Anda di halaman 1dari 50

Lecture Note

TEKNIK REGENERASI MEMBRAN

I.G. Wenten, P.T.P. Aryanti, A.N. Hakim, Khoiruddin

Permeat

Permeat

Cleaning agent

Backflushing

Diktat TEKNIK KIMIA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012


Diktat Kuliah

TEKNIK REGENERASI MEMBRAN

I G. Wenten
P. T. P. Aryanti
A. N. Hakim
Khoiruddin

Departemen Teknik Kimia


Institut Teknologi Bandung
2012

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 2


Daftar Isi

BAB I
KARAKTERISTIK FLUKS

BAB II
POLARISASI KONSENTRASI DAN
FOULING

BAB III
TEKNIK-TEKNIK REGENERASI
MEMBRAN

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 3


BAB 1 KARAKTERISTIK FLUKS

Karakteristik Fluks
Selama pemisahan yang sebenarnya, kinerja
Fluks
membran (atau kinerja sistem) dapat berubah
dengan waktu, dan seringkali perilaku khas
fluks-waktu dapat diamati: fluks melalui
membran menurun dari waktu ke waktu
seperti yang ditunjukkan pada gambar.

Penurunan fluks dapat disebabkan oleh Waktu


beberapa faktor, seperti polarisasi konsentrasi,
adsorpsi, kompaksi, dan fouling Profil penurunan fluks selama operasi karena fouling

Berbagai hambatan memberikan kontribusi


pada tingkat yang berbeda terhadap hambatan
total transfer massa, Rtot.

driving force
fluks 
viskositas  total tahanan

P
J
  Rtot
Representasi skematis berbagai tahanan
perpindahan massa (diadaptasi dari: Mulder, 1996)

Lapisan batas kecepatan Lapisan batas konsentrasi

Panjang saluran untuk


mencapai lapisan batas Panjang profil konsentrasi daerah masuk
konstan
Kecapatan maksium pada
aliran linier
Profil konsentrasi pada dasarnya seragam
Kecapatan maksium dalam arah tegak lurus ke permukaan
pada aliran turbulen membran.

Ref: Cheryan, 1998

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 4


Bab 1 Karakteristik Fluks

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluks

1. Konsentrasi umpan

Konsentrasi rendah &


shear-stress rendah
Transfer massa

Shear stress meningkat &


mengurangi “gel”

Terlalu banyak terbentuk


“gel”

Koreksi untuk model transfer massa bahwa "k"


dipengaruhi oleh konsentrasi (yang mengubah sifat fisik)

2. Temperatur
Secara umum, temperatur yang lebih tinggi akan
menyebabkan fluks lebih tinggi di kedua daerah
pressure-controlled dan mass transfer-controlled. Ini
mengasumsikan tidak ada efek yang tidak biasa
lainnya yang terjadi secara bersamaan, seperti fouling
membran karena pengendapan garam larut pada suhu
yang lebih tinggi atau denaturasi protein atau
gelatinisasi pati pada suhu yang lebih tinggi.

Temperatur yang lebih tinggi akan mengurangi kepadatan & viskositas, meningkatkan difusivitas,
dan mengurangi pertumbuhan mikroba

3. Laju alir & Turbulensi


Turbulensi, apakah yang dihasilkan oleh Shear – stress akan meningkat jika viskositas
pengadukan, pemompaan cairan, atau meningkat. Shear-stress yang lebih tinggi,
membran bergerak, memiliki efek besar pada menghasilkan fluks lebih tinggi karena
fluks di daerah mass transfer-controlled mengurangi pembentukan “gel”

Ref: Cheryan, 1998

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 5


POLARISASI KONSENTRASI DAN
BAB 2
FOULING
Fouling
Fouling dapat didefinisikan sebagai
Fluks deposisi dari partikel, koloid,
Polarisasi makromolekul, garam yang tertahan di
konsentrasi permukaan membran atau di dalam
dinding pori membran, yang
Fouling menyebabkan pengurangan fluks
kontinyu. Fouling sangat spesifik untuk
aplikasi tertentu dan sulit untuk dijelaskan
dengan teori keseluruhan. Hubungan
yang sangat sederhana dan banyak
Waktu digunakan adalah:

Fluks sebagai fungsi waktu. Polarisasi


konsentrasi dan fouling dapat dibedakan [Mulder, 1995]

Karakteristik fouling adalah:


• Fluks berkurang namun parameter operasi lainnya seperti tekanan, laju alir, temperatur, dan
konsentrasi umpan dijaga konstan
• Penurunan fluks bersifat searah (ireversibel)

Foulant yang umum:


• Protein
pH tinggi disukai foulant protein, tidak hanya karena protein sedikit lebih larut dibandingkan pH
rendah, namun juga kemungkinan “peptisasi” (hidrolisis) protein, yang mempercepat pencucian
• Minyak, lemak, dan pelumas
Endapan lemak memiliki afinitas lebih besar untuk polimer sintetik hidrofobik dibandingkan
polimer hidrofilik atau material anorganik namun dapat dihilangkan dengan mudah dari gelas,
kemudian stainless steel, akrilik, polietilen, polivinilklorida, dan polisulfon
• Karbohidrat
Gula berberat molekul rendah segera larut dalam air dan membutuhkan pencuci khusus
Material pati, polisakarida, fiber, dan pektin dapat membutuhkan perlakuan khusus
• Garam
Asam dan agen penyita seperti EDTA digunakan untuk melarutkan foulan garam

Banyak parameter telah dikembangkan untuk mendeskripsikan laju fouling dengan


partikel terlarut atau tersuspensi:

Ref: Mulder, 1995

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 6


Bab 2 Polarisasi Konsentrasi dan Fouling

Faktor-faktor yang mempengaruhi fouling

Hidrofilisitas
Bahan hidrofobik biasanya memblokir air tapi
menyerap komponen yang hidrofobik atau amfoter
mengakibatkan fouling seperti protein
Topografi permukaan Hydrophobic

Hydrophilic

Permukaan kasar Permukaan halus


Memiliki kecenderungan terjadi Memiliki kecenderungan terjadi
fouling besar fouling lebih sediit

Topografi permukaan membran, (kiri) membran Adsorpsi protein dari larutan bovin
dengan permukaan kasar dan (kanan) membran plasma (Cheryan, 1998)
dengan permukaan halus (Cheryan, 1998)

Muatan pada membran Ukuran pori


Muatan pada membran menjadi penting jika Jika ukuran partikel yang akan dipisahkan
partikel bermuatan sedang diproses. dengan adalah sama besarnya dengan rentang
mengambil keuntungan dari saling tolakan antara ukuran pori yang digunakan, beberapa
partikel dan membran muatan yang sama partikel yang lebih kecil dalam sampel
umpan bisa berdiam di pori-pori.

• Kandungan garam memiliki


Temperatur
kecenderungan untuk Peningkatan temperatur seharusnya menghasilkan fluks
mengendap pada membran yang lebih tinggi, akan tetapi hal tersebut juga dapat
karena kecilnya kelarutan menurunkan fluks pada umpan yang mengandugn seperti
atau mengikat membran whey keju
secara langsung akibat
interaksi muatan dengan
Laju alir dan turbulensi
bahan lainnya
• Kandungan rantai yang sama Shear rate tinggi yang dihasilkan pada permukaan membran
memiliki kecenderungan cenderung menghilangkan deposit dan menurunkan
fouling lebih tinggi dari hambatan hidrolik dari lapisan fouling. Akan tetapi, hal ini
kandungan rantai yang mungkin tidak terjadi jika tekanan trans membrane cukup
berbeda tinggi sehubungan dengan kecepatan permeasi.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 7


Bab 2 Polarisasi Konsentrasi dan Fouling

Fouling
Penyempitan pori

(dpartikel<<dpori)

mengasumsikan bahwa pori-pori membran tersumbat


karena pengendapan atau adsorpsi mikro solut

Penyumbatan pori

(dpartikel~dpori)

diasumsikan bahwa hanya sebagian kecil dari pori-pori


yang tersumbat oleh partikel

Pembentukan lapisan gel/cake

(dpartikel>>dpori)

Permukaan tertutupi oleh lapisan foulant dan bahwa lapisan


ini terus tumbuh bahkan jika back-transport solut terjadi.

RM = resistansi membran
RG = resistansi operasi
RF = resistansi fouling

Ref: Belfort dkk, 1993


Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 8
Bab 2 Polarisasi Konsentrasi dan Fouling

Biofouling

Disebabkan oleh

• Fungi
• Algae
• Bakteri

Dapat dikendalikan dengan

• Filtrasi
• Mengendalikan faktor pemekatan
• Dispersants
Bioufouling pada membran spiral wound
• Biosida
(www.wageningenur.nl)

Modifikasi material membran untuk


mencegah biofouling bakteri

Biofouling oleh bakteri


pada membran:
(a) Membran dasar,
(b) Membran dengan
heparin,
(c) Membran dengan
quaternary
ammonium,
(d) Membran dengan
heparin and silver.

Biofouling pada membran oleh bakteri (Bai, 2009)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 9


Bab 2 Polarisasi Konsentrasi dan Fouling

Biofouling

Deteksi dan memonitor biofouling


pada membran
Metode : SEM : TEM, AFM, etc
Deteksi langsung:
1. Inspeksi mikroskopik pada permukaan
membran
2. Karakteristik mikrobiologi / biokimiawi
permukaan membran

Fenomena utama pada proses


pembentukan biofouling
Fotografi TEM biofilm pada Membran UF
Fenomena Waktu Polyurethane (Ridgway dan Flemming, 1996)
(setelah
operasi)
Lapisan organic utama detik/menit
Adesi (pelekatan) sel utama detik/menit
Pelepasan sel detik/menit
Pertumbuhan sel dan Menit/jam
penggandaan
Sintesis biopolymer /EPS Menit/jam
Entrainment Partikel/koloid detik/menit

Pelekatan sel sekunder Hari/minggu


Pelepasan biofilm Hari/minggu Proses pembentukan biofouling pada permukaan
Biofilm scene Minggu/bulan membran (Ridgway dan Flemming, 1996)

Proses pelekatan bakteri dapat dibagi menjadi 3 fasa:


1. Pendekatan bakteri ke permukaan membran
2. Fasa pelekatan reversibel
3. Fasa pelekatan irreversibel

Kinetika pelekatan mikrobakteri pada dua jenis


membran yang berbeda, CA (Cellulose Acetat) dan PA
(Polyamide)(Ridgway dan Flemming, 1996)

Ref: Ridgway dan Flemming, 1996

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 10


Bab 2 Polarisasi Konsentrasi dan Fouling

Biofouling

Biofouling merupakan akumulasi mikroorganisme. Proses biofouling melibatkan adhesi dan


pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan membran, namun masih sangat sedikit
pemahaman mengenai sifat dasar dari proses pertumbuhan tersebut. Biofouling sulit untuk
dikontrol dan biofouling yang terjadi sampai level tertentu dapat menyebabkan berbagai macam
masalah teknis dan kerugian ekonomi. Salah satu masalah operasional yang disebabkan oleh
biofouling yaitu penurunan fluks dan/atau peningkatan pressure drop selama proses NF atau RO
yang menyebabkan harus dilakukan penggantian membran (Vrouwenvelder dkk., 1998; Ivnitsky
dkk., 2005).

Peningkatan
pengendapan
mineral
Penurunan Kontaminasi
rejeksi permeat

Gajala dan
Konsekuensi Biodegradasi
Penurunan
fluks Biofouling membran
pada
Membran

Penurunan umur Biodeterioration


membran komponen modul

Peningkatan hilang
tekan modul

Struktur dan Kimia Biofilm


 Jaringan ekstensif
Rongga (O2 dan solut)
Endapan mineral : besi, kalsium, sulfat, iodin, dll.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 11


Bab 2 Polarisasi Konsentrasi dan Fouling

Scaling

(a)

Mekanisme scaling anorganik (Shirazi dkk, 2010)

Penyebab utama: CaCO3 dan SiO2


(jarang)
(b)
Menyebabkan penurunan kualitas Deposit kerak pada permukaan
produk membran proses distilasi membran:
(a) CaCO3 dan (b) CaSO4 (Gryta, 2012)
Menyebabkan peningkatan hambatan
listrik (pada proses elektrodeionisasi)
Pre-
Pada kasus yang parah menyebabkan treatment
penurunan aliran konsentrat
(peningkatan penurunan tekanan)
Pengendalian kerak Bahan kimia

Perlu menganalisis kesadahan dan silica


pada umpan dan konsentrat Faktor
(perhitungan neraca massa) pemekatan

Penyebab kerak dan pengaruhnya Pengendalian kerak (scaling)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 12


Bab 2 Polarisasi Konsentrasi dan Fouling

Polarisasi konsentrasi
Model “Gel Layer Polarization”
Model polarisasi lapisan gel sangat mirip dengan model film.
Konsentrasi solut pada permukaan membran dapat mencapai
nilai yang sangat tinggi dan konsentrasi maksimum,
konsentrasi gel (Cg) dapat dicapai untuk sejumlah
makromolekul solut.

Jika J diplot sebagai fungsi In (cb) hasilnya berupa garis lurus


slope-k dan intersep pada absis (J. = 0) akan memberikan
Gradien konsentrasi garam di nilai In (Cg)
dekat permukaan membran RO
(Baker, 2004)

Perbandingan konsentrasi solut disisi umpan pada permukaan membran (cio) dengan konsentrasi
solut pada fasa curah (cib) dapat dijelaskan melalui persaman berikut (Baker, 2004):

Pengaruh masing-masing parameter diilustrasikan pada gambar berikut.

Pengaruh perubahan ketebalan lapisan batas δ, membrane enrichment Eo, fluks membran J, dan
difusi solute D terhadap gradient konsentrasi di dalam lapisan batas stagnan (Baker, 2004)

Ref: Baker, 2004

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 13


Bab 2 Polarisasi Konsentrasi dan Fouling

Polarisasi konsentrasi
Pada proses-proses berbasis membran penukar ion, polarisasi konsentrasi terjadi karena perbedaan
bilangan transport counter-ion di dalam larutan dengan membran. Perbedaan tersebut menyebabkan
pembentukan gradient konsentrasi ion antara fasa membran dan fasa larutan curah. Pada sisi konsentrat,
konsentrasi ion pada permukaan membran lebih tinggi dari pada di dalam fasa cairan. Sedangkan pada sisi
diluat, konsentrasi ion pada permukaan membran lebih rendah dari pada di dalam larutan. Polarisasi
kosentrasi tersebut dapat menyebabkan disosiasi air, scaling, perubahan pH secara lokal, dan penurunan
efisiensi arus listrik.
Strathmann, 2010

Profil konsentrasi ion di dalam lapisan batas membran Scaling pada membran kation
penukar kation (diadaptasi dari: Strathmann, 2010) (Widiasa dan Wenten, 2007)

I (A/m2) Efisiensi
arus
menurun

Polarisasi Reaksi
Peningkata
dissosiasi
Ilim n pH lokal konsentrasi air

Scaling

U (Volt)

Tegangan vs arus listrik pada stack elektrodialisis Dampak polarisasi konsentrasi


(diadaptasi dari Strathmann, 2010)
Ref: Strathmann, 2010

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 14


Bab 2 Polarisasi Konsentrasi dan Fouling

Polarisasi temperatur

Fenomena polarisasi temperatur menyebabkan temperatur di permukaan membran


berbeda dengan temperatur curah yang diukur dalam sisi umpan dan sisi distilat.
Fenomena ini hadir bahkan ketika umpan berupa air dan menyebabkan penurunan yang
signifikan terhadap gaya dorong untuk perpindahan.
Ketika konsentrasi umpan meningkat, polarisasi konsentrasi juga terjadi yang dapat
menurunkan gaya dorong dan fluks massa.

Dalam literatur MD polarisasi temperatur diukur dengan


koefisien:

Untuk mengukur polarisasi konsentrasi, koefisien tersebut


dapat digunakan

T-polarization

C-polarization

Polarisasi temperatu dan kosentrasi pada proses distilasi membran (El-Bourawi dkk, 2006)

- Peningakatan fluks permeat flux enhancement menggunakan channel berisi


spacer
- Membran baru yang menyediakan permeabilitas tinggi, yang dapat meningkatkan
perbedaan tekanan trans-membran dengan meminimalisasi kehilangan panas
melalui bagian tak berpori (dalam penyelidikan)
- Peningkatan desain modul (dalam penyelidikan)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 15


TEKNIK-TEKNIK REGENERASI
BAB 3
MEMBRAN
Reduksi Fouling
Metode Reduksi Fouling
• Pendekatan Kimiawi
a) Pemindahan/penyisihan foulant dari permukaan membran
b) Pelarutan foulant
c) Modifikasi struktur kimia dari foulant
Zat pembersih kima:
- Asam, alkali, surfaktan, sequetrans/kelator, dan enzim
• Reduksi Polarisasi Konsentrasi
MENURUNKAN POLARISASI KONSENTRASI

Menurunkan Menurunkan konsentrasi pada Mengurangi padatan


tekanan permukaan membran dalam umpan

Pencammpuran Faktor Menyingkirkan


konsentrasi Meningkatkan
atau pengadukan konsentrasi pada
rendah perpindahan balik
tegak lurus permukaan
padatan
terhadap membran membran

Paddle Static Boundary layer Penggerusa


mixers mixers skimming n mekanik

Gradien kecepatan Peningkatan Saluran tipis/


tinggi Saluran pendek
difusivitas sempit

Menggerakkan Menggerakkan Meningkatkan


membran cairan temperatur
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 16
Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Pencucian
Fouling pada membran didominasi oleh adsorpsi material organik alam dan mikroba. Pada model konsep
fouling dan pencucian pada membran, keseimbangan antara daya tarik hidrofobik dan tolakan
elektrostatik merupakan dasar yang menentukan apakah membran mengalami fouling atau tidak.
Peningkatan berat molekul dan rasio massa/muatan zat terlarut, kekuatan ion, konsentrasi kation divalen,
dan hidrofobisitas akan meningkatkan potensi terjadinya fouling pada membran. Sementara itu,
peningkatan densitas muatan dan polaritas zat terlarut, dan pH akan meningkatkan tolakan elektrostatik
diantara membran dan zat terlarut, sehingga adhesi antara membran dan material penyebab fouling
menurun dan efisiensi proses pencucian meningkat (Liu dkk., 2001).

Model konsep fouling dan pencucian pada membran (Liu dkk., 2001)
Pada model electrostatic equilibrium, gaya yang menahan foulant pada permukaan membran berkurang
selama proses pencucian sehingga terjadi penghilangan foulant. Agen pembersih yang paling sesuai untuk
foulant ditentukan oleh sifat alami dari foulant yang akan dihilangkan, seperti organik/inorganik,
asam/basa, dan keadaan beban foulant (Porcelli dan Judd, 2010).

Konsep model electrostatic equilibrium untuk pencucian membran (Porcelli dan Judd, 2010)
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 17
Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Pencucian
Pencucian dilakukan ketika: fluks permeate turun sekitar 10-15%, tekanan bervariasi sekitar 10-15%,
konduktivitas, permeat bervariasi sekitar 10-15%, pressure drop antara umpan dan konsentrat bervariasi
10-15%

Waktu dan
Foulant Reagent Mode of Action
temperatur
Fats, oils, proteins, 30 - 60 min
0.5N NaOH with 200 ppm
polysaccharides, Hidrolisis dan oksidasi
bacteria,
Cl2 25 – 55oC

0.1 – 0.5M acid (acetic, 30 - 60 min


DNA, mineral salts Pelarutan
citric, nitric) 25 – 55oC

30 min-overnight Pembasahan,
Fats, oils, biopolymers, 0.1%SDS; 0.1% Triton X-
emulsifikasi,
proteins 100; 25 – 55oC tersuspensi, dispersi
Cell fragments, fats, oils, 30 min-overnight Catalytic breakdown
Enzyme, detergent
proteins 30 – 40oC (proteolysis)
30 min-overnight
DNA 0.5% DNAase Hidrolisis enzim
30 – 40oC
30 - 60 min
Fats, oils, and grease 20-50% ethanol Pelarutan
25 – 55oC

Cheryan, 1998

Faktor-faktor Penting Selama Pencucian


Material dan sifat kimiawi • Menentukan ketahanan membran terhadap bahan kimia
membran (cleaning agent)

Mekanika fluida • Dipoompakan hingga dicapai aliran turbulen


• Tekanan serendah mungkin, tetapi konsisten dan laju alir tinggi
• Pada umumnya pencucian kimiawi selama 30-60 menit. Waktu
Waktu pencucian yang melebihi waktu optimal dapat menyebabkan
fouling karena pengaruh filtrasi.
• Sebaiknya setinggi mungkin namun pada rentang yang
Temperatur
diperbolehkan (batasan material modul/membran)

Kualitas air • Harus menggunakan soft water

• NaOH atau KOH (basa) efektif untuk foulant organic dan protein
pH
• Pencucian asam (acid) cocok untuk fouling inorganic

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 18


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Pencucian

Beberapa metode pencucian membran (Lin dkk., 2010)

Pencucian membran yang terkena fouling adalah proses penghilangan material yang bukan
bagian integral material. Pencucian membran dikelompokkan sebagai pencucian fisik dan
pencucian kimia (Lin dkk., 2010).

Teknik hidrolik

Teknik pneumatik Pencucian


Fisik
Sonikasi

Electric Field

Pencucian asam

Pencucian oksidan
Pencucian
Pencucian enzimatik Kimia

Agen chelating logam

Pencucian surfaktan

Pencucian
Fisik Dalam praktek, pencucian
fisik yang diikuti oleh
pencucian kimia secara luas
telah diterapkan dalam
aplikasi membran untuk
mengurangi terjadinya
Pencucian fouling
Kimia

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 19


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Backflushing

Backflushing/ backwashing merupakan salah satu teknik pencucian hidrolik yang


paling umum digunakan untuk mengurangi fouling. Backflushing yang dilakukan
secara rutin dan intermiten akan mengangkat foulant dari permukaan membran
dan meminimalkan peningkatan polarisasi konsentrasi (Nguyen dkk., 2012).

a = b = interval
c = durasi
Permeate Flux, J

Time, t
a c b a b

Prinsip backflushing (Mulder, 1996)

Kelebihan : Kelemahan :
 Dapat mengangkat foulant dari  Metode ini hanya bisa digunakan
permukaan membran dan untuk membran tipe tubular .
mengurangi polarisasi  Jika proses backflushing dilakukan
konsentrasi. bukan pada kondisi optimum maka
 Secara efektif menghilangkan proses pencucian tidak akan
non-adhesive foulant dari berlangsung secara efektif atau
permukaan membran dan terjadi kehilangan fluida dalam
mengurangi terjadinya reversibel jumlah besar selama proses
fouling berlangsung.
(Nguyen dk., 2012) (Chai dkk., 1999; Mores dan Davis,
2002).

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 20


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Backflushing

Pengaruh waktu pencucian terhadap penghilangan foulant (backwash dan crossflow velocity 15
mm/s) . Keterangan : Hfc = tinggi fluidized cake dan Hec = tinggi expanded cake. (Marselina dkk.,
2009)

(a) (b) (c)

Gambar SEM dari (a) membran mikofiltrasi baru, (b) membran yang telah terkotori setelah
digunakan proses filtrasi dengan suspensi ragi selama 1220 detik, (c) membran pada gambar b
yang telah melalui proses backflushing. (Kuberkar dan Davis, 2001)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 21


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Backshock
Backshock merupakan teknik backflush baru yang dapat digunakan untuk menjalankan proses
filtrasi pada kecepatan aliran yang sangat rendah dengan fluks permeat yang sangat stabil. Teknik
ini merupakan optimasi dari durasi proses backflush dan interval backflush. Durasi backflush yang
sangat singkat (sekitar 0.06 detik) dengan waktu interval maksimum 5 detik (lebih banyak
digunakan 1 sampai 3 detik) dan tekanan backflush yang relatif tinggi (1 bar atau lebih dari
tekanan umpan) menyebabkan hilangnya permeat selama proses backshock sangat rendah dan
hampir tidak mempengaruhi aliran bersih permeat (Wenten, 2002).

Kinerja dari membran normal dan reverse Pengaruh backflush (Interval = 5 menit.,
asimetris selama filtrasi bir (TMP = 0.7; ukuran Durasi = 30 s, Vf = 500 l)
pori: normal = 1 mm, reverse = 0.6 mm, Vt =
500 L) (Wenten, 1994; 1995)

Pengaruh tekanan backflush terhadap Pengaruh backshock terhadap membran normal dan
stabilitas fluks (Durasi = 1 s, Interval = 3 min) reverse asymetric (Durasi= 0.1 s, Interval = 5 s, v =
0.5 m/s; TMP: normal = 0.2 bar, reverse = 0.05 bar)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 22


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Backshock

Beberapa pekerjaan penting:


AU B-34.400/84, MEMTEC
“Filter dengan Hollow Fiber yang dibersihkan melalui
Backwashing menggunakan gas pada bagian lumen
Fiber”
DK-A-476/90, APV Passilac
Tekanan tinggi
Interval dan durasi pendek
Membran keramik

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 23


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Ultrasonic Cleaning
Ultrasound merupakan teknologi alternatif untuk pencucian dan pengontrolan fouling pada
membran. Fenomena fisik dasar yang terjadi sealam proses ultrasound adalah proses kavitasi
(Chen dkk., 2006a; Feng dkk., 2006)

Proses pembentukan Proses gelembung


gelembung runtuh (collapse)

Proses pertumbuhan
gelembung
Fenomena fisik yang terjadi di dalam cairan selama proses ultrasonic cleaning (Feng dkk., 2006)

Mekanisme proses yang diperkirakan


terjadi di permukaan membran
selama ultrasonic cleaning :

Ketika gelombang ultrasound dilewatkan


ke dalam media cair seperti air dengan
siklus kompresi dan ekspansi secara
bergantian, gelembung atau kavitasi
akan terbentuk. Titik panas kemudian
terbentuk di dalam cairan (temperatur
dan tekanan gas di dalam rongga cairan
meningkat melebihi 5000 K dan 500
atm), sehingga terjadi ekspansi dan
runtuhnya implosif gelembung di situs
nukleasi di cairan. Selanjutnya, ketika
gelembung kavitasi berosilasi mendekati
permukaan padat, yang terjadi secara
asimetris, mengakibatkan pembentukan
acoustic streaming, microstreaming,
microstreamers, microjects, dan
gelombang kejut. Dimana hal-hal
tersebut diperkirakan dapat
menghilangkan lapisan fouling pada
permukaan membran, dan/ atau
mencegah terjadinya pengendapan
partikel yang menyebabkan fouling pada
membran.
(Chen dkk., 2006a; Chen dkk., 2006b;
Kemungkinan pelepasan partikel dari permukaan membran
Feng dkk., 2006)
dengan ultrasonic cleaning (Lamminem dkk, 2004)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 24


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Ultrasonic Cleaning

KELEBIHAN

Ultrasound irradiation selama proses membran filtrasi berlangsung merupakan cara yang sangat
efektif dalam proses penghilangan foulant dari membran. Proses pencucian membran dengan
menggunakan metode ini tidak melibatkan bahan kimia, tidak mengganggu operasi proses filtrasi,
mampu mempertahankan permeat fluks keseluruhan, dan dapat meningkatkan fluks permeat
membran (Chen dkk., 2006a; Chen dkk., 2006b; Kobayashi dkk., 2003)

Pengaruh ultrasound terhadap (a) permeabilitas dan (b) pencucian membran (Kobayashi dkk, 2003)

Fluks permeat membran dengan


dan tanpa ultrasound (US).
(Konsentrasi partikel = 0.1 g/L;
diameter rata-rata partikel = 1.56
µm; jarak antara permukaan
membran dan ultrasonic probe =
3.5 cm; laju alir = 500 mL/min)

(Chen dkk., 2006a)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 25


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Ultrasonic Cleaning

Kelemahan Online Ultrasonic Irradiation dan Ultrasonic Bath

Online Untrasonic
Irradiation

Efektivitas proses
terbatas

Efisiensi proses rendah

Biaya mahal

(Juang dan Lin, 2004) Skema proses membran dengan ultrasound irradiation
(Kobayashi dkk, 2003)

Ultrasonic Bath

Terbatas digunakan untuk


skala laboratorium

Limbah energi akustik


tinggi

(Juang dan Lin, 2004)

Skema proses membran dengan ultrasound batch (Juang dan


Lin, 2004)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 26


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Ultrasonic Cleaning
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencucian membran (Chen dkk., 2006a)
Jarak antara sumber ultrasonic dan membran Tekanan operasi pada proses filtrasi

Pengaruh ultrasonic pada berbagai jarak ultrasonic Pengaruh ultrasonic pada berbagai tekanan
probe dengan membran terhadap fouling di operasi filtrasi terhadap fouling di membran
membran (konsentrasi partikel = 0.5 g/L; tekanan (konsentrasi partikel = 0.2 g/L; ukuran partikel =
operasi filtrasi = 5 psi) 1.56µm; jarak antara membran dan ultrasonic
probe = 3.5 cm)
Mode operasi : kontinyu atau pulsed ultrasound

Pengaruh ultrasonic terhadap fouling di


membran dengan berbagai interval pulse
ultrasound (konsentrasi partikel = 0.3 g/L;
ukuran partikel = 1.56µm; jarak antara
membran dan ultrasonic probe = 3.5 cm;
tekanan operasi filtrasi = 5 psi)

KESIMPULAN

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ultrasonic merupakan faktor penting yang berperan dalam
proses pengontrolan fouling pada membran. Membran dengan peningkatan fluks relatif yang tinggi
diperoleh pada membran yang diletakkan di dekat daerah kavitasi, proses filtrasi yang dioperasikan
pada tekanan filtrasi rendah, dan proses sonikasi yang dilakukan secara kontinyu. (Chen dkk., 2006a)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 27


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Ultrasonic Cleaning

Perbandingan fouling pada membran dengan dan tanpa pencucian ultrasonic

Gambar SEM (a) fouled membrane dan, (b) membran bersih setelah ultrasound irradiation (membran digunakan
dalam proses ultrafiltrasi larutan ekstrak Radix astragalus, perbesaran SEM 20000 X). (Cai dkk., 2009)

Gambar SEM (a) membran RO baru, (b) membran RO yang terkotori oleh larutan CaSO4 tanpa ultrasound,
dan (c) membran RO yang terkotori oleh larutan CaSO4 dengan ultrasound (25 kV; 6000X; bar; 1.66 µm).
(Feng dkk., 2006)
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 28
Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Air/Water Cleaning (Awc)


 Air/water cleaning (AWC) merupakan teknik pencucian membran yang bekerja secara efektif
dalam mengurangi dan mengontrol masalah yang berhubungan dengan biofouling dan fouling
partikulat pada membran spiral wound.
 AWC sangat mudah diaplikasikan pada pabrik yang menggunakan membran spiral wound dan
penerapan teknik pencucian ini dapat secara signifikan mengurangi biaya operasi.
 Proses AWC yang dilakukan setiap hari memberikan efektivitas pencucian yang baik.
 Jika membran diletakkan secara vertikal dan perbandingan jumlah udara/air lebih dari 4, maka
jumlah udara di membran berbanding lurus dengan jumlah rasio udara/air.
 Turbulensi pada membran meningkat ketika rasio udara/air meningkat.
(Cornelissen dkk., 2007a; Cornelissen dkk., 2009)

Bagian yang tampak


berwarna putih adalah
gelembung uadara

Bagian yang tampak


berwarna hitam adalah
air

Gambar aliran udara dan air di dalam membran flat sheet


dengan aliran udara 100 NL/h dan aliran air 50 L/h
(perbandingan udara terhadap air adalah 2:1) (Cornelissen dkk.,
2009)

Biofouled pada permukaan membran dan spacer Penghilangan biomassa di


umpan dalam membran flat sheet dengan posisi adenosinetriphosphate (ATP) dari
horizontal and feed sebelum (A) dan setelah (B) membran flat sheet dengan aliran udara
AWC selama 30 menit (aliran udara = 100 NL/h dan 25 L/h (perbandingan udara terhadap
aliran air = 25 L/h) (Cornelissen dkk., 2009) air = 4 : 1; n= 2) (Cornelissen dkk.,
2009)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 29


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Air/Water Cleaning (Awc)

Sampel dari air bilasan selama


Aliran (○) dan penurunan tekanan (●) dalam waktu satu proses pencucian dengan
elemen referensi. Tanda panah berwarna putih menggunakan udara/air setelah
mengindikasikan pencucian membran dengan menggunakan 25 detik, 1 menit dan 5 menit
udara/air. Tanda panah berwarna hitam mengindikasikan hasil (dari kiri ke kanan) (Cornelissen
dari fouling partikulat (Cornelissen dkk., 2007b). dkk, 2007b).

AWC yang dilakukan setiap hari merupakan salah satu cara terbaik untuk mengontrol fouling
pada membran yang disebabkan oleh biofouling dan material partikulat. (Cornielissen dkk.,
2007b)

Konfigurasi eksperimen pencucian dengan menggunakan udara/air (Cornelissen dkk, 2007b).

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 30


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Air (Gas) Sparging


Proses pencucian membran dengan menggunakan air (gas) sparging menunjukkan dapat
meningkatkan fluks dan selektifitas pada berbagai geometri membran dan pada berbagai jenis
larutan dan suspensi, baik pada membran ultrafiltrasi maupun mikrofiltrasi. Teknik ini dapat
menghilangkan atau mencegah fouling eksternal dan dapat mengurangi efek dari polarisasi
konsentrasi. Proses ini terdiri dari penginjeksian gas dengan umpan selama proses periode filtrasi
(Cabassud dkk., 2001).
AIr (gas) sparging digunakan untuk proses pencucian membran tipe kapiler yang memiliki diameter
dalam mendekati 1 mm seperti membran hollow fiber. Pola aliran yang terjadi selama proses ini
adalah aliran slug yang terdiri dari slug cair dan slug gas. Pada slug cair dapat dilakukan proses aerasi
atau tidak dan pada umumnya daerah cairan disirkulasi kembali untuk menghasilkan aliran turbulen.
Rasio udara yang diinjeksikan (ε) berada diantara 0.2 dan 0.9. Sementara itu, slug gas berbentuk
hampir silinder dan dikelilingi oleh lapisan tipis film cair (Laborie dkk., 1998; Cabassud dkk., 2001).

(A) (B)

Prinsip gas sparging (Cabassud dkk., Pola aliran slug dengan (A) dan tanpa (B) aerasi
2001) (Cabassud dkk., 2001)

Pengamatan aliran slug pada saluran membran tubular, diameter saluran membran = 6 mm
(Psoch dan Schiewer, 2005)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 31


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Air (Gas) Sparging

Skema proses air sparging pada membran bioreaktor (MBR) (Psoch dan Schiewer, 2005)

Fluks dan TMP pada MBR dengan dan tanpa air sparging (Psoch dan Schiewer, 2005)
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 32
Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Direct Osmosis Cleaning By High Saliinity Solution (DO-HS)


DO-HS merupakan metode backwash baru melalui direct osmosis (DO) dengan injeksi larutan
garam konsentrasi tinggi (High saline/ HS) secara intermiten tanpa memberhentikan pompa
bertekanan tinggi atau mengganggu proses operasi. Metode ini semakin banyak menarik
perhatian untuk diaplikaskan dalam reverse osmosis (RO) karena teknik ini memiliki efisiensi
proses tinggi dan ramah lingkungan (Qin dkk., 2010).

Prinsip kerja DO atau forward osmosis (FO):


DO merupakan transpor air melewati sebuah
membran semi-permeabel dari sisi yang
memiliki potensial kimia yang tinggi ke sisi yang
memiliki potensial kimia rendah. Teknik ini telah
diaplikasikan dalam proses pemisahan dengan
menggunakan membran, seperti pada proses
pengolahan makanan, pengolahan air, dan
desalinasi air laut/ payau (Qin dkk., 2010).

Perbandingan daya dorong pada DO dan


RO (Cath dkk., 2006)

Beberapa mekanisme pencucian


yang terjadi dalam beberapa detik
setelah proses injeksi HS pada
proses DO-HS (Liberman dan
Liberman, 2005) :
Pengangkatan foulat dengan metode DO-HS (Qin
dkk, 2009)
Pengangkatan fouling

Penyapuan fouling

Bio-osmotic shock

Salt dissolve shock Skema RO dan DO dengan injeksi HS dan profil


daya dorong pada DO backwash (Qin dkk., 2010)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 33


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Direct Osmosis Cleaning By High Saliinity Solution (Do-hs)


Implementasi dan Aplikasi dari Metode DO-HS

Aplikasi DO-HS pada proses pencucian membran (Liberman dan Liberman, 2005)

Aplikasi metode DO-HS (Qin dkk, 2009)

Skema sistem pilot dari fasilitas DO-HS treatment (Qin dkk., 2010)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 34


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Direct Osmosis Cleaning By High Saliinity Solution (Do-hs)


Skenario baru pada proses perawatan RO plant

Skenario pencucian membran pada RO plant (A) proses pencucian konvensional (Cleaning-in-
Place/ CIP) dan (B) proses DO-HS (Liberman dan Liberman, 2005)

Skenario A (CIP)
• Menurunkan produksi air
• Meningkatkan konsumsi daya, penurunan
tekanan, konduktivitas produk, dan laju
penggantian membran
• Perlu dilakukan beberapa pencucian
konvensional, sehingga mengeluarkan
biaya untuk pembersihan secara kimia,
hilangnya waktu produksi selama proses
pencucian, dan munculnya masalah
limbah dari larutan sisa pencucian.
(A) (B)
(Liberman dan Liberman, 2005)
Membran RO (A) sebelum pencucian dan (B)
Skenario B (DO-HS) sesudah pencucian dengan metode DO-HS
(Liberman dan Liberman, 2005)
• Metode pencegahan fouling secara
otomatis (pencucian sehari sekali)
• Produktifitas, konsumsi daya, dan kualitas
produk tetap terjaga sesuai dengan
rancangan awal plant
• Laju penggantian membran rendah

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 35


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Electric Field
Secara umum, baik membran maupun material yang terdapat pada suspensi umpan memiliki muatan
elektrik. Interaksi antara permukaan yang bermuatan dapat menyebabkan fouling. Properti elektrokimia
dari permukaan membran dan material yang terdispersi atau zat terlarut pada umpan dapat memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik dari proses pemisahan pada sistem tersebut. Oleh karena
itu, penggunaan medan listrik (electric field) dapat meningkatkan proses proses pemisahan berbasis
membran dan secara feketif dapat mengurangi polarisasi konsentrasi dan fouling pada membran. Pada
proses ini, medan listrik dapat diaplikasikan dengan melewati membran atau menjadikan membran
sebagai elektroda (Huotari dkk., 1999; Ahmad dan Ibrahim, 2002).

Kelebihan electric field

• Secara efektif menurunkan


polarisasi konsentrasi dan
fouling
• Meningkatkan efisiensi
proses pemisahan

(Ahmad dan Ibrahim , 2002)

Kekurangan electric field


• Biaya mahal
Skema ilustrasi (a) aplikasi medan listrik melewati membran • Sulit digunakan untuk proses
flat sheet dan (b) membran tubular yang digunakan sebagai tertentu
elektroda (Huotari dkk., 1999).

Fenomena yang terjadi pada proses aplikasi medan


listrik disebut elektrokinetik yang didefinisikan
sebagai interface padat/cair. Fenomena ini dapat
dipalikasikan pada permukaan membran.
Fenomena elektrokinetik sering menghasilkan
fenomena electrophoresis dan electroosmosis.
Electrophoresis berhubungan dengan pergerakan
padatan atau material bermuatan (contoh :
protein), seperti perpindahan partikel melalui fluida
yang relatif statis. Sementara itu, elektroosmotic
merupakan pergerakan fluida seperti permeasi
fluida melalui media berpori (membran). Satu atau
dua mekanisme yang terjadi karena fenomena-
fenomena tersebut yang terjadi secara simultan Elektrokinetik dan fenomena yang
dapat meningkatkan kinerja pemisahan dari
berhubungan dengan elektrokinetik
membran filtrasi (Jagannadh dan Muralidhara,
1996). (Krishnaswamy dan Klinkowski, 1986).

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 36


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Electric Field
Aplikasi Medan Listrik di MBR

(a) Diagram skema konfigurasi MBR, (b) modul membran dengan elektroda, (c) diagram medan
listrik (Liu dkk., 2012)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 37


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Electric Field
Pengaruh aplikasi medan listrik di membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi dan MBR

Penurunan fluks dengan waktu operasi selama Skema pola fluks permeat, dengan komponen
proses ultrafiltrasi (Tarazaga dkk., 2006) fluks konstan selama proses pencucian dengan
aplikasi medan listrik (Tarazaga dkk., 2006)

Pengaruh waktu operasi terhadap fluks pada proses mikrofiltrasi (a) filtrasi normal (tanpa medan listrik)
dan (b) medan listrik dengan pulse 10 s dan interval 40 menit (1 g/L TiO2 ; pH = 8; 0.01 KMNO3; 100V)
(Ahmad dan Ibrahim, 2002)

Fluks membran dengan dan tanpa


medan listrik (kain filter; aliran
gravitasi; TMP = 8.43 kPa; MLSS =
11.156 mg/L) (Liu dkk., 2012)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 38


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Polarity Reversal dan Membran Berprofil


Proses reversal (pembalikan polaritas elektroda secara periodik)
Polarity reversal secara otomatis membersihkan permukaan membran. Proses ini dilakukan
dengan menggunakan proses electrodialysis reversal (EDR) (Valero dan Arbos, 2010). EDR
dikembangkan berdasarkan teknologi elektrodialisis (ED). EDR menyediakan proses ED yang
dapat membersihkan diri secara kontinyu (self-cleaning) dengan menggunakan pembalikan
periodik dari polaritas DC untuk memungkinkan sistem dapat berlangsung pada laju recovery
tinggi. Polarity reversal menyebabkan aliran konsentrat dan aliran diluat untuk berganti setelah
setiap siklus. Fouling atau konstituen scaling dihilangkan ketika proses polarity reversal
berlangsung sehingga dihasilkan produk air bersih melalui kompartemen yang sebelumnya diisi
dengan aliran limbah yang terkonsentrasi. Pada saat ini, hampir semua ED pada sistem desalinasi
air menggunakan polarity reversal (Yeon dkk., 2007).

Pembalikan polaritas listrik elektroda untuk menyisihkan foulant dari permukaan membran ionik
(Strathmann, 2010)

Prinsip polarity reversal


Ketika medan listrik diaplikasikan ke larutan umpan yang mengandung partikel bermuatan negatif atau
anion organik yang berukuran besar, komponen-komponen tesebut akan berpindah ke membran penukar
anion dan akan terendapkan pada permukaan membran. Namun, jika polaritas dibalik, komponen
bermuatan negatif yang terendapkan tersebut akan berpindah dari membran dan kembali ke aliran
umpan. Sehingga, properti membran kembali ke awal (tanpa fouling) (Yeon dkk., 2007).

Keuntungan aplikasi polarity reversal

Secara efektif dapat menghilangkan endapan material koloid dan garam inorganik, sehingga fluks
yang dihasilkan pada proses filtrasi tetap stabil. (Yeon dkk., 2007; Chao dan Liang, 2008).

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 39


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Polarity Reversal dan Membran Berprofil


Elekrodialisis (ED) dengan membran berprofil
secara luas telah dipelajari dengan berbagai
larutan umpan berkonsentrasi berbeda.
Penggunaan membran berprofil pada ED dapat
menurunkan biaya ED stack lebih dari 50% dan
menurunkan biaya energi lebih dari 40%
daripada menggunakan membran flat
(Strathmann, 2010).

Foto membran berprofil dengan berbagai profil


permukaan (Strathmann, 2010)

Membran berproil untuk meningkatkan rapat


batas (Strathmann, 2010)

Skema dan dimensi membran berprofil


(Strathmann, 2010)

Perbandingan kinerja membran flat dan membran berprofil


pada berbagai konduktivitas umpan (Strathmann, 2010)

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 40


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Pencucian Elektrodeionisasi
Pencucian dan sanitasi dalam sistem EDI juga diperlukan. Tujuannya adalah untuk mengembalikan
performa. Waktu pencucian dan bahan kimia yang biasa digunakan dapat dilihat pada bagan
berikut sedangkan skema pencucian EDI dapa dilihat pada gambar.

Mengembalikan Kualitas produk HCl

Bahan kimia yang


Kapan?
Tujuan

digunakan
performa menurun HCl/NaOH
Menentukan penyebab Laju alir produk turun NaOH
penurunan kinerja Laju alir konsentrat Sodium percarbonte
turun
Paracetic acid
Penurunan tekanan
sebesar 50% tanpa
perubahan aliran
Peningkatan hambatan
listrik sebesar 25%
tanpa merubah T
umpan

Tipikal sistem pencucian

Sumber: CEDIUniversity.com

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 41


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Pencucian Kimia
Beberapa contoh pencucian kimia untuk menghilangkan fouling pada berbagai tipe membran

Tipe Material membran Umpan/ Aplikasi Agen pencuci Tipe fouling Referensi

MF Hollow fiber PVDF Pengolahan air Pencucian asam, kaustik, Fouling Lim dan Bai,
limbah dan oksidatif organik , 2003
inorganik dan
biofouling
MF Keramik Pembentukan Pencuci alkali (NAOH), Fouling Popović
monotabular kembali protein pencuci deterjen (P-3- organik dkk., 2009
(ukuran pori 200 whey ultrasil®69 dan P3-
nm) ultrasil®67)
MF Polikarbonat Campuran BSA, Pencuci enzimatik (P3- Fouling Zator dkk.,
(0.8 µm) dextran dan ultrasil®53) organik 2009a;
tannic acid 2009b)
UF Holow fiber (Norit- Air permukaan HCl, H2SO4, asam sitrat, Fouling Zondervan
Xiga FSU®) (air kanal) NaClO, P3 Ultrasil® 115, organik dan dan Roffel,
P3 Ultrasil® 70, P3 inorganik 2007
Aquaclean® Sal,
Aquaclean® Fer 12,
Kleen® MTC 411
UF Polisulfon Pengolahan air Pencucian asam, Fouling Mohammad
limbah deterjen, sequestering, organik , i dkk., 2003
oksidatif, blend dan inorganik dan
enzimatik biofouling
NF Spiral wounds, Air keran Pemberian dosis tembaga Fouling Cornilessen
ESNA2® (TFC PA (tap water) sulfat partikulat dkk., 2007b
layer) dan
biofouling
NF Dead-end flat Komersial Larutan alkali (pH 11), Fouling Lidan
sheet, NF270®, TFC hummic acid agen chelating logam, organik Elimelech,
surfaktan 2004
RO TFC (LFC-1®) Alginat dan NaOH, EDTA, SDS Fouling Ang dkk.,
bahan organik organik 2006
alami
RO Organic-fouled RO, Polisakarida dan Pencucian garam Fouling Lee dan
TFC (LFC-1®) bahan organik organik Elimelech,
alami komersial 2007
UF, RO Spiral wound Reklamasi Hydrochloric acid, Fouling Chen dkk.,
polisulfon, limbah cair kota sodium hyroxide, organik 2003
poliamide TriClean® 212 F

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 42


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Contoh Kasus 1 (Lim Dan Bai, 2003)


Sistem Mikrofiltrasi untuk Pengolahan Air Limbah dengan Lumpur Aktif
Latar Belakang Masalah

Masalah utama dalam aplikasi membran mikrofiltrasi untuk lumpur aktif dalam pengolahan air
limbah adalah penurunan fluks permeat yang sangat cepat dengan bertambahnya waktu operasi
yang disebabkan oleh fouling pada membran.

Solusi
Pecucian membran dengan berbagai teknik pencucian, yaitu backwashing dengan air de-ionized
(ID), sonikasi, pencucian kimia, dan kombinasi dari beberapa teknik pencucian.

Spesifikasi membran MF
Tipe Membran MF hollow fiber Diameter dalam 0.3 mm
asimetris
Toleransi pH 1 – 10
Material membran PVDF
Material modul membran Stainless steel
Kimia permukaan Hidrofobik
Jumlah membran di modul 20
Ukuran pori 0.1 µm
Total efektif area permukaan 0.0122522 m2
Panjang fiber 15 mm
membran
Diameter luar 1.3 mm

Komposisi air umpan untuk proses lumpur aktif (rasio C:N:P = 100:10:5)
Komponen di larutan umpan Konsentra BODs (larutan umpan COD (larutan umpan dilarutkan
si umpan dilarutkan 100 kali) 100 kali) (mg/L)
(g/L) (mg/L)
Sumber C: Glukosa, C6H12O6 48.6 490 790
Sumber N: ammonium sulphate 8.8 490 790

Sumber P: Tri-Potassium phosphate 6.5 490 790

Skema diagram proses

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 43


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Contoh Kasus 1 (Lim dan Bai, 2003)


Hasil
Metode Pencucian Flux Recovery (%)
Metode pencucian yang paling
Sonikasi (10 menit) 60.8 tidak efektif  flux recovery
Pencucian kimia (pencucian alkali, DI water dan 76.8 terendah
asam)
DI water backwashing 24.7
Metode pencucian yang paling
Pencucian gabungan 95.7 efektif  flux recovery
(pencucian kimia  sonikasi  backwashing) tertinggi

Gambar SEM yang menunjukkan (a) permukaan membran baru, (b) membran terkena fouling, (c)
membran setelah pencucian sonikasi, (d) membran setelah pencucian kimia, (e) membran setelah
pencucian backwashing dengan air, (f) membran hasil pencucian gabungan
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 44
Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Contoh Kasus 2 (Gwon dkk., 2003)


Studi mengenai karakteristik fouling pada membran nanofiltrasi (NF) dan reverse osmosis (RO)
telah dilakukan dalam skala pilot selama 6 bulan. Studi ini mempelajari efisiensi penghilangan
material terlarut dan potensi fouling selama proses NF dan RO pada air tanah yang telah di
pretreatment dengan menggunakan membran ultrafiltrasi (UF). Pada studi ini, setelah pilot plant
dioperasikan, tes uji dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik foulant yang berada pada
permukaan membran. Flux recovery untuk setiap skema pencucian (hidraulik, asam, dan alkali)
diukur dengan menggunakan untuk sel filtrasi secara dead-end.

Skema Pilot Plant dan Karakteristik Membran NF/RO

Skema diagram pilot plant

Bagian-bagian membran yang


di uji (fouling test, bagian 1-5)

Karakteristik membran NF dan RO yang dievaluasi

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 45


Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran

Contoh Kasus 2 (Gwon dkk., 2003)


Kualitas air di influen dan permeat pada NF, RO1 dan RO 2

 Konduktifitas air umpan (influent) menurun sebanyak 76.3%, 88.2%, dan 95.3% pada membran NF, RO1,
dan RO2 dari konduktifitas awal influent.
 Bahan organik terlarut seperti TOC dihilangkan sebesar 80-83.8%, TOXP sebesar 89-90.2%, dan THMFP
sebesar 93.9-94.5% dari kandungan pada influent.
 Hasil dari kualitas permeat menunjukkan bahwa membran dengan rejeksi garam yang tinggi memiliki
efisiensi penghilangan material organik hirofobik dengan aromatic rings yang tinggi.

Perbandingan fluks spesifik dari setiap bagian membran


Fluks spesifik pada setiap bagian membran
sebelum pencucian
setelah pencucian RO2
Spesifik fluks cenderung menurun dari aliran umpan
(section No.1) ke aliran keluaran konsentrat (section No.
5)  penyebab: membran pada bagian keluaran (outlet Pada RO2 disetiap section, teknik pencucian
section) berhubungan langsung dnegan larutan yang yang dapat mengembalikan spesifik fluks
lebih pekat sehingga lebih berpotensi terkena fouling. secara efektif adalah pencucian asam.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 46


Daftar Pustaka
Ahmad, A. L., & Ibrahim, N. (2002). Automated electrophoretic membrane cleaning for dead-end
microfiltration and ultrafiltration. Separation and Purification Technology, 29(2), 105-112. Baker,
R.W., (2004), Membrane Technology and Application 2nd edition, Membrane Technology and
Research, Inc., California.
Ang, W. S., Lee, S., & Elimelech, M. (2006). Chemical and physical aspects of cleaning of organic-fouled
reverse osmosis membranes. Journal of Membrane Science, 272(1–2), 198-210.
Belfort, G., Pimbley, J. M., Greiner, A., & Chung, K. Y. (1993). Diagnosis of membrane fouling using a
rotating annular filter. 1. Cell culture media. Journal of membrane science, 77(1), 1-22.
Cabassud, C., Laborie, S., Durand-Bourlier, L., & Lainé, J. M. (2001). Air sparging in ultrafiltration hollow
fibers: relationship between flux enhancement, cake characteristics and hydrodynamic parameters.
Journal of Membrane Science, 181(1), 57-69.
Cai, M., Wang, S., Zheng, Y., & Liang, H. (2009). Effects of ultrasound on ultrafiltration of Radix
astragalus extract and cleaning of fouled membrane. Separation and Purification Technology, 68(3),
351-356.
Cath, T. Y., Childress, A. E., & Elimelech, M. (2006). Forward osmosis: Principles, applications, and
recent developments. Journal of Membrane Science, 281(1–2), 70-87.
Chai, X., Kobayashi, T., & Fujii, N. (1999). Ultrasound-associated cleaning of polymeric membranes for
water treatment. Separation and Purification Technology, 15(2), 139-146.
Chao, Y.-M., & Liang, T. M. (2008). A feasibility study of industrial wastewater recovery using
electrodialysis reversal. Desalination, 221(1–3), 433-439.
Chen, D., Weavers, L. K., & Walker, H. W. (2006a). Ultrasonic control of ceramic membrane fouling by
particles: Effect of ultrasonic factors. Ultrasonics Sonochemistry, 13(5), 379-387.
Chen, D., Weavers, L. K., & Walker, H. W. (2006b). Ultrasonic control of ceramic membrane fouling:
Effect of particle characteristics. Water Research, 40(4), 840-850.
Chen, J. P., Kim, S., & Ting, Y. (2003). Optimization of membrane physical and chemical cleaning by a
statistically designed approach. Journal of Membrane Science, 219(1), 27-45.
Cheryan, M. (1998). Ultrafiltration and microfiltration handbook. CRC press.
Cornel, P., & Krause, S. (2006). Membrane bioreactors in industrial wastewater treatment European
experiences, examples and trends. Water Science & Technology, 53(3), 37-44.
Cornelissen, E. R., Rebour, L., van der Kooij, D., & Wessels, L. P. (2009). Optimization of air/water
cleaning (AWC) in spiral wound elements. Desalination, 236(1–3), 266-272.
Cornelissen, E. R., Vrouwenvelder, J. S., Heijman, S. G. J., Viallefont, X. D., van der Kooij, D., & Wessels,
L. P. (2007a). Air/water cleaning for biofouling control in spiral wound membrane elements.
Desalination, 204(1–3), 145-147.
Cornelissen, E. R., Vrouwenvelder, J. S., Heijman, S. G. J., Viallefont, X. D., Van Der Kooij, D., & Wessels,
L. P. (2007b). Periodic air/water cleaning for control of biofouling in spiral wound membrane
elements. Journal of Membrane Science, 287(1), 94-101.
Feng, D., van Deventer, J. S. J., & Aldrich, C. (2006). Ultrasonic defouling of reverse osmosis membranes
used to treat wastewater effluents. Separation and Purification Technology, 50(3), 318-323.
Gwon, E.-m., Yu, M.-j., Oh, H.-k., & Ylee, Y.-h. (2003). Fouling characteristics of NF and RO operated for
removal of dissolved matter from groundwater. Water Research, 37(12), 2989-2997.
Huotari, H. M., Trägårdh, G., & Huisman, I. H. (1999). Crossflow Membrane Filtration Enhanced by an
External DC Electric Field: A Review. Chemical Engineering Research and Design, 77(5), 461-468.
Ivnitsky, H., Katz, I., Minz, D., Shimoni, E., Chen, Y., Tarchitzky, J., . . . Dosoretz, C. G. (2005).
Characterization of membrane biofouling in nanofiltration processes of wastewater treatment.
Desalination, 185(1–3), 255-268.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 47


Daftar Pustaka
Juang, R.-S., & Lin, K.-H. (2004). Flux recovery in the ultrafiltration of suspended solutions with
ultrasound. Journal of Membrane Science, 243(1–2), 115-124.
Klaysom, C., Ladewig, B.P., Lu, G.Q.M. & Wang, L. (2013) Recent Advances in Ion Exchange Membranes
for Desalination Applications. In: Functional Nanostructured Materials and Membranes for Water
Treatment. pp. 125-161. Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.
Kobayashi, T., Kobayashi, T., Hosaka, Y., & Fujii, N. (2003). Ultrasound-enhanced membrane-cleaning
processes applied water treatments: influence of sonic frequency on filtration treatments.
Ultrasonics, 41(3), 185-190.
Kuberkar, V. T., & Davis, R. H. (2001). Microfiltration of protein-cell mixtures with crossflushing or
backflushing. Journal of Membrane Science, 183(1), 1-14.
Laborie, S., Cabassud, C., Durand-Bourlier, L., & Lainé, J. M. (1998). Fouling control by air sparging inside
hollow fibre membranes—effects on energy consumption. Desalination, 118(1–3), 189-196.
Lamminen, M. O., Walker, H. W., & Weavers, L. K. (2006). Cleaning of particle-fouled membranes
during cross-flow filtration using an embedded ultrasonic transducer system. Journal of Membrane
Science, 283(1–2), 225-232.
Lee, S., & Elimelech, M. (2007). Salt cleaning of organic-fouled reverse osmosis membranes. Water
Research, 41(5), 1134-1142.
Li, Q., & Elimelech, M. (2004). Organic fouling and chemical cleaning of nanofiltration membranes:
measurements and mechanisms. Environmental Science & Technology, 38(17), 4683-4693.
Liberman, B., & Liberman, I. (2005). Replacing membrane CIP by Direct Osmosis cleaning. International
Desalination and Water Reuse Quarterly, 15(2), 28.
Lim, A. L., & Bai, R. (2003). Membrane fouling and cleaning in microfiltration of activated sludge
wastewater. Journal of Membrane Science, 216(1–2), 279-290.
Lin, J. C.-T., Lee, D.-J., & Huang, C. (2010). Membrane fouling mitigation: membrane cleaning.
Separation Science and Technology, 45(7), 858-872.
Liu, C., Caothien, S., Hayes, J., Caothuy, T., Otoyo, T., & Ogawa, T. (2001). Membrane chemical cleaning:
from art to science. Pall Corporation, Port Washington, NY, 11050.
Liu, L., Liu, J., Gao, B., & Yang, F. (2012). Minute electric field reduced membrane fouling and improved
performance of membrane bioreactor. Separation and Purification Technology, 86, 106-112.
Marselina, Y., Lifia, Le-Clech, P., Stuetz, R. M., & Chen, V. (2009). Characterisation of membrane fouling
deposition and removal by direct observation technique. Journal of Membrane Science, 341(1–2),
163-171.
Meares, P., (1954), The Diffusion of Gases Through Polyvinyl Acetate, J. Am. Chem. Soc., 76, 3415.
Mohammadi, T., Madaeni, S. S., & Moghadam, M. K. (2003). Investigation of membrane fouling.
Desalination, 153(1–3), 155-160.
Mores, W. D., & Davis, R. H. (2002). Direct observation of membrane cleaning via rapid backpulsing.
Desalination, 146(1–3), 135-140.
Mulder, H.V.M. (1995) Polarization phenomena and membrane fouling, in Noble, R.D., Stern, S.A.
Membrane Separations Technology. Principles and Applications, Elsevier, 45-84.
Mulder, M., (1996), Basic Principles of Membrane Technology 2nd edition, Kluwer Academic Publisher
, London.
Nguyen, T., Roddick, F. A., & Fan, L. (2012). Biofouling of water treatment membranes: a review of the
underlying causes, monitoring techniques and control measures. Membranes, 2(4), 804-840.
OEM Technical Manual Electropure™ XL Series EDI, 2008.
Popović, S. S., Tekić, M. N., & Djurić, M. S. (2009). Kinetic models for alkali and detergent cleaning of
ceramic tubular membrane fouled with whey proteins. Journal of Food Engineering, 94(3–4), 307-
315.
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 48
Daftar Pustaka
Porcelli, N., & Judd, S. (2010). Chemical cleaning of potable water membranes: a review. Separation and
Purification Technology, 71(2), 137-143.
Psoch, C., & Schiewer, S. (2005). Long-term study of an intermittent air sparged MBR for synthetic
wastewater treatment. Journal of Membrane Science, 260(1–2), 56-65.
Qin, J. J., Liberman, B., & Kekre, K. A. (2009). Direct osmosis for reverse osmosis fouling control:
principles, applications and recent developments. The Open Chemical Engineering Journal, 3(1), 8-
16.
Qin, J.-J., Oo, M. H., Kekre, K. A., & Liberman, B. (2010). Development of novel backwash cleaning
technique for reverse osmosis in reclamation of secondary effluent. Journal of Membrane Science,
346(1), 8-14.
Shirazi, S., Lin, C. J., & Chen, D. (2010). Inorganic fouling of pressure-driven membrane processes—a
critical review. Desalination, 250(1), 236-248.
Starn, S.A, Gareis, P.J., Sinclair, T.F., Mohr, P.H., (1963), Performance of a Versatile Variable-Volume
Permeability Cell. Comparison of Gas Permeability Measurements by the VariableVolume and
Variable-Pressure Methods, J.Appl. Pol. Sci., 7, 2035.
Strathmann, H. (2010) Electrodialysis, a mature technology with a multitude of new applications.
Desalination. 264, 268-288.
Tarazaga, C. C., Campderrós, M. E., & Pérez Padilla, A. (2006). Characterization of exponential permeate
flux by technical parameters during fouling and membrane cleaning by electric field. Journal of
Membrane Science, 283(1–2), 339-345.
Valero, F., & Arbós, R. (2010). Desalination of brackish river water using Electrodialysis Reversal (EDR):
Control of the THMs formation in the Barcelona (NE Spain) area. Desalination, 253(1–3), 170-174.
Van der Roest, H. F., Lawrence, D. P., & Van Bentem, A. G. N. (2002). Membrane bioreactors for
municipal wastewater treatment. IWA Publishing.
Van der Waal, M. J., & Racz, I. G. (1989). Mass transfer in corrugated-plate membrane modules. I.
Hyperfiltration experiments. Journal of Membrane Science, 40(2), 243-260.
Vrouwenvelder, H. S., van Paassen, J. A. M., Folmer, H. C., Hofman, J. A. M. H., Nederlof, M. M., & van
der Kooij, D. (1998). Biofouling of membranes for drinking water production. Desalination, 118(1–
3), 157-166.
Widiasa, I.N., Wenten, I.G., (2007), Combination of reverse osmosis and electrodeionization for
simultaneous sugar recovery and salts removal from sugary wastewater, Reaktor, 11, 91-97
Wenten, I.G. (1994), Application of crossflow membrane filtration for processing industrial suspensions.
PhD Thesis, The Technical University of Denmark.
Wenten, I.G. (1995), Mechanisms and control of fouling in crossflow microfiltration. Filtration &
separation, 32(3), 252-253.
Wenten, I. G. (2002). Recent development in membrane science and its industrial applications. J Sci
Technol Membrane Sci Technol, 24(Suppl), 1010-1024.
Wenten, I.G. (2009). Performance of newly configured submerged membrane bioreactor for aerobic
industrial wastewater treatment. Reaktor, 12(3), 137-145.
www.cediuniversity.com
www.vsep.com
Yeon, K.-H., Song, J.-H., Shim, J., Moon, S.-H., Jeong, Y.-U., & Joo, H.-Y. (2007). Integrating
electrochemical processes with electrodialysis reversal and electro-oxidation to minimize COD and
T-N at wastewater treatment facilities of power plants. Desalination, 202(1–3), 400-410.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 49


Daftar Pustaka
Zator, M., Ferrando, M., López, F., & Güell, C. (2009). Microfiltration of protein/dextran/polyphenol
solutions: Characterization of fouling and chemical cleaning efficiency using confocal microscopy.
Journal of Membrane Science, 344(1–2), 82-91
Zator, M., Warczok, J., Ferrando, M., López, F., & Güell, C. (2009). Chemical cleaning of polycarbonate
membranes fouled by BSA/dextran mixtures. Journal of Membrane Science, 327(1–2), 59-68.
Zondervan, E., & Roffel, B. (2007). Evaluation of different cleaning agents used for cleaning ultra
filtration membranes fouled by surface water. Journal of Membrane Science, 304(1–2), 40-49.

Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 50

Anda mungkin juga menyukai