Anda di halaman 1dari 21

PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH

UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

TERM OF REFERENCE (TOR)

Program : Pengelolaan Lahan


Kegiatan : Budidaya Tanaman Pisang
Organisasi : Pemuda Muhammadiyah Provinsi Aceh
Tahun : 2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penguatan perekonomian melalui pembangunan sektor pertanian khususnya
subsektor tanaman pangan dan hortikultura merupakan langkah fundamental
karena berkaitan dengan:
1. Potensi sumber daya alam di Kabupaten Aceh Besar.
2. Sektor pertanian merupakan hajat hidup sebagaian besar penduduk sehingga
merupakan cerminan dari ekonomi kerakyatan.
3. Sector pertanian sangat potensial untuk memperkuat struktur ekonomi
pedesaan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura Kabupaten Aceh
Besar).

Agar menjadi sektor andalan dan sebagai mesin penggerak perekonomian


nasional, maka subsektor tanaman pangan dan holtikultura harus mengarah pada
pertanian yang modern, tangguh dan efisien. Hal ini sesuai dengan visi
pembangunan tanaman pangan dan holtikultura. Salah satu komuditas buah-
buahan yang prospektif untuk dikembangkan adalah pisang. Pisang (Musa
paradisiacal L) merupakan salah satu jenis buah-buahan tropic basah yang sangat
popular.

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun
besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M.
balbisiana, dan M. paradisiaca). Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-
kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang
memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang
berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang
PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 1
PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral,


terutama kalium.

Pisang adalah salah satu komoditas buah unggulan di Kabupaten Aceh Besar. Hal
ini mengacu pada besarnya luas panen dan produksi pisang yang selalu menempati
posisi pertama. Selain besarnya luas panen dan produksi pisang, Kabupaten Aceh
Besar juga merupakan salah satu sentra primer keragaman pisang. Lebih dari 10
jenis pisang terdapat di Kabupaten Aceh Besar yang memberikan peluang untuk
pemanfaatan dan komersialisasi pisang sesuai kebutuhan konsumen.

Oleh dasar dan pertimbangan tersebut di atas Pimpinan Wilayah Pemuda


Muhammadiyah Provinsi Aceh bermaksud untuk merebut peluang bisnis pisang
dengan berencana menanam pisang di lahan seluas 10 hektar di Saree Kecamatan
Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar yang nanti akan dijadikan kebun
Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah.

1.2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan yang hendak dicapai dalam Pengelolaan Lahan Asset Muhammadiyah
adalah untuk memamfaatkan lahan tidur menjadi lahan yang produktif serta untuk
mendorong tumbuhnya usaha perkebunan, peningkatan produksi dan
produktifitas, peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan
perkebunan pisang di Kabupaten Aceh Besar.

Adapun sasaran yang hendak dicapai dari Pengelolaan Lahan Asset


Muhammadiyah ini adalah:
1. Terbukanya lahan budidaya tanaman pisang secara mandiri,
2. Perlindungan dan pemulihan asset kelembagaan,
3. Pembenahan regulasi,
4. Penguatan kelembagaan Muhammadiyah.

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup pekerjaan Pengelolaan Lahan Asset Muhammadiyah meliputi:
1. Pemukaan lahan, mulai dari proses babat dan penanaman,
2. Pengukuran luas lahan dan letak yang tergambar dalam bentuk peta
3. Pengelolaan lahan secara berkelanjutan sesuai dengan fokus area kegiatan.

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 2


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

1.4. Hasil yang Hendak Dicapai


Hasil yang hendak dicapai dari Pengelolaan Lahan Asset Muhammadiyah ini
adalah: pemeliharaan lahan berupa aseet Muhammadiyah yang lebih produktif
melalui budidaya tanaman pisang.

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 3


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

BAB II
SYARAT TUMBUH TANAMAN PISANG
2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Pisang
Adapun syarat tumbuh tanaman pisang antara lain:
• Suhu: Optimum pada kisaran 26°-28°C,
• Altitude: Di bawah 800 m dpl, tapi masih mungkin sampai 1000 m dpl.
• Pengairan: Perlu air teratur 20-60 mm/minggu
• Tanah: pH 4.5-8.5, kedalaman solum >75 cm, kedalaman air > 120 cm,
kemiringan 15 %<, peka tanah salin. Terbaik pada tanah dengan solum dalam,
berdrainase baik, dengan kandungan humus tinggi seperti tanah vulkanik atau
tanah alluvial, hindari tanah tergenang.
• Lokasi: Dekat dengan industri pendukung atau jalur agribisnis.

2.2. Kegiatan Budidaya Pisang


Kegiatan budidaya pisang dimulai dari penyediaan benih dan bibit sampai panen
sesuai dengan alur agribisnis pisang di atas. Setelah kegiatan panen perlu juga
dilakukan kegiatan pasca panen yang baik sampai pisang dipasarkan. Langkah-
langkah kegiatan budidaya pisang adalah sebagai berikut:

2.2.1. Penyediaan Benih/Bibit


Sumber bibit harus diperoleh dari induk yang sehat dan diperoleh dari lahan yang
bebas penyakit terutama penyakit layu fusarium dan layu bakteri serta penyakit
bunchy top. Sumber bibit dapat berasal dari anakan, bonggol (cormit/bits) dan
kultur jaringan. Pada umumnya petani menggunakan bibit yang berasal dari
anakan dan belahan bonggol. Bibit yang siap ditanam berukuran 40-50 cm bila dari
kultur jaringan, atau anakan berumur 6 bulan.

2.2.2. Penyiapan Lahan


• Pembersihan lahan. Lahan harus dibersihkan dari dari hal-hal yang dapat
menganggu pertumbuhan tanaman. Lahan dibersihkan mulai dari membuang
batu besar, gulma, tunggul batang dan sebagainya yang dapat menganggu
sistem perakaran tanaman dan penyerapan unsur hara. Selain itu juga
disiapkan bedengan dan akses jalan.

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 4


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

• Pengaturan jarak tanam. Jarak tanam tergantung varietas, varietas ukuran kecil
sekitar 2 x 2.5 m, besar 3 x 3. Bisa juga berupa barisan 1.5-2 x 4-6 m. Populasi
tanaman per ha, tergantung dari layout tanah. Arah barisan dalam pengaturan
jarak tanam harus sejajar dengan arah terbit metahari.

Gambar 1. Pengaturan jarak tanam pisang, (atas) Pola tanam sejajar dan teratur,
jarak tanam 3 x 3 meter; (bawah) Pola tanam berseling, jarak tanam 3 x 2 m

2.2.3. Penanaman
• Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam diperlukan untuk memperbaiki lingkungan perakaran
pisang agar bibit pisang yang di tanam mampu tumbuh dengan cepat. Pembuatan
lubang tanam sebaiknya dilakukan 2-3 minggu sebelum tanam. Ukuran lubang
tanam kira-kira 50 x 50 x 50 cm. Pada saat pembuatan lubang tanam harus
dipisahkan tanah lapisan atas (arak kiri) dan tanah lapisan bawah arah kanan.
Apabila tanah masam, sebaiknya pada lubang tanam diberi kapur/dolomite
sebanyak 200-500 g/lubang. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 2 minggu
dengan tujuan member kesempatan tanah menyerap oksigen dan sinar matahari.
Sebaiknya lubang tanam diberi perlakuan solarisasi yaitu menutup lubang tanam
dengan plastik PVC selama 2-3 minggu. Tujuan dilakukan solarisasi adalah untuk
mematikan mikrorganisme yang merugikan tanaman pisang.

• Penutupan lubang tanam


Penutupan lubang tanam dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan
kelembaban tanah ke kondisi semula. Penutupan lubang tanam dapat dilakukan 2-
PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 5
PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

3 hari sebelum tanam. Pada saat penutupan lubang tanam ditambahkan pupuk
kandang yang sudah dicampur agensia hayati sebanyak 10 – 20 kg per lubang
tanam. Satu minggu sebelum penutupan lubang tanam, pupuk kandang dicampur
dengan agensia hayati Trichoderma sp. Sebanyak 100 – 200 g Trichoderma sp
dicampur dengan 10 kg pupuk kandang. Setelah dicampur pupuk kandang
dimasukkan ke dalam karung dan diperam selama 1 minggu dalam keadaan
lembab. Pada saat penutupan lubang pupuk kandang yang sudah dicampur dengan
agensia hayati, setengah bagian dimasukan kedalam lubang tanam dan setengah
bagian dicampurkan dengan tanah bagian atas (top soil). Pada saat penutupan
lubang tanam, tanah bagian atas (top soil) dimasukkan terlebih dahulu baru
disusul tanah bagian bawah (sub soil).

• Penanaman
Penanaman dilakukan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir musim
kemarau, agar tanaman pada saat pertumbuhan awal tidak mengalami kekeringan.
Sebelum ditanam bibit yang sudah disiapkan terlebih dahulu diberi perlakuan
dengan cara merendam dalam agens antagonis seperti bakteri Pseudomonas
fluorescens dan Bacillus substilis dengan konsentrasi 109/ml selama 24 jam. Kalau
agens antagonis sulit diperoleh, bibit dapat direndam dulu ke dalam larutan
fungisida Benlate atau Duthane M-45 selama 2 jam. Sementara menunggu bibit
direndam, lubang tanam yang sudah ditutup, dilubangi kembali seukuran dengan
bonggol atau bibit. Setelah bibit direndam, bibit siap ditanam. Bibit dimasukkan ke
dalam lubang tanam dengan posisi tegak dan ditanam sampai sebatas 5 – 10 cm di
atas pangkal tanah, kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah galian.
Penanaman pisang dapat dilukukan dengan baris tunggal dan baris ganda.

2.2.4. Irigasi/Pengairan
Pengairan dilakukan untuk membantu penyediaan air yang cukup untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penyediaan air adalah air yang digunakan untuk penyiraman tidak tercemar zat
berbahaya dan limbah pabrik serta bibit penyakit. Pengairan harus disesuaikan
dengan musim, umur tanaman dan fase pertumbuhan tanaman. Pengairan dapat
dilakukan dengan penyiraman, irigasi sprinkle, irigasi tetes dan pembuatan
selokan di antara bedengan tanaman. Namun biasanya teknik pengairan yang
PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 6
PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

banyak dilakukan adalah dengan penyiraman. Irigasi tetes dan sprinkle banyak
digunakan untuk perkebunan besar.

Pengairan lahan harus dilakukan paling lambat 3 – 4 hari setelah tanam jika
ditanam pada saat tidak turun hujan. Penyiraman dilakukan dengan gembor atau
selang dari atas permukaan tanah sekitar pohon sampai tanah terlihat basah pada
kedalaman minimal 20 cm. Penyiraman dapat dilakukan pada pagi atau sore hari,
sekurang-kurangnya 2 kali seminggu apabila tidak turun hujan. Tanaman pisang
yang kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Kekurangan air pada fase pertumbuhan vegetative dapat mempengaruhi
kecepatan perkembangan daun dan jumlah bunga menjadi sedikit, sehingga
produksi buah menjadi rendah. Kekurangan air pada fase pembungaan dapat
menurunkan jumlah buah dan kekurangan air pada periode pembentukan buah
dapat mempengaruhi ukuran dan kualitas buah, tandan buah pendek dan ukuran
kecil.

2.2.5. Penjarangan Anakan


Penjarangan anakan dilakukan dengan tujuan mengurangi persaingan hara antar
tanaman dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas
hasil. Membiarkan anakan pada tanaman pisang dapat mengurangi produksi. Saat
penjarangan juga berperan penting dalam managemen produksi. Ada dua tipe
anakan yang dihasilkan yaitu anakan muda dengan daun yang sempit (anakan
pedang) dan anakan dengan daun yang lebar. Satu rumpun maksimum dengan 1-2
anakan yang berbeda umur. Penjarangan dilakukan setiap 3 bulan. Anakan yang
dibuang adalah yang tumbuhnya mengarah pada jalan kebun. Anakan yang dipilih
untuk dipelihara adalah anakan yang berdaun pedang, tingginya 20-40 cm,
pertumbuhan kuncup daun baik. Dengan pembuangan anakan ini pohon induk
akan berbuah dengan arah pertumbuhan buah ke jalan untuk memudahkan
pemanenan. A-nakan berumur 6 bulan dapat dijadikan sebagai bahan tanaman
untuk inisiasi kebun baru.

Penjarangan anakan dapat dilakukan dengan cara mematikan anakan dengan


metode sebagai berikut:
a. Potong anakan sebatas permukaan tanah, congkel bagian tengah batang lalu
tuangkan 2 – 3 ml (½ sendok teh) minyak tanah.
PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 7
PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

b. Dapat juga menggunakan 2,4 – D 50% sebanyak 2 – 12 tetes pada batang semu
anakan yang telah mencapai tinggi 30 – 60 cm. Anakan yang lebih kecil
dosisnya dapat dikurangi.

2.2.6. Pemupukan dan Pembumbunan


Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan unsure hara
tanaman dan mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimum, produksi yang
tinggi dan kualitas yang baik sesuai dengan standar yang ditetapkan serta
memperkuat pertumbuhan tanaman pisang. Jenis pupuk yang digunakan adalah:
• Bahan organik: pupuk kandang, kompos
• Pupuk kimia yang terdiri dari N (urea, ZA, KNO3, NPK), N (urea, Za, KNO3,
NPK), P (TSP, SP-36) dan K (KCl, KNO3)

Pemupukan dilakukan dengan cara:


• Membuat parit di sekeliling rumpun dengan jarak minimal 50 cm dari pohon
dengan kedalaman 10-15 cm
• Pupuk ditebarkan disepanjang parit sesuai dosis
• Setelah pupuk diberikan parit ditutup dan dilanjutkan dengan pembumbunan
• Lingkaran tajuk diusahakan bersih dari rumput/gulma

Aplikasi pupuk organik dilakukan pada saat penyiapan lubang tanam dengan dosis
10-20 kg/lubang tanam. Sedangkan aplikasi pupuk kimia dilakukan tiga sampai
empat kali dalam satu tahun. Pemupukan I : satu bulan setelah tanam (Urea 150g,
SP-36 100g, KCl 200g), pemupukan II, III & IV selang 3 bulan dari pemupukan
sebelumnya (Urea 150g, SP-36 100g dan KCl 450g.

2.2.7. Sanitasi Lahan


Sanitasi lahan dilakukan bertujuan untuk membersihkan gulma dan tanaman sakit
di sekitar pertanaman agar tanaman dapat tumbuh optimal. Gulma yang tumbuh di
sekitar pertanaman pisang kalau tidak dibersihkan dapat menimbulkan
persaingan hara antara gulma dan tanaman, sehingga akan mengurangi suplai hara
ke tanaman. Sementara tanaman yang sakit kalau tidak dibersihkan dapat menjadi
sumber penyakit bagi tanaman lainnya. Pengendalian gulma penting dilakukan
pada 3 bulan pertama. Pengendalian gulma pada tanaman pisang umumnya
dilakukan secara manual atau mekanis. Pengendalian secara manual dilakukan
PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 8
PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

dengan membuang gulma minimal 100 cm sekeliling tanaman pisang.


Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti cangkul, kored
dan parang.

Parang yang digunakan untuk memotong tanaman yang sakit tidak boleh
digunakan lagiuntuk tanaman sehat, kecuali parang tersebut dibersihkan dahulu
dengan klorox ataupun bayclin agar penyakit tidak menular ke tanaman yang
sehat. Pengendalian secara manual atau mekanis harus dilakukan dengan hati-hati
agar tidak melukai perakaran tanaman.

Untuk perkebunan skala luas, dengan alas an pertimbangan ekonmi penyiangan


dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida. Penyemprotan herbisida dapat
dilakukan apabila tanaman sudah cukup tinggi (1- 1.5 m) dan apabila tanaman
sudah ada yang terserang layu fusarium. Penyemprotan dengan herbisida dapat
dilakukan 4-5 kali dalam satu tahun. Herbisida yang digunakan dari herbisida yang
berbahan aktif Ametryne, simazine, diuron, paraquat dan glyphosate. Pemelihan
masing-masing bahan aktif tergantung pertumbuhan tanaman. Umur tanaman 1 –
4 bulan dapat menggunakan ametryne, umur tanaman 5 – 6 bulan menggunkan
paraquat, umur diatas 6 bulan menggunakan glyphosate.

Kegiatan penyiangan sebaiknya diikuti dengan pembersihan kebun, terutama


pemotongan daun-daun yang telah tua dan juga daun-daun yang kering. Hal ini
dilakukan untuk memberikan sirkulasi udara dan masuknya cahaya matahari yang
baik ke dalam pertanaman. Daun yang dibuang adalah daun dengan lebih dari 50%
terserang bercak penyakit, daun tua yang telah menguning dan daun yang
menaungi dan menggesek jantung dan atau buah yang dalam masa tumbuh dan
berkembang.

2.2.8. Pembungkusan (Pembrongsongan) dan Pemotongan Jantung


Tujuan dilakuan pembungkusan buah adalah untuk mencegah timbulnya serangan
hama dan penyakit pada buah pisang, terutama hama kudis dan penyakit darah.
Pembungkusan dilakukan pada saat seludang pisang pertama belum membuka dan
jantung sudah mulai merunduk. Sebelum dibungkus sebaiknya jantung pisang
disemprot terlebih dahulu dengan pestisida, untuk mencegah berdiamnya
serangga pada jantung pada saat jantung sudah dibungkus. Pembungkusan dapat

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 9


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

dilakukan dengan plastik plastik berwarna biru (polyethilen) atau plastik dursban,
yang diikatkan ke pangkal tandan dengan mengusahakan seludang atas tidak
masuk ke dalam plastik brongsong. Jika plastik polyethilen biru tidak ada bisa juga
digunakan karung bekas maupun plastik biasa. Secara berkala harus dilakukan
pemeriksaan untuk mencegah tersangkutnya seludang yang sudah terlepas agar
tidak membusuk pada tandan buah.

Pemotongan ontong dilakukan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara


oleh bakal buah. Pemotongan dilakukan bila buah terakhir yang normal sudah
melengkung ke atas. Pemotongan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau
ataupun parang. Setelah memotong satu jantung, parang harus dibersihkan dengan
bayclin atau dicuci dengan detergen sebelum digunakan untung memotong
jantung yang lainnya. Bekas potongan jantung diolesi dengan bakterisida seperti
Agrept, untuk menghindari penyakit layu bakteri.

2.3. Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Pisang


2.3.1. Penggerek bonggol Cosmopolitus sordidus (Germ)
Cosmopolitus sordidus (Germ)
Gejala: Larva kumbang moncong menggerek dan membuat lorong-lorong pada
bonggol dan batang pisang dan menjadi pupa atau kepompong di lorong-lorong
yang dibuatnya. Kemudian larva memakan ujung akar dan jaringan pengangkut.
Sebagian besar jaringan bonggol akan rusak, akibatnya akan menurunkan
kemampuan pengambilan air dan hara sehinggan mengakibatkan daun pisang
akan layu dan pelepahnya mudah patah. Apabila batang ditebang, akan tampak
lorong-lorong yang dibuat oleh serangga ini.

Pengendalian:
1. Cara kultur teknis: kumbang penggerek dapat bertahan selama 9 bulan pada
batang pisang. Oleh karena itu, lakukan pembersihan tempat berlindung dan
tempat makan serangga dewasa dengan sanitasi kebun dan membersihkan
pelepah, memusnahkan batang pisang yang telah dipanen atau terserang hama
ini . Untuk memerangkap dan menarik serangga betina meletakkan telur dapat
digunakan perangkap umpan rhizom. Setelah itu umpan dimusnahkan dengan
dibakar.

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 10


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

2. Cara mekanis: kumbang yang ada dalam batang/bonggol pisang dimatikan


3. Cara Biologi: dengan musuh alami yaitu dengan predator larva Plaesius
javanicus Er, Hololepta sp, Chrysophilus ferrugineus dan Ceromasra
sphenopori dan pengendalian dengan parasitoid Beauveria bassiana dan
Metarrhizium sp
4. Cara kimia: dengan insektisida sistemik seperti karbofuran

2.3.2. Penggerek Batang (Odoiparus longicolis Oliver)


(Colepotera: Curculionidae).
Gejala: Secara umum infestasi dimulai pada tanaman umur 5 bulan. Gejala awal
dari infestasi adalah adanya lubang gerekan pada batang. Kumbang menyerang
batang tanaman pisang. Tanaman menjadi layu, bila batangnya dibelah terlihat
adanya lubang gerek yang memanjang. Larva dan imagonya merusak batang.

Pengendalian:
1. Sanitasi kebun dengan memotong batang pisang yang terserang sampai ke
permukaan tanah, kemudian dipotong kecil-kecil dan dibenamkan ke dalam
tanah.
2. Penggunaan musuh alami yaitu predator Plaesius sp
3. Penggunaan insektisida seperti karbofuran

2.3.3. Ngengat Kudis Pisang (Nacoleia octasema Meyr. )


(Lepidoptera: Pyralidae)
Gejala: Larva hidup berkelompok, makan dan berkembang pada bunga dan kulit
buah pisang yang masih muda. Serangannya menyebabkan perkembangan buah
menjadi terlambat dan dapat menimbulkan terjadinya kudis pada kulit buah
pisang, terutama sering ditemukan pada sisir yang terakhir pada tandan pisang
yang terserang. Serangan berat akan menurunkan kualitas buah dan buah menjadi
abnormal. Serangga ini juga dapat menjadi vektor penyakit layu bakteri (penyakit
darah).

Pengendalian:
1. Cara mekanis: membungkus tandan pisang dengan kantong plastik dusrban
sejak fase pembungaan hingga panen.. Pemotongan jantung pisang yang sudah
tidak produktif lagi dilakukan untuk membuang sisa larva yang bersembunyi di

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 11


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

dalamnya.
2. Cara biologi: dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya berupa
parasitoid dari famili Tachnidae dan Braconidae.
3. Cara kimia: dilakukan dengan menggunakan insektisida yaitu menyuntikkan
insektisida pada tangkai tandan buah pisang yang baru mekar.

2.3.4. Penggulung Daun Pisang (Erionata thrax Linnaeus)


(Lepidoptera: Hesperidae)
Gejala: Daun yang diserang ulat biasanya digulung menyerupai tabung, dan apabila
dibuka akan ditemukan larva di dalamnya. Larva memotong bagian tepi daun
kemudian digulung mengarah ke dalam. Larva yang masih muda memotong tepi
daun secara miring, lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Apabila daun
dalam gulungan tersebut sudah habis, maka larva akan pindah ke tempat lain dan
membuat gulungan yag besar. Larva ditutupi oleh semacam lilin berwarna putih.
Apabila serangan berat, daun akan habis dan tinggal pelepah daun yang penuh
dengan gulungan daun sehingga dapat menurunkan produksi pisang.

Pengendalian:
1. Cara mekanis: Daun pisang yang terserang dipotong, kemudian larva yang ada
di dalamnya dimatikan atau dimusnahkan.

2. Cara biologi: dengan menggunakan parasitoid telur Oencyrtus erionatae Ferr,


parasitoid larva muda Apanteles erionatae Wlk, parasitoid pupa Xanthopimpia
gampsara dan parasitoid lainnya yaitu Agiommatus spp., Anastatus sp.,
Brachymeria sp dan Pediobius erionatae
3. Cara kimia: dengan insektisida kontak maupun racun perut misalnya
insektisida yang mengandung bahan aktif diazinon, endosulfan, dieldrin dan
dimethoat. Penyemprotan dilakukan saat telur menetas.

2.4. Penyakit penting pada tanaman pisang dan cara pengendaliannya


2.4.1. Layu fusarium/Panama
Penyebab : Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. cubense
Gejala: Gejala yang menyolok dari layu fusarium pada awalnya adalah terjadi
penguningan tepi daun pada daun-daun yang lebih tua. Gejala menguning
berkembang dari daun tertua menuju ke daun termuda. Daun-daun yang terserang

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 12


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

secara berangsur-angsur layu pada tangkainya atau lebih umum pada dasar ibu
tulang daun dan menggantung ke bawah menutupi batang semu. Rata-rata lapisan
luar batang palsu terbelah dari permukaan tanah atau terjadi retakan memanjang
pada batang semu. Pada bagian dalam apabila dibelah, terlihat garis-garis coklat
atau hitam menuju ke semua arah, dari batang (bonggol) ke atas melalui jaringan
pembuluh ke pangkal daun dan tangkai. Daun-daun termuda menampakkan gejala
yang paling akhir dan seringkali berdiri tegak.

Pengendalian:
1. Budidaya:
a. Hindarkan penanaman pisang pada lahan yang pernah terserang penyakit
layu Fusarium.
b. Pada lubang tanaman ditaburi arang sekam untuk menghambat penyebaran
cendawan.
c. Gunakan bibit yang sehat bebas dari cendawan (kalau memungkinkan
gunakan bahan perbanyakan hasil kultur jaringan)
d. Jangan menanam bonggol, anakan atau bibit dan membawa tanah dari
daerah yang sudah terinfeksi penyakit layu Fusarium.
e. Mensterilkan alat-alat pertanian dengan disenfektan seperti detergen dan
bayclin

2. Mekanis :
a. Eradikasi tanaman terserang. Untuk tanaman dalam rumpun, tanaman
dimatikan dengan suntikan minyak tanah sebanyak 5 cc dan area dengan
kisaran  1,5 m dari tanaman/rumpun ditaburkan arang sekam.
b. Untuk isolasi kawasan, lahan baru dipisahkan dari lahan yang terserang
dengan dibuatkan parit sedalam Rhizosphere (perakaran) pisang lalu arang
sekam ditaburkan  ¾ tinggi parit
idak
mempengaruhi kebun baru.

3. Biologis:
Pemanfaatan musuh alami seperti Pseudomonas florescens, Trichoderma sp. dan
Gliocladium sp. dengan aplikasi: Aplikasi 1 : diberikan pada 2 minggu sebelum
tanam dengan dosis :

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 13


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

• Trichoderma sp dan Gliocladium sp sebanyak 100 g/5 kg kompos jadi yang


setara dengan konsentrasi 108 spora/cell atau 100-200 gr/ 10-20 kg pupuk
kandang
• Pseudomonas florescens sebanyak 100 cc/5 kg kompos padi jadi yang setara
dengan konsentrasi 108 CFU (Cell Fraction Unit).

Aplikasi 2 : diberikan 3-4 bulan setelah tanam (bersamaan dengan penjarangan


anakan) dengan dosis :
• Trichoderma sp dan Gliocladium sp sebanyak 50 g/5 kg kompos padi jadi yang
setara dengan konsentrasi 108 spora/cell atau 50 gr/10 kg pupuk kandang
• Pseudomonas florescens sebnayak 100 cc/5 kg kompos padi jadi yang setara
dengan konsentrasi 108 CFU (Cell Fraction Unit).

4. Cara Kimia yaitu untuk melakukan sterilisasi permukaan seperti penggunaan


beberapa jenis fungisida. Sebelum ditanam bibit pisang diberi perlakuan
dengan cara merendam bibit dengan fungisida sistemik ataupun desinfektan.

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 14


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. Pembukaan Lahan
3.1.1. Batas Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan dilakukan dengan berpedoman pada batas-batas pembukaan
lahan yang telah ditetapkan yakni seluas 10 ha dari total lahan yang tersedia 20 ha,
dan juga mengikuti rekomendasi-rekomendasi dari hasil survai dan tingkat
kesesuaian lahan yang dibuat berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi di
lapangan.

3.1.2. Metode Pembukaan Lahan


Pembukaan lahan dilakukan untuk memudahkan dalam proses pembersihan lahan
dari sisa-sisa vegetasi atas baik berupa semak belukar maupun hutan, penyiapan
lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau
komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman
yang akan dibudidayakan.

Metode pembukaan lahan yang sebaiknya dilakukan adalah pembukaan lahan


tanpa bakar, karena dengan cara membakar hutan dilarang oleh Pemerintah
dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan Nomor 38 Tahun 1995, Tentang
pelarangan membakar hutan. Selain itu alasan menggunakan metode ini adalah:
a. Mempertahankan kesuburan tanah,
b. Menjamin pengembalian unsur hara,
c. Mencegah erosi permukaan tanah dan
d. Membantu pelestarian lingkungan.

Metode pembukaan lahan yang dapat diterapkan dalam perencanaan lokasi


perencanaan budidaya pisang dapat dilakukan sebagai berikut:
A. Manual, terutama tenaga manusia, alat-alat sederhana, pemakaian tenaga
sangat banyak, asumsi ini dapat diterapkan dalam pembukaan lahan di untuk
pengembangan budidaya pisang dikarenakan lahan lokasi hanya terdapat dua
penggunaan lahan yakni lahan kosong dan semak belukar, dan kelerengan yang
paling dominan > 8 %,

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 15


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

B. Mekanis, dengan menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer.


Cara ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8 %). Pekerjaan dapat
dilakukan lebih cepat, satuan penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja
traktor),
C. Chemi, Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu
(untuk lalang). Pada daerah curah hujan tinggi kurang efektif, dibutuhkan air
untuk pelarut herbisida.

Larangan: Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1995 tidak membenarkan


melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan lahan.

Beberapa faktor pembatas di lokasi untuk pengembangan budidaya pisang yang


mempengaruhi pertimbangan pemilihan metode pembukaan lahan, antara lain
adalah: 1) Luas areal yang akan dibuka relatif kecil, yaitu hanya mencakup 10 ha
dari total lahan 20 ha, sehingga pemakaian alat-alat berat dalam jumlah besar
dirasakan tidak ekonomis, karena membutuhkan biaya mobilisasi yang tinggi
dilakukan dengan semi mekanis dan manual; 2) Kerapatan vegetasi berupa semak
belukar atau rendah, mengisyaratkan bahwa pemakaian alat-alat berat di lokasi
untuk pengembangan budidaya pisang dirasakan tidak efisien. Penyiapan lahan
dapat dilakukan secara manual dan mekanis:

A. Cara Manual
Cara ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu:
• Penebasan belukar dan vegetasi berdiameter 5 cm;
• Pengumpulan ranting-ranting;
• Pengumpulan kayu besar.

B. Mekanis
Mekanis dilakukan untuk penebangan pohon-pohon berdiameter di atas 20 cm.
Penebangan dilakukan dengan alat-alat chain saw, dan proses pemindahan
sisa-sisa tebangan dengan membelah pohon tersebut menjadi papan. Berdasarkan
jenis tanah dan vegetasi yang terdapat di lokasi untuk pengembangan budidaya
pisang maka metode pembukaan lahan yang disarankan adalah metode manual
dan metode mekanis. Langkah-langkah kegiatan untuk setiap metode pembukaan
lahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 16


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

1. Metode Manual
• Tebas
Pemotongan pohon-pohon kecil dengan diameter kurang dari 5 cm
dilakukan dengan cara ditebas dengan menggunakan alat parang.

• Tebang
Pohon-pohon dengan diameter lebih besar dari 10 cm ditebang lebih
kurang 30 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan alat kampak.
Kayu-kayu yang mempunyai nilai komersil dipisahkan dan dikeluarkan dari
areal pembukaan lahan untuk dimanfaatkan.

• Rencek
Kayu sisa tebangan dipotong-potong (rencek) sedemikian rupa sehingga
dapat diangkat oleh dua orang, kemudian dilakukan penumpukan terutama
pada tunggul-tunggul kayu bekas tebangan hingga siap bakar.

• Pembakaran
Pembakaran sebaiknya dilakukan pada saat hasil tebas tebang telah benar-
benar kering, serta memperhatikan arah angin. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi material yang tidak habis terbakar dan untuk menghindarkan
areal yang berada di luar batas pembukaan lahan ikut terbakar.

• Pembersihan dan Pembakaran Ulang


Sisa kayu yang belum terbakar dikumpulkan dan ditumpuk pada sisa kayu
belum dibakar, kemudian dibakar ulang.

• Pembajakan
Pembajakan dilakukan untuk menanam Tanaman Penutup Lahan (TPT)
dengan tujuan untuk menghentikan daur ulang semak dan alang-alang
sebelum lahan tersebut dimanfaatkan. Selain itu penanaman TPT
dimaksudkan untuk mempercepat pelapukan kayu sisa pembukaan lahan.

2. Metode Semi Mekanis


Pembukaan lahan dengan metode semi mekanis pada dasarnya sama dengan
metode manual, perbedaannya adalah terletak pada cara penebangan pohon
dengan diameter lebih dari 35 cm yang dilakukan dengan gergaji rantai (chain
PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 17
PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

saw) kemudian ditarik ketempat pengolahan dengan alat berat untuk dijadikan
bahan bangunan.

3. Metode Mekanis
Pembukaan lahan dengan metode mekanis sama dengan metode semi mekanis
bedanya adalah proses pembukaan lahan menggunakan alat berat buldozer.

3.1.3. Potensi Erosi Tanah


Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa calon lokasi budidaya tanaman pisang
merupakan daerah dengan bentuk kelerengan yang bervariasi, dengan kondisi
kelerengan seperti ini memiliki potensi erosi tanah dibeberapa tempat terutama
tanah yang memiliki kemiringan lereng di atas > 20 %. Kondisi lereng di atas >20
% ini diwaspadai berpotensi terjadinya erosi tanah, untuk itu pemanfaatan dan
pengelolaannya hendaknya menerapkan langkah konservasi sumberdaya lahan.

3.1.4. Persyaratan Teknis Penyiapan Lahan


Beberapa persyaratan teknis yang perlu diperhatikan dalam penyiapan lahan
adalah: Penebangan dilakukan secara mekanis untuk, penumpukan kayu hasil
tebangan dilakukan di daerah yang relatif datar. Hal ini dimaksudkan disamping
untuk memudahkan pengangkutan kayu-kayu tersebut, juga supaya tidak
mengganggu pola drainase yang sudah ada.

3.1.5. Usulan Pengembangan Pertanian


Daerah survei akan dikembangkan untuk pertanian dengan pola usaha tani
tanaman pangan lahan kering. Dalam pengembangan perlu dipertimbangkan
pengembangan pertanian yaitu aspek kesesuaian lahan, agroklimat, kondisi
pertanian. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka dalam usaha
pengembangan pertanian untuk mencapai hasil secara optimal, perlu juga
didukung oleh beberapa faktor diantaranya jenis tanaman yang diusulkan, pola
dan jadwal tanam, sumber tenaga/ketersediaan dan penggunaan tenaga kerja,
masukan sarana produksi pertanian seperti bibit/benih, pupuk, pestisida dan
peralatan pertanian secara memadai.

3.1.6. Bentuk Usaha Tani


Sesuai dengan tujuan program pengelolaan untuk budidaya tanaman pisang
diantaranya adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas sumberdaya
PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 18
PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

lahan, maka model usaha tani yang akan dikembangkan harus sesuai dengan
kemampuan lahan yang tersedia dan pola tanamnya. Pengembangan pertanian
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang antara lain adalah
rencana Pemerintah Daerah setempat dalam mendayagunakan dan
mengembangkan sumberdaya lahan, peluang pemasaran, yang pada akhirnya
menghasilkan usulan pengembangan komoditas yang sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman.

Bentuk usaha tani yang sesuai untuk dikembangkan di calon lokasi pengembangan
tanaman pisang “Bentuk Usaha Tani Campuran” atau disebut diversifikasi usaha.
Penerapan usaha tersebut ditempuh dengan pola pengembangan sistem agribisnis
lahan kering berbasis tanaman perkebunan secara terpadu. Yaitu dengan
memadukan tanaman perkebunan sebagai usaha utama dan diselingi tanaman
pangan serta pengembangan peternakan. Sesuai dengan daya dukung lahan yang
melimpah untuk penyediaan pakan bagi binatang ternak baik sapi atau kambing
sangat memungkinkan untuk dikembangkan di lokasi setempat.

Tanaman perkebunan diversifikasi dengan tanaman pangan dan peternakan. Pola


pengembangan ternak yang paling cocok dan cepat menguntungkan adalah pola
penggemukan (sapi, kerbau atau kambing). Pola penggemukan memerlukan waktu
lebih singkat untuk mendapatkan hasil sehingga tidak terlalu lama menunggu hasil
yang diharapkan tanaman yang diusahakan. Khususnya pola usaha penggemukan
ternak di wilayah Aceh Besar mempunyai peluang yang sangat bagus karena
kebutuhan daging di Aceh sangat tinggi dan masih disuplay dari luar Aceh.

3.1.7. Pola dan Jadwal Tanaman


Gambaran tentang hasil analisis ini pada hakekatnya menggambarkan tentang
pendapatan yang diperoleh dalam kegiatan usaha tani. Hasil analisis juga
digunakan untuk mendesain pola usaha tani yang paling cocok dengan kondisi
aktual di Lokasi. Desain yang ditetapkan tentu saja berpijak pada beberapa asumsi
dasar. Dalam konteks Lokasi asumsi dan simplifikasi yang digunakan adalah
sebagai berikut: Kondisi jenis lahan yang dipertimbangkan adalah lahan dengan
pola usaha tani lahan kering. Sistim tanaman adalah monokultur pada lahan
dimungkinkan sistem tanam monokultur dan polikultur atau tumpang sari.

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 19


PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

3.1.8. Kebutuhan Sarana Produksi Pertanian


Masukan sarana porduksi pertanian disesuaikan dengan pola tanam yang
diusulkan, sarana tersebut meliputi benih/bibit, pupuk dan pestisida. Hal ini
diperlukan agar tanaman menghasilkan produksi yang optimal, jumlah macamnya
tergantung pada jenis tanaman dan teknologi yang digunakan. Untuk mendapatkan
dosis yang tepat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Benih yang
direkomendasikan untuk diberikan diupayakan berasal dari varietas unggul dan
bermutu tinggi yang selanjutnya diadakan kegiatan pembinaan, penangkaran
benih sehingga untuk keperluan benih.

Penggunaan benih/bibit, pupuk dan pestisida pada tahap pertama yaitu selama
satu tahun telah dikembangkan melalui paket produksi. Jumlah benih/bibit, pupuk
dan pestisida yang disediakan dalam paket, diusahakan agar cukup untuk
keperluan pola tanam satu tahun. Kebutuhan pupuk ditentukan oleh potensi tanah,
tanaman, dan tingkat produksi yang diinginkan. Dikarenakan kemasaman yang
tinggi dan kejenuhan alumunium yang tinggi, maka pelu dilakukan pengapuran.
Untuk memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan kimia tanah disarankan juga perlu
memberikan bahan organik. Bahan organik dapat diberikan beberapa kotoran
hewan. Keutungan pemberian bahan organik antara lain untuk memperbaiki
struktur tanah dan meningkatkan kesuburan tanah.

3.1.9. Prasarana Pengolahan dan Pemasaran


Kebijakan pasca panen hendaknya diarahkan guna menyelamatkan hasil panen,
mengingat mutu hasil pertanian dan meningkatkan nilai tambah. Kebijakan
pengolahan hasil diarahkan untuk mendorong tumbuhnya industri pengolahan
hasil pertanian. Untuk lebih mendorong usaha peningkatan produksi dan
pendapatan, disamping penanganan pasca panen dan pengolahan hasil panen
perlu diikuti dengan upaya memperlancar pemasaran. Mengingat kerawanan
pasaran hendaknya berfungsi sebagai pendorong yang dapat memacu
pengembangan produksi pertanian. Kelancaran pemasaran hasil produksi
pertanian dari daerah survei ke pasar ibukota kabupaten dapat ditingkatkan
apabila sarana transportasi lebih baik sehingga akan dapat menjual hasil pertanian
dengan harga yang lebih baik. Keadaan ini sangat menunjang usaha peningkatan
pendapatan dalam proses budidaya tanaman pisang.
PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 20
PENGELOLAAN LAHAN ASET MUHAMMADIYAH
UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PISANG

3.2. Biaya Yang Diperlukan


Biaya yang diperlukan dalam melaksanakan Pengelolaan dan Budidaya Tanaman
Pisang di Saree Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar sebesar Rp.
361.950.000.

3.3. Penutup
Demikian pedoman teknis pengelolaan dan budidaya tanaman pisang di Saree
Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar, sehingga menghasilkan
manfaat yang maksimal, efektif sesuai dengan yang diharapkan.

Banda Aceh, 25 Januari 2021


Pimpinan Pemuda Muhammadiyah

Rudi Ismawan
Pimpinan

PEMUDA MUHAMMADIYAH ACEH 21

Anda mungkin juga menyukai