Persediaan Besi Dan ROP
Persediaan Besi Dan ROP
Persediaan
Pemakaian senyatanya
G
Pemakaian Normal
Pesanan tiba
K R
0 E C D B Waktu
Kekurangan
H bahan
Keterangan :
OA = Jumlah Persediaan
OB = Waktu Pemakaian
R = Reorder Point
CB = Lead Time
Pemakaian bahan normal ditunjukkan oleh grafik AB artinya persediaan bahan sebesar OA akan
habis terpakai selama waktu OB. Pada saat persediaan tinggal RC = OK dilakukan pemesanan
kembali dan bahan akan habis terpakai selama waktu CB = Lead Time. Pesanan tiba pada titik B.
Bila keadaan ini berlaku seperti tersebut diatas maka persediaan besi tidak perlu ada. Tetapi
kalau hubungan antara pemakaian dan waktu tidak normal seperti terlihat pada garis lengkung
AR maka persediaan sebesar OA akan habis dalam waktu OD. Sehingga dalam waktu DB terjadi
kekurangan bahan sebesar BH dengan asumsi kedatangan bahan tetap pada titik B. hal ini juga
dapat dibuktikan dengan penjelasan berikut : Bila pemakaian secara normal maka dalam waktu
OE bahan yang terpakai sebesar AG. Sedangkan dalam pemakaian senyatanya ( yang tak normal
) dalam waktu OE bahan yang terpakai AF. Ternyata AF < AF. Ini berarti jumlah persediaan
yang sama akan lebih cepat habis untuk pemakaian senyatanya, bila dibandingkan dengan
pemakaian normal.
Seperti telah diuraiakan diatas kekurangan bahan dapat terjadi kalau terlambat datangnya
bahan. Bila keadaan ini digambarkan dalam bentuk diagram akan nanpak sebagai berikut,
Pemakaian normal
0 C B D Kekurangan
bahan
H
Keterangan :
Persediaan OA akan habis dalam jangka waktu OB. Pada tingkat persediaan sebesar OE
= OR dilakukan pemesanan pada titik R ( Reorder Point ). Persediaan sebesar RC akan habis
dalam waktu CB namun pesanan tidak dating pada titik B tetapi dating pada titik D. dalam
keadaan ini akan terjadi kekurangan bahan sebesar DH selama waktu BD
Untuk menentukan besarnya persediaan besi ( Safety Stok ) yang optimal maka dipergunakan
pendekatan Level Of Service Approach. Dimana dalam pendekatan ini besar kecilnya
persediaan besi dipengaruhi oleh kemampuan melayani kontinyuitas proses dari kekurangan
bahan. Semakin besar persediaan semakin besar pula kemampuannya. Besarnya persediaan besi
yang diinginkan didasarkan atas keterlambatan datangnya bahan dari pengalaman – pengalaman
masa lalu. Caranya dengan mengalikan waktu keterlambatan yang diinginkan dengan
pemakaian persatuan waktu keterlambatan. Pemilihan waktu keterlambatan yang
dipergunakan tergantung dari kemampuan safety stock yang diinginkan. Makin tinggi
kemampuan pelayanan safety stock yang dikehendaki maka pemilihan waktu keterlambatan
semakin panjang.
Contoh : waktu keterlambatan yang 10 hari, pemakaian bahan perhari 125 Kg maka jumlah
safety stock nya adalah 10 hari x 125 Kg =1.250 Kg
Reorder point (ROP) perlu ditetapkan, karena ROP merupakan langkah persiapan
penyediaan bahan yang diperlukan. Persiapan ini diperlukan karena umumnya untuk
mendapatkan bahan diperlukan waktu baik yang berkaitan dengan masalah administrasi maupun
yang berkaitan dengan waktu pengiriman. ROP merupakan suatu titik waktu pada saat mana
pesanan kembali harus dilakukan, dengan tujuan agar datangnya bahan bertepatan dengan waktu
yang diperlukan. Ketepatan di dalam menentukan ROP merupakan salah satu langkah di dalam
mengatasi kelebihan atau kekurangan bahan.
Volume
Q1 R R R
0 T1 T2 Waktu ( T )
Keterangan :
Pada gambar diatas bahan akan diharapkan dating pada titik T2 sedangkan untuk mendapatkan
atau mendatangkan bahan pada T2 diperlukan waktu ( Lead Time ) T1 – T2. Agar bahan tersebut
datang tepat pada waktu yang diharapkan ( T 2 ) maka perlu diadakan persiapan pemesanan
kembali ( ROP ) pada titik R. atau pada saat persediaan digudang sudah sebesar Q 1 maka
pemesanan harus dilakukan kembali.
Beberapa faktor yang perlu diketahui atau dipertimbangkan di dalam penentuan ROP adalah :
1. Jumlah bahan baku minimal yang harus ada di dalam gudang ( safety stock ) yang
dipersiapkan untuk menjaga ketidak pastian
2. Waktu tunggu ( Lead Time ) yaitu waktu yang diperlukan untuk mendatangkan bahan
yaitu mulai persiapan pemesanan sampai bahan itu diterima di gudang perusahaan.
3. Jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi selama masa waktu
tunggu.
Titik pemesanan kembali ( ROP ) akan dapat dihitung dengan jalan menjumlahkan persediaan
minimal yang harus ada diperusahaan dengan kebutuhan bahan baku untuk pelaksanaaan
proses produksi dalam masa waktu tunggu ( Lead Time )
Persediaan
I Persediaan maksimum
G Reorder Point
B Persediaan Minimum
A E F Waktu
Ketarangan;
A -- D = Persediaan Maksimum
E -- F = Lead Time
Contoh
Untuk contoh selengkapnya kita akan pergunakan contoh tugas yang sdh dikumpulkan
Di ketahui
K = 10%
Ditambah kan
Persediaan
I Persediaan maksimum
G Reorder Point
B Persediaan Minimum
A E F Waktu
Ketarangan;
CATATAN :
Kalo bias dicoba dibuat dengan skala yangbenar baik untuk hari garis mendatarnya dan jumlah
bahan baku untuk garis tegak lurus dan ganbar itu seharusnya dibuat sesuai dengan frekwensi
pemesanan selama 1 tahun, karena bentik gambar sama yang berulang maka cukup dibuat dua gambar
seperti diatas