2012TeknikRegenerasiMembran Rev
2012TeknikRegenerasiMembran Rev
Permeat
Permeat
Cleaning agent
Backflushing
I G. Wenten
P. T. P. Aryanti
A. N. Hakim
Khoiruddin
BAB I
KARAKTERISTIK FLUKS
BAB II
POLARISASI KONSENTRASI DAN
FOULING
BAB III
TEKNIK-TEKNIK REGENERASI
MEMBRAN
Karakteristik Fluks
Selama pemisahan yang sebenarnya, kinerja
Fluks
membran (atau kinerja sistem) dapat berubah
dengan waktu, dan seringkali perilaku khas
fluks-waktu dapat diamati: fluks melalui
membran menurun dari waktu ke waktu
seperti yang ditunjukkan pada gambar.
driving force
fluks
viskositas total tahanan
P
J
Rtot
Representasi skematis berbagai tahanan
perpindahan massa (diadaptasi dari: Mulder, 1996)
1. Konsentrasi umpan
2. Temperatur
Secara umum, temperatur yang lebih tinggi akan
menyebabkan fluks lebih tinggi di kedua daerah
pressure-controlled dan mass transfer-controlled. Ini
mengasumsikan tidak ada efek yang tidak biasa
lainnya yang terjadi secara bersamaan, seperti fouling
membran karena pengendapan garam larut pada suhu
yang lebih tinggi atau denaturasi protein atau
gelatinisasi pati pada suhu yang lebih tinggi.
Temperatur yang lebih tinggi akan mengurangi kepadatan & viskositas, meningkatkan difusivitas,
dan mengurangi pertumbuhan mikroba
Hidrofilisitas
Bahan hidrofobik biasanya memblokir air tapi
menyerap komponen yang hidrofobik atau amfoter
mengakibatkan fouling seperti protein
Topografi permukaan Hydrophobic
Hydrophilic
Topografi permukaan membran, (kiri) membran Adsorpsi protein dari larutan bovin
dengan permukaan kasar dan (kanan) membran plasma (Cheryan, 1998)
dengan permukaan halus (Cheryan, 1998)
Fouling
Penyempitan pori
(dpartikel<<dpori)
Penyumbatan pori
(dpartikel~dpori)
(dpartikel>>dpori)
RM = resistansi membran
RG = resistansi operasi
RF = resistansi fouling
Biofouling
Disebabkan oleh
• Fungi
• Algae
• Bakteri
• Filtrasi
• Mengendalikan faktor pemekatan
• Dispersants
Bioufouling pada membran spiral wound
• Biosida
(www.wageningenur.nl)
Biofouling
Biofouling
Peningkatan
pengendapan
mineral
Penurunan Kontaminasi
rejeksi permeat
Gajala dan
Konsekuensi Biodegradasi
Penurunan
fluks Biofouling membran
pada
Membran
Peningkatan hilang
tekan modul
Scaling
(a)
Polarisasi konsentrasi
Model “Gel Layer Polarization”
Model polarisasi lapisan gel sangat mirip dengan model film.
Konsentrasi solut pada permukaan membran dapat mencapai
nilai yang sangat tinggi dan konsentrasi maksimum,
konsentrasi gel (Cg) dapat dicapai untuk sejumlah
makromolekul solut.
Perbandingan konsentrasi solut disisi umpan pada permukaan membran (cio) dengan konsentrasi
solut pada fasa curah (cib) dapat dijelaskan melalui persaman berikut (Baker, 2004):
Pengaruh perubahan ketebalan lapisan batas δ, membrane enrichment Eo, fluks membran J, dan
difusi solute D terhadap gradient konsentrasi di dalam lapisan batas stagnan (Baker, 2004)
Polarisasi konsentrasi
Pada proses-proses berbasis membran penukar ion, polarisasi konsentrasi terjadi karena perbedaan
bilangan transport counter-ion di dalam larutan dengan membran. Perbedaan tersebut menyebabkan
pembentukan gradient konsentrasi ion antara fasa membran dan fasa larutan curah. Pada sisi konsentrat,
konsentrasi ion pada permukaan membran lebih tinggi dari pada di dalam fasa cairan. Sedangkan pada sisi
diluat, konsentrasi ion pada permukaan membran lebih rendah dari pada di dalam larutan. Polarisasi
kosentrasi tersebut dapat menyebabkan disosiasi air, scaling, perubahan pH secara lokal, dan penurunan
efisiensi arus listrik.
Strathmann, 2010
Profil konsentrasi ion di dalam lapisan batas membran Scaling pada membran kation
penukar kation (diadaptasi dari: Strathmann, 2010) (Widiasa dan Wenten, 2007)
I (A/m2) Efisiensi
arus
menurun
Polarisasi Reaksi
Peningkata
dissosiasi
Ilim n pH lokal konsentrasi air
Scaling
U (Volt)
Polarisasi temperatur
T-polarization
C-polarization
Polarisasi temperatu dan kosentrasi pada proses distilasi membran (El-Bourawi dkk, 2006)
Pencucian
Fouling pada membran didominasi oleh adsorpsi material organik alam dan mikroba. Pada model konsep
fouling dan pencucian pada membran, keseimbangan antara daya tarik hidrofobik dan tolakan
elektrostatik merupakan dasar yang menentukan apakah membran mengalami fouling atau tidak.
Peningkatan berat molekul dan rasio massa/muatan zat terlarut, kekuatan ion, konsentrasi kation divalen,
dan hidrofobisitas akan meningkatkan potensi terjadinya fouling pada membran. Sementara itu,
peningkatan densitas muatan dan polaritas zat terlarut, dan pH akan meningkatkan tolakan elektrostatik
diantara membran dan zat terlarut, sehingga adhesi antara membran dan material penyebab fouling
menurun dan efisiensi proses pencucian meningkat (Liu dkk., 2001).
Model konsep fouling dan pencucian pada membran (Liu dkk., 2001)
Pada model electrostatic equilibrium, gaya yang menahan foulant pada permukaan membran berkurang
selama proses pencucian sehingga terjadi penghilangan foulant. Agen pembersih yang paling sesuai untuk
foulant ditentukan oleh sifat alami dari foulant yang akan dihilangkan, seperti organik/inorganik,
asam/basa, dan keadaan beban foulant (Porcelli dan Judd, 2010).
Konsep model electrostatic equilibrium untuk pencucian membran (Porcelli dan Judd, 2010)
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 17
Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran
Pencucian
Pencucian dilakukan ketika: fluks permeate turun sekitar 10-15%, tekanan bervariasi sekitar 10-15%,
konduktivitas, permeat bervariasi sekitar 10-15%, pressure drop antara umpan dan konsentrat bervariasi
10-15%
Waktu dan
Foulant Reagent Mode of Action
temperatur
Fats, oils, proteins, 30 - 60 min
0.5N NaOH with 200 ppm
polysaccharides, Hidrolisis dan oksidasi
bacteria,
Cl2 25 – 55oC
30 min-overnight Pembasahan,
Fats, oils, biopolymers, 0.1%SDS; 0.1% Triton X-
emulsifikasi,
proteins 100; 25 – 55oC tersuspensi, dispersi
Cell fragments, fats, oils, 30 min-overnight Catalytic breakdown
Enzyme, detergent
proteins 30 – 40oC (proteolysis)
30 min-overnight
DNA 0.5% DNAase Hidrolisis enzim
30 – 40oC
30 - 60 min
Fats, oils, and grease 20-50% ethanol Pelarutan
25 – 55oC
Cheryan, 1998
• NaOH atau KOH (basa) efektif untuk foulant organic dan protein
pH
• Pencucian asam (acid) cocok untuk fouling inorganic
Pencucian
Pencucian membran yang terkena fouling adalah proses penghilangan material yang bukan
bagian integral material. Pencucian membran dikelompokkan sebagai pencucian fisik dan
pencucian kimia (Lin dkk., 2010).
Teknik hidrolik
Electric Field
Pencucian asam
Pencucian oksidan
Pencucian
Pencucian enzimatik Kimia
Pencucian surfaktan
Pencucian
Fisik Dalam praktek, pencucian
fisik yang diikuti oleh
pencucian kimia secara luas
telah diterapkan dalam
aplikasi membran untuk
mengurangi terjadinya
Pencucian fouling
Kimia
Backflushing
a = b = interval
c = durasi
Permeate Flux, J
Time, t
a c b a b
Kelebihan : Kelemahan :
Dapat mengangkat foulant dari Metode ini hanya bisa digunakan
permukaan membran dan untuk membran tipe tubular .
mengurangi polarisasi Jika proses backflushing dilakukan
konsentrasi. bukan pada kondisi optimum maka
Secara efektif menghilangkan proses pencucian tidak akan
non-adhesive foulant dari berlangsung secara efektif atau
permukaan membran dan terjadi kehilangan fluida dalam
mengurangi terjadinya reversibel jumlah besar selama proses
fouling berlangsung.
(Nguyen dk., 2012) (Chai dkk., 1999; Mores dan Davis,
2002).
Backflushing
Pengaruh waktu pencucian terhadap penghilangan foulant (backwash dan crossflow velocity 15
mm/s) . Keterangan : Hfc = tinggi fluidized cake dan Hec = tinggi expanded cake. (Marselina dkk.,
2009)
Gambar SEM dari (a) membran mikofiltrasi baru, (b) membran yang telah terkotori setelah
digunakan proses filtrasi dengan suspensi ragi selama 1220 detik, (c) membran pada gambar b
yang telah melalui proses backflushing. (Kuberkar dan Davis, 2001)
Backshock
Backshock merupakan teknik backflush baru yang dapat digunakan untuk menjalankan proses
filtrasi pada kecepatan aliran yang sangat rendah dengan fluks permeat yang sangat stabil. Teknik
ini merupakan optimasi dari durasi proses backflush dan interval backflush. Durasi backflush yang
sangat singkat (sekitar 0.06 detik) dengan waktu interval maksimum 5 detik (lebih banyak
digunakan 1 sampai 3 detik) dan tekanan backflush yang relatif tinggi (1 bar atau lebih dari
tekanan umpan) menyebabkan hilangnya permeat selama proses backshock sangat rendah dan
hampir tidak mempengaruhi aliran bersih permeat (Wenten, 2002).
Kinerja dari membran normal dan reverse Pengaruh backflush (Interval = 5 menit.,
asimetris selama filtrasi bir (TMP = 0.7; ukuran Durasi = 30 s, Vf = 500 l)
pori: normal = 1 mm, reverse = 0.6 mm, Vt =
500 L) (Wenten, 1994; 1995)
Pengaruh tekanan backflush terhadap Pengaruh backshock terhadap membran normal dan
stabilitas fluks (Durasi = 1 s, Interval = 3 min) reverse asymetric (Durasi= 0.1 s, Interval = 5 s, v =
0.5 m/s; TMP: normal = 0.2 bar, reverse = 0.05 bar)
Backshock
Ultrasonic Cleaning
Ultrasound merupakan teknologi alternatif untuk pencucian dan pengontrolan fouling pada
membran. Fenomena fisik dasar yang terjadi sealam proses ultrasound adalah proses kavitasi
(Chen dkk., 2006a; Feng dkk., 2006)
Proses pertumbuhan
gelembung
Fenomena fisik yang terjadi di dalam cairan selama proses ultrasonic cleaning (Feng dkk., 2006)
Ultrasonic Cleaning
KELEBIHAN
Ultrasound irradiation selama proses membran filtrasi berlangsung merupakan cara yang sangat
efektif dalam proses penghilangan foulant dari membran. Proses pencucian membran dengan
menggunakan metode ini tidak melibatkan bahan kimia, tidak mengganggu operasi proses filtrasi,
mampu mempertahankan permeat fluks keseluruhan, dan dapat meningkatkan fluks permeat
membran (Chen dkk., 2006a; Chen dkk., 2006b; Kobayashi dkk., 2003)
Pengaruh ultrasound terhadap (a) permeabilitas dan (b) pencucian membran (Kobayashi dkk, 2003)
Ultrasonic Cleaning
Online Untrasonic
Irradiation
Efektivitas proses
terbatas
Biaya mahal
(Juang dan Lin, 2004) Skema proses membran dengan ultrasound irradiation
(Kobayashi dkk, 2003)
Ultrasonic Bath
Ultrasonic Cleaning
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencucian membran (Chen dkk., 2006a)
Jarak antara sumber ultrasonic dan membran Tekanan operasi pada proses filtrasi
Pengaruh ultrasonic pada berbagai jarak ultrasonic Pengaruh ultrasonic pada berbagai tekanan
probe dengan membran terhadap fouling di operasi filtrasi terhadap fouling di membran
membran (konsentrasi partikel = 0.5 g/L; tekanan (konsentrasi partikel = 0.2 g/L; ukuran partikel =
operasi filtrasi = 5 psi) 1.56µm; jarak antara membran dan ultrasonic
probe = 3.5 cm)
Mode operasi : kontinyu atau pulsed ultrasound
KESIMPULAN
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ultrasonic merupakan faktor penting yang berperan dalam
proses pengontrolan fouling pada membran. Membran dengan peningkatan fluks relatif yang tinggi
diperoleh pada membran yang diletakkan di dekat daerah kavitasi, proses filtrasi yang dioperasikan
pada tekanan filtrasi rendah, dan proses sonikasi yang dilakukan secara kontinyu. (Chen dkk., 2006a)
Ultrasonic Cleaning
Gambar SEM (a) fouled membrane dan, (b) membran bersih setelah ultrasound irradiation (membran digunakan
dalam proses ultrafiltrasi larutan ekstrak Radix astragalus, perbesaran SEM 20000 X). (Cai dkk., 2009)
Gambar SEM (a) membran RO baru, (b) membran RO yang terkotori oleh larutan CaSO4 tanpa ultrasound,
dan (c) membran RO yang terkotori oleh larutan CaSO4 dengan ultrasound (25 kV; 6000X; bar; 1.66 µm).
(Feng dkk., 2006)
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 28
Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran
AWC yang dilakukan setiap hari merupakan salah satu cara terbaik untuk mengontrol fouling
pada membran yang disebabkan oleh biofouling dan material partikulat. (Cornielissen dkk.,
2007b)
(A) (B)
Prinsip gas sparging (Cabassud dkk., Pola aliran slug dengan (A) dan tanpa (B) aerasi
2001) (Cabassud dkk., 2001)
Pengamatan aliran slug pada saluran membran tubular, diameter saluran membran = 6 mm
(Psoch dan Schiewer, 2005)
Skema proses air sparging pada membran bioreaktor (MBR) (Psoch dan Schiewer, 2005)
Fluks dan TMP pada MBR dengan dan tanpa air sparging (Psoch dan Schiewer, 2005)
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 32
Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran
Penyapuan fouling
Bio-osmotic shock
Aplikasi DO-HS pada proses pencucian membran (Liberman dan Liberman, 2005)
Skema sistem pilot dari fasilitas DO-HS treatment (Qin dkk., 2010)
Skenario pencucian membran pada RO plant (A) proses pencucian konvensional (Cleaning-in-
Place/ CIP) dan (B) proses DO-HS (Liberman dan Liberman, 2005)
Skenario A (CIP)
• Menurunkan produksi air
• Meningkatkan konsumsi daya, penurunan
tekanan, konduktivitas produk, dan laju
penggantian membran
• Perlu dilakukan beberapa pencucian
konvensional, sehingga mengeluarkan
biaya untuk pembersihan secara kimia,
hilangnya waktu produksi selama proses
pencucian, dan munculnya masalah
limbah dari larutan sisa pencucian.
(A) (B)
(Liberman dan Liberman, 2005)
Membran RO (A) sebelum pencucian dan (B)
Skenario B (DO-HS) sesudah pencucian dengan metode DO-HS
(Liberman dan Liberman, 2005)
• Metode pencegahan fouling secara
otomatis (pencucian sehari sekali)
• Produktifitas, konsumsi daya, dan kualitas
produk tetap terjaga sesuai dengan
rancangan awal plant
• Laju penggantian membran rendah
Electric Field
Secara umum, baik membran maupun material yang terdapat pada suspensi umpan memiliki muatan
elektrik. Interaksi antara permukaan yang bermuatan dapat menyebabkan fouling. Properti elektrokimia
dari permukaan membran dan material yang terdispersi atau zat terlarut pada umpan dapat memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik dari proses pemisahan pada sistem tersebut. Oleh karena
itu, penggunaan medan listrik (electric field) dapat meningkatkan proses proses pemisahan berbasis
membran dan secara feketif dapat mengurangi polarisasi konsentrasi dan fouling pada membran. Pada
proses ini, medan listrik dapat diaplikasikan dengan melewati membran atau menjadikan membran
sebagai elektroda (Huotari dkk., 1999; Ahmad dan Ibrahim, 2002).
Electric Field
Aplikasi Medan Listrik di MBR
(a) Diagram skema konfigurasi MBR, (b) modul membran dengan elektroda, (c) diagram medan
listrik (Liu dkk., 2012)
Electric Field
Pengaruh aplikasi medan listrik di membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi dan MBR
Penurunan fluks dengan waktu operasi selama Skema pola fluks permeat, dengan komponen
proses ultrafiltrasi (Tarazaga dkk., 2006) fluks konstan selama proses pencucian dengan
aplikasi medan listrik (Tarazaga dkk., 2006)
Pengaruh waktu operasi terhadap fluks pada proses mikrofiltrasi (a) filtrasi normal (tanpa medan listrik)
dan (b) medan listrik dengan pulse 10 s dan interval 40 menit (1 g/L TiO2 ; pH = 8; 0.01 KMNO3; 100V)
(Ahmad dan Ibrahim, 2002)
Pembalikan polaritas listrik elektroda untuk menyisihkan foulant dari permukaan membran ionik
(Strathmann, 2010)
Secara efektif dapat menghilangkan endapan material koloid dan garam inorganik, sehingga fluks
yang dihasilkan pada proses filtrasi tetap stabil. (Yeon dkk., 2007; Chao dan Liang, 2008).
Pencucian Elektrodeionisasi
Pencucian dan sanitasi dalam sistem EDI juga diperlukan. Tujuannya adalah untuk mengembalikan
performa. Waktu pencucian dan bahan kimia yang biasa digunakan dapat dilihat pada bagan
berikut sedangkan skema pencucian EDI dapa dilihat pada gambar.
digunakan
performa menurun HCl/NaOH
Menentukan penyebab Laju alir produk turun NaOH
penurunan kinerja Laju alir konsentrat Sodium percarbonte
turun
Paracetic acid
Penurunan tekanan
sebesar 50% tanpa
perubahan aliran
Peningkatan hambatan
listrik sebesar 25%
tanpa merubah T
umpan
Sumber: CEDIUniversity.com
Pencucian Kimia
Beberapa contoh pencucian kimia untuk menghilangkan fouling pada berbagai tipe membran
Tipe Material membran Umpan/ Aplikasi Agen pencuci Tipe fouling Referensi
MF Hollow fiber PVDF Pengolahan air Pencucian asam, kaustik, Fouling Lim dan Bai,
limbah dan oksidatif organik , 2003
inorganik dan
biofouling
MF Keramik Pembentukan Pencuci alkali (NAOH), Fouling Popović
monotabular kembali protein pencuci deterjen (P-3- organik dkk., 2009
(ukuran pori 200 whey ultrasil®69 dan P3-
nm) ultrasil®67)
MF Polikarbonat Campuran BSA, Pencuci enzimatik (P3- Fouling Zator dkk.,
(0.8 µm) dextran dan ultrasil®53) organik 2009a;
tannic acid 2009b)
UF Holow fiber (Norit- Air permukaan HCl, H2SO4, asam sitrat, Fouling Zondervan
Xiga FSU®) (air kanal) NaClO, P3 Ultrasil® 115, organik dan dan Roffel,
P3 Ultrasil® 70, P3 inorganik 2007
Aquaclean® Sal,
Aquaclean® Fer 12,
Kleen® MTC 411
UF Polisulfon Pengolahan air Pencucian asam, Fouling Mohammad
limbah deterjen, sequestering, organik , i dkk., 2003
oksidatif, blend dan inorganik dan
enzimatik biofouling
NF Spiral wounds, Air keran Pemberian dosis tembaga Fouling Cornilessen
ESNA2® (TFC PA (tap water) sulfat partikulat dkk., 2007b
layer) dan
biofouling
NF Dead-end flat Komersial Larutan alkali (pH 11), Fouling Lidan
sheet, NF270®, TFC hummic acid agen chelating logam, organik Elimelech,
surfaktan 2004
RO TFC (LFC-1®) Alginat dan NaOH, EDTA, SDS Fouling Ang dkk.,
bahan organik organik 2006
alami
RO Organic-fouled RO, Polisakarida dan Pencucian garam Fouling Lee dan
TFC (LFC-1®) bahan organik organik Elimelech,
alami komersial 2007
UF, RO Spiral wound Reklamasi Hydrochloric acid, Fouling Chen dkk.,
polisulfon, limbah cair kota sodium hyroxide, organik 2003
poliamide TriClean® 212 F
Masalah utama dalam aplikasi membran mikrofiltrasi untuk lumpur aktif dalam pengolahan air
limbah adalah penurunan fluks permeat yang sangat cepat dengan bertambahnya waktu operasi
yang disebabkan oleh fouling pada membran.
Solusi
Pecucian membran dengan berbagai teknik pencucian, yaitu backwashing dengan air de-ionized
(ID), sonikasi, pencucian kimia, dan kombinasi dari beberapa teknik pencucian.
Spesifikasi membran MF
Tipe Membran MF hollow fiber Diameter dalam 0.3 mm
asimetris
Toleransi pH 1 – 10
Material membran PVDF
Material modul membran Stainless steel
Kimia permukaan Hidrofobik
Jumlah membran di modul 20
Ukuran pori 0.1 µm
Total efektif area permukaan 0.0122522 m2
Panjang fiber 15 mm
membran
Diameter luar 1.3 mm
Komposisi air umpan untuk proses lumpur aktif (rasio C:N:P = 100:10:5)
Komponen di larutan umpan Konsentra BODs (larutan umpan COD (larutan umpan dilarutkan
si umpan dilarutkan 100 kali) 100 kali) (mg/L)
(g/L) (mg/L)
Sumber C: Glukosa, C6H12O6 48.6 490 790
Sumber N: ammonium sulphate 8.8 490 790
Gambar SEM yang menunjukkan (a) permukaan membran baru, (b) membran terkena fouling, (c)
membran setelah pencucian sonikasi, (d) membran setelah pencucian kimia, (e) membran setelah
pencucian backwashing dengan air, (f) membran hasil pencucian gabungan
Wenten dkk., Institut Teknologi Bandung, 2012 44
Bab 3 Teknik-teknik Regenerasi Membran
Konduktifitas air umpan (influent) menurun sebanyak 76.3%, 88.2%, dan 95.3% pada membran NF, RO1,
dan RO2 dari konduktifitas awal influent.
Bahan organik terlarut seperti TOC dihilangkan sebesar 80-83.8%, TOXP sebesar 89-90.2%, dan THMFP
sebesar 93.9-94.5% dari kandungan pada influent.
Hasil dari kualitas permeat menunjukkan bahwa membran dengan rejeksi garam yang tinggi memiliki
efisiensi penghilangan material organik hirofobik dengan aromatic rings yang tinggi.