Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HERMENEUTIKA

PENGERTIAN DAN SEJARAH HERMENEUTIKA

Dosen Pengampu : Pathurrahman, M.Ag

Disusun oleh:
1. Fauziah (17103042009)
2. Endah Sutriani (1730304077)
3. Qori Nurist Hanifia (1730304102)

Program Studi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Kelas : IQT 3 (Tiga) Angk.2017

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM


UIN RADEN FATAH PALEMBANG
PERIODE TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidup adalah proses interpretasi (hermeneutika). Manusia tidak dapat
menghindar dari membuat interpretasi. Eksistensi manusia merupakan suatu
proses penafsiran yang terus berlangsung dan interpretasi merupakan kegiatan
paling dasar pikiran manusia. Interpretasi yang dilakukan terhadap teks, serta
tanda-tanda yang dapat dipahami manusia. Semua wacana, apakah dokumen
hukum, kitab suci, karya sastra, seni pada hakikatnya sama. Semua teks
menggunakan bahasa sebagai media komunikasi. Kemampuan pembaca
memahami (Verstehen) teks merupakan masalah pokok. Pemahaman adalah
suatu rekonstruksi, bertolak dari ekspresi yang selesai diungkapkan kembali
ke suasana kejiwaan ekspresi itu diungkapkan. Teks yang dapat
diinterpretasikan bukan hanya pada teks, tetapi dapat juga kepada setiap
tindakkan manusia yang memiliki makna, yakni tindakan manusia yang
disengaja untuk mencapai tujuan tertentu. 1
Dan kenyataan bahwa hermeneutika berhubungan dengan penafsiran dan
yang ditafsirkan adalah teks, barangkali sudah tidak asing lagi sejak era klasik,
modern, dan kontemporer dewasa ini. Dalam putaran sejarah klasik yang
paling purba sebenarnya manusia sudah bersentuhan dengan yang namanya
penafsiran (hermeneutika). Manusia senantiasa melakukan penafsiran dalam
berinteraksi dengan sesamanya baik secara objektif maupun subjektif. 2

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hermeneutika?
2. Bagaimana sejarah hermeneutika?

1
Martono, Kajian Kritis Hermeneutika Friedrich Scheilermacher Vs Paul Ricoeur, Jurnal
PBSI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untan, hal.42
2
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016),
hlm 245

1
C. Tujuan
1. Agar lebih mengetahui dan memahami pengertian hermeneutika
2. Untuk lebih mengetahui dan mengenal beberapa tokoh hermeneutika
3. Supaya kita mengetahui sejarah hermeneutika

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Dasar Hermeneutika


Hermeneutik secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau
filsafat tentang interpretasi makna.3 Kata hermeneutika itu sendiri berasal dari
bahasa Yunani dari kata kerja hermeneuin, yang berarti “menafsirkan”, dan
kata benda hermenia, “interpretasi”.4 Sedangkan pengertian hermeneutik
secara istilah adalah sebuah teori tentang operasi-operasi pemahaman dalam
hubungannya dengan teks.5
Kata hermeneuin yang berarti menafsirkan, adalah berawal dari tokoh
mitodologis yang bernama hermes. Hermes adalah seorang utusan yang
mmepunyai tugas menyampaikan pesan Yupiter kepada manusia. Hermes
digambarkan sebagai seorang yang mempunyai kaki bersayap, lebih banyak
dikenal dalam bahasa latin dengan sebutan Mercurius. Tugas Hermes adalah
menerjemahkan pesan-pesan dari dewa di Gunung Olympus ke dalam bahasa
yang dapat dimengerti oleh umat manusia. Oleh karena itu fungsi Hermes
sangat penting sebab bila terjadi kesalahpahaman tentang pesan dewa-dewa
akan berakibat fatal bagi umat manusia. Hermes harus mampu menyandur
dan menginterpretasikan sebuag pesan kedalam bahasa yang digunakan oleh
pendengarnya. Sejak itulah Hermes menjad simbol seorang duta yang
dibebani dengan sebuah misi tertentu. Misi tersebut berhasil atau tidak
tergantung pada cara bagaimana pesan itu disampaikan.6
Husein Naṣr berpendapat bahwa Hermes tak lain adalah Nabi Idris As.
yang disebutkan dalam Alquran. Dalam legenda yang beredar di kalangan

3
Ahmala, Hermeneutik Transendetal, Yogyakarta, IRCiSoD, 2003, hlm. 15. Lihat juga No
Name, Gambaran Umum Tentang Hermeneutik, hlm. 16
4
Hasan Sutanto, Hermeneutik Prinsip dan Metode Penafsiran Al-Kitab, Magelang:
Departemen Literature Saat, 2000, hlm. 1. Lihat juga No Name, Gambaran Umum Tentang
Hermeneutik, hlm. 16
5
Kris Budiman, Kosa Semiotika, Yogyakarta, LKiS, 1999, hlm. 45. Lihat juga No Name,
Gambaran Umum Tentang Hermeneutik, hlm. 16
6
Sumaryono, Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 29.
Lihat juga No name, Landasan Teori: Hermeneutika (Surabaya: UIN Surabaya) hal.18

3
pesantren pekerjaan nabi Idris adalah sebagai tukang tenun. Jika profesi
tukang tenun dikaitkan dengan mitos Yunani tentang peran Dewa Hermes,
ternyata ada korelasi positif. Kata kerja memintal padanannya dalam bahasa
Latin adalah tegere, sedangkan produknya disebut textus atau text yang
merupakan isu sentral dalam hermeneutika. 7 Dan Hermes yang disebut Nabi
Idris dikenal sebagai orang pertama yang menegtahui cara menulis,
mempunyai kemampuan teknolohi (sina’ah), kedokteran, astrologi, sihir, dll.
Hal ini dapat diketahui dalam tulisan-tulisan Al-Kindi, Al-Yahrastani, Abu
al-Wafa’, Al-Mubasysyir, Al-Zauani, dan Al-Qifti.
Hermes juga dapat diketahui pada kalangan Yahudi, dan mitologi Mesir
Kuno, Hermes dikenal sebagai Dewa Toth yang tidak lain adalah Nabi Musa.
Dari hal ini dapat diketahui bahwa Hermes merupakan istilah hellenik bagi
para Nabi dan Rasul.8
Dengan demikian kata hermeneutika yang diambil dari peran Hermes
adalah sebuah ilmu atau seni menginterpretasikan (the art of interpretation)
sebuah teks. Sebagai sebuah ilmu, hermeneutika harus menggunakan cara-
cara ilmiah dalam mencapai makna rasional dan dapat diuji sebagai sebuah
seni, ia harus menampilkan sesuatu yang baik dan indah tentang sesuatu
penafsiran.
Menurut Harvey, kegiatan penafsiran pada masa kontemporer sebenarnya
sama dengan tugas Hermes, di mana proses pembentukan makna teks sangat
dipengaruhi oleh tiga unsur, 9 yaitu:
1. Tanda, pesan, atau teks dari berbagai sumber
2. Seorang mediator yang bertugas menerjemahkan tanda atau pesan
tersebut sehingga mudah difahami

7
Sayyed Hossein Nasr, Knowledge and The Sacred, (State University Press: 1989). h. 19 .
Lihat juga Ilham Muchtar, Analisis Konsep Hermeneutika Dalam Tafsir Alquran, (Makassar:
Universitas Muhammadiyah), Jurnal, Vol. 13, No. 1 Juni 2016, hal 73
8
Ilham B. Saenong, Hermeneutika Pembebasan, (Jakarta: Teraju, 2002), hlm. 20. Lihat juga
No name, Landasan Teori: Hermeneutika (Surabaya: UIN Surabaya) hal. 19
9
Van A. Harvey, Hermeneutics, dalam Mircea Eliade (ed.), Encyclopedia of Religion, vol. VI
(New York: Macmillan Publishing Co., 1987), 279. Lihat juga Zen Amrullah, Hermeneutika Al-
Qur’an Dan Studi Alquran Dalam Konteks Keindonesiaan, (Malang: STAI Mahad Aly al-Hikmah,
2014), hlm. 4

4
3. Audiens yang menjadi tujuan sekaligus mempresupposisi penafsiran.
Tugas hermeneutika adalah harus membuat sesuatu yang kabur dan gelap
maknanya menjadi sesuatu yang jelas, dekat, dan mudah dipahami. Emilio
Betti menyatakan bahwa hermeneutika merupakan suatu aktivitas yang
bertugas membawa pembaca kepada sebuah pemahaman. 10 Objek kajian
hermeneutika adalah pemahaman tentang makna dan pesan yang terkandung
di dalam sebuah teks. Dalam perkembangan selanjutnya, heremeneutika menjadi
sebuah metode analisis, tentang segala sesuatu yang mengandung makna.11

B. Sejarah Hermeneutika
Statemen yang menyatakan “man is an interpreter being” (manusia adalah
makhluk penafsir), mengindikasikan bahwa sejarah hermeneutik sebagi
problem penafsiran, usianya setua usia manusia itu sendiri. Dalam tradisi
filosofi Yunani klasik, Aristoteles sudah memperbincangkan hermeneutika
dalam karya besarnya, Organon, Peri Hermeneies, yang dialihkan kedalam
bahasa Inggris menjadi on interpretation. Menurut periode sebelumnya,
ternyata hermeneutika sudah disinggung pula oleh guru Aristoteles yaitu
Plato dalam karyanya Oedipus at Colonus.12
Lebih jauh lagi, dalam telaah teologis atau mitologis, wacana
hermeneutika sudah dimulai sejak era Hermes atau Nabi Idris sebagai pionir
filsuf yang memulai penulisan. Itulah mengapa kelahiran hermeneutika secara
historis-sosiologis selalu berhubungan dengan interpretasi filologi dan teologi
atau teks-teks suci.
Sebelum abad ke-17, model hermeneutika masih belum dikenalkan secara
definitif dan belum direfleksikan secara filosofis.13 Aristoteles sendiri ketika
10
Bleicher, Josef. 1980. Contemporary Hermeneutics, Hermeneutics as Method, Philosophy
and Critique. London: Routledge and Kegan Paul. Lihat juga Martono, Kajian Kritis
Hermeneutika Friedrich Scheilermacher Vs Paul Ricoeur, hlm 43
11
Akhyar Yusuf Lubis. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer.(Depok:Rajawali Pers,
2018), hlm 181-182
12
Richard E. Palmer, Hermeneutics: Interpretation in Schleiermacher, Dilthey, Heidegger,
Gadamer (Evanston: Northwesten University Press, 1969), hlm. 14-32. Lihat juga Zaprulkhan,
Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) hlm. 246
13
Ilham B. Saenong, Hermeneutika Pembebasan, hlm. 26. Lihat juga Zen Amrullah,
Hermeneutika Al-Qur’an Dan Studi Al-qur’an Dalam Konteks Keindonesiaan, hal. 5

5
menggunakan kata Hermeneias, tidak mengunakannya dengan konotasi
istilah, seperti yang berkembang pada saat kini. Hermeneias yang
dikemukakannya, menyusul karyanya, Categorias, hanya untuk membahas
fungsi ungkapan dalam memahami pemikiran, serta pembahasan tentang
satuan bahasa, seperti kata benda (noun), kata kerja (verb), kalimat
(sentence), ungkapan (proposition), dan lain-lain yang berkaitan dengan
gramatika.
Dalam perspektif Richard Palmer, jika ditinjau secara historis-sosisologis,
setidaknya ada enam tipologi hermeneutika, yaitu :
1. Sejarah perkembangan hermeneutika khususunya hermeneutika atas teks-
teks dapat ditelusuri dalam sejarah teologis. Sehingga, dilihat dari segi
gerak, Hermeneutik muncul dari lapangan filologi, lalu mencoba masuk
ke lapangan teologi. Sebenarnya semula hermenutika berkembang di
kalangan gereja dan dikenal sebagai gerakan eksegesis (penafsiran teks-
teks agama) dan kemudian berkembang menjadi “filsafat penafsiran”
kehidupan sosial. Kemunculan hermeneutika dipicu oleh persoalan-
persoalan yang terjadi dalam penafsiran Bible. Awalnya bermula saat para
reformis menolak otoritas penafsiran Bible yang berada dalam
genggaman gereja.
Pada tahap selanjutnya, hermeneutika muncul dalam artian definitif
pada karya J.C. Dannhauer dengan judul Hermeneutica Sacra Sive
Methodus Eksponendarums Sacrarum Literarum yang diterbitkan pada
tahun 1654, yang mana buku tersebut membicarakan metode penafsiran
teks-teks Bibel.14 Kemunculan hermeneutika dipicu oleh persoalan-
persoalan yang terjadi dalam penafsiran Bible. Di dunia Barat (Kristen),
hermeneutika digunakan pertama kali di kalangan sebagian cendekiawan
Kristen Protestan sekitar tahun 1654 M. Awalnya bermula saat para
reformis menolak otoritas penafsiran Bible yang berada dalam
genggaman gereja. Tidak heran bahwa jika The New Encyclopedia
Britanniaca menjelaskan bahwa hermeneutika adalah The study of the

14
Richard E. Palmer, Hermeneutics, hlm. 34. Lihat juga Zen Amrullah, Hermeneutika Al-
Qur’an Dan Studi Alquran dalam Konteks Keindonesiaan, hal. 5

6
general principle of Biblical interpretation to discover the truths and
values of the Bible (Studi prinsip-prinsip umum tentang penafsiran Bibel
untuk mencari kebenaran dan nilai-nilai kebenaran Bibel). Menurut para
ahli, Kristen mengadopsi hermeneutika untuk mereka jadikan alat atau
seni interpretasi.15
Sehingga di Eropa, Zaman Romawi, hermeneutika lebih khusus
dipakai untuk menganalisis makna yang terkandung dalam dokumen
hukum, seperti undang-undang, dan dokumen agama, seperti Kitab Injil
agama Kristen. Dokumen semacam ini pada dasarnya bersifat normatif
atau mengenai moral. Tujuan khusus analisis hermeneutika adalah
mengungkapkan dan menetapkan makna yang terkandung dalam teks itu
sendiri. Tahap awal zaman baru ini dinamakan “Kebangkitan Kembali”
(Renaissance) dan berlangsung sampai kurang lebih pertengahan abad ke-
16. Periode itu ditandai dengan usaha mempelajari kembali peradahan
Yunani dan Romawi pada Zaman Klasik, yang memang sangat berlainan
dan situasi dan kondisi di Eropa pada Abad Pertengahan.
Menurut Martin Luther (1483-1546 M), bukan gereja dan bukan Paus
yang dapat menentukan makna kitab suci, tetapi kitab suci sendiri yang
menjadi satu-satunya sumber final bagi kaum Kristen. Menurut Martin
Luther, Bible harus menjadi penafsir bagi Bible itu sendiri. Pernyataan
tegas Martin Luther yang menggugat otoritas gereja dalam memonopoli
penafsiran Bible, berkembang luas dan menjadi sebuah prinsip Sola
Scriptura (cukup kitab suci saja, tak perlu ‘tradisi’). Berdasarkan prinsip
Sola Scriptura, dibangunlah metode penafsiran bernama hermeneutika. 16
Kalau pada masa sebelumnya perhatian sepenuhnya dipusatkan pada
isi tulisan maka mulai dari akhir abad ke-15 perhatian lambat laun
bergerser”dari tulisan ke penulisnya.” Mulai disadari bahwa makna yang
terkandung dalam tulisan yang lain itu tidak bisa ditangkap terpisah dan
15
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2015) Cet.III, hlm. 404
16
Werner Georg Kummel, The New Testament: The History of the Investigation of Its
Problems, Penerjemah S.McLean Gilmour dan Howard C.Kee (New York : Abingdon Press,
1972), h. 21-22, dikutip dari Adnin Armas, MA, Filsafat Hermeneutika dan Dampaknya
Terhadap Studi Alqur’an, Bahan- Bahan Mata Kuliah Islamic Worldview di Program Pendidikan
dan Pemikiran Islam Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Editor: Adian Husaini,
2008. Lihat juga Ilham Muchtar, Analisis Konsep Hermeneutika Dalam Tafsir Alquran, hal. 72

7
pemaknaan pihak yang membuatnya. Dengan kata lain, mulai disadari
bahwa makna tidak dapat dipahami dan dijelaskan terpisah dari pikiran,
perasaan, citacita dan dorongan orang bersangkutan.
Pergeseran pandangan ini menyebabkan juga perluasan pemakaian
analisis hermeneutika. Di samping analisis tulisan dan dokumen tua,
hermeneutika juga mulai dianggap sebagai metode yang tepat untuk
mengungkapkan makna yang terkandung dalam karya-karya di bidang
seni lain seperti misalnya sastra, patung, lukisan, musik, bangunan dan
tarian. Semua bentuk kesenian ini dianggap merupakan ekspresi pikiran,
perasaan, nilai-nilai maupun cita-cita penciptanya.
2. Hermeneutika sebagai metodologi filologi. Pada akhir abad ke-17
sampai abad ke-18 muncul untuk pertama kali sejumlah upaya
mengembangkan hermeneutika.17 Dimana hermeneutika dipakai untuk
menafsirkan teks-teks klasik (Yunani dan Romawi) di sampinf kitab
suci.18 Hermeneutika dalam tradisi Barat, pada abad ke-18, muncul dua
mazhab, yaitu mazhab hermeneutika transendental dan mazhab
historis-psikologis. Yang pertama berpandangan bahwa untuk
menemukan suatu kebenaran dalam teks tdak harus mengaitkan
pengaranganya karena sebuah kebenaran dapat berdiri otonom ketika
tampil dalam teks. Kedua berpendapat bahwa teks adalah eksposisi
eksternal dan temporer saja dari pikiran pengaranganya, sementara
kebenaran yang hendak disampaikan tidak mungkin terwadahi secara
representatif oleh kehadiran teks.19
3. Hermeneutika sebagai ilmu pemahaman linguistik. Masuk di awal
abad ke-19 dan akhir abad ke-18, hermeneutika pada masa ini
cenderung mengacu pada filosofi atau pemikiran, dan pada saat itu
pembawa Hermeneutika filosofi dan yang memperkembangkannya
menjadi disiplin ilmu dalam perspektif filsafat adalah Schaleiermacher,

17
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, hal 247
18
K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman, (Jakarta: Gramedia, 202),
hlm.257 Lihat juga Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, Hal 247
19
Komaruddin Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan, (Jakarta: Teraju, 2003) , hlm. 141.
Lihat juga Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, hal. 248

8
berkebangsaan Jerman dan membawa hermeneutika dari ruang lingkup
Biblical Studiens ke ruang lingkup filsafat, sehingga ia dianggap
sebagai pemrakarsa Hermeneutika Modern atau sebagai pencetus
aliran Hermeneutika Teoritis. Menurutnya, penafsiran adalah
memahami teks sebagaimana yang dimaksudkan pengarang, sebab apa
yang disebutkan dalam teks adalah ungkapan jiwa pengarang. Makna
atau tafsiran atasnya tidak didasarkan atas kesimpulan penafsir,
melainkan diturunkan dari teks dan bersifat instruktif.20 Dan Ia
berpendapat bahwa bentuk teks dapat menjadi objek hermeneutika dan
tidak terbatas pada pada kitab suci.21
4. Hermeneutika sebagai fondasi metodologi bagi ilmu-ilmu
kemanusiaan. Kemudian pada akhir abad ke-19, hermeneutika
dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey yang menggagas hermeneutika
sebagai landasan ilmu-ilmu kemanusiaan. Bagi Dilthey, hermeneutika
merupakan inti disiplin metodologi yang dapat melayani sebagai
fondasi bagi ilmu-ilmu kemanusiaan yang mencakup semua disiplin
ilmu yang memfokuskan pada ranah pemahaman seni, aksi, dan tulisan
manusia.22
5. Hermeneutika sebagai fenomenologi Dasein dan pemahaman
eksistensial. Diwakili oleh Martin Heidegger dan muridnya Hans-
Georg Gadamer. Dengan pandangan filsafatnya yang memengaruhi
bahasannya, ia kerap disebut menandai era baru hermeneutika, yaitu
Hermeneutika Filosofis. Ia berusaha mnegalihkan filsafat Barat dari
pertanyaan-pertanyaan metafisis dan epistemologi ke arah pertanyaan-
pertanyaan ontologis. 23
Kemudian Gadamer, berusaha menjelaskan, meneruskan, dan
mengembangkan pendapat-pendapat gurunya, Heidegger.

20
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, hlm 408
21
Mohammed Ibra, Pengertian dan Sejarah Hermeneutika, (online)
http://mohammedibra87.blogspot.com/2010/05/pengertian-dan-sejarah-hermeneutika.html?m=1
(diakses pada 9 Februari 2020, pukul 19.00 WIB)
22
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, hal 248
23
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, hlm 416

9
Hermeneutika yang dipeloporinya, yakni menolak Hermeneutika yang
merujuk ke masa lalu. Ia menganggap bahwa proses penafsiran harus
selalu berarti proses produksi makna baru dan bukan reproduksi makna
awal. Ia adalah pemahaman teks secara baru dan makna baru pula.
Inilah yang kemudian disebut teori Double Movement.
6. Hermeneutika sebagai sistem penafsiran. Dalam tahap ini,
hermeneutika menjadi sebuah teori tentang seperangkat aturan yang
menentukan suatu interpretasi terhadap berbagai teks. Salah seorang
hermeneut yang paling representatif untuk makna ini adalah Paul
Ricoeur. 24

24
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer, Hal. 250

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

A. Pengertian Konsep Dasar Hermeneutika


Hermeneutik secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau
filsafat tentang interpretasi makna.25 Kata hermeneutika itu sendiri berasal
dari bahasa Yunani dari kata kerja hermeneuin, yang berarti “menafsirkan”,
dan kata benda hermenia, “interpretasi”.26 Sedangkan pengertian hermeneutik
secara istilah adalah sebuah teori tentang operasi-operasi pemahaman dalam
hubungannya dengan teks.27
Dengan demikian kata hermeneutika yang diambil dari peran Hermes
adalah sebuah ilmu atau seni menginterpretasikan (the art of interpretation)
sebuah teks. Sebagai sebuah ilmu, hermeneutika harus menggunakan cara-
cara ilmiah dalam mencapai makna rasional dan dapat diuji sebagai sebuah
seni, ia harus menampilkan sesuatu yang baik dan indah tentang sesuatu
penafsiran.
Menurut Harvey, kegiatan penafsiran pada masa kontemporer sebenarnya
sama dengan tugas Hermes, di mana proses pembentukan makna teks sangat
dipengaruhi oleh tiga unsur, 28 yaitu:
1. Tanda, pesan, atau teks dari berbagai sumber
2. Seorang mediator yang bertugas menerjemahkan tanda atau pesan
tersebut sehingga mudah difahami
3. Audiens yang menjadi tujuan sekaligus mempresupposisi penafsiran.

25
Ahmala, Hermeneutik Transendetal, Yogyakarta, IRCiSoD, 2003, hlm. 15. Lihat juga No
Name, Gambaran Umum Tentang Hermeneutik, hlm. 16
26
Hasan Sutanto, Hermeneutik Prinsip dan Metode Penafsiran Al-Kitab, Magelang:
Departemen Literature Saat, 2000, hlm. 1. Lihat juga No Name, Gambaran Umum Tentang
Hermeneutik, hlm. 16
27
Kris Budiman, Kosa Semiotika, Yogyakarta, LKiS, 1999, hlm. 45. Lihat juga No Name,
Gambaran Umum Tentang Hermeneutik, hlm. 16
28
Van A. Harvey, Hermeneutics, dalam Mircea Eliade (ed.), Encyclopedia of Religion, vol.
VI (New York: Macmillan Publishing Co., 1987), 279. Lihat juga Zen Amrullah, Hermeneutika
Al-Qur’an Dan Studi Alquran Dalam Konteks Keindonesiaan, (Malang: STAI Mahad Aly al-
Hikmah, 2014), hlm. 4

11
Tugas hermeneutika adalah harus membuat sesuatu yang kabur dan gelap
maknanya menjadi sesuatu yang jelas, dekat, dan mudah dipahami. Emilio
Betti menyatakan bahwa hermeneutika merupakan suatu aktivitas yang
bertugas membawa pembaca kepada sebuah pemahaman. 29 Objek kajian
hermeneutika adalah pemahaman tentang makna dan pesan yang terkandung
di dalam sebuah teks. Dalam perkembangan selanjutnya, heremeneutika menjadi
sebuah metode analisis, tentang segala sesuatu yang mengandung makna.30
B. Sejarah Hermeneutika
Sebelum abad ke-17, model hermeneutika masih belum dikenalkan secara
definitif dan belum direfleksikan secara filosofis.31 Dalam perspektif Richard
Palmer, jika ditinjau secara historis-sosisologis, setidaknya ada enam tipologi
hermeneutika, yaitu :
1. Sejarah perkembangan hermeneutika khususunya hermeneutika atas teks-
teks dapat ditelusuri dalam sejarah teologis.
2. Hermeneutika sebagai metodologi filologi.
3. Hermeneutika sebagai ilmu pemahaman linguistik
4. Hermeneutika sebagai fondasi metodologi bagi ilmu-ilmu kemanusiaan.
5. Hermeneutika sebagai fenomenologi Dasein dan pemahaman
eksistensial.
6. Hermeneutika sebagai sistem penafsiran

29
Bleicher, Josef. 1980. Contemporary Hermeneutics, Hermeneutics as Method, Philosophy
and Critique. London: Routledge and Kegan Paul. Lihat juga Martono, Kajian Kritis
Hermeneutika Friedrich Scheilermacher Vs Paul Ricoeur, hlm 43
30
Akhyar Yusuf Lubis. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer.(Depok:Rajawali Pers,
2018), hlm 181-182
31
Ilham B. Saenong, Hermeneutika Pembebasan, hlm. 26. Lihat juga Zen Amrullah,
Hermeneutika Al-Qur’an Dan Studi Al-qur’an Dalam Konteks Keindonesiaan, hal. 5

12
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, Zen. 2014. “Hermeneutika Al-Qur’an dan Studi Alquran Dalam


Konteks Keindonesiaan” Malang: STAI Mahad Aly al-Hikmah
Ibra, Mohammed. 2010. “Pengertian dan Sejarah Hermeneutika”, (online)
http://mohammedibra87.blogspot.com/2010/05/pengertian-dan-sejarah-
hermeneutika.html?m=1 (diakses pada 9 Februari 2020)
Martono. “Kajian Kritis Hermeneutika Friedrich Scheilermacher Vs Paul
Ricoeur” Jurnal PBSI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untan
Muchtar, Ilham. 2016. “Analisis Konsep Hermeneutika Dalam Tafsir
Alquran” Makassar: Universitas Muhammadiyah. Jurnal, Vol. 13. No. 1
Juni
Name, No. “Gambaran Umum Tentang Hermeneutik”
Name, No. “Landasan Teori: Hermeneutika” (Surabaya: UIN Surabaya)
Zaprulkhan. 2016. Filsafat Ilmu: Sebuah Analisis Kontemporer. Jakarta:
Rajawali Pers
Shihab, M. Quraish. 2015. Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati. Cet.III

13

Anda mungkin juga menyukai