Nama kelompok:
1.
PEMBAHASAN
A. FAKTOR LINGKUNGAN
Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu
hamil, beberapa alasan antara lain karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medic, kurang
pendidikan dan pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang
merugikan atau membahayakan.
Seseorang bidan biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara
pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun seringkali masalah-masalah tersebut
merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang mudah dipecahkan. Sehingga bidan
perlu melibatkan keluarga dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan keselamatan ibu
hamil.
Pada masyarakat yang selalu bepergian dan berpindah-pindah (travelers) masalah yang
sering terjadi adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan karena diakibatkan sulitnya akses
kesehatan yang mereka dapatkan karena kebiasaan mereka hidup berpindah-pindah sehinhgga
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan tidak dapat mereka peroleh. Biasanya mereka
tinggal di taman yang dekat dengan jalan raya atau rel kereta api dimana air dan udara yang
mereka dapatkan kurang terjamin kebersihannya bahkan tidak sedikit dari mereka tinggal di
tempat pembuangan sampah atau di dekat pabrik. Para traveler ini biasanya tidak mementingkan
kesehatan dirinya walaupun pada saat hamil, 6 minggu postpartum, pelayanan KB, bahkan anak-
anak mereka tidak mendapatkan pemeriksaan rutin tumbuh kembangnya dan
imunisasi. (Indrayani. 2011)
Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil,
beberapa alasan antara lain karena kemiskinan , kurangnya pelayanan medis, kurang pendidikan
dan pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang merugikan atau
membahayakan.
Seorang bidan biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara
pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun sering kali masalah-masalah tersebut
merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang tidak mudah dipecahkan. Sehingga
bidan perlu melibatkan keluarga dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan
keselamatan ibu hamil.
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai kepercayaan atau
adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudiaan menilai apakah
hal tersebut bermanfaat, netral ( tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidk jelas
( efek tidak diketahui/ tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila faktor budaya
tersebut dapat menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu
mencari jalan untuk menolongnya atau menyakinkan ibu untuk merubah kebiasaanya dengan
memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak
yang berperan dalam keluarga dan masyarakat.
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga
kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan
local” yang sudah berlaku di daerah tersebut.Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat
melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan tokoh masyarakat dan
penyuluhan yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh
mengesampingkan adanya kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita
menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak
ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang
sinergis dengan masyarakat.
Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya
tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia
berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat
istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka
sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. (Indrayani. 2011)
Yang tidak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan
dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang
menunjang payudara dan pakaian yang menyerap keringat. Bagi wanita hamil pada kebanyakan
kebudayaan, pemeliharaan kesehatan selama menantikan kelahiran termasuk keseimbangan dan
keharmonisan dalam setiap hubungan wanita dengan keadaan fisiknya, sosial dan lingkungan
prenatal.(Indrayani. 2011)
Kebiasaan budaya adalah faktor lain yang memperburuk kondisi perempuan. Mitos yang
berkaitan dengan kesehatan, yaitu; dipantangnya bagi perempuan untuk memakan makanan
tertentu yang masih banyak melekat pada sebagian masyarakat di Indonesia. Dengan melakukan
pantangan berbagai macam makanan karena terikat dengan mitos itu perempuan kehilangan
akses terhadap gizi dan nutrisi makanan tertentu. Akibat kurang gizi itulah salah satunya menjadi
pemicu perempuan sangat rentan ketika hamil dan melahirkan. (Indrayani. 2011)
Pada masyarakat imigran risiko kesehatan yang terjadi tergantung pada ras, kepercayaan,
kebudayaan dan Negara asalnya. Mereka dapat menderita defisiensi vitamin D, kalsium dan zat
besi karena pola makan yang kurang baik. Hal ini dapat ditimbulkan karena adanya larangan-
larangan misalnya diet vegetarian. Para imigran tersebut berisiko mengidap penyakit
hipokalsemi, rakhitis thalasemia dan sickle cell disease. (Indrayani. 2011)
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai kepercayaan atau
adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudian menilai apakah
hal tersebut bermanfaat, netral (tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas
(efek tidak diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila faktor budaya tersebut
dapat menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu mencari
jalan untuk menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah kebiasaanya dengan memberikan
penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang
berperan dalam keluarga dan masyarakat.
Faktor Lingkungan dan Adat Istiadat ini meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan secara
turun temurun sejak dahulu ada dan dijaga baik proses dan tata caranya hingga sekarang yang
tentunya dikhususkan pada ibu hamil. Kegiatan tersebut diantaranya adalah :
1. Mitos
Mitos ialah suatu kepercayaan yang melekat pada disuatu lingkungan masyarakat tetentu
pada daerah tertentu. Mitos bersifat local atau hanya pada daerah tertentu yang memegang teguh
kepercayaan tersebut, kadang mitos berupa larangan atau hal yang harus dihindari karena mereka
parcaya bila hal tersebut dilakukan akan berdampak pada kehidupan mereka atau akan terjadi hal
buruk pada mereka. Di Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak
mitos (larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan, keseharian,
tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian si ibu hamil ataupun si
jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya
sebagai amanat / pesan dari nenek moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak /
karma yang tidak menyenangkan.
Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi aqidah,
banyak mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-nenek moyang semuanya
adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu
benar secara medis maupun ilmiah. Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja
daripada kenyataannya.
Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan kehamilan:
1) Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa
menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta : Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi,
penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan
karena penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena
psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau
menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan.
2) Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin
terhindar dari marabahaya.
Fakta : Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.
3) Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
Fakta : secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada malam
hari tidak dianjurkan bepergian. Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam
terlalu lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam
kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).
4) Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi mirip
seperti orang yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya agar tidak membenci
seseorang berlebihan.
5) Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Fakta : Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi
oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
6) “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang hamil ketika
melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya dengan harapan
janin terhindar dari kejadian tersebut.
Fakta : Secara psikologis, perilaku tersebu justru dapat berujung pada ketakutan yang tidak
bermanfaat.
7) Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau
sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah
mengeluarkan air liur.
Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
Fakta : Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung senyawa yang dapat melunakkan
daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar
getahnya. Demikian juga nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C (asam
askorbat) dengan kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.
8) Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi.
Fakta : Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu diingat, jangan
makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin memang bayi mengalami infeksi
saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.
Fakta : Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis
darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau)
cairan ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga
ketimbang ikan mentah.
10) Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin diyakini
menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta : Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi baik dan faktor
keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan
terasa sesak dan ini tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang
berlebihan akan selalu berdampak tak baik.
11) Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan per hari) menjelang
kelahiran. Maksudnya agar proses persalinan berjalan lancar.
Fakta : Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus menjadi
asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh usus.
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan
belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil.
Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada
tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil
Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu
mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang
melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu
yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat
puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung
sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini
biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan
surat Maryam.
Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang
utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi
dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan
menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan
dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut
si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin
seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh
wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung
dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya
elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang
dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju ke tempat rujak
kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak
dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan mereka membelinya dengan menggunakan
talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil
menjual rujak, suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran,
belut, bunga, dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah
rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.
Upacara sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan.
Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir
dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai
simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos
ini biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh indung
beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada kandang kerbau,
cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan yang hamil itu harus berbuat
seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang
memegang cambuk. Setelah mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung
beurang dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini sudah
jarang dilaksanakan.
3. Adat budaya
a. Masyarakat batak : Bila ada bayi lahir dirumah sendiri, si ayah akan langsung membelah kayu
dengan suara yang sangat keras dan akan membuka jendela dapur lbar-lebar dengan tujuan kayu
yang tadi dibelah lalu dibakar supaya asapnya membumbung tinggi. Ini menjadi pertanda bahwa
di rumah tersebut ada sebuah kehidupan baru
b. Agama lain : Adat atau budaya agama lain hampir sama atau serupa dengan agama islam
tergantung lingkungan agama tersebut misalnya agama selain islam juga mengadakan syukuran
bila kehamilan telah mencapai usia 4 bulan atau 7 bulan. Hanya saja bila dalam islam acara
tasyakuran diisi dengan bacaat do’a-do’a yang ada dalam al-qur’an, agama lain dibacakan do’a-
do’a menurut kepercayaan mereka
C. FASILITAS KESEHATAN
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan
kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga
langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau
berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI)
1. Jangkauan. Apakah fasilitas kesehatan tersebut dapat dijangkau dengan mudah atau sulit.
Fasilitas kesehatan yang lengkap akan mendukung dalam target penurunan AKI dan AKB,
Yaitu :
1. Fasilitas kesehatan di tingkat desa PUSTU, pondok bersalin yang disediakan untuk bidan PTT
2. Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kelurahan biasanya kurang lengkap sehingga pada
pelaksanaannya apabila ada ibu hamil yang memerlikan tindakan kegawat daruratan
3. Dirujuk ke rumah sakit yang ada di wilayah kabupaten dimana mempunyai fasilitas
perlengkapan alat yang lebih lengkap, dan tenaga medis, dokter spesialis lebih banyak
4. Untuk itu sebagai bidan harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang luas agar dalam
memberikan pelayanan pada masyarakat setidaknya bisa memberikan pertolongan pertama pada
tindakan kegawat daruratan
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan
kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga
langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau
berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).
Pemanfaatan pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil di Indonesia belum
sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang di tetapkan. Hal ini cenderung menyulitkan tenaga
kesehatan dalam melekukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara teratur dan
menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor resiko kehamilan yang penting segera di
tangani. Fasilitas kesehatan
Kurangnya pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil ini berhubungan dengan faktor-
faktor:
Terwujud dalam pendidikan umlah anak, pendidikan suami, sikap, umur, pekerjaan, pendataan,
pengetahuan ibu hamil dan sebagaimnya.
Terwujud dalam jarak fisik lokasi, biaya antenatal care, fasilitas pelayanan antenatal care, waktu
tunggu dan sebagainya.
terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap petugas pelayanan antenatal
care, sikap tokoh masyarakat.
Dampak dari kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil akan menimbulkan
kerugian tidak saja pada ibu hamil itu sendiri tetapi juga pengaruh buruk bagi anak yang akan
dilahirkan.
a. Perdarahan
b. Infeksi dan eklamsia
c. Anemia
d. Terlalu muda atau tua,sering dan banyak
Macam-macam fasilitas kesehatan :
1) PUSKESMAS
a) Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita penyakit menular (a.l TB Paru, Kusta,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, Ispa,/Penumonia), penderita penyakit degeneratif. Sasaran
prioritas ini kemudian akan dilakukan tindak lanjut dengan kunjungan rumah untuk mengurangi
potensi penyebaran penyakit, ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah
buruknya kondisi pasien karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.
Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari pelayanan pengobatan ataupun pelayanan kesehatan ainnya. Antara lain : jahit
luka, perawatan luka, ganti balutan, kontrol pasca operasi, perawatan luka bakar, pembersihan
kotoran ditelinga, circumcisi/kithan, pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung,
oksigenasi, dan tindakan lain
sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-masing Puskesmas.
Masyarakat golongan ekonomi lemah selalu diidentikkan dengan kelompok orang miskin.
Pengidentifikasian ini didasarkan pada rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan, rendahnya
tingkat kesehatan, rendahnya tingkat produktivitas dan minimnya permodalan menjadi faktor
yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya daya tabung dan juga rendahnya
posisi tawar dengan pihak luar. Masing-masing seperti mata rantai yang membentuk lingkaran
kemiskinan yang tidak berujung pangkal, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan
pendapatan per kapita.
2) RUMAH SAKIT
Klinik Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja
rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan Indonesia, melalui keputusan Dirjen
Pelayanan Medik.
o Melaksanakan pelayanan penyuluhan rawat jalan Atau rawat darurat dan rawat tinggal.
D. FAKTOR EKONOMI
Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat
karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis
mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
Ibu akan lebih fokus untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang ibu.
Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ibu hamil yang lemah akan mendapatkan banyak
kesulitan terutama masalah pemenuhan kebutuhan primer.
Tingkat social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat
karena nutrisi yang didapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis
mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
2. Banyak masyarakat di indonesia yang mempunyai sosial ekonomi di bawah garis kemiskinan
4. Program pemerintah yaitu: adanya ASKES untuk para PNS, JPKM, ASESKIN
6. Ada pula bila ibu tinggal ditempat yang kumuh, dan rumah kontrakan yang sempit. Keadaan
ini sangat tidak nyaman bagi ibu, dan pada akhirnya akan membuat ibu stress dan tergaggu
psikisnya.
a. Ekonomi bawah
b. Ekonomi tengah
c. Ekonomi atas
Meliputi kondisi kesehatan, frekuensi ANC, tempat periksa,dan asupan nutrisi selama
hamil ialah sebagai berikut :
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga
dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan
persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. (Indrayani. 2011)
Jika seorang wanita termasuk keluarga miskin, maka perempuan terjerat hidup dengan gizi
rendah dan akhirnya menderita anemia dan cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) sehingga dalam proses tumbuh kembang selanjutnya mengalami hambatan.
Kemiskinan sangat berpengaruh menentukan tingkat akses dan pelayanan kesehatan bagi
perempuan maupun Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). (Indrayani. 2011)
Masalah keuangan sering timbul di dalam kehidupan keluarga. Memang dalam hal ini
bidan tidak bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya menunjukan
empatinya serta mencoba memberikan pemahaman akan manfaat finansial yang tersedia unutk
kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus dapat memperoleh informasi mengenai kondisi
ekonomi klien apakah ibu dan keluarga tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhannya selama kehamilan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya dan Ekonomi Kebiasaan Adat Istiadat Persepsi tentang
kehamilan berbeda-beda menurut adat-istiadat daerah masing-masing. Kebiasaan/mitos tersebut
dapat mempengaruhi psikologi ibu (cemas dan khawatir).
Fasilitas Kesehatan yang memadai akan sangat menentukan kualitas pelayanan. o Deteksi
dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat. o Langkah antisipatif akan lebih
cepat diambil. o Upaya penurunan angka kematian ibu ( AKI ).
B. Saran
Untuk Ibu hamil diharap dapat memilih yang terbaik bagi kondisi bayi dan janin ibu
sendiri jangan mengikuti adat yang dapat merugihkan bagi si ibu dan bayi kebutuhan gizi harus
simbang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan juga faktor lingkungan sangat
berperan dalam kondisi ibu dan bayi hindari polo-pola yang buruk dan ekonomi harus
diperhatikan agar saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dapat ditangani dengan baik.
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat kesalahan. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang positif dan membangun, guna
penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah dan yulianti, 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan I. Jakarta : Trans Info Media ( TIM )