanalis inguinalis, dan akhirnya menuju skrotum. Hernia ini bisa dikendalikan
melalui penekanan anulus profunda dangan jari. Hernia ini lebih sering dijumpai
pada sisi kanan. Sering di temukan pada anak-anak dan dewasa muda.
2. Hernia inguinalis direk
Timbul akibat lemahnya dinding posterior kanalis inguinalis. Hernia ini tidak bisa
dikendalikan dengan penekanan jari pada anulus anulus profunda dan jarang
sekali sampai ke skrotum. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut
usia dengan kelemahan otot dinding abdomen.
Secara klinis antara kedua jenis hernia ini dapat sulit dibedakan. Namun
saat operasi, letak leher hernia terhadap arteri epigastrika inferior menentukan tipe
hernia, yaitu pada hernia indirek leher kantong hernia terletak di sebelah lateral
arteri sedangkan pada hernia direk selalu terletak di sebelah medialnya.

D. Anatomi fisiologi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi
hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal
lain atau organ ekstraperitoneal seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli – buli.
Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit
(skrotum) umbilikus atau organ - organ lain misalnya paru dan sebagainya.
Pada hernia inguinal lateralis (indirek) lengkung usus keluar melalui kanalis
inguinalis dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligamen sekitar (wanita). Ini
diakibatkan gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup testis turun ke dalam skrotum
atau fiksasi ovarium.
Pada pertumbuhan janin (+ 3 minggu) testis yang mula – mula terletak di atas
mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun
melewati inguinal sampai skrotum prossesus vaginalis peritoneal yang terbuka dan
berhubungan dengan rongga peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis
sampai pada skrotum, prossesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi).
Bila ada gangguan obliterasi maka seluruh prossesus vaginalis peritoneal terbuka,
terjadilah hernia inguinalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis lebih sering
didapatkan dibagian kanan (+ 60 %). Hal ini disebabkan karena proses desensus dan
testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang kiri.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup, namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti
batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat,
mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui
defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah tertekan akibat trauma,
hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas dan kelainan kongenital dan dapat
terjadi pada semua.
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat terjadi bukan karena
terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam,
asidosis metabolik, abses (Soeparman, 2011 ; 152).

E. Tanda dan gejala


Menurut Nurarif & Huda (2015) tanda gejala hernia sebagai berikut :
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan
dilipatan paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual
3. Mual muntah bila telah ada komplikasi
4. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
5. Adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila
pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia jarang
sekali menjadi ireponibilis.
6. Hernia ini disebut direk karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna di tekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul bejolan
7. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya akan sampai kebagian atas skrotum,
sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia
Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna, tidak akan di temukan
dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan
ujung jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang
pubis
8. Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing karena buli-buli
ikut membentuk dinding medial hernia

F. Komplikasi
Menurut Pambudi (2014) komplikasi hernia inguinalis yaitu;
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga isi
kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia
inguinalis ireponibilis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus.
2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapa menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut dengan hernia inguinalis strangulata.
Pada keadaan strangulata akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah

G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Kusuma dan Nurarif (2015) pemeriksaan penunjang hernia inguinalis yaitu;
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi
usus
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit

H. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif & Huda (2015) penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu konservatif dan pembedahan.
1. Konservatif
Pengobatan konservatif tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direporsisi.
a. Reposisi
Reposisi, dilakukan secara bimanual dengan tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin didaerah
sekitar hernia yang menyebabkan pintu hernya mengalami sclerosis atau
penyempitan sehingga isi hernia keluar dari vacum peritonin.
c. Sabuk hernia
Diberikan pad pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi
2. Pembedahan
a. Herniotomi : pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong dibuka
dan diisi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi
kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasty : dilakukan tindakan-tindakan memperkecil annulus inguinalis
iterus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
c. Hernioraphy : memotong seluruh kantong hernia atau dengan menjepit defek
(bagian lemak di dinding rongga yang bersangkutan) didalam fasia.
Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh
mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda
berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.

I. Diagnosa keperawatan
Menurut Nurarif & Huda (2015) diagnosa keperawatan pada pasien hernia yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dar kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah
3. Resiko perdarahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah atau operasi
5. Gangguan rasa nyaman

J. Discharge Planning
1. Discharge Planning Pre Operasi
a. Anjurkan pasien untuk moilisasi bertahap setelah menjalani operasi
b. Jelaskan prosedur pembedahan yang akan diberikan
2. Discharge Planning Post Operasi
a. Beritahu pasien untuk menghindari mengangkat benda berat seperti beras,
galon dan benda2 lain juga yang melebihi BB pasien selama 4-6 minggu
pasca operasi.
b. Anjurkan pasien untuk tidak batuk dan mengejan yang terlalu kuat karena
dapat meningkatkan tekanan pada otot perut.
c. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi diit tinggi serat dan minum air putih 1,5
liter-2 liter/hari untuk mencegah terjadinya sembelit.
d. Anjurkan pasien untuk menjaga balutan luka operasi agar tetap bersih dan
kering.
e. Minum obat secra teratur sesuai denga dosis yang diberikan.
f. Kontrol sesuai jadwal

K. Asuhan Keperawatan Dengan Hernia


1. Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu dikaji pada
penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat beban
berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri
tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat pendidikan, nama penanggung
jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia ditemukan pada 80% pada pria dan
persentase yang lebih besar pada pekerja berat
b. Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah sakit
adalah biasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia, adanya rasa
nyeri pada daerah benjolan
c. Riwayat penyakit sekarang
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan hilang
dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan
menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat. Benjolan yang
menetap semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang
meningkat mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat
terjadinya jepitan oleh cincin hernia. Biasanya klien yang mengalami nyeri.
Pada pengkajian nyeri (PQRST)
P : klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada
bagian perut bawah yang di sebabkan karna ada bagian dinding abdomen
yang lemah.
Q : benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah perut/
sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di
tusuk –tusuk jarum.
R : nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.
S: skala nyeri 4-8.
T : nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung selama
± 3 menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai
faktor predisposisi di dalam rumah.
e. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ
lain, dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus.
Biasanya Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru
Obstruksi Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
f. Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.
Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa percaya diri.
g. Pola kebiasaan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia reponibilis
dan irreponibilis belum dijumpai adanya gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan makan dan minum. Peristaltic usus biasanya lebih dari batas
normal (>10x/menit).
Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual dan
muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan
makan dan minum.
2) Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia inkarcerata
dan strangulata ditemukan adanya gejala berupa nyeri hebat yang
mengakibatkan gangguan pemenuhan istirahat tidur.

3) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri
akibat penonjolan hernia.
4) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan
peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
8) Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan
beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan,
mengangkat, defekasi, mengangkat kaki. Keterbatasan untuk mobilisasi
atau membungkuk kedepan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi :
a. Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda
infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk)
b. Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual dan
pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.
c. Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
d. Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. (2015). Hernia Inguinalis: Tinjauan Pustaka. Syifa’MEDIKA, 6 (1): 1-12.

Dermawan, D & Rahayuningsih, T. (2010). Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Pencernaan, Yogyakarta: Gosyen Publishing

Faiz, O & Moffat, D. (2004). At a Glance Series Anatomi. Jakarta: Erlangga.


Lewis,, ef.al (2017) Medical Surgery Nursing. 10. St. Louis, Missoun: Elsevier

Nurarif & Kusuma (2015) Aplikasi Asuhan Kperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC

Pambudi, A.G. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Tn. T Dengan Nyeri Akut Post Operasi
Hernioraphi Inguinalis Lateralis Dextra di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah
Bayumas. Skripsi. Program Studi Keperawatan DIII Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Soeparman.(2011).Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai