Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SISTEM INTEGUMEN

“Herpes Zoster”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Integumen

Disusun Oleh :
Kelompok Tutor 3

Trisvina Martias 220110130013


Siti Rohmah 220110130023
Via Ariani 220110130029
Ihsan Kurnia 220110130042
Noor Fathara 220110130048
Rizkiani Dwi Putri 220110130069
Rahmatia Mozaike R 220110130072
Nona Intan Permatasari 220110130077
Sabila Rosadi 220110130127
Rosa Nugrahaeni 220110130132
Andrean Reynaldi 220110130137
Ernawati 220110130142

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinik..........................................................................................4
2.4 Patofisiologi....................................................................................................5
2.5 Klasifikasi.......................................................................................................7
2.6 Komplikasi.....................................................................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................................11
2.8 Pengobatan...................................................................................................12
2.9 Pencegahan...................................................................................................13
2.10 Asuhan Keperawatan..................................................................................14
BAB III..................................................................................................................24
ANALISIS KASUS..............................................................................................24
BAB IV..................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................26
Simpulan.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini membahas tentang sistem integumen khususnya mengenai
penyakit Herpes Zoster.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi
dapat teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Afif A.A., S.p.M.Kes selaku dosen koordinator mata mata kuliah
Sistem Integumen, dan kepada Ibu Ai Mardhiyah, S.Kp., M.Si. selaku dosen tutor
kelompok 3, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan
datang. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Aamiin.

Jatinangor, Februari 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Herpes adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum.
Diperkirakan bahwa satu dari setiap lima remaja akan terinfeksi oleh penyakit ini.
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita lebih rentan untuk tertular infeksi ini
daripada pria. Hal ini akan merusak penyakit alat kelamin atau anus baik laki-laki
dan perempuan yang terinfeksi.
Ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penularan virus yang
disebut Herpes Simplex Virus (HSV). Virus ini akan ditularkan selama hubungan
intim atau selama kontak antara kedua alat kelamin pria dan wanita. Genital
herpes membuktikan bahwa penyakit ini terutama mulut mempengaruhi organ dan
alat kelamin HSV 1 mempengaruhi bibir berupa lepuh dan luka dingin, sedangkan
HSV 2 menginfeksi alat kelamin manusia.

1.2 RumusanMasalah

a. Apa pengertian penyakit Herpes Zoster ?


b. Apakah tanda dan gejala dari penyakit Herpes Zoster ?
c. Bagaimana jalannya penyakit Herpes Zoster ?
d. Sebutkan dan jelaskan penatalaksanaannya?
e. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita Herpes Zoster ?

1.3 Tujuan

    Untuk menambah wawasan kita tentang bagaimana proses penyebaran virus,
penyakit yang ditimbulkan, dan asuhan keperawatan pada penderita virus herpes
simplex.
1.4 Manfaat Penulisan
    Untuk menambah pengetahuan tentang virus herpes simplex dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Herpes zoster adalah radang kulit akut dengan sifat khas, yaitu terdapat
vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan
dermatomnya dan biasanya unilateral. (Rahariyanti.Lutfia.Asuhan keperawatan
gangguan sistem Integumen 2006).
Herpes zoster adalah suatu penyakit infeksi akut yang ditandai oleh
sekelompok vesikel yang terbatas pada suatu dermatom dan rasa nyeri neurologis
pada dermatom tersebut (Ilmu kesehatan anak II. hal 219)
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer.
Herpes zoster adalah kelainan inflamatorik virus, dimana virus penyebab
nya menimbulkan erupsi vaskuler yang nyeri di sepanjang distribusi saraf sensorik
dari satu atau lebih ganglion posterior.
Herpes zoster adalah suatu radang kulit akut pada orang tua ditandai
dengan adanya nyeri radikuler serta gerombolan yang disebabkan oleh virus yang
tidak mempunyai kekebalan imun.

2.2 Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai


kapsid tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan
diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion
yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus varisela dapat menjadi laten di
badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus kranialis dan ganglio
autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang immunocompromise,
beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan saraf menuju ke akson
saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat
menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.
Faktor Risiko yang Mempengaruhi Timbulnya Herpes Zoster

a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya
tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin
tinggi pula resiko terserang nyeri.
b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi
pertama dari immunocompromised.
c. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum
tulang.
e. Pemakaian kortikosteroid
f. Radio terapi
g. Obat-obat Imunosupresif
h. Stres emosi
i. Orang yang sudah pernah terkena cacar air
j. Peningkatan Hormon

2.3 Manifestasi Klinik

Keluhan utama penyakit ini adalah rasa sakit, nyeri, dan pegal (neuritis)
serta adanya vesikel yang berkelompok sepanjang satu dermatom. Perjalanan dan
gejala penyakit ini mulai dari ringan, sampai dengan berat. Adapun stadium dari
penyakit Herpes Zoster adalah sebagai berikut :
1. Stadium Prodromal (gejala awal)
Gejala prodromal dapat bersifat sistemik dan lokal. Gejala lokal berupa
rasa gatal atau nyeri pada dermatom yang terserang disertai dengan rasa
panas atau terbakar. Gejala sistemik berupa demam, malaise, dan nyeri
kepala.

2. Stadium Erupsi
Mula – mula timbul papula atau plakat berbentuk urtika. Setelah 1-2 hari,
akan timbul gerombolan vesikel atau bintil – bintil berair yang tersusun
berkelompok diatas kulit yang eritematosa, sedangkan kondisi kulit
diantara gerombolan lain tidak sama lokalisasi lesi dengan dermatom yang
dipersarafi oleh satu atau lebih saraf yang terkena.semua saraf dapat
terkena, yang tersering adalah saraf torakal, lumbal atau kranial. Stadium
ini biasa nya berlangsung selama 2 minggu dengan gejala utama berupa
rasa nyeri. Rasa nyeri yang dirasa bisa bersifat konstan atau intermiten,
diikuti dengan rasa terbakar pada bagian viseral.

3. Stadium Krustasi
Vesikula menjadi purulen, mengalami krustasi, dan lepas dalam waktu 1-2
minggu. Sering terjadi neuralgia pasca herpetika, terutama pada orang tua,
yang dapat berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun. Selain itu,
ada pula gejala parestesi yang bersifat sementara.

2.4 Patofisiologi
Virus Varicela Zoster

Masuk ke dalam tubuh

Virus Bereplikasi di dalam DNA


sel

Menyebar melalu limpa dan darah

Membentuk Viremia I (4-6hari setelah infeksi)

Menyebar & replikasi


RES
Membentuk Viremia II

Virus menyebar ke kulit & membran mukosa


(14-16hari)

Pembengkakan Sel
Epitel

Ganglion sensori posterior Penumpukan cairan di


jaringan

Dorman di saraf
Vesikel
Imun menurun
Pustula
Reaktivasi virus Nekrosis
Saraf Krusta
Multiplikasi NPH
Lepas
Inflamasi

Vasodilatasi PD Pelepasan Mediator Kimia

PD otak membesar Nosiseptor Saraf thorakalis Herpes

Sakit Kepala Serabut Saraf C


Kulit Pengetahuan
kurang
Gg. Pola Tidur Thalamus
Eritema
Stress
Nyeri
Vesikel
Koping tidak
Pegal linu Risiko Penyebaran
Pustula efektif
Infeksi

Aktivitas terganggu
Krusta Kecemasan

Gangguan ADL
Gg. Integritas Kulit
2.5 Klasifikasi

Herpes di klasifikasikan menjadi 2 yaitu Herpes Zoster dan Herpes


Simpleks.
1. Herpes Zoster
Menurut lokasi lesinya Herpes Zoster dibagi menjadi :
a. Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4
hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak
mata bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.

b. Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII),
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.


c. Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.

d. Herpes zoster torakalis

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.

e. Herpes zoster lumbalis

Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

f. Herpes zoster sakralis

Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra

2. Herpes Simpleks

a. Virus herpes simpleks tipe 1


Menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut,
meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi
virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif
telah didapat pada waktu umur 7 tahun.
b. Virus herpes simpleks tipe 2
Hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan
sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual. Secara periodik, virus
ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali
menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama
dengan infeksi sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit
tanpa menyebabkan lepuhan yang nyata, dalam keadaan ini virus
merupakan sumber infeksi bagi orang lain.

2.6 Komplikasi

Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila


timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:

1. Neuralgia pasca herpes. 


Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf (neuralgia) akibat
herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit menghilang.
Masalah ini jarang terjadi pada orang yang berusia di bawah 50 tahun.
Rasa nyeri biasanya secara bertahap menghilang dalam satu bulan
tetapi pada beberapa orang dapat berlangsung berbulan-bulan bila tanpa
pengobatan.

2. Infeksi kulit. 
Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda
mungkin perlu antibiotik.

3. Masalah mata. 
Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau
seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.

4. Kelemahan/layuh otot.
Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan
saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan
(palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.

5. Komplikasi lain. 
Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau penyebaran virus
ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang
terjadi. Penderita herpes zoster dengan sistem kekebalan tubuh lemah
lebih berisiko mengembangkan komplikasi langka ini.

6. Sindrom Ramsay Hunt.


Ini terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,sehingga
memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis bell),kelainan
kulityang sesuai dengan tingkat persarafan,tinitus,vertigo,gangguan
pendengaran,nistagmus,nausea dan gangguan pengecapan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Isolasi virus dengan kultur jaringan da identifikasi morfologi dengan


mikroskop elektron.

2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen.

3. Tes serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik

Pemeriksaan Laboratorium

Untuk pemeriksaan virus varicella zooster (VZV) dapat dilakukan


beberapa tes yaitu:

1. Tzank smear

a. Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,


kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,
Giemsa’s, Wirght’s, toludine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan
menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant
cells.

b. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.

c. Tes ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan
herpes simpleks virus.

2. Direct fluorescent assay (DFA)

a. Preparat diambil dari scarping dasar vesikel tetapi apabila sudah


berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.

b. Hasil pemeriksaan cepat.

c. Membutuhkan mikroskop fluorescence.

d. Tes ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.

e. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes simplek


virus.
3. Polymerase chain reaction (PCR)

a. Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.

b. Dengan metode ini dapat digunakan beragai jenis preparat seperti


scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga
digunakan sebagai preparat, dan CSF.

c. Sensitifitasnya berkisar 97-100%.

d. Tes ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster.

4. Biopsi kulit

Hasil pemeriksaan histopatologis: tampak vesikel intraepidermal


dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian
atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate.

2.8 Pengobatan

1. Pengobatan Umum

Selama fase akut, pasien dianjurkan idak keluar rumah karena


dapat menularkan kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi
varicella dan orang dengan defesiensi imun.

Terapi suportif dilakukan dengan menghindari gesekan kulit yang


mengakibatkan pecahnya vesikel, pemberian nutrisi TKTP, dan istirahat
dan mencega kontak dengan orang lain.

2. Pengobatan Khusus

A. Sistemik

A.1. Obat Antivirus

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan


modifikasinya, misalnya valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir
bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus. Asiklovir
dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya
pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang
dianjurkan adalah 5×800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui
intravena biasanya hanya digunakan pada pasien yang
imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat.
Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah
valasiklovir. Valasiklovir diberikan 3×1000 mg/hari selama 7 hari,
karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu famsiklovir juga
dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA
polimerase. Famsiklovir diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari.

A.2. Analgetik

Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang


ditimbulkan oleh virus herpes zoster. Obat yang biasa digunakan
adalah asam mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah 1500
mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai
seperlunya ketika nyeri muncul.

A.3. Kortikosteroid

Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom


Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah prednison dengan
dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan secara
bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan
tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antivirus.

2.9 Pencegahan

Pencegahan utama yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko


munculnya herpes zoster adalah dengan menerima vaksin herpes zoster serta cacar
air. Walaupun tidak mencegah terkena herpes zoster sepenuhnya, setidaknya
vaksinasi dapat mengurangi keparahan gejala yang akan dialami jika terserang
penyakit ini.
2.10 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama : Ny. S

Umur : 62 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Diagnosis medis : Herpes

2. Status Kesehatan

Keluhan utama : pasien mengeluh nyeri pada dada kiri menjalar


sampai ke punggung. Keluhan disertai nyeri, pegal, dan linu di seluruh
tubuh selama dua hari.

B. Data Penunjang

Terapi : Acyclovir tablet dan salep

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
3. Gangguan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pertahanan
primer tidak adekuat, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan,
kurang informasi tentang infeksi kuman.
5. Cemas berhubungan dengan diagnosis, prognosis dan nyeri

D. Tujuan

Askep Herpes Zoster adalah terpeliharanya integritas kulit,


meredakan gangguan rasa nyaman: nyeri, tercapainya tidur yang nyenyak,
berkembangnya sikap penerimaan terhadap diri, diperolehnya pengetahuan
tentang perawatan kulit dan tidak adanya komplikasi.
Intervensi dan Rasional

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri dan Tujuan: 1. Temukan 1. Membantu
rasa gatal - Nyeri berkurang penyebab mengidentifikasi
berhubungan atau rasa nyeri/gatal tindakan yang tepat
dengan lesi nyaman untuk memberikan
kulit. terpenuhi kenyamanan.
2. Pertahankan tirah 2. Untuk
Kriteria hasil : baring, posisi menghilangkan stres
- Klien semi fowler pada otot-otot
mengatakan dengan tulang punggung
tidak terasa spinal, pinggang
nyeri. dan lutut dalam
- Lokasi nyeri keadaan fleksi,
minimal posisi telentang
- Keparahan nyeri
berskala 0 3. Gunakan logroll 3. Logroll (Papan)
- Indikator nyeri (papan) selama mempermudah
verbal dan melakukan melakukan mobilisasi
noverbal perubahan posisi

4. Batasi aktifitas 4. Untuk menghindari


selama fase akut adanya cidera
sesuai dengan
kebutuhan

5. Berikan relaksan 5. Agen-agen ini secara


otot yang sistematik
diresepkan, menghasilkan
analgesik, dan relaksasi umum dan
agen antiinflamasi menurunkan
dan evaluasi inflamasi.
keefektifan

6. Tindakan 6. Tindakan ini


penghilangan rasa memungkinkan klien
nyeri noninvasif untuk mendapatkan
dan rasa kontrol terhadap
nonfarmakologis nyeri
(posisi, balutan
(24-48 jam),
distraksi dan
relaksasi
2. Gangguan Tujuan: 1. Nasihati klien 1. Udara yang kering
pola tidur - Setelah dilakukan untuk menjaga membuat kulit terasa
berhubungan tindakan kamar tidur agar gatal, lingkungan
dengan keperawatan tetap memiliki yang nyaman
pruritus. diharapkan pasien ventilasi dan meningkatkan
dapat istirahat kelembaban yang relaksasi.
tidur malam baik.
optimal
2. Menghindari 2. Kafein memiliki efek
Kriteria Hasil: minuman yang puncak 2-4 jam
- Mencapai tidur mengandung setelah dikonsumsi.
yang nyenyak. kafein menjelang
- Melaporkan gatal tidur.
mereda. 3. Ciptakan suasana 3. Untuk membantu
- Mempertahankan nyaman, Kurangi relaksasi saat tidur.
kondisi atau hilangkan
lingkungan yang distraksi
tepat. lingkungan dan
- Menghindari gangguan tidur.
konsumsi kafein. 4. Batasi 4. Tidur akan sulit
- Mengenali pengunjung dilakukan tanpa
tindakan untuk selama periode relaksasi.
meningkatkan istirahat yang
tidur. optimal (mis;
setelah makan).
5. Minta klien untuk 5. Berkemih malam hari
membatasi asupan dapat mengganggu
cairan pada tidur.
malam hari dan
berkemih sebelum
tidur.
6. Anjurkan atau 6. Kenyaman dalam
berikan perawatan tubuh pasien terkait
pada petang hari kebersihan diri dan
(mis; hygiene pakai.
personal, linen
dan baju tidur
yang bersih).

7. Gunakan alat 7. Memudahkan dalam


bantu tidur mendapatkan tidur
(misal; air hangat yang optimal.
untuk kompres
rilaksasi otot,
bahan bacaan,
pijatan di
punggung, music
yang lembut, dll).
8. Ajarkan relaksasi 8. Untuk menenangkan
distraksi. pikiran dari
kegelisahan dan
mengurangi
ketegangan otot
3. Gangguan Tujuan: 1. Tingkatkan 1. Menurunkan kerja
ADL - ADL dan istirahat, batasi miokard/komsumsi
berhubungan kebutuhan aktifitas pada oksigen , menurunkan
dengan beraktifitas pasien dasar nyeri/respon resiko komplikasi.
kelemahan terpenuhi secara hemodinamik,
fisik adekuat. berikan aktifitas
senggang yang
Kriteria hasil: tidak berat.
- Menunjukkan
peningkatan 2. Kaji kesiapan 2. Stabilitas fisiologis
dalam untuk pada istirahat penting
beraktifitas. meningkatkan untuk menunjukkan
- Kelemahan dan aktifitas contoh: tingkat aktifitas
kelelahan penurunan individu.
berkurang. kelemahan/kelela
- Kebutuhan ADL han, TD
terpenuhi secara stabil/frek nadi,
mandiri atau peningaktan
dengan bantuan. perhatian pada
- Frekuensi aktifitas dan
jantung/irama dan perawatan diri.
Tekanan darah 3. Dorong 3. Komsumsi oksigen
dalam batas memajukan miokardia selama
normal. aktifitas/toleransi berbagai aktifitas
- Kulit hangat, perawatan diri. dapat meningkatkan
merah muda dan jumlah oksigen yang
kering ada.
4. Anjurkan 4. Kemajuan aktifitas
keluarga untuk bertahap mencegah
membantu peningkatan tiba-tiba
pemenuhan pada kerja jantung.
kebutuhan ADL
pasien.
5. Anjurkan pasien 5. Teknik penghematan
menghindari energi menurunkan
peningkatan penggunaan energi
tekanan abdomen, dan membantu
menegejan saat keseimbangan suplai
defekasi. dan kebutuhan
oksigen.
6. Jelaskan pola 6. Aktifitas yang
peningkatan memerlukan menahan
bertahap dari nafas dan menunduk
aktifitas, contoh: (manuver valsava)
posisi duduk dapat mengakibatkan
ditempat tidur bradikardia,
bila tidak pusing menurunkan curah
dan tidak ada jantung, takikardia
nyeri, bangun dari dengan peningaktan
tempat tidur, TD. Aktifitas yang
belajar berdiri dst. maju memberikan
kontrol jantung,
meningaktkan
regangan dan
mencegah aktifitas
berlebihan
4. Resiko tinggi Tujuan: 1. Review patologi 1. Membantu pasien
penyebaran - Setelah dilakukan penyakit fase agar mau mengerti
infeksi tindakan aktif/tidak aktif, dan menerima terapi
berhubungan keperawatan tidak penyebaran yang diberikan untuk
dengan terjadi infeksi melalui mencegah
pertahanan penyebaran/ bronkus pada komplikasi.
primer tidak aktivitas ulang jaringan
adekuat dan infeksi, dengan sekitarnya atau
malnutrisi. aliran darah atau
Kriteria hasil: sistem limfe dan
- Mengidentifikasi resiko infeksi
intervensi untuk melalui batuk,
mencegah/menur bersin, meludah,
unkan resiko tertawa., ciuman
penyebaran atau menyanyi.
infeksi. 2. Identifikasi 2. Orang-orang yang
- Menunjukkan/me orang-orang yang beresiko perlu
lakukan beresiko terkena program terapi obat
perubahan pola infeksi seperti untuk mencegah
hidup untuk anggota keluarga, penyebaran infeksi.
meningkatkan teman, orang
lingkungan yang. dalam satu
aman. perkumpulan.
3. Anjurkan pasien 3. Kebiasaan ini untuk
menutup mulut mencegah terjadinya
dan membuang penularan infeksi.
dahak di tempat
penampungan
yang tertutup jika
batuk.
4. Gunakan masker 4. Mengurangi risilio
setiap melakukan penyebaran infeksi.
tindakan.
5. Monitor 5. Febris merupakan
temperatur. indikasi terjadinya
infeksi.
6. Identifikasi 6. Pengetahuan tentang
individu yang faktor-faktor ini
berisiko tinggi membantu pasien
untuk terinfeksi untuk mengubah gaya
ulang hidup dan
Tuberkulosis menghindari/mengura
paru, seperti: ngi keadaan yang
alkoholisme, lebih buruk.
malnutrisi,
operasi bypass
intestinal,
menggunakan
obat penekan
imun/
kortikosteroid,
adanya diabetes
melitus, kanker.
7. Tekankan untuk 7. Periode menular
tidak dapat terjadi hanya 2-
menghentikan 3 hari setelah
terapi yang permulaan
dijalani. kemoterapi jika sudah
terjadi kavitas, resiko,
penyebaran infeksi
dapat berlanjut
sampai 3 bulan.

Kolaborasi:
1. Pemberian terapi 1. INH adalah obat
INH, etambutol, pilihan bagi penyakit
Rifampisin. Tuberkulosis primer
dikombinasikan
dengan obat-obat
lainnya. Pengobatan
jangka pendek INH
dan Rifampisin
selama 9 bulan dan
Etambutol untuk 2
bulan pertama.
2. Pemberian terapi 2. Obat-obat sekunder
Pyrazinamid diberikan jika obat-
(PZA)/Aldinamid obat primer sudah
e, para-amino resisten.
salisik (PAS),
sikloserin,
streptomisin.
3. Monitor sputum 3. Untuk mengawasi
BTA keefektifan obat dan
efeknya serta respon
pasien terhadap terapi
5. Cemas Tujuan: 1. Berikan 1. Menurunkan
berhubungan - Rasa cemas klien lingkungan yang stimulasi yang
dengan akan nyaman. berlebihan dapat
diagnosis, berkurang/hilang. mengurangi
prognosis kecemasan.
dan nyeri Kriteria hasil : 2. Catat derajat 2. Pemahaman bahwa
- Klien mampu anisetas perasaan normal
mengungkapkan dapat membantu
ketakutan/kekuati klien meningkatkan
rannya. beberapa perasaan
- Respon klien control emosi.
tampak 3. Libatkan keluarga 3. Peran serta keluarga
tersenyum dalam proses sangat membantu
keperawatan. dalam menentukan
koping.
4. Berikan support 4. Dukungan dari
sistem (perawat, bebarapa orang yang
keluarga atau memiliki pengalaman
teman dekat dan yang sama akan
pendekatan sangat membantu
spiritual). klien.
5. Reinforcement 5. Agar klien menyadari
terhadap potensi sumber-sumber apa
dan sumber yang saja yang ada
dimiliki disekitarnya yang
berhubungan dapat mendukung dia
dengan penyakit, untuk berkomunikasi
perawatan dan
tindakan

BAB III

ANALISIS KASUS

Kasus 1

Ny. S, 62 tahun,mengeluh nyeri pada dada kiri menjalar sampai punggung.


Keluhan disertai nyeri,pegal,linu di seluruh tubuh yang terjadi selama dua hari.
Pada saat nyeri dirasakan klien merasa tegang,tidak mau makan, dan melamun
karena mengira hal tersebut merupakan gejala penyakit jantung. Hari ketiga,
muncul eritema pada dada sebelah kiri sampai ke punggung, disertai gatal dan
perih. Esok harinya muncul vesikula pada area tersebut. Klien mengatakan tidak
dapat menggunakan pakaian dalam bahkan nyeri dirasakan sampai mengganggu
aktivitas dan tidurnya. Pada saat berobat klien di diagnosa menderita herpes.
Terapi yang didapatkan saat klien berobat adalah Acyclovir tablet dan salep. Luka
mengering dalam waktu 2 minggu namun nyeri masih dirasakan selama 2-3 bulan
setelah luka kering.

LO

1. Klasifikasi herpes
2. Apa menular pada jaringan lain
3. Yang memperparah herpes
4. Kenapa klien tidak bisa memakai pakaian dalam
5. Peran perawat
6. Mengancam jiwa
7. Pencegahan
8. Penyebab dan faktor resiko
9. Askep
10. Nyeri dada
11. Apa faktor usia berpengaruh
12. Kenapa nyeri masih dirasakan setelah luka kering
13. Terapi selain acyclovir
14. Pemeriksaan penunjang
15. Faktor gender
16. Jenis herpes apa
17. Proses penularan melalui apa
18. Gejala
19. Patofisiologi
20. Dampak psikologis pasien
21. Penyebab eritema dada sebelah kiri sampai punggung
22. Skala nyeri
23. Gejala signifikan menunjukkan herpes
24. Dosis normal acyclovir untuk usia 62 tahun
25. Komplikasi
26. Mengatasi nyeri
27. Indikasi dan kontraindikasi
28. Masalah keperawatan
29. Pendidikan kesehatan
BAB IV

PENUTUP

Simpulan

Herpes zoster merupakan salah satu penyakit kulit akibat infeksi virus,
yaitu reaktivasi virus varisela zoster. Insidennya meningkat seiring bertambahnya
usia, di mana lebih dari 2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari 50 tahun dan kurang
dari 10% di bawah 20 tahun. Meningkatnya insidensi pada usia lanjut ini
berkaitan dengan menurunnya respon imun yang dapat pula terjadi pada pasien
imunokompromais seperti pasien HIV-AIDS, pasien transplantasi organ, dan
pasien yang mendapat obat imunosupresi. Namun, insidensinya pada pasien
imunokompeten pun besar. Herpes zoster dapat menggangu pasien sebab dapat
timbul rasa nyeri. Lebih lanjut lagi nyeri yang dialami saa timbul lesi kulit dapat
bertahan lama, hingga berbulan-bulan lamanya sehingga dapat menggangu
kualitas hidup pasien – suatu keadaan yang disebut dengan postherpetic
neuralgia.

Diagnosa herpes zoster dapat dengan melalui anamnesis dan pemeriksaan


fisik. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, yaitu
tes Tzanck smear, DFA ,FCR, dll. Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat
sembuh sendiri (self limiting disease), tetapi pada beberapa kasus dapat timbul
komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi timbulnya komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Rahariyani,Lutfia. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Itegumen.2006.Jakarta : EGC
Graham-Brown, Robin. 2005. Lecture Notes on Dermatology. Jakarta: EGC
Lynda Juall carpernito. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed.
2. Jakarta: EGC
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/5802963/INTERVENSI-DAN-RASIONAL-docx
(Di akses pada tanggal 23 Februari 2015)
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. 2008. Penyakit
Virus. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Martodihardjo S. 2001. Penanganan Herpes Zoster dan Herpes
Progenitalis. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University
Press
Handoko RP. Penyakit Virus. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta:
Hipokrates
Dumasari,Ramona.Varicella dan Herpes Zoster.2008.USU

Anda mungkin juga menyukai