Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh :
Arini Maisya
NIM : P2002006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu jenis penyakit jantung yang paling banyak ditemui ialah
Acute Coronary Syndorme (ACS). ACS adalah penyakit yang disebabkan oleh
terjadinya ateroskleosis atau pembentukan plak pada pembuluh darah yang
mana akan menghambat proses aliran darah di miokard, ACS meliputi UAP
(Unstable Angina Pectoris), STEMI (Infark miokard elevasi dengan segment
ST) dan NSTEMI (Infark miokard tanpa elevasi segment ST) (Douglas,2010).
NSTEMI biasanya disebabkan oleh penyempitan arteri koroner yang
berat, sumbatan arteri koroner sementara, atau mikroemboli dari thrombus.
Dikatakan NSTEMI bila dijumpai peningkatan marka jantung tanpa adanya
gambaran ST elevasi pada EKG, apabila tidak didapati peningkatan enzim-
enzim jantung kondisi ini disebut dengan unstable angina (UA) dan diagnosis
banding diluar jantung harus tetap dipikirkan.

Penyakit NSTEMI disebabkan oleh obstruksi atau sumbatan yang


terjadi dikoroner sehingga akan terjadi penurunan supalai oksigen dan
memperberat kerja jantung (Starry,2015). Obstruksi pada pasien NSTEMI
disebakan karena adanya trombosis akut dan proses vasokonstriksi koroner.
Terjadinya trombosis akut diawali dengan ruptur plak aterom yang tidak stabil.
Plak tersebut akan menyebabkan proses inflamasi dilihat dari jumlah makrofag
dan limfosit T (Hendriarto, 2014).
Selain terjadinya kelainan pada hasil EKG, Keluhan yang sering
muncul pada NSTEMI adalah perasaan tidak nyaman (nyeri) dada yang
biasanya nyeri ini 12 akan menjalar ke punggung, leher, bahu dan epigastrium
dimana qualitas nyeri ini seperti ditusuk- tusuk,diremas- remas, ditekan atau
bahkan sampai seperti ditindih. Selain perasaan nyeri klien biasanya akan
mengeluh mual, muntah, sesak atau dyspnea, sakit kepala, rasa berdebar-
debar, cemas bahkan sampai keringat dingin (Alwi, 2010).
Penatalaksanaan nyeri dada yang tepat pada pasien dengan NSTEMI
sangat menentukan prognosis penyakit. Penatalaksanaan nyeri pada NSTEMI
dapat dilakukan melalui terapi medikamentosa dan asuhan keperawatan.
Perawat memiliki peran dalam pengelolaan nyeri pada pasien dengan
NSTEMI. Intervensi keperawatan meliputi intervensi mandiri maupun
kolaburatif (Tri, 2015).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pasien dengan
NSTEMI
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan NSTEMI
2. Mampu membuat Diagnosa Keperawatan menurut prioritas pasien
dengan NSTEMI
3. Mampu membuat Rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
NSTEMI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang terjadi dengan 
mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil atau oklusi parsial
arteri koroner utamayang sebelumnya terkena aterosklerosis. Hal ini
menyebabkan kerusakan ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI
sekitar 30% dari semua serangan jantung. Pada APTS danNSTEMI
pembuluh darah lancar tak ada masalah oklusi total/ oklusi tak total
(patency), sehingga mudah stabilisasi plak untuk progresi alam, trombosis
dan vasokonstriksi.Tahu (Smeltzer, 2010).

B. Etiologi
Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI). Lebih dari 90% SKA
diakibatkan dengan pecahnya plak aterosklerosis,koroner sehingga terjadi
agregasi trombosit dan trombus (Gayatri, Firmansyah,S, & Rudiktyo,
2016). Etiologi NSTEMI pada dasarnya sama dengan infark miokard akut
antara lain :
1. Penyempitan arteri koroner karena robeknya/ pecahnya thrombus yang
ada pada plak aterosklerosis. Mikroemboli dari agregasi trombosit
beserta komponennya dari plak yang rupture mengakibatkan infark
kecil.
2. Obstruksi dinamik karena spasme fokal yang terus menerus pada
segmen arteri koroner epikardium. Spasme ini disebabkan oleh
hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah dan/ atau akibat
disfungsu endotel.
3. Penyempitan yang hebat namun bukan karena spasme / thrombus
menyebabkan terjadi pada sejumlah pasien dengan aterosklerosis.
4. Inflamasi menyebabkan penyempitan arteri, destabilisasi plak, rupture,
trombogenesis. Makrofag, limfosit T menyebabkan meningkatnya
metalloproteinase yang menyebabkan penipisan dan rupture plak.
5. Keadaan / faktor pencetus :
a. kebutuhan oksigen miokard→demam, takikardi
b. Menurunnya aliran darah coroner
c. Menurunnya pasokan oksigen miokard → anemia, hipoksemia

C. Patofisiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI dapat terjadi karena trombosis akut atau proses vasokontriksi
koroner. Trombosis akut pada arteri koroner disebabkan dengan adanya
ruptur plak yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya
mempunyai lipid yang besar,densitas otot polos yang rendah, fibrous cap
yang tipis dan konsentrasifaktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang
cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi
asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada daerah ruptur plak dijumpai sel
makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya proses inflamasi.Sel-
sel ini akan mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF α, dan IL-6.
Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran hsCRP di hati.(Sudoyono Aru
W, 2010).
D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri di dada, berlangsung selama 30 menit sedangkan pada angina
kurang. Selain itu pada angina, nyeri akan hilang saat dibawa
beristirahat namun lain halnya dengan NSTEMI.
b. Sesak Nafas, disebabkan oleh adanya peningkatan mendadak antara
tekanan diastolik ventrikel kiri, disaat itu perasaan cemas juga
menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark tanpa gejala nyeri ini, sesak
nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
c. Gejala gastrointestinal, meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan
muntah dan mual, namun biasanya sering terjadi pada infark
inferior,dan stimulasi diafragma pada infak inferior bisa menyebabkan
cegukan.
d. Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, atau sinkop dan
aritmia ventrikel.

E. WOC
F. Penatalaksanaan
Pasien NSTEMI harus istirahat ditempat tidur dengan pemantauan EKG
untuk deviasi segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama
terapi harus dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
1. Terapi anti iskemia
Bertujuan untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri
dada berulang.
Dapat diberikan terapi awal mencakup nitrat dan penyekat beta.Terapi
ini terdiri dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan
intravena dan penyekat beta oral
a.  Nitrat
1) Pertama kali diberikan sublingual atau spray bukal jika
pasienmengalami nyeri dada iskemia. 
2) Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat sublingual 3X dgn
interval5 menit, direkomendasikan pemberian nitrogliserin
intravena (mulai 5-10 ug/menit). Dimana laju dapat
ditingkatkan 10ug/menit tiap 3-5 menit setiapkeluhan
menghilang / tekanan sistolik <100 mmHg.
3) Setelah nyeri dada hilang, dapat digantikan dengan nitrat
oral/dapatmenggantikan nitrogliserin intravena jika pasien
sudah bebas nyeriselama 12-24 jam
b. Penyekat Beta
Penyekat beta oral diberikan dgn frekuensi jantung 50-60X/menit.
Antagonis kalsium yng mengurangi frekuensi jantung seperti
verapamilatau diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan
nyeri dada persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh
dan penyekat beta dan pada pasien dengan kontraindikasi pengikat
beta. 
2. Terapi antiplatelet
a. Aspirin
Berfungsi penghambat siklooksigenase-1. Pada pemberian terapi
aspirin dapat terjadi sindrom resistensi insulin yg ditandai dgn
penghambat agresasi platelet dan/kegagalan yg dpt
memperpanjang waktu pendarahan
b. Clopidogrel
Clopidogrel sebaiknya diberikan pada pasien yg direncanakan
mendapatkan pendekatan non invasif dini, pasien yang bukan
merupakan kandidat operasi koroner segera/memiliki
kontraindikasi untuk operasi dan kateterisasi ditunda selama >24-
36 jam.
3. Terapi Antikoagulan
a. UFH (Unfractionated Heparin)
Manfaat UFH jika ditambah aspirin telah dibuktikan dalam 7
penelitian acak dan kombinasi UFH
dan aspirin telah dignakan dalam tatalaksana NSTEMI untuk lebih
dari 15 tahun. Namun, terdapat banyak kerugian UFH termasuk
dalam ikatan yang non spesifik danmenyebabkan inaktivasi
platelet, endotel vascular, fibrin, plateletfactor 4 dan sejumlah
protein sirkulasi. 
b. LMWH (Low Molecular Weight Heparin)
Merupakan inhibitor utama pada sirkulasi trombin dan juga pada
faktorX sehingga obat ini mempengaruhi tidak hanya kinerja
trombin dalam sirkulasi (efek anti faktor IIa-nya) dan juga
mengurangi pembentukantrombin (efek IIa-nya). Keutungan
praktik obat ini adalah absorbsi ygcepat dan dapat diprediksi
setelah pemberian subkutan.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Biomarker Jantung
Kardiak troponin (TnT dan TnI) memegang peranan penting dalam
diagnosis dan stratifikasi resiko, dan dapat membedakan NSTEMI
dengan UA. Troponin lebih spesifik dan sensitive dibandingkan enzim
jantung tradisional lainnya seperti creatine kinase (CK), isoenzim CK
yaitu CKMB dan mioglobin. Peningkatan troponin jantung
menggambarkan kerusakan selular miokard yang mungkin disebabkan
oleh embolisasi distal oleh thrombus kaya platelet dari plak yang
rupture atau mengalami erosi.
Creatine kinase – MB (CKMB) yang merupakan protein karier
sitosolik untuk fospat energy tinggi telah lama dijadikan sebagai
standar diagnosis infark miokard. Namun CKMB kurang sensitive dan
kurang spesifik dibandingkan dengan troponin jantung dalam menilai
infark miokard. CKMB dalam jumlah yang kecil dapat ditemui pada
darah orang sehat dan meningkat seiring dengan kerusakan otot lurik.
2. EKG (T inverted dan ST Depresi)
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T inverted dan ST
depresi yang menunjukkan adanya iskemia pada arteri koroner. Jika
terjadi iskemia, gelombang T menjadi terbalik (inverse), simetris,
biasanya bersifat sementara. Bila pada kasus ini tidak didapatkan
kerusakan mikardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine
kinase-myoglobin) maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnya
adalah angina tidak stabil. Namun jika inverse gelombang T menetap,
biasanya didapatkan kenaikan kadar troponin, dan diagnosisnya
menjadi NSTEMI.
3. Angiografi
Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Apabila pasien
mengalami derajat stenosis 50% pada pasien dapat diberikan obat-
obatan. Dan apabila pasien mengalami stenosis lebih dari 60% maka
pada pasien harus diintervensi dengan pemasangan stent.
4. Echo Cardiography
Pemeriksaan ekokardiografi dan Doppler sebaiknya dilakukan setelah
hospitalisasi untuk menilai fungsi global ventrikel kiri dan
abnormalitas gerakan dinding regional. Ekokardiografi juga diperlukan
menyingkirkan penyebab nyeri dada.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata Klien
Identitas klien meliputi : nama,umur,jeniskelamin, pendidikan,
pekerjaan,agama,suku/bangsa, waktu masuk rumah sakit, waktu
pengkajian, diagnosa medis, nomor MR dan alamat. Identitas
penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.
b. Pengkajian Primary
1) Airway
Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas,
adanya suara nafas tambahan adanya benda asing
2) Breathing
Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi
dada, adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan.

3) Circulation
Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta
adanya perdarahan. pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.
4) Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis
(E4M6V5) GCS 15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas
atas dan bawah normal, tidak ada gangguan menelan.
5) Exsposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan
cidera yang lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien
harus tetap dijaga dalam kondisi hangat supaya untuk
mencegah terjadinya hipotermi.
6) Folley Catheter
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur
uretra jika ada tidak dianjurkan untuk pemasangan kateter,
kateter dipasang untuk memantau produksi urin yang keluar
7) Gastric tube
Pemeriksaan ini tujuan nya untuk mengurangi distensi pada
lambung dan mengurangi resiko untuk muntah.
8) Monitor EKG Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat kondisi
irama dan denyut jantung.
c. Pengkajian Survey Sekunder
1) Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang
dirasakan saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan
singkat dan jelas. Keluhan klien pada gagal jantung bisa terjadi
sesak nafas, sesak nafas saat beraktivitas, badan terasa lemas,
batuk tidak kunjung sembuh berdahak sampai berdarah, nyeri
pada dada, nafsu makan menurun, bengkak pada kaki.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan alasan dari awal klien merasakan keluhan sampai
akhirnya dibawa ke rumah sakit
3) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat
penyakit jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal
jantung, pernah dirawat dengan penyakit jantung, kerusakan
katub jantung bawaan, diabetes militus dan infark miokard
kronis.
4) Riwayat penyakit keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang
menderita penyakit sama dengan klien, penyakit jantung, gagal
jantung, hipertensi.
5) Riwayat psikososial spiritual
Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita klien dan
peran klien di pada keluarga dan masyarakat serta respon dan
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga atau
masyarakat.
6) Pola persepsi dan konsep diri
Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul
akan kecemasan akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa
beraktifitas aktif seperti dulu dikarenakan jantung nya yang
mulai lemah
7) Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makan-
makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan minum klien
sehari-hari, pasien akibat gagal jantung akan mengalami
penurunan nafsu makan, meliputi frekwensi, jenis, jumlah
dan masalah yang dirasakan.
b) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap
perubahan sistem tubuhnya.
c) Pola Istirahat Tidur Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi
perubahan saat gejala sesak nafas dan batuk muncul pada
malam hari. Semua klien akibar gagal jantung akan
mengalami sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu
tidur klien.
d) Personal Hygiene Yang perlu di kaji sebelum dan sesudah
pada psien yaitunya kebiasaan mandy, gosok gigi, cuci
rambut, dan memotong kuku.t.
e) Pola Aktivitas Sejauh mana kemampuan klien dalam
beraktifitas dengan konsdisi yang di alami pada saat ini.
8) Pemeriksaan Fisik Head Toe To
a) Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan
kusam, warna rambut hitam atau beuban, tidak adanya
hematom pada kepala, tidak adanya pedarahan pada kepala.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba
kasar
b) Mata
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada
mata, reflek pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan pada
mata, tidak memakai kaca mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata,
tidak teraba benjolan disekitar mata
c) Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi
perdarahan, tidak ada pembengkakan, dan pendengaran
masih baik.
Palpasi : tidak terasa benjolan pada daun telinga, tidak ada
nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada perdarahan pada
telinga baik luar maupun dalam.
d) Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk
pada hidung, tidak ada perdarahan, ada cuping hidung,
terpasang oksigen.
Palpasi : tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak ada
perdarahan pada hidung.
e) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak
sesuai dengan usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada
stomatitis, dan tidak terjadi kesulitan menelan
f) Thoraks
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak,
tidak ada otot bantu pernafasan, dan tidak terjadi
perdarahan pada thorak.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak
teraba sama kiri kanan Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler atau terdapat suara tambahan pada
thoraks seperti ronkhi, wheezing, dullness
g) Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan
jelas di leher.
Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara
tambahan seperti mur-mur dan gallop.
h) Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran,
tidak ada bekas operasi, dan tidak adanya lesi pada
abdomen. Auskultasi : bising usus 12x/m Perkusi : saat
diperkusi terdengat bunyi tympani
Palpasi : tidak terasa adanya massa/ pembengkakan, hepar
dan limpa tidak terasa,tidak ada nyeri tekan dan lepas
didaerah abdomen.
i) Genitalia
Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena
pasien jantung dapat diuretik.
j) Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas
atas, tidak ditemukan kelainan pada kedua tangan, turgor
kulit baik, tidak terdapat kelainan, akral teraba hangat, tidak
ada edema, tidak ada terjadi fraktur pada kedua tangan.
Ekstremitas bawah : tidak ditemukankelainan pada kedua
kaki, terlihat edema pada kedua kaki dengan piring udem >
2 detik, type derajat edema, tidak ada varises pada kaki,
akral teraba hangat.
d. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung
2. Nyeri Akut
3. Pola napas tidak efektif
4. Intoleransi aktivitas

e. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
.
1. Penurunan Curah Curah Jantung Perawatan jantung
jantung Setelah dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan dalam waktu 1. Observasi
3 x 24 jam diharapkan 1.1 Identifikasi
curah jantung cukup tanda/gejala
meningkat primer
Kriteria hasil : penurunan curah
- Kekuatan nadi jantung (melipti
perifer cukup dispnea,
meningkat kelelahan,
- Cardiac index edema, ortopnea,
cukup meningkat paroxymal
- Palpitasi cukup nocturnal
menurun dyspnea,
- Suara jantung S3 peningkatan
sedang CVP)
- Suara jantung S4 1.2 Idektifikasi
sedang tanda/gejala
- Tekanan darah sekunder
cukup membaik penurunan curah
- jantung (meliputi
peningkatan
berat badan,
hepatomegali,
distensi vena
jugularis,
palpitasi, ronkhi
basah, oliguria,
batuk, kulit
pucat)
1.3 Monitor tekanan
darah (termasuk
tekanan darah
ortostatik, jika
perlu)
1.4 Monitor intake
dan output cairan
1.5 Monitor keluhan
nyeri dada (mis.
Intensitas, lokasi,
radiasi, durasi,
presivitasi yang
mengurangi
nyeri)
1.6 Monitor EKG 12
sandapan
1.7 Monitor fungsi
alat pacu jantung
1.8 Monitor tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum dan
sesudah aktivitas
2. Terapeutik
2.1 Berikan diet
jantung yang
sesuai
(mis.batasi
asupan kafein,
natrium,
kolesterol, dan
makanan tinggi
lemak)
2.2 Fasilitasi pasien
dan keluarga
untuk modifikasi
gaya hidup sehat
2.3 Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
setres, jika perlu
2.4 Berikan
dukungan
emosional dan
spiritual
3. Edukasi
3.1 Anjurkan
aktivitas fisik
sesuai toleransi
3.2 Anjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
3.3 Anjurkan
berhenti
merokok
3.4 Ajarkan pasien
dan keluarga
mengukur intake
dan output cairan
harian
4. Kolaborasi
4.1 Rujuk ke
program rehabilitasi
jantung
2 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
keperawatan dalam waktu 1.1 identifikasi
3 x 24 jam diharapkan lokasi,
tingkat nyeri menurun karakteristik,dur
Kriteria hasil : asi, frekuensi,
 Keluhan nyeri kualitas, dan
menurun intensitas nyeri
 Meringis menurun 1.2 Identifikasi skala
 Gelisah menurun nyeri
 Perasaan takut 1.3 Identifikasi
mengalami cedera respon nyeri non
berulang menurun verbal
1.4 Identifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan
nyeri
1.5 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan
tentang nyeri
1.6 Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
1.7 Monitor efek
samping
penggunaan
analgesik
2. Terapeutik
2.1 Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresure,
terapi musik,
biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
2.2 Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
dan kebisingan).
2.3 Fasilitasi
istirahat dan
tidur
2.4 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
3.1 Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
3.2 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3.3 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
3.4 Anjurkan
menggunakan
analgesik yang
tepat
3.5 Ajarkan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi
4.1 Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
3 Pola napas tidak .Pola Napas Manajemen jalan napas
efektif Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
keperawatan dalam waktu 1. Observasi
3 x 24 jam diharapkan 1.1 Monitor pola
pola napas membaik: napas (frekuensi,
Kriteria hasil : kedalaman,
- Ventilasi semenit usaha napas)
cukup meningkat 1.2 Monitor bunyi
- Tekanan ekspirasi napas tambahan
(mis. Gurgling,
sedang mengi,
- Tekanan inspirasi wheezing, ronkhi
sedang kering)
- Dispnea menurun 1.3 Monitor sputum
- Penggunaan otot (jumlah, warna,
aroma)
bantu napas
2. Terapeutik
menurun 2.1 Lakukan
- Frekuensi napas fisioterapi dada
membaik jika perlu
- Kedalaman napas 2.2 Berikan
membaik oksigenasi, jika
perlu
3. Edukasi
3.1 Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi
4. Kolaborasi
4.1 kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
4 Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen Energi
aktivitas Tindakan:
Setelah dilakukan tindakan
1. Observasi
keperawatan dalam waktu
1.1 identifikasi
3 x 24 jam diharapkan
gangguan fungsi
toleransi aktivitas
tubuh yang
meningkat
mengakibatkan
kelelahan
Kriteria hasil :
1.2 Monitor
- Kemudahan dalam
kelelahan fisik
melakukan
dan emosional
aktivitas sehari-
1.3 Monitor pola dan
hari cukup
jam tidur
meningkat
1.4 Monitor lokasi
- Keluhan lelah dan
cukup menurun ketidaknyamana
- Perasaan lemah n selama
cukup menurun melakukan
- Warna kulit cukup aktivitas
membaik 2. Terapeutik
- Tekanan darah 2.1 Sediakan
cukup membaik lingkungan
- Frekuensi napas nyaman dan
cukup membaik rendah stimulus
(mis.cahaya
suara,
kunjungan)
2.2 Lakukan latihan
rentang gerak
pasif dan/atau
aktif
2.3 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
2.4 Fasilitasi duduk
di sisi tempat
tidur, jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
3. Edukasi
3.1 Anjurkan tirah
baring
3.2 Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3.3 Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
3.4 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
4.1 Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
BAB III
TINJAUAN KASUS

BIODATA PASIEN
Nama / Inisial : Tn I Usia : 43 Tahun JK : laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : swasta
Status Pernikahan : Menikah
No RM : 134321
Diagnosa Medis : ACS NSTEMI
Tanggal Masuk RS : 9 januari 2021
Alamat : Jl DI Panjaitan

1. Keluhan Utama
Nyeri dada
2. Riwayat Kesehatan/Pengobatan Perawatan Sekarang :
Klien mempunyai riwayat DM yang tidak terkontrol. Seminggu sebelum MRS
klien mengeluh nyeri dada dan sesak nafas hilang timbul dan hilang dengan
istirahat, pada tgl 9/01/21 klien mengeluh nyeri dada yang sangat berat dan tidak
bisa hilang dengan istirahat, sehingga di bawa ke RS dan di rawat di ruang ICCU.
Setelah 3 hari di rawat di iccu klien dlm kondisi stabil di pindahkan ke ruang
perawatan dewasa, saat ini klien kadang masih mengeluh nyeri dada.
TD : 138/78 mmHg, HR : 84 x/menit RR: 20 x/menit
S : 37 ºc Spo2: 98 %
Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Unit
Hemoglobin 12 12.0 – 16.0 g/dL
Hematokrit 35 37.0 – 54.0 %
Trigliserida 169 < 150 mg/dL
Kolesterol 230 < 200 mg/dL
HDL kolesterol 45 > 45 mg/dL
LDL kolesterol 147 < 130 mg/dL
SGOT 60 < 30 u/l
Troponin T 124 < 30 pg/ml
GDS 230 mg/dl

Terapi Yg di dapat
- Injeksi lovenox 2 x 0,5 ml SC
- Apidra 3 x 4 unit sc
- Levemir 0 – 0 – 10 unit sc
- ISDN 3 X 5 MG PO
- ATORVASTATIN 0 – 0 – 20 MG PO
- RAMIPRIL 0 – 0 – 2,5 MG
- ASPILET 1 X 80 MG
- BRILINTA 2 X 90 MG
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO

EKG : ST Depresi lead, V3, V4, V5, V6


FORMAT PENGKAJIAN DAN ASKEP
ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
Nama Mahasiswa : Arini Maisya
Tempat Praktek : RSUD Abdul Wahab Syahrani Samarinda
Tanggal : 12 Januari 2021

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Inisial Nama : Tn.I Suku : Kutai
Umur : 43 tahun Pendidikan : SMA
J. Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Swasta
Alamat :Jln.DI Panjaitan Lama Bekerja : 3 tahun
Status : Sudah Menikah Tanggal MRS : 9 Jan 2021
Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 11
Jan 2021

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan Utama saat masuk RS :
Nyeri dada

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Klien mempunyai riwayat DM yang tidak terkontrol. Seminggu sebelum MRS
klien mengeluh nyeri dada dan sesak nafas hilang timbul dan hilang dengan
istirahat, pada tgl 9/01/21 klien mengeluh nyeri dada yang sangat berat dan tidak
bisa hilang dengan istirahat, sehingga di bawa ke RS dan di rawat di ruang ICCU.
Setelah 3 hari di rawat di iccu klien dlm kondisi stabil di pindahkan ke ruang
perawatan dewasa, saat ini klien kadang masih mengeluh nyeri dada.
TD : 138/78 mmHg, HR : 84 x/menit RR: 20 x/menit
S : 37 ºc Spo2: 98 %
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
DM tidak terkontrol

4. Genogram :

Tn.I

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal dalam 1 rumah

III. PENGKAJIAN SAAT INI [MULAI HARI PERTAMA SAUDARA


MERAWAT KLIEN ]
Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan
Klien kurang pemahaman cara perawatan diri selama sakit dan selama sakit
hanya bergantung pada orang lain
1. Pola nutrisi/metabolik
a. Intake makanan :
- Sebelum sakit : klien makan teratur 3x sehari dan dalam sekali
makan klien menghabiskan 1 porsi makanan
- Saat sakit : klien makan 1x sehari dan dalam sekali makan klien
hanya menghabiskan ½ porsi makanan

b. Intake cairan :
- Sebelum sakit : klien minum 7-8 gelas per hari (kurang lebih 1500-
1700 cc )
- Saat sakit : klien minum 3-4 gelas per hari

2. Pola eliminasi
a. Buang air besar :
-Sebelum sakit : Frekuensi : 3x sehari
Warna : kuning
Konsistensi : semi padat
Kesulitan : tidak ada
-Saat sakit : Frekuensi : 2x sehari
Warna : Coklat
Konsistensi : semi padat
Kesulitan : -

b. Buang air kecil :


- Sebelum sakit :Frekuensi : kurang lebih 6x sehari
Warna : kuning muda
Konsistensi : cair
Masalah : tidak ada
- Saat sakit : Frekuensi : kurang lebih 3x sehari
Warna : kuning keruh
Konsistensi : cair
Jumlah : 600cc/hari
Masalah : terjadi penurunan output urine

3. Pola aktifitas dan latihan:

Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan/Minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total

3. Oksigenasi: :
- Pernapasan klien dengan RR 20x /menit
- Klien mengalami sesak napas

4. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun
tidur) :
-Sebelum sakit : Waktu tidur : 21.00
Lama tidur : 8 jam
Waktu bangun : subuh
Hal yang mempermudah bangun : tidak ada
Kesulitan tidur : tidak ada
-Saat sakit : Waktu tidur : 23.00
Lama tidur : 5 jam
Waktu bangun : subuh
Hal yang mempermudah bangun : rasa nyeri
Kesulitan tidur : sering tebangun

5. Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi)


Pendengaran : klien mendengar rangsangan suara
Penciuman : klien dapat mencium aroma yang diberikan
Pengecapan : Klien merasakan rasa obat yang diberikan
Pengelihatan : klien melihat dengan jelas

6. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri):
Klien merasa cemas dan takut karena penyakitnya yang semakin parah

7. Pola seksualitas dan reproduksi (fertilitas, libido, menstuasi, kontrasepsi, dll.)


Tidak ada masalah pada pola seksual dan reproduksi
8. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan
keuangan):
Interaksi dengan orang lain baik

9. Pola managemen koping-stess (perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir


ini):
Selama sakit klien jika ada masalah meminta solusi dengan keluarga

10. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan, dll)
Klien jarang beribadah

IV. PEMERIKSAAN FISIK

TD : 138/78 mmHg RR : 20 x/menit


HR : 84x/menit S : 37 C
BB/TB Sebelum sakit : 55 / 160 cm BB/TB Sesudah sakit : 50kg/ 160cm
1. Kepala :
Inspeksi: rambut kering, kasar, warna rambut hitam,
Palpasi: tidak ada hematom
2. Mata dan telinga (penglihatan dan pendengran)
a. Penglihatan
Berkurang Ganda Kabur Buta/gelap

Visus : dioptri
Sclera ikterik : (ya/ tidak)
Konjungtiva : (anemis/tidak anemis)
Nyeri : (ya/tidak)
intensitas :-
Kornea : jernih/keruh/berbintik
Alat bantu : tidak ada/lensa kotak/kaca mata

b. Pendengaran
Normal √ Berdengung Berkurang Alat bantu Tuli
Keluhan lain:

3. Hidung
Inspeksi: simetris, cuping hidung +, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

4. Mulut/gigi/lidah:
Inspeksi: simetris, tidak ada sariawan, tidak ada caries gigi

5. Leher:
Inspeksi: tidak ada benjolan pada leher depan.
Palpasi:tidak ada nyeri tekan.

6. Respiratori:
a. Dada : simetris, tidak ada nyeri tekan
b. Batuk : ya/tidak; produktif/tidak produktif
c. Karakteristik sputum : tidak ada sputum
d. Napas bunyi : vesikuler/lainnya,jelaskan

1) Sesak napas
Ekspirasi Inspirasi Istirahat Aktivitas
Tipe peranapasan:
Perut Dada √ Biot
Kussmaul Cynestokes Lainnya
Frekuensi napas: 20 x/m
Penggunaan otot-otot asesori: (ya/tidak), napas cuping hidung: +
Fremitus:
Sianosis: (ya/tidak)
2) Keluhan lain:

7. Kardiovasakuler
a. Riwayat hipertensi : tidak ada
b. Demam rematik : tidak ada
c. Masalah jantung : ada suara tambahan seperti murmur dan gallop
d. Bunyi jantung : S1 dan S2 vesikuler, terdapat suara tambahan
seperti murmur dan gallop
e. Frekuensi : 84x/m
f. Irama : irregular
g. Murmur : ada

Nyeri dada, Palpitasi CRT


intensitas :
Pusing Sianosis

8. Neurologis
a. Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada
b. Sakit kepala lokasi nyeri :-
c. Frekuensi :-
d. GCS : Eye: 4 verbal: 5 motoric: 6
e. Pupil : isokor/unsiokor
f. Reflek cahaya : baik
g. Sinistra : +/- cepat/lambat
h. Dextra : +/- cepat/lambat
i. Bicara : baik
j. Komunikasi :
k. Keluhan lain :
l. Koordinasi ekstremitas :
m. Keluhan lain :

9. Integument
a. Warna kulit:
Kemerahan: pucat: √ sianosis: jaundice: normal:

b. Kelembapan:
Lembab: kering:
c. Turgor:
Elastis / tidak elastis
>2 detik: <2 detik
d. Keluhan lain:
Tidak ada keluhan lain

10. Abdomen
a. Nyeri tekan : Tidak ada
b. Lunak/keras : lunak
c. Massa : tidak ada massa ukuran/lingkar perut:
d. Bissing usus : Normal 20x/mnt
e. Asites : Tidak ada
f.Keluhan lain : Tidak ada

11. Musculoskeletal
a. Nyeri otot/tulang, lokasi :- intensitas: -
b. Kaku sendi, lokasi :-
c. Bengkak sendi, lokasi : -
d. Fraktur (terbuka/ tertutup), lokasi: tidak ada
e. Alat bantu, jelaskan :-
f. Keluhan lain, jelaskan :

12. Seksualitas
a. Aktif melakukan hubungan seksual : aktif
b. Penggunaan alat kontrasepsi : tidak memakai kontrasepsi
c. Masalah/kesulitan seksual : tidak ada
d. Perubahan terakhir dalam frekuensi :
Pria:
Rabas penis:- gangguan prostat: -
Sirkumsisi:- vasektomi:-
Impoten:- ejakulasi dini:-

V. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium :
Tanggal pemeriksaan : 9 Januari 2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Unit


Hemoglobin 12 12.0 – 16.0 g/dL
Hematokrit 35 37.0 – 54.0 %
Trigliserida 169 < 150 mg/dL
Kolesterol 230 < 200 mg/dL
HDL kolesterol 45 > 45 mg/dL
LDL kolesterol 147 < 130 mg/dL
SGOT 60 < 30 u/l
Troponin T 124 < 30 pg/ml
GDS 230 mg/dl

2. Radiologi :
-
3. Pemeriksaan penunjang lain :
EKG : ST Depresi lead, V3, V4, V5, V6

V. TERAPI
1. Diet :
- Diet makanan tinggi lemak
- Diet makanan tinggi kadar glukosa
-
2. Obat-obatan :
- Injeksi lovenox 2 x 0,5 ml SC
- Apidra 3 x 4 unit sc
- Levemir 0 – 0 – 10 unit sc

- ISDN 3 X 5 MG PO
- ATORVASTATIN 0 – 0 – 20 MG PO

- RAMIPRIL 0 – 0 – 2,5 MG
- ASPILET 1 X 80 MG

- BRILINTA 2 X 90 MG
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO
VI. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem


1. Data Subjektif : NSTEMI Nyeri Akut
- Klien mengeluh
nyeri dada yang Terjadi Sumbatan
sangat berat dan
tidak bisa hilang Suplai O2 menurun
dengan istirahat
Nyeri Angina

Nyeri Akut
Data Objektif :
- Intensitas nyeri
berat

2. Data Subjektif : NSTEMI Penurunan curah


- Klien mengatakan jantung
mudah lelah Penurunan aliran darah
Data Objektif :
- Klien tampak koroner
lemah
- EKG : ST Depresi Mengganggu aobsorbsi
lead, V3, V4, V5, nutrien dan oksigen
V6
- Lab Troponin T Cardiac output
GDS meningkat
230 mg/dl
Penurunan curah jantung

3 Data Subjektif : Iskemia Intoleransi


- Klien mengeluh aktivitas
lelah NSTEMI
Suplai O2 menurun

Penurunan kemampuan tubuh


Data Objektif : untuk menyediakan energi
- Aktivitas klien ada
yang dibantu oleh Intoleransi Aktivitas
perawat/keluarga
4 Data Subjektif : Nyeri dada Gangguan rasa
- klien mengeluh nyaman
nyeri dada yang Sering terbangun saat tidur
sangat berat dan karena nyeri tersebut
tidak bisa hilang
dengan istirahat Gangguan rasa nyaman
- klien sering
terbangun dari
tidur karena nyeri
datang

Data Objektif :
- klien tampak
gelisah

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung
2. Nyeri akut
3. Intoleransi aktivitas
4. Gangguan rasa nyaman

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Penurunan curah Curah Jantung 1. Perawatan Jantung
Tindakan
jantung Setelah dilakukan tindakan
1. Observasi
keperawatan 3 x 24 jam 1.1 identifikasi tanda/gejala primer
penurunan curah jantung
diharapkan curah jantung
(meliputi dispnea, kelelahan,
meningkat edema, ortopnea, paroxymal
nocturnal dyspnea, peningkatan
Kriteria hasil :
CVP)
- Kekuatan nadi 1.2 Identifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan curah
perifer meningkat
jantung (meliputi peningkatan
- Palpitasi menurun berat badan, hepatomegali,
distensi vena jugularis,
- Lelah menurun palpitasi, ronki basah, oliguria,
- Pucat/sianosis batuk, kulit pucat)
1.3 Monitor tekanan darah
menurun (termasuk tekanan darah
- Murmur jantung ortostatik, jika perlu)
1.4 Monitor intake dan output
menurun cairan
- Tekanan darah 1.5 Monitor keluhan nyeri dada
(mis.intensitas, lokasi, radiasi,
membaik durasi, presivitasi yang
mengurangi nyeri )
1.6 Monitor EKG 12 sandapan
Perfusi Miokard 1.7 Monitor nilai laboratorium
Setelah dilakukan tindakan jantung (mis.elektrolit, enzim
jantung, BNP, NT pro- BNP)
keperawatan 3 x 24 jam 1.8 Monitor fungsi alat pacu
diharapkan perfusi jantung
1.9 Periksa tekanan darah dan
miokard meningkat frekuensi nadi sebelum dan
Kriteria hasil : sesudah aktivitas periksa
tekanan dat=rah dan frekuensi
- Nyeri dada nadi sebelum pemberian obat
(mis.beta bloker, ACE
menurun
inhibitor, calcium channel
- Tekanan darah blocker, digoksin)
2. Terapuetik
cukup membaik
2.1 Posisikan pasien semi fowler
- Cardiac index (CI) atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
cukup membaik 2.2 Berikan diet jantung yang
sesaui(mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol, dan
makanan tinggi lemak)
2.3 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
2.4 Berikan dukunga emosional
dan spiritual
2.5 Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
3. Edukasi
3.1 Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
3.2 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
3.3 Anjurkan berhenti merokok
3.4 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
3.5 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
4. Kolaborasi
4.1 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung

2. Perawatan jantung akut


Tindakan :
1. Observasi
1.1 Identifikasi karakteristik nyeri
dada (meliputi faktor pemicu
dan pereda, kualitas, lokasi,
radiasi, skala, durasi dan
frekuensi)
1.2 Monitor EKG 12 sandapan
untuk perubahan ST dan T
1.3 Monitor enzim jantung (mis.
CK, CK-MB, Trponin T,
Troponin I)
1.4 Monitor saturasi oksigen
1.5 Identifikasi stratifikasi pada
sindrom koroner akut (mis.
Skor TIMI, Kilip, Crrusade)
2. Terapeutik
2.1 Puasakan hingga bebas nyeri
2.2 Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk beristirahat dan
pemulihan
2.3 Siapkan menjalani intervensi
koroner perkutan , jika perlu
2.4 Berikan dukungan emosional
dan spiritual
3. Edukasi
3.1 aAnjurkan segera melaporkan
nyeri dada
3.2 Jelaskan tindakan yang dijalani
pasien
3.3 Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan
4. Kolaborasi
4.1 Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jika perlu
4.2 Kolaborasi pemberian morfin,
jika perlu

2 Nyeri Akut b.d 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


1. Observasi
sindrom koroner Setelah dilakukan tindakan
1.1 identifikasi lokasi,
keperawatan dalam waktu
akut karakteristik,durasi, frekuensi,
3 x 24 jam diharapkan
kualitas, dan intensitas nyeri
tingkat nyeri menurun
1.2 Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil :
1.3 Identifikasi respon nyeri non
 Keluhan nyeri
verbal
menurun 1.4 Identifikasi faktor yang
 Meringis menurun memperberat dan memperingan
 Gelisah menurun nyeri
 Perasaan takut 1.5 Identifikasi pengetahuan dan
mengalami cedera keyakinan tentang nyeri
berulang menurun 1.6 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
2.Kontrol nyeri diberikan
Setelah dilakukan tindakan 1.7 Monitor efek samping
keperawatan dalam waktu penggunaan analgesik
3 x 24 jam diharapkan 2. Terapeutik
kontol nyeri meningkat 2.1 Berikan teknik non
Kriteria hasil : farmakologis untuk
- Melaporkan nyeri mengurangi rasa nyeri (mis.
terkontrol cukup TENS, hipnosis, akupresure,
meningkat terapi musik, biofeedback,
- Kemampuan terapi pijat, aromaterapi, teknik
mengenali onset imajinasi terbimbing, kompres
nyeri cukup hangat/dingin, terapi bermain)
meningkat 2.2 Kontrol lingkungan yang
- Kemampuan memperberat rasa nyeri (mis.
mengenali Suhu ruangan, pencahayaan,
penyebab nyeri dan kebisingan).
cukup meningkat 2.3 Fasilitasi istirahat dan tidur
- Kemampuan 2.4 Pertimbangkan jenis dan
menggunakan sumber nyeri dalam pemilihan
teknik non- strategi meredakan nyeri
farmakologis cukup 3. Edukasi
meningkat 3.1 Jelaskan penyebab, periode,
- Keluhan nyeri dan pemicu nyeri
cukup menurun 3.2 Jelaskan strategi meredakan
- Penggunaan nyeri
analgesik cukup 3.3 Anjurkan memonitor nyeri
menurun secara mandiri
3.4 Anjurkan menggunakan
analgesik yang tepat
3.5 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
4.1 Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

2. Pemberian Analgesik
Tindakan :
vasi
1. Obser
1.1 Identifikasi karakteristik nyeri
(mis.pencetus, pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
1.2 Identifikasi riwayat alergi obat
1.3 Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotik, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
1.4 Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
1.5 Monitor efektivitas analgesik
2. Terapeutik
2.1 Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai
analgesik yang optimal, jika
perlu
2.2 Tetapkan target efektivitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien
2.3 Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan efek
yang tidak di inginkan
3. Edukasi
3.1 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
4. Kolaborasi
4.1 Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikasi
3. Pemberian obat
Tindakan
1. Observasi
1.1 Identifikasi kemungkinan
alergi, interaksi, dan kontra
indikasi obat
1.2 Ferifikasi order obat sesuai
dengan indikasi
1.3 Periksa tanggal
kadaluwarsa obat
1.4 Monitor tanda vital dan
nilai laboratorium sebelum
pemberian obat, jika perlu
1.5 Monitor efek terapeutik
obat
1.6 Monitor efek samping,
toksisitas, dan interaksi
obat
2. Terapeutik
2.1 Perhatikan prosedur
pemberian obat yang aman
dan akurat
2.2 Hindari interupsi saat
mempersiapkan,memverifik
asi, atau mengelola obat
2.3 Lakukan prinsip enam
benar (pasien, obat, dosis,
rute, waktu, dokumentasi)
2.4 Perhatikan jadwal
pemberian obat jenis
hipnotik, narkotika, dan
antibiotik
2.5 Hindari pemberian obat
yang tidak dibri label
dengan benar
2.6 Buang obat yang tidak
terpakai atau kadaluwarsa
2.7 Fasilitasi minum obat
2.8 Tandatangani oemberian
narkotika, sesuai protokol
2.9 Dokumentasikan pemberian
obat dan respons terhadap
obat
3. Edukasi
3.1 jelaskan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek
samping sebelum
pemberian
3.2 jelaskan faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan efektifitas obat
3 Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
Tindakan:
Aktivitas Setelah dilakukan tindakan
5. Observasi
keperawatan dalam waktu
5.1 identifikasi gangguan fungsi
3 x 24 jam diharapkan
tubuh yang mengakibatkan
toleransi aktivitas
kelelahan
meningkat
5.2 Monitor kelelahan fisik dan
emosional
Kriteria hasil :
5.3 Monitor pola dan jam tidur
- Kemudahan dalam
5.4 Monitor lokasi dan
melakukan
ketidaknyamanan selama
aktivitas sehari-hari
melakukan aktivitas
cukup meningkat
6. Terapeutik
- Keluhan lelah 6.1 Sediakan lingkungan nyaman
cukup menurun dan rendah stimulus
- Perasaan lemah (mis.cahaya suara, kunjungan)
cukup menurun 6.2 Lakukan latihan rentang gerak
- Warna kulit cukup pasif dan/atau aktif
membaik 6.3 Berikan aktivitas distraksi yang
- Tekanan darah menenangkan
cukup membaik 6.4 Fasilitasi duduk di sisi tempat
- Frekuensi napas tidur, jika tidak dapat
cukup membaik berpindah atau berjalan
2.Curah jantung 7. Edukasi
Setelah diberikan asuhan 7.1 Anjurkan tirah baring
keperawatan 3x 24 jam 7.2 Anjurkan melakukan aktivitas
diharapkan curah jantung secara bertahap
meningkat 7.3 Anjurkan menghubungi
Kriteria hasil : perawat jika tanda dan gejala
- Palpitasi cukup kelelahan tidak berkurang
menurun 7.4 Ajarkan strategi koping untuk
- Brakikardia cukup mengurangi kelelahan
menurun 8. Kolaborasi
- Takikardia cukup 4.1 Kolaborasi dengan ahli gizi
menurun’ tentang cara meningkatkan
- Lelah cukup asupan makanan
menurun
- Pucat/sianosis 2.Terapi aktivitas
cukup menurun Tindakan :
1. Observasi
- Tekanan darah
1.1 Identifikasi defisit tingkat
cukup membaik aktivitas
1.2 Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
1.3 Identifikasi sumber daya untuk
aktivitas yang diinginkan
1.4 Identifikasi strategi meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas
1.5 Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis. Bekerja, dan waktu luang )
1.6 Monitor respons emosional, fisik,
sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas
2. Terapeutik
2.1 Fasilitasi fokus pada kemampuan,
bukan defisit yang dialami
2.2 Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
2.3 Fasilitasi makna aktivitas yang
dipilih
2.4 Fasilitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas
2.5 Libatkan keluarga dalam aktivitas,
jika perlu
2.6 Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
2.7 Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
2.8 Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
2.9 Anjurkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
2.10 Anjurkan melakukan aktivtas
fisik, sosial, spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
2.11 Anjurkan terlibat dalam
aktitivitas kelompok atau terapi,
jika sesuai
3. Kolaborasi
3.1 Kolaborasi dengan terapi okupasi
dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika
sesuai
3.2 Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
4 Gangguan rasa Status Kenyamanan Terapi Relaksasi
Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
nyaman
keperawatan dalam waktu 1. Observasi
3 x 24 jam diharapkan 1.1 Identifikasi penurunan tingkat
status kenyamanan energi, ketidakmampuan
meningkat berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan
Kriteria hasil : kognitif
- Kesejahteraan fisik 1.2 Identifikasi teknik relaksasi
meningkat yang pernah efektif digunakan
- Kesejahteraan 1.3 Identifikasi kesediaan,
psikologis kemampuan, dan penggunaan
meningkat teknik sebelumnya
- Perawatan sesuai 1.4 Periksa ketegangan otot,
kebutuhan frekuensi nadi, tekanan darah,
meningkat dan suhu sebelum dan sesudah
- Rileks meningkat latihan
1.5 Monitor respons terhadap
- Keluhan tidak terapi relaksasi
nyaman menurun 2. Terapeutik
- Gelisah menurun 2.1 Ciptakan lingkungan yang
- Keluhan sulit tidur tenang dan tanpa gangguan
menurun dengan pecahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
- Merintih menurun
memungkinkan
2.2 Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
2.3 Gunakan pakaian longgar
2.4 Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
2.5 Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
3. Edukasi
3.1 Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis.musik,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
3.2 Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
3.3 Anjurkan mengambil posisi
nyaman
3.4 Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
3.5 Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang dipilih
3.6 Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis.napas
dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
NSTEMI biasanya disebabkan oleh penyempitan arteri koroner yang berat,
sumbatan arteri koroner sementara, atau mikroemboli dari thrombus.
Dikatakan NSTEMI bila dijumpai peningkatan marka jantung tanpa adanya
gambaran ST elevasi pada EKG, apabila tidak didapati peningkatan enzim-
enzim jantung kondisi ini disebut dengan unstable angina (UA) dan diagnosis
banding diluar jantung harus tetap dipikirkan. Diagnosa yang diangkat dalam
kasus ACS NSTEMI ini adalah penurunan curah jantung, nyeri akut dan
intoleransi aktivitas.
B. Saran
Diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dalam
kasus ACS NSTEMI sesuai dengan pedoman standar intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta:
Interna Publishing
Larasati, Pujiastutik Bunga (2017) Asuhan Keperawatan Pada Tn. K dengan
NSTEMI (Non ST – Elevation Myocard Infark) di Ruang ICU Rumah Sakit Baptis
Batu. KTI thesis, STIKes Maharani Malang
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Ed. 8.Vol
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I (2010). Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id

Anda mungkin juga menyukai