Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

ANALISIS AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN TERHADAP LIKUIDASI


PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT SARIWANGI AGRICULTURAL
ESTATE AGENCY)

DISUSUN OLEH :

ROSADA FEBYTADURI
NPM. 2301180898

Politeknik Keuangan Negara STAN


Program Studi Diploma III Pajak
2020
I. Latar Belakang

Setiap perusahaan yang tercatat di bursa efek diwajibkan untuk membuat suatu
laporan keuangan. Laporan keuangan ini berguna untuk memberi informasi kondisi
keuangan perusahaan selama periode tertentu. Di dalamnya terdapat berbagai
informasi mengenai aset, kewajiban, pendapatan, serta perubahan ekuitas serta arus
kas. Laporan keuangan sebagai alat bukti serta analisis ketika perusahaan terjadi
permasalahan dalam hal keuangannya. Salah satu perusahaan yang dimaksud adalah
perseroan terbatas. Perseroan terbatas merupakan jenis badan hukum yang lazim
mendirikan usaha di Indonesia dengan perjanjian bisnisnya menggunakan modal
berbentuk kumpulan saham. Sebagai badan hukum, perseroan Terbatas memiliki
entitas yang terpisah antara perusahaan dengan pemiliknya. Sehingga kepemilikan
asset antara perusahaan dan pemilik usahanya pun tentu akan berbeda.

Kepailitan adalah suatu kondisi atau keadaan ketika pihak yang berhutang
(debitur) yakni seseorang atau badan usaha tidak dapat menyelesaikan pembayaran
terhadap utang yang diberikan dari pihak pemberi utang (kreditur). Keadaan ini
sebenarnya merupakan hal yang lumrah terjadi dalam dunia usaha. Sedangkan secara
bahasa kata pailit berasal dari bahasa Belanda yakni failliet yang memiliki arti macet
dalam melakukan pembayaran. (bplawyers, 2015). Likuidasi adalah berhentinya
kegiatan operasi perusahaan (pembubaran usaha) secara keseluruhan dengan menjual
sebagian atau seluruh aktiva perusahaan, membayar semua utang pajak, kewajiban
pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio laba /
rugi. Berhentinya persekutuan sebagai bisnis mencakup penghentian aktivitas bisnis
persekutuan yang disebut entitas likuidasi persekutuan. Likuidasi persekutuan
mencakup konversi aktiva bukan kas menjadi kas, pengakuan untung dan rugi selama
masa likuidasi, pembayaran kewajiban, dan distribusi kas kepada sekutu pada saat
berakhirnya usaha. Laporan keuangan utama untuk likuidasi persekutuan ialah
laporan likuidasi persekutuan yang meringkas seluruh transaksi dan peristiwa
finansial selama masa likuidasi. Laporan ini juga digunakan sebagai dokumen resmi
untuk likuidasi yang dilakukan melalui pengadilan. (simultax, 2020).
Kewajiban perusahaan tak hanya terlepas dari pembuatan laporan keuangan
saja, melainkan ada kewajiban lain yaitu salah satunya terkait aspek perpajakan.
Dalam perpajakan, banyak sekali jenis pajak yang berhubungan dengan perusahaan
salah satunya adalah pajak pertambahan nilai (PPN). Pajak pertambahan nilai Pada
proses likuidasi perusahaan memungkinkan masih adanya kewajiban perpajakan yang
harus diselesaikan sampai bulan dilakukan likuidasi atau pada saat dilakukannya
likuidasi. Aset yang semula tidak untuk diperjualbelikan, namun karena adanya
kepailitan maka terpaksa harus dijual. Sehingga hal tersebutlah yang menjadikan asset
tersebut sebagai objek pajak atau barang kena pajak. Apabila masih ada kewajiban
yang harus diselesaikan maka pihak ketiga yakni likuidator berhak menjadi
perwakilan pajak perusahaan yang mengalami kepailitan.

PT. Sariwangi, Tbk adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam


bidang produksi teh dalam kemasan mulai dari pemetikan bahan baku hingga
pemasaran produk di nasional dan internasional. Pada akhir tahun 2018, PT
Sariwangi, Tbk dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri. Penyebab utamanya adalah
adanya kegagalan investasi pada perusahaan ini.

II. Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor penyebab terjadinya likuidasi pada perusahaan PT Sariwangi,
Tbk?
2. Bagaimana proses likuidasi yang terjadi pada perusahaan PT Sariwangi, Tbk?
3. Bagaimana analisis akuntansi terhadap likuidasi PT Sariwangi, Tbk?
4. Bagaimana analisis perpajakan terhadap likuidasi PT Sariwangi, Tbk?
III. Pembahasan
A. Faktor penyebab terjadinya likuidasi pada perusahaan PT Sariwangi, Tbk

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas


(PT), likuidasi perusahaan bisa disebabkan oleh:

1. Keinginan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).


2. Pendirian perusahaan tidak diperpanjang.
3. Dibubarkan atas keputusan pengadilan.
4. Dengan dicabutnya kepailitan berdasar keputusan pengadilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta milik perusahaan tidak cukup untuk
membayar biaya kepailitan.
5. Karena harta perusahaan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi.
6. Izin usaha perusahaan dicabut sehingga mewajibkan perusahaan untuk melakukan
likuidasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sejak tahun 2015, PT Sariwangi Agricultural Estate Agency bersama


perusahaan afiliasinya PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung
memang didera kesulitan. Salah satu penyebab dua perusahaan ini mengalami
kesulitan keuangan adalah gagalnya investasi untuk meningkatkan produksi
perkebunan. Perusahaan ini mengembangkan sistem drainase atau teknologi
penyiraman air dan telah mengeluarkan uang secara besar-besaran. Namun hasil
yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Pembayaran cicilan utang tersendat,
membuat sejumlah kreditur mengajukan tagihan. Ada lima bank yang saat itu
mengajukan tagihan yakni PT HSBC Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT
Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank Panin Indonesia Tbk, dan PT
Bank Commonwealth. Pada tahun itu juga, Sariwangi dan Maskapai Perkebunan
Indorub memohon perdamaian. Dua perusahaan itu mengajukan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) kepada para kreditur. Namun hingga
2018, Sariwangi dan Maskapai Perkebunan Indorub tetap tak bisa menjalankan
janjinya. (sumber: http://jateng.tribunnews.com/2018/10/18/sariwangi-perjalanan-
pelopor-teh-celup-indonesia-yang-berakhir-pailit)
Berdasarkan analisis kasus diatas saya dapat menyimpulkan pemicu pailitnya
perusahaan Sariwangi dan anak perusahaannya selain disebabkan karena utang
piutang adalah sebagai berikut :

 Pengambilan keputusan yang kurang tepat dari pihak PT Sariwangi.

 Belum berhasil menciptakan tim kerja yang efektif.

 Fungsi komunikasi dalam perusahaan tidak diterapkan dengan baik.

 Manajemen puncak pada PT Sariwangi kurang memahami kondisi perusahaan.

 Perubahan kepemilikan pada PT Sariwangi (pada pihak perusahaan asing) jika


perusahaan tidak dipimpin lagi oleh penerus dari pendiri pertama perusahaan ,
hal ini akan mempengaruhi manajemen internal perusahaan termasuk gaya
kepemimpinan dalam perusahaan.

B. Proses likuidasi yang terjadi pada perusahaan PT Sariwangi, Tbk

Pada tahun 2015 PT Sariwangi Agricultural Estate Agency bersama


perusahaan afiliasinya PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung mulai
mengalami kesulitan keuangan. Salah satu penyebab dari kesulitan tersebut karena
adanya kegagalan investasi yang dilakukan untuk meningkatkan produksi
perkebunan yaitu dengan mengembangkan sistem drainase atau teknologi
penyiraman air. Berdasarkan informasi yang ditulis diatas Ada lima bank yang
saat itu menjadi sumber pendanaan perusahaan yakni PT HSBC Indonesia, PT
Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank
Panin Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth. Kelima lembaga pendanaan
tersebut mengajukan tagihan pada PT Sariwangi dan PT Maskapai Perkebunan
Indorub Sumber Wadung.
Di tahun yang sama, Sariwangi dan Maskapai Perkebunan Indorub memohon
perdamaian. Dua perusahaan itu mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU) kepada para kreditur. Permohonan itu disetujui dengan syarat
kedua perusahaan menunaikan kewajiban utangnya dengan jatah waktu 20 maret
2017 (untuk pembayaran bunga perbulan). Namun, Kedua perusahaan ini baru
melakukan pembayaran pada Desember 2017 sebesar Rp500 juta dan berlangsung
secara berkala sampai dengan Agustus 2018. Ini pun hanya datang dari pihak
Indorub, tanpa ada kepatuhan dari Sariwangi. Akibat lalai dalam membayar
tagihan tersebut PT Bank ICBC Indonesia selaku debitur meminta pengadilan
untuk membatalkan putusan perdamaian (homologasi) terkait penundaan
kewajiban pembayaran utang (PKPU). Pada akhirnya, berdasarkan keputusan
pengadilan kedua perusahaan ini dinyatakan Pailit.

C. Analisis akuntansi terhadap likuidasi PT Sariwangi, Tbk


Menurut analisis Laporan Keuangan PT Sariwangi, Tbk dari tahun 2016-
hingga 2018, penghasilan yang didapatkan tiap tahun mengalami penurunan.
Selain itu daftar utang perusahaan di CALK juga mengalami penambahan.
Sedangkan liability perusahaan lebih besar dari asset yang dimilikinya. Sehingga
dana operasional perusahaan tidak mampu lagi menutup biaya yang dibutuhkan.
Olehj karena itu perusahaan dilakukan likuidasi

D. Analisis Perpajakan terhadap likuidasi PT Sariwangi, Tbk


Dalam proses likuiditas perusahaan, aspek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
memiliki peranan yang cukup penting. Pasalnya, keberadaan PPN dan perpajakan
lain seperti Pajak Penghasilan (PPh) merupakan kewajiban yang harus
diselesaikan sebelum merampungkan proses likuidasi perusahaan. Dipandang dari
objek pajak, mengacu pada Pasal 16D UU No. 42 Tahun 2009 atau UU PPN dan
PPnBM, penjualan aset yang tersisa saat likuidasi perusahaan, dikenakan PPN
meski keberadaan aset-aset tersebut sejak awal tidak untuk diperjualbelikan.
Pengenaan PPN ini juga diberikan terhadap penjualan/penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) berupa aset dan persediaan, yang keberadaannya sejak awal tidak
dimaksudkan untuk dijual.
Likuidator yang bertugas dalam proses likuidasi perusahaan tidak boleh
membagi harta perusahaan yang dilikuidasi kepada pemegang saham atau kreditur
lain sebelum menggunakan harta tersebut untuk membayar utang pajak. Pasalnya,
negara memiliki hak mendahului untuk utang pajak atas harta-harta kepunyaan
perusahaan. (Ddtc, 2018)
IV. Kesimpulan dan Saran
Perusahaan yang sudah tercatat di bursa efek pasti harus memiliki laporan
keuangan yang andal. Di dalam laporan keuangan tersebut terdapat berbagai
informasi mengenai aset, kewajiban, pendapatan, serta perubahan ekuitas serta arus
kas. Laporan keuangan sangat bermanfaat untuk membaca kondisi keuangan
perusahaan. Faktor mendasar yang memengaruhi likuidasi PT Sariwangi, Tbk adalah
gagalnya investasi perusahaan. Kemudian faktor tersebut juga didukung faktor-faktor
lain baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Kasus pailitnya perusahaan ini
bermula di tahun 2015 yang tidak bias membayar tagihan para investornya. Hingga
pada akhir 2018 resmi dinyatakan likuidasi oleh pengadilan. Selain itu, dalam kasus
kepailitan juga harus memerhatikan aspek perpajakannya. PT Sariwangi adalah
perusahaan manufaktur tentu memiliki asset tetap yang digunakan sebagai alat
produksi perusahaan. Karena adanya liuidasi ini memungkinkan asset-aset tersebut
dijual kembali dan secara perpajakan akan menimbulkan kewajiban membayar PPN.
Menurut saya, jika melihat dari beberapa faktor kegagalan yang dialami oleh
PT Sariwangi, ketika melakukan suatu usaha bisnis diperlukan kerja sama manajemen
yang bagus dalam perusahaan. Selain itu komunikasi yang baik juga akan
menimbulkan koordinasi yang baik pula antar internal perusahaan. Output yang
didapatkan berupa kebijakan yang efektif dan bijak apabila manajemen perusahaan
berjalan baik, meminimalisasi adanya kegagalan investasi tersebut. Laporan keuangan
tentu disusun untuk menilai kondisi keuangan perusahaan dalam suatu periode.
Apabila dari laporan keuangan dua tahun perusahaan mengalami perkembangan yang
buruk, maka seharusnya perusahaan langsung mengambil langkah menyelamatkan
perusahaan untuk menghambat terjadinya likuidasi. Selain itu apabila dari segi
perpajakannya yang merupakan kewajiban kepada Negara, perusahaan juga harus
membayarkan dan memenuhi kewajiban tersebut.
V. Daftar Pustaka

2018. “ Laporan Keuangan Tahunan : IDX”

Annisa. 2018. “ANALISIS KASUS KEPAILITAN PADA PT SARIWANGI


AGRICULTURAL ESTATE AGENCY (SAEA)”
https://id.wikipedia.org/wiki/Sariwangi

Tim D3 pajak 2018. 2020. “Simultax”

Pemerintah Indonesia. 2008. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun


2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar Utang.”

Anda mungkin juga menyukai