Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IDENTIFIKASI KELEMAHAN DAN KELEBIHAN OTONOMI DAERAH

Disusun Oleh:

Kel 1

Kelas tk 1 Reg B

 Revandha Hasan S (P27820316041)


 M Dewa Reka Buana (P27820316042)
 Arika Rizkiya (P27820316043)

KATA PENGANTAR

Puji  dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“IDENTIFIKASI KELEMAHAN DAN KELEBIHAN OTONOMI DAERAH” yang
disusun untuk memenuhi tugas  Kewarganegaraan sesuai  dengan waktu yang telah
ditentukan.

Makalah ini di maksudkan sebagai tuntutan belajar bagi mahasiswa di institusi


pendidikan kesehatan khususnya program studi D-3 Keperawatan Kampus Sutopo. Semoga
dengan adanya makalah ini bisa memberi sedikit pengetahuan bagi pembaca khususnya
bagi penulis sendiri, makalah ini terselesaikan oleh karena bantuan banyak pihak.
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan,kekurangan dan kehilafan dalam
makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan makalah ini
kedepan. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.Terima
kasih.

Surabaya, 24 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……...…………………………………………………………i
DAFTAR ISI.…………………………………………………………………………ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………1

1.3 Tujuan….…………………………………………………………………1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Otonomi Daerah…………………………………………………

2.2 Maksud dan Tujuan Otonomi Daerah…………………………………….


2.3 Prinsip Otonomi Daerah…………………………………………………..

2.4 Asas Otonomi Daerah……………………………………………………

2.5 Dasar Hukum Otonomi Daerah …………………………………………

2.6 Keuntungan dan Kekurangan Otonomi Daerah…………………………

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………

3.2 Kritik & Saran……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri dan
nomous yang berarti hukum atau peraturan. Ada dua ciri hakikat dari otonomi yakni  legal
self sufficiency dan actual independence. Dalam kaitannya dengan politik atau
pemerintahan, otonomi daerah berarti  self government atau the condition of living under
one’s own laws. Jadi otonomi daerah adalah daerah yang memiliki legal self sufficiency
yang bersifat self government yang diatur dan diurus oleh own laws. Karena itu otonomi
daerah menitik beratkan aspirasi daripada kondisi. Dari pemahaman tentang otonomi
daerah tersebut, maka otonomi daerah pada hakikatnya adalah hak mengurus rumah tangga
sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan
urusan-urusan pemerintah (pusat) yang diserahkan kepada daerah. Istilah sendiri dalam hak
mengatur dan mengurus rumah tangga merupakan inti keotonomian suatu daerah:
penetapan kebijaksanaan sendiri, pelaksanaan sendiri, maka hak itu dikembalikan kepada
pihak yang memberi, dan berubah kembali menjadi urusan Pemerintah pusat.

1.2   Rumusan Masalah

o Apa yang menjadi maksud dan tujuan dari otonomi daerah?


o Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari otonomi daerah?
o Apa Difinisi Otonomi daerah?
o Apa Asas Otonomi Daerah?
o Apa Dasar Hukum Otonomi Daerah?
o Apa Prinsip Otonomi Daerah?

1.3Tujuan
o Mengetahui Difinisi Otonomi daerah
o Mengetahui Prinsip Otonomi Daerah
o Mengetahui Asas Otonomi Daerah
o Mengetahui Dasar Hukum Otonomi Daerah
o Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan Otonomi Daerah
o Mengetahui Maksud dan Tujuan Otonomi Daerah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Otonomi Daerah

a. Menurut UU No. 32 Tahun 2004 : Pengertian otonomi daerah menurut UU No. 32


Tahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 
b. Menurut Kamus Hukum dan Glosarium Otonomi Daerah :Pengertian otonomi
daerah menurut kamus hukum dan glosarium otonomi daerah adalah kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. 

2.2 Maksud dan Tujuan Otonomi Daerah


Otonomi daerah, sebagai salah satu bentuk ‘desentralisasi’ pemerintahan, pada
hakikatnya ditujukan untuk memenuhi kapentingan bangsa secara keseluruhan, yaitu upaya
untuk lebih mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan
cita-cita masyarakat yang labih baik, suatu masyarakat yang lebih adil dan lebih makmur.
Pemberian, pelimpahan, dan penyerahan sebagian tugas-tugas.
Keberadaan pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka kesejahteraan rakyat, mengalakkan prakarsa
dan peran aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara
optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan
bertanggung jawab, serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Maksud dan tujuan pemberian otonomi daerah secara tegas digariskan dalam
GBHN adalah berorentasi pada pembangunan. Yang dimaksud dengan pembangunan
adalah pembangunan dalam arti luas, yang meliputi segala segi kehidupan dan
penghidupan. Adlah kewajiban bagi daerah untuk ikut melancarkan jalannya pembangunan
sebagai sarana mencapai kesejahteraan rakyat yang diterima dan dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab.
Berdasarkan pada ide yang hakiki dalam konsep otonomi daerah yang tercermin
dalam kesamaan pendapat dan kesepakatan the founding fathers tentang perlunya
desentralisasi dan otonomi daerah, ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi kepada
daerah setidak-tidaknya akan meliputi 4 aspek sebagai berikut:
1)      Dari segi politik adalah untuk mengikut sertakan, menyalukan inspirasi dan aspirasi
masyarakat, baik untuk kepentingan daerah sendiri, maupun untuk mendukung politik dan
kebijaksanaan nasional dalam rangka pembangunan dalam proses demokrasi di lapisan
bawah.
2)      Dari segi menejemen pemerintahan, adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dengan memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan
masyarakat.
3)     Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi serta menumbuhkan
kemandirian masyarakat, dengan melakukan usaha pemberdayaan (empowerment)
masyarakat, sehingga masyarakat semakin mandiri, an tidak terlalu banyak tergantung 
pada pemberian pemerintah serta memiliki daya saing yang kuat dalam proses
penumbuhanya.
4)      Dari segi ekomonomi pembangunan, adalah untuk melancarkan pelaksanaan program
pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang semakin meningkat.

2.3 Prinsip Otonomi Daerah


prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun
1999 adalah sebagai berikut :
a.       Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang terbatas.
b.      Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung
jawab.
c.       Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah Kabupaten dan
daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
d.      Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontibusi negara sehingga tetap terjalin
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
e.       Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan
karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi.
f.       Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif daerah, baik fungsi legislatif, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas
penyelenggaraan pemerintah daerah.
g.      Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam kedudukannya
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan sebagai wakil daerah.
h.      Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada
daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
2.4 Asas Otonomi Daerah

a) Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah


kepada daerah otonom dalam kerangka  NKRI 
b) Asas dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah
c) Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan desa,
dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai
pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang
menugaskan. 

2.5 Dasar Hukum Otonomi Daerah

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Pasal 18 Ayat 1 - 7, Pasal 18A ayat 1 dan 2 , Pasal 18B ayat 1 dan 2.
b) Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 mengenai Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan, pembagian, serta Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yangg
Berkeadilan, dan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
c) Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 mengenai Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
d) UU No. 31 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.
e) UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan PemerintahDaerah.

2.6 Keuntungan dan Kekurangan Otonomi Daerah


Pada prinsipnya, kebijakan otonomi daerah dilakukan dengan
mendesentralisasikan kewenangan-kewenangan yang selama ini tersentralisasi di tangan
pemerintah pusat. Dalam proses desentralisasi ini, kekuasaan pemerintah pusat dialihkan
dari tingkat pusat ke pemerintahan daerah sebagaimana mestinya sehingga terwujud
pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Jika
dalam kondisi semula arus kekuasaan pemerintahan bergerak dari daerah tingkat pusat
maka diidealkan bahwa sejak diterapkannya kebijakan otonomi daerah itu, arus dinamika
kekuasaan akan bergerak sebaliknya, yaitu dari pusat ke daerah.
Kebijakan otonomi dan desentralisasi kewenangan ini di lihat sangat penting,
terutama untuk menjamin agar proses integrasi nasional dapat dipelihara dengan sebaik-
baiknya. Karena dalam sistem yang belaku sebelumnya sangat dirasakan oleh daerah-
daerah besarnya jurang ketidakadilan struktural yang tercipta dalam hubungan antara pusat
dan daerah-daerah. Untuk menjamin perasaan diberlakukan tidak adil yang muncul di
berbagai daerah Indonesia tidak makin meluas dan terus meningkat pada gilirannya akan
sangat membahayakan integrasi nasional, maka kebijakan otonomi daerah ini dinilah
mutlak harus diterapkan dalam waktu yang secepat-cepatnya sesuai dengan tingkat
kesiapan da- erah sendiri.
Dengan demikian, kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi kewenangan tidak
hanya menyangkut pengalihan kewenangan dari atas ke bawah, tetapi perlu juga
diwujudkan atas dasar prakarsa dari bawah untuk mendorong tumbuhnya kemandiriaan
pemerintahan daerah sendiri sebagai faktor yang menentukan keberhasilan kebijakan
otonomi daerah itu. Dalam kultur masyarakat Indonesia yang paternalistik, kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah itu tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi dengan
upaya sadar untuk membangun keprakarsaan dan kemandirian daerah sendiri.
Beberapa keuntungan dengan menerapkan otonomi daerah dapat dikemukakan
sebagai berikut ini.
a.       Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
b.      Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan tindakan yang
cepat, sehingga daerah tidak perlu menunggu intruksi dari Pemerintah pusat.
c.       Dalam sistem desentralisasi, dpat diadakan pembedaan (diferensial) dan pengkhususan
(spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu. Khususnya desentralisasi teretorial,
dapat lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau keperluan khusu daerah.
d.      Dengan adanya  desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat merupakan semacam
laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat
bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat diterapkan diseluruh
wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada suatu daerah tertentu saja
dan oleh karena itu dapat lebih muda untuk diadakan.
e.       Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari Pemerintah Pusat.
f.       Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan memutuskan
yang lebuh beser kepada daerah.
g.      Akan memperbaiki kualitas pelayanan karena dia lebih dekat dengan masyarakat yang
dilayani.

Di samping kebaikan tersebut di atas, otonomi daerah juga mengandung


kelemahan sebagaimana pendapat Josef Riwu Kaho (1997) antara lain sebagai berikut ini.
a.       Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur pemerintahan bertambah
kompleks, yang mempersulit koordinasi.
b.      Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat
lebih mudah terganggu.
c.       Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya  apa yang disebut
daerahisme atau provinsialisme.
d.      Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan perundingan
yang bertele-tele.
e.       Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit
untuk memperoleh keseragaman atau uniformitas dan kesederhanaan.
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, terkait dengan kelebihan dan kekurangan otonomi daerah,
maka simpulan dapat diuraikan berikut ini.
1.      Pemberian kewenangan yang seharusnya diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintaah daerah (hubungan kewenangan) adalah sebagai konsekuensi logis untuk
tercapainya maksud dan tujuan pemberian otonomi kepada daerah, serta untuk imbalan
terhadap kewajiban dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi
daerahnya.
2.      a). Kelebihan dari Otonomi Daerah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya otonomi daerah para pelaksana
tingkat daerah akan lebih mudah mengambil keputusan. Hal ini secara tidak langsung telah
mendidik para pengambil keputusan pada tingkat bawah untuk bertanggung-jawab atas
keputusan yang diambil. Selain itu, dengan adanya otonomi daerah akan terbangun
kesadaran publik bahwa mereka memiliki pemerintahan dan bukan pemerintahan yang
memiliki masyarakat, karena rakyat merupakan konsep kebangsaan, yaitu kedaulatannya
berada di tangannya.
b). Kekurangan dari Otonomi Daerah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permasalahan di seputar otonomi daerah yang
tidak kunjung selesai dan bahkan telah memunculkan ide beberapa daerah untuk
melepaskan diri dari wilayah Indonesia. Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah
dinilai kurang adil pembagiannya, karena ternyata daerah hanya memperoleh sebagian kecil
dari potensi yang dimilikinya. Di sisi lain pemerintah daerah juga diperhadapkan pada 
berbagai tantangan baik internal maupun eksternal. Tantangan internal yang dihadapi oleh
pemerintah antara lain adalah lemahnya sumber daya aparatur pemerintah daerah,
sementara masyarakat telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga tuntutan
terhadap pengelolaan pemerintahan daerah yang sangat demokratis akan mewarnai perjalan
pemerintahan itu sendiri. Sedangkan secara eksternal pemerintah daerah diberhadapkan
pada arus perubahan yang semakin cepat dan mengglobal yang harus direspons oleh
pemerintah daerah..

Saran
Berdasarkan bahasan pada paparan tersebut, adapun saran terhadap keuntungan
dan kekurangan otonomi daerah, yaitu berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk
keberhasilan otonomi daerah adalah perlu kepemimpinan yang kuat pada tingkat pertama
dengan visi yang jelas. Selain itu otonomi daerah memerlukan profesionalisme dalam
pemerintahan serta memerlukan solidaritas kolektif antara aparatur dengan sektor
masyarakat, swasta maupun kelompok sosial budaya.
Selain itu di sisi lain, berbagai masalah dan tantangan tersebut tidak dapat
dihindari oleh pemerintah daerah di Indonesia masa depan. Karena itu, agar menjaga
pemerintah daerah tetap eksis dan survive dalam kompetisi global, maka tidak ada jalan
lain selain harus melakukan reformasi. Reformasi pemerintah daerah dalam memasuki abad
21 mempunyai makna perubahan dan pembaruan atas berbagai kelemahan yang
menimbulkan permasalahan-permasalahan masa lalu dan juga sebagai langkah antisipatif
dalam menghadapi tuntutan perubahan global yang sarat dengan berbagai tantangan yang
kesemuanya menunjukkan adanya arus balik kekuasaan pusat ke daerah. Karena itu, salah
satu sasaran reformasi pemerintah daerah adalah untuk membentuk organisasi pemerintah
daerah yang mampu menjawab permasalahan yang terjadi selama ini dan juga mampu
memenuhi tuntutan perubahan global.

DAFTAR PUSTAKA

Marbun, BN. Otonomi Daerah 1945-2005. Jakarta: CV Muliasari, 2005.


Mughni, A. Syafig. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Papringan Yogyakarta, 2007.
Sarundajang, SH. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999.
Widjaja, AW. Titik Berat Otonomi. Jakarta: CV Rajawali, 1992.

Anda mungkin juga menyukai