Anda di halaman 1dari 149

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Keluarga Profesi Ners yang Diampu Oleh

Ns. Fajri Andi Rahmawan, S.Kep,.M.Kep

Disusun Oleh:

SABRINA AYU INDAH ISWARI

NIM. 2020.04.008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)

Disahkan pada tanggal : Februari 2021


Di : Banyuwangi

Mahasiswa,

Sabrina Ayu Indah Iswari

NIM. 2020.04.008

Mengetahui,
Pembimbing Institusi,

Ns. Fajri Andi Rahmawan, S.Kep,.M.Kep

NIK…………………………
LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)

1. KONSEP TEORI KELUARGA

A. Definisi

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).

Duvall dalam Harmoko (2012) konsep keluarga merupakan

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari

tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam

masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas

kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara

individu dan masyarakat (Harmoko, 2012).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga

yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun

adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling

ketergantungan.
B. Fungsi Keluarga

Friedman et al., (2014) menyebutkan fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:

1. Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan

psikologis anggota keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak

sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada

anggota keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi

dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat

4. Fungsi ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik - makanan, pakaian, tempat tinggal,

perawatan kesehatan (Friedman et al., 2014).

Berdasarkan UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 tertulis

fungsi keluarga dalam delapan bentuk yaitu:

1. Fungsi Keagamaan

a) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup

seluruh anggota keluarga.

b) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada

seluruh anggota keluarga.


c) Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam

pengamalan dari ajaran agama.

d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang

keagamaan yang kurang diperolehnya diseko lah atau masyarakat.

e) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama

sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

2. Fungsi Budaya

a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan

norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin

dipertahankan

b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring

norma dan budaya asing yang tidak sesuai.

c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi

dunia.

d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat

berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa

Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan

budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma

keluarga kecil bahagia sejahtera.

3. Fungsi Cinta Kasih

a) Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar

anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan


terus-menerus.

b) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara

kuantitatif dan kualitatif.

c) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi

dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

d) Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

4. Fungsi Perlindungan

a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak

aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai

bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai

modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

5. Fungsi Reproduksi

a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi

sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.

b) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga

dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

c) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan

dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak

yang diinginkan dalam keluarga.

d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang


kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

6. Fungsi Sosialisasi

a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga

sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.

b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga

sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai

konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan seko

lah maupun masyarakat.

c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang

diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan

mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun

masyarakat.

d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga

sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang

tua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

7. Fungsi Ekonomi

a) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan

keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan

kehidupan keluarga.

b) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan

dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras


dan seimbang.

d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

8. Fungsi Pelestarian Lingkungan

a) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal

keluarga.

b) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan eksternal

keluarga.

c) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang

serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan

lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

d) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup

sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

(UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994, dalam Setiadi 2008).

C. Tipe dan bentuk keluarga

Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :

1. Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu

rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu/ keduanya dapat bekerja di laur rumah.

2. Extended Family

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.


3. Reconstitud Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya,

baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

4. Middle Age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/

perkawinan/meniti karier.

5. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah

satu bekerja di rumah.

6. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-

anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.

7. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

8. Commuter Married

Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,

keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

9. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.


10. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

11. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.

12. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-

anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

13. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan

semua adalah orang tua dari anak-anak.

14. Unmarried parent and child

Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.

15. Cohibing Cauple

Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan

(Harmoko, 2012)

D. Struktur Keluarga

Struktur keluarga oleh Friedman et al., (2014) digambarkan sebagai

berikut:

1. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan

secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki

kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan

pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan
balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik,

dan valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila

tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan

selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi

pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental

ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar,

diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang

atau tidak valid.

a) Karakteristik pemberi pesan:

Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat, Apa yang disampaikan

jelas dan berkualitas, dan Selalu menerima dan meminta timbal balik.

b) Karakteristik pendengar

Siap mendengarkan, Memberikan umpan balik, dan Melakukan validasi

2. Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal

atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal

status sebagai istri/suami.

3. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak

(legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah

(reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.


4. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola

perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan

keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak

dapat mempersatukan anggota keluarga.

b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan

sistem nilai dalam keluarga.

c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan

ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Harmoko,

2012)

E. Tugas dan Tahap Perkembangan Keluarga

Duval (1977) dalam Padila (2012), membagi keluarga dalam 8

tahap perkembangan, yaitu:

1. Tahap keluarga pemula (Beginning Family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

tua)

d. Menetapkan tujuan bersama


e. Persiapan menjadi orang tua

f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan

menjadi orang tua)

2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak (Child Bearing).

Keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30 bulan. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(integrasi bayi dalam keluarga)

b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

d. Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah peran

orang tua, kakek dan nenek

e. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak

f. Konseling KB post partum 6 minggu

g. Menata ruang untuk anak.

h. Menyiapkan biaya Child Bearing.

i. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.

j. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan – 6 tahun. Tugas

perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.


b. Mensosialisasikan anak

c. Mengintergrasikan anak yang baru dan memenuhi kebutuhan anak

yang lain

d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan

hubungan orang tua–anak) serta hubungan di luar keluarga

(keluarga besar dan komunitas)

e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

f. Pembagian tanggung jawab

g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang

anak.

4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 –13 tahun) Keluarga dengan

anak pertama 6-13 tahun.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat

b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

5. Keluarga dengan Anak Dewasa

Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah :

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga

baru dari perkawinan anak-anaknya


b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau

istri

d. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di

masyarakat.

e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anaknya.

f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi

anak–anaknya.

6. Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Family).

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orangtua (lansia) dan anak-anak

c. Memperkokoh hubungan perkawinan

d. Persiapan masa tua atau pensiun

7. Tahap keluarga Lanjut Usia.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup

b. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

d. Mempertahankan hubungan perkawinan

e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan


f. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

g. Melakukan life riview masa lalu


F. Struktur Peran Keluarga

Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara

ralatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang

menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan

atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh

individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi harapan diri atau orang lain

terhadap mereka. Posisi atau status didefinisikan sebagi letak seseorang dalam

suatu sistem sosial.

Menurut Friedman et al., (2014) peran keluarga dapat diklasifikasikan

menjadi dua yaitu:

1. Peran Formal Keluarga

Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur

peran keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan masing – masing

posisi keluarga formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang

kurang lebih homogen. Keluarga membagi peran kepada anggota

keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat membagi

perannya: berdasarkan pada seberapa pentingnya performa peran terhadap

berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran membutuhkan ketrampilan

atau kemempuan khusus: peran yang lain kurang kompleks dan dapat

diberikan kepada mereka yang kuarang terampil atau jumlah kekuasaanya

paling sedikit.

2. Peran Informal Keluarga

Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada

permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota

keluarga dan/atau memelihara keseimbangan keluarga. Keberadaan peran

informal diperlukan untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari

kelompok keluarga.

G. Masalah Kesehatan Keluarga


Ali (2010), masalah kesehatan yang dapat muncul pada tiap tahap perkembangan

keluarga adalah sebagai berikut:

1. Tahap Keluarga Pemula

Masalah kesehatan pada tahap ini adalah:

a. Penyesuaian seksual dan peran pernikahan

b. Penyuluhan dan konseling keluarga berencana

c. Penyuluhan dan konseling pranata

d. Komunikasi dan informasi

2. Tahap Keluarga yang sedang Mengasuh

Anak Masalah kesehatan pada tahap ini

adalah:

a. Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga

b. Perawatan bayi yang baik

c. Keluarga berencana

d. Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini

e. Imunisasi

f. Konseling perkembangan anak

g. Peningkatan kesehatan (gaya hidup)

h. Interaksi keluarga

3. Tahap Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah

Masalah kesehatan fisik utama pada tahap ini adalah penyakit

menular yang lazim pada anak-anak, anak jatuh, luka, luka bakar,

keracunan, dan kecelakaan-kecelakaan lain. Sedangkan masalah

psikososial keluarga yang utama adalah:

a. Hubungan pernikahan

b. Persaingan antara kakak dan adik


c. Keluarga berencana

d. Kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan

e. Masalah pengasuhan anak seperti disiplin anak, penganiayaan,

dan penelantaran anak, keamanan di rumah

f. Masalah komunikasi keluarga

4. Tahap Keluarga dengan Anak Usia

Sekolah Masalah kesehatan pada tahap ini

adalah:

a. Orang tua akan mulai berpisah dengan anak karena anak mulai

memiliki banyak teman sebaya

b. Orang tua mengalami banyak tekanan dari luar, misalnya dari

sekolah dan komunitas

c. Kelemahan/kecacatan pada anak

5. Tahap Keluarga dengan Anak Remaja

Masalah kesehatan pada tahap ini adalah:

a. Pada orang tua yang berusia 35 tahun, risiko penyakit jantung

koroner meningkat di kalangan pria, dan perubahan

perkembangan dari biasanya sudah mulai tampak

b. Penyalahgunaan obat dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan

yang tidak dikehendaki

c. Hubungan keluarga (suami-istri/ dan hubungan orang tua dengan

anak) perlu mendapat perhatian lebih serius karena periode ini

adalah periode rawan

6. Tahap Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa

Muda Masalah kesehatan pada tahap ini adalah:

a. Komunikasi kaum muda dengan orang tua mereka perlu

ditingkatkan

b. Masalah dalam hal transisi peran bagi suami-istri


c. Masalah perawatan orang tua usia lanjut

d. Munculnya masalah kesehatan yang bersifat kronis dan

perubahan situasi fisik (kolesterol, obesitas/kegemukan, tekanan

darah tinggi)

e. Masalah gaya hidup perlu mendapat perhatian antara lain,

kebiasaan minum alkohol, merokok, makan, dan lain-lain

7. Tahap Keluarga dengan Orang Tua Usia

Pertengahan Masalah kesehtan pada tahap ini adalah:

a. Masalah yang berhubungan dengan pemahaman mengenai

kebutuhan, misalnya promosi kesehatan, nutrisi yang baik,

istirahat yang cukup, kegiatan pada waktu luang, tidur, nutrisi

yang baik, program olahraga yang teratur, pengurangan berat

badan optimal, berhenti merokok, berhenti/pengurangan alkohol,

pemeriksaan kesehatan, pencegahan penyakit

b. Masalah yang berhubungan dengan keharmonisan hubungan

pernikahan

c. Masalah yang berkaitan dengan keharmonisan hubungan dengan

anggota keluarga (anak-anak, cucu, orang tua lansia, dan lain-

lain)

d. Masalah yang berhubungan dengan perawatan keluarga, antara

lain perawatan orang tua lanjt usia atau yang tidak mampu

merawat dirinya sendiri


8. Tahap Keluarga dalam Masa Pensiun dan Lanjut Usia Masalah kesehatan

pada tahap ini adalah:

a. Masalah kesehatan lanjut usia karena menurunnya kekuatan fisik,

sumber finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan

banyak kehilangan lain yang mengakibatkan lansia rentan secara

psikologis

b. Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif, masalah psikologi

merumaan masalah kesehatan yang serius

c. Kemampuan saling menolong suami-istri lansia dalam merawat

pasangannya perlu ditingkatkan. Karena penuaan dan banyaknya

masalah, suami-istri lansia perlu saling menolong. Umumnya suami

lebih sulit merawat pasangannya karena tidak terbiasa merawat orang

lain, sementara istri kebalikannya

d. Defisiensi nutrisi yang dapat mengganggu kesehatan, misalnya lemah,

bingung, depresi, konstipasi, dan lain-lain

e. Masalah yang berkaitan dengan perumahan, penghasilan yang kurang

cocok, kurang rekreasi, dan fasilitas perawatan yang kurang memadai

banyak merugikan lansia

Berbagai masalah kesehatan dan penyakit yang erat kaitannya dengan

proses menua (Aspiani, 2014):

a. Gangguan pada sirkulasi darah (hipertensi, kelainan pembuluh darah,

gangguan pembuluh dara di otak, jantung koroner, dan ginjal)

b. Gangguan metabolisme hormonal (diabetes mellitus, klimakterium,

dan ketidakseimbangan tiroid)

c. Gangguan pada persendian (ostheoarthitis, gout arthritis, ataupun


penyakit kolagen lainnya)

H. Proses Dan Strategi Koping Keluarga

Menurut Friedman et al., (2014) Proses dan strategi koping keluarga

berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi

keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi,

ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat. Oleh

karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses yang

mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga

yang diperlukan.
2. KONSEP TEORI GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)

A. Anatomi dan Fisiologi Jantung

a. Anatomi jantung

Gambar 1 : Anatomi jantung

Rahmadhani (2020) menjelaskan anatomi dan fisiologi

jantung, bahwa sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh

darah, dan saluran limfe. Jantung merupakan organ pemompa besar

yang memelihara peredaran melalui seluruh tubuh. Arteri membawa

darah dari jantung. Vena membawa darah ke jantung. kapiler

menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan

jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga

terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler dan interstisial.

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,

berongga, basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya

(puncaknya) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram.


Kedudukan jantung: jantung berada didalam toraks, antara

kedua paru-paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri

daripada ke kanan. (lihat Gambar 2)

Gambar 2 kedudukan jantung dalam perbandingan terhadap

sternum,iga-iga, dan tulang rawan konstal.

Lapisan Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :

1. Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang

samma dengan perikardium viseral.

2. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot

yang berperan dalam menentukan kekuatan kontraksi.

3. Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan

endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi

katung jantung.
Katup jantung : berfungsi untuk mempertahankan aliran

darah searah melalui bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup

atrioventrikular dan katup semilunar. (lihat Gambar 3)

Gambar 3 katup-katup jantung

1. Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel.

Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing –masing

atrium ke ventrikel saat diastole ventrikel dan mencegah aliran

balik ke atrium saat sistole ventrikel. Katup atrioventrikuler ada

dua, yaitu katup triskupidalis dan katup biskuspidalis. Katup

triskupidalis memiliki 3 buah daun katup yang terletak antara

atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup biskuspidalis atau

katup mitral memiliki 2 buah dauh katup dan terletak antara


atrium kiri dan ventrikel kiri.

2. Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta

dari ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan

dan arteri pulmonaris disebut katup semilunar pulmonal. Katup

yang membatasi ventikel kiri dan aorta disebut katup semilunar

aorta. Adanya katup ini memungkinkan darah mengalir dari

masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama

sistole ventrikel dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu

diastole ventrikel.

Ruang jantung : jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan,

atrium kiri, ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak

diatas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel

dipisahkan oleh katup satu arah. Antara organ rongga kanan dan

kiri dipisahkan oleh septum.

b. Fisiologi jantung

Fisiologi jantung menurut Rahmadhani (2020) siklus jantung

adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung. Dalam bentuk

yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi bersamaan

kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya

karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.

Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi

dan relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode

sistole (saat ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole ( saat

ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan

depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir

dengan keadaan relaksasi ventrikel.


Pada siklus jantung, sistole(kontraksi) atrium diikuti sistole

ventrikel sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah


dari ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium

dan ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah

melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya.

Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis.

Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri.

Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali

darah ke atrium dan siklus kembali.

Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan

selama satu menit. Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut

jantung permenit dan stroke volume. Isi sekuncup ditentukan oleh :

1) Beban awal (pre-load)

(a) Pre-load adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri

jantung memanjang atau meregang sampai akhir diastole.

Pre-load adalah jumlah darah yang berada dalam

ventrikel pada akhir diastole.

(b) Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole

ini tergantung pada pengambilan darah dari pembuluh

vena dan pengembalian darah dari pembuluh vena ini

juga tergantung pada jumlah darah yang beredar serta

tonus otot.

(c) Isi ventrikel ini menyebabkan peregangan pada serabut

miokardium
(d) Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel

miokardium) akan teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel

makin banyak maka peregangan ini makin panjang.

(e) Hukum frank starling : semakin besar regangan otot

jantung semakin besar pula kekuatan kontraksinya dan

semakin besar pula curah jantung. pada keadaan pre-

load terjadi pengisian besar pula volume darah yang

masuk dalam ventrikel.

(f) Peregangan sarkomet yang paling optimal adalah 2,2

µm. Dalam keadaan tertentu apabila peregangan

sarkomer melebihi 2,2 µm, kekuatan kontraksi

berkurang sehingga akan menurunkan isi sekuncup.

2) Daya kontraksi

(a) Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh

terhadap curah jantung, makin kuat kontraksi otot

jantung dan tekanan ventrikel.

(b) Daya kontraksi dipengaruhi oleh keadaan miokardium,

keseimbangan elektrolit terutama kalium, natrium,

kalsium, dan keadaan konduksi jantung.

3) Beban akhir

(a) After load adalah jumlah tegangan yang harus

dikeluarkan ventrikel selama kontraksi untuk


mengeluarkan darah dari ventrikel

melalui katup semilunar aorta.

(b) Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh

darah perifer dan ukuran pembuluh darah.

Meningkatnya tahanan perifer misalnya akibat

hipertensi artau vasokonstriksi akan menyebabkan

beban akhir.

(c) Kondisi yang menyebabkan baban akhir

meningkat akan mengakibatkan penurunan isi

sekuncup.

(d) Dalam keadaan normal isi sekuncup ini akan

berjumlah ±70ml sehingga curah jantung

diperkirakan ±5 liter. Jumlah ini tidak cukup tetapi

dipengaruhi oleh aktivitas tubuh.

(e) Curah jantung meningkat pada waktu melakukan

kerja otot, stress, peningkatan suhu lingkungan,

kehamilan, setelah makan, sedang kan saat tidur

curah jantung akan menurun.

B. Definisi

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung

gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun

tekanan pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).

Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan

gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat
aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.

Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya

pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau

kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009)

didalam (nurarif, a.h 2015).

Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak

mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan

sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi

tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup

tinggi (Aspaiani, 2016).

C. Etiologi

Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan

sebagai berikut : (Aspaiani, 2016)

 Disfungsi miokard

 Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).

1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus

arteriosus paten

2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta

3) Disaritmia

 Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)

 Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)

Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,

gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :


a. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot

jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi

yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup

aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif

atau inflamasi misalnya kardiomiopati.

Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif,

berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara

langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas

menurun .

b. Aterosklerosis koroner

Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium

karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia

dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium

(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

Infark miokardium menyebabkan pengurangan kontraktilitas,

menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya

kembang ruang jantung .

c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat

menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk


hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan

disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko

terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya

aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.

d. Penyakit jantung lain

Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang

secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat

mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub

semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah

(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),

peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan aorta

menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload)

sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load)

e. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam

perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju

metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia

juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis

respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat

menurunkan kontraktilitas jantung.

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis pada penyakit gagal jantung kongestiv (CHF)

menurut Rahmadhani (2020), sebagai berikut :

a. Gagal Jantung Kiri


1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru,

kadar saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung

tambahan bunyi jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di

deteksi melalui auskultasi.

2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal

paroksismal (PND).

3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan

dapat berubah menjadi batuk berdahak.

4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).

5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.

6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih

dimalam hari)

7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-

gejala seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala,

konfusi, gelisah, ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin

dan lembab.

8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.

b. Gagal Jantung Kanan

Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena

sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume

darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomondasikan semua darah yang secara normal

kembali dari sirkulasi vena.


1) Edema ekstremitas bawah

2) Distensi vena leher dan escites

3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas

abdomen terjadi akibat pembesaran vena dihepar.

4) Anorexia dan mual

5) Kelemahan

E. Klasifikasi Gagal Jantung

Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart

Association (NYHA), sebagai berikut :

Tabel 1 : Klasifikasi Fungsional gagal jantung


Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang biasa tidak

Kelas 1 menyebabkan dipsnea napas, palpitasi atau

keletihan berlebihan
Gangguan aktivitas ringan : merasa nyaman ketika

Kelas 2 beristirahat, tetapi aktivitas biasa menimbulkan

keletihan dan palpitasi.


Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata : merasa

Kelas 3 nyaman ketika beristirahat, tetapi aktivitas yang

kurang dari biasa dapat menimbulkan gejala.


Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun tanpa

merasa tidak nyaman : gejala gagal jantung

Kelas 4 kongestif ditemukan bahkan pada saat istirahat dan

ketidaknyamanan semakin bertambah ketika

melakukan aktifitas fisik apapun.

Sumber : (Aspi

Sumber : (Aspiani,2016)

F. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Rahmadhani (2020), kekuatan

jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan

tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya

gagal jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat

mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal

mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada


penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya

tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.

Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme

respon primer yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis,

meningkatnya beban awal akibat aktifitas neurohormon, dan

hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk

mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini

mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada

tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada

keadaan normal.

Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan

kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih

rendah dari curah jantung normal. Bila curah jantung berkurang,

sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk

mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka

volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup

adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah darah yang

mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi

yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan

panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload

(besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa

darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan

arteriol). Apabila salah satu komponen itu terganggu maka curah


jantung akan menurun.

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena

aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot

degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan

disfungsi miokardium karena terganggu alirannya darah ke otot

jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam

laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal

jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)

meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan

hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi miokard) dapat

dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan

meningkatkan kontraktilitas jantung.

Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara

langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas

menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan

secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului

gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim

dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau

sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan

penurunan perfusi jaringan.

G. Pathway
Sumber : (Pathway ) Menggunakan Standar Diganosa Keperawatan Indonesia
dalam (PPNI,2017)

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada

pasien dengan kasus gagal jantung kongestive menurut

Rahmadhani (2020), di antaranya sebagai berikut :

 Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler,


penyimpangan aksis, iskemia, disaritmia, takikardia,

fibrilasi atrial.

 Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang

bertujuan untuk menentukan kemungkinan iskemia atau

infeksi yang terjadi sebelummnya.

 Ekokardiografi

 Ekokardiografi model M (berguna untuk

mengevaluasi volume balik dan kelainan regional,

model M paling sering diapakai dan ditanyakan

bersama EKG)

 Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)

 Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan

pendekatan transesofageal terhadap jantung)

 Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan

indikasi dan membantu membedakan gagal jantung

kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi

 Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran

jantung.

Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik,

atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal

 Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan

cairan/penurunan fungsi ginjal terapi diuretik

 Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah


terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi

kronis.

 Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan

alkalosis respiratory ringan (dini) atau hipoksemia

dengan peningkatan PCO2 (akhir)

 Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin :

Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal.

Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi

 Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid

menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal

jantung

I. Penatalaksanaan

Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2

terapi menurut Rahmadhani (2020), yaitu sebagai berikut

 Terapi farmakologi

Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik,

angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta

bloker, angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida

jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia

pada pasien dengan keluhan konstipasi.

 Terapi non farmakologi :

Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring,

perubahan gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai

penyakit, prognosis, obat-obatan serta pencegahan


kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.
C.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GAGAL

JANTUNG KONGESTIF (CHF)

A. Pengkajian

Dalam pengkajian keluarga menurut Friedman et al. (2014), terdiri dari:

1. Umur

Prevalensi gagal jantung sebagai salah satu penyakit kardiovaskuler

menurut AHA (2012) di Amerika pada tahun 2008 dialami sekitar 5,7

juta untuk emua tingkat usia. Distribusi penyakit CHF atau CHF

kongestif meningkat pada usia 40 tahun keatas. Hal ini berkaitan dengan

proses menua yang menyebabkan peningkatan proses aterosklerosis

pada pembuluh darah. Aterosklerosis menyebabkan terganggunya aliran

darah ke organ jantung sehingga terjadi ketidakseimbangan antara

kebutuhan oksigen miokardium dengan suplai oksigen.

2. Jenis kelamin

Hasil penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan Vani (2011), dimana didapatkan bahwa penyakit CHF

lebih banyak terjadi pada perempuan dengan persentase 57,5%.

Perempuan lebih banyak menderita CHF pada penelitian ini disebabkan

karena sebagian besar perempuan yang menjadi responden dalam

penelitian ini telah berumur lanjut. Pada umur lanjut perempuan

umumnya mengalami menopause, dimana pada saat itu kolesterol LDL

meningkat yang menyebabkan perempuan lebih banyak menderita

penyakit gagal jantun


3. Status sosial ekonomi keluarga

Secara sosioekonomis, gagal jantuung kongestif dihubungkan

dengan beban kerja, tidak memandang sosioekonomi rendah ataupun

tinggi. Atikah (2016), etos kerja dan kinerja yang tinggi sulit dicapai

apabila PNS mengalami stress kerja. Seseorang yang mengalami

stress mempunyai resiko terkena penyakit hipertensi, hipertensi dapat

menyebabkan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang dihubungkan

dengan terjadinya disfungsi diastolik dan meningkatkan resiko gagal

jantung. Pekerjaan yang berat, terus menerus dan kurang beristirahat

dapat meningkatkan kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh

tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam beraktivitas (Kaplan dan

Schub, 2010). Pekerjaan yang berat diketahui dapat menjadi beban dan

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, terutama pada sistem

kardiovaskuler (Rochmi, 2010 dalam Yenni et all, 2014).

4. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Apakah ada keluarga yang terkena penyakit gagal jantung kongestif

atau tidak, jika ada yang terkena maka penyakit gagal jantung kongestif

dapat diturunkan ke anggota keluarga yang lain.

5. Karakteristik rumah dan denah rumah

Pada penyakit gagal jantung kongestif lingkungan mungkin

berpengaruh, pada karakteristik rumah yang kotor dan luas, memicu untuk

mengeluarkan tenaga yang cukup ekstra sehingga menambah beban berat

pada kerja jantung, kemudian denah rumah yang tergolong rumah dataran

tinggi dan jalan yang sempit sehingga selalu ditempuh dengan jalan kaki,
membuat beban jantung semakin meningkat.

6. Stres dan koping keluarga

Seseorang yang mengalami stress mempunyai resiko terkena penyakit

hipertensi, hipertensi dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi ventrikel

kiri yang dihubungkan dengan terjadinya disfungsi diastolik dan

meningkatkan resiko gagal jantung. Pekerjaan yang berat, terus

menerus dan kurang beristirahat dapat meningkatkan kerja jantung

dalam memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan

tubuh dalam beraktivitas (Kaplan dan Schub, 2010). Pekerjaan yang berat

diketahui dapat menjadi beban dan menyebabkan terjadinya gangguan

kesehatan, terutama pada sistem kardiovaskuler (Rochmi, 2010 dalam

Yenni et all, 2014).

7. Keadaan gizi

Hampir 50 % pasien Gagal Jantung Kongestif (CHF) mengalami kurang

gizi sebabnya kurangnya asupan makan disertai penyulit seperti: sesak

nafas, batuk, mual, anoreksia dan edema (Nuryati, 2013).

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan

diri diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan

hasil pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga

termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat

keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk

menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman. (Friedman, 2010)


Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

(SDKI) terdiri dari :

No Diagnosa Definisi Tanda dan gejala Tanda dan gejala

Mayor Minor
1 Kesiapan Pola adaptasi anggota Subjektif Subjektif

peningkatan keluarga dalam


1. Anggota 1. Anggota
koping Keluarga mengatasi situasi
keluarga keluarga
(D.0090) yang dialami klien
menetapkan mengidentifik
secara efektif dan
tujuan asi
menunjukkan
meningkatkan pengalaman
keinginan serta
gaya hidup yang
kesiapan untuk
sehat mengoftimalk
meningkatkan
2. Anggota an
kesehatan keluaga
keluarga kesejarteraan
dan klien.
menetapkan 2. Anggota

sasaran untuk keluarga

meningkatkan berupaya

kesehatan menjelaskan

dampak krisis

terhadap

Objektif perkembanga

n
(Tidak Tersedia)
3. Anggota

keluarga

mengucapkan
minat dalam

membuat

kontak

dengan orang

lain yang

mengalami

situasi yang

sama

Objektif

(Tidak Tersedia)

2 Ketidakmampuan Perilaku orang Subjektif Subjektif

koping keluarga terdekat (anggota 1. Terlalu


Merasa
(D.0093) keluarga atau orang khawatir
Diabaikan
berarti) yang dengan

membatasi anggota

kemampuan dirinya Objektif keluarga

dan klien untuk 1) Tidak 2. Merasa

beradaptasi dengan memenuhi tertekan

masalah kesehatan kebutuhan (depresi)

yang dihadapi klien. anggota keluarga

2) Tidak Objektif

toleran
1. Perilaku
3) Mengabai
kan anggota menyerang

keluarga (agresi)

2. Perilaku

menghasut

(agitasi)

3. Tidak

berkomitmen

4. Menunjukkan

gejala

psikosomatis

5. Perilku

menolak

6. Perawatan

yang

mengabaikan

kebutuhan

dasar klien

7. Mengabaikan

perawatan/

pengobatan

anggota

keluarga

8. Perilaku

bermusuhan
9. Perilaku

individualistik

10. Upaya

membangun

hidup

bermakna

terganggu

11. Perilaku sehat

terganggu

12. Ketergantung

an anggota

keluarga

meningkat

13. Realitas

kesehatan

anggota

keluarga

terganggu

3 Penurunan Ketidakadekuatan Subjektif Subjekif

Koping Keluarga atau


Klien 1. Orang
(D.0097) kedidakefektifan
mengeluh/khawa terdekat
dukungan, rasa
tir tentang respon menyatakan
nyaman,bantuan dan
orang terdekat kurang
motivasi orang
terdekat (anggota pada masalah tepapar

keluarga atau orang kesehatan informasi

berarti) yang tentang upaya

dibutuhkan klien mengatasi


Objektif
untuk mengelola masalah klien

atau mengatasi 1. Orang

masalah terdekat Objektif

kesehatannya. menarik diri


1. Bantuan yang
dari klien
dilakukan
2. Terbatasnya
orang terdekat
komunikasi
menunjukkan
orang terdekat
hasil yang
dengan klien
tidak

memuaskan

2. Orang

terdekat

berperilaku

protektif yang

tidak sesuai

dengan

kemampuan/k

emandirian

klien
4 Perilaku Hambatan kemampuan Subjektif Subjektif
Kesehatan dalam mengubah (Tidak Tersedia) (Tidak Tersedia)

Cenderung dalam mengubah

Beresiko gaya hidup/perilaku Objektif


Objektif
(D.0099) untuk memperbaiki 1. Gagal

status kesehatan. 1. Menunjukkan mencapai

penolakan pengendalian

terhadap yang optimal

perubahan

status

kesehatan

2. Gagal

melakukan

tindakan

pencegahan

masalah

kesehatan

3. Menunjukkan

upaya

peningkatan

status

kesehatan

yang minimal
5 Manajemen Pola penanganan Subjektif Subjektif

Kesehatan masalah kesehatan


1. Mengungkap (Tidak Tersedia)
Keluarga Tidak dalam keluarga tidak
Efektif (D.0115) memuaskan untuk kan tidak

memulihkan kondisi memahami Objektif

kesehatan anggota masalah


1. Gagal
keluarga. kesehatan
melakukan
yang diderita
tindakan
2. Mengungkap
untuk
kan kesulitan
mengurangi
menjalankan
faktor resiko
perawatan

yang

ditetapkan

Objektif

1. Gejala

penyakit

anggota

keluarga

semakin

memberat

2. Aktifitas

keluarga

untuk

mengatasi

masalah
kesehatan

tidak tepat
6 Gangguan Proses Perubahan dalam Sukjektif Sukjektif

Keluarga hubungan atau 1. Keluarga


(Tidak Tersedia)
(D.0120) fungsi keluarga. tidak mampu

mengungkapk
Objektif
an perasaan
1. Keluarga tidak
secara leluasa
mampu

beradaptasi
Objektif
terhadap
1. Keluarga
situasi
tidak mampu
2. Tidak mampu
memenuhi
berkomunikasi
kebutuhan
secara terbuka
fisik/emosion
diantara
al/spiritual
anggota
anggota
keluarga
keluarga

2. Keluarga

tidak mampu

mencari atau

menerima

bantuan

secara tepat
7 Kesiapan Pola pemberian Sukjektif Subjektif
peningkatan lingkungan bagi 1. Mengekspres 1. Anak atau

menjadi orang tua anak atau anggota ikan anggota

(D.0122) keluarga yang cukup keinginan keluarga

untuk memfasilitasi untuk lainnya

pertumbuhan dan meningkatka mengekspresi

perkembangan serta n peran kan kepuasan

dapat ditingkatkan. menjadi dengan

orang tua lingkungan

rumah

Objektif 2. Anak atau

1. Tampak anggota

adanya keluarga

dukungan mengungkapk

emosi dan an harapan

pengertian yang realistis

pada anak

atau anggota Objektif

keluarga
1. Kebutuhan

fisik dan

emosi

anak/anggota

keluarga

terpenuhi
8 Kesiapan Pola fungsi keluarga Subjektif Subjektif
peningkatan yang cukup untuk 1. Mengekspres (Tidak Tersedia)

proses keluarga mendukung ikan

(D.0123) kesejahteraan keinginan Objektif

anggota keluarga untuk 1. Keluarga

dan dapat meningkatka menunjukkan

ditingkatkan. n dinamika minat

keluarga melakukan

Objektif aktivitas

hidup sehari-
1. Menunjukka
hari yang
n fungsi
positif
keluarga
2. Terlihat
dalam
adanya
memenuhi
kemampuan
kebutuhan
keluarga
fisik sosial,
untuk pulih
dan
dan kondisi
psikologis
sulit
anggota
3. Tampak
keluarga
keseimbangan
2. Menunjukka
antara
n aktivitas
otonomi dan
untuk
kebersamaan
mendukung
4. Batasan-
keselamatan
dan batasan

pertumbuhan anggota

anggota keluarga

keluarga dipertahankan

3. Peran 5. Hubungan

keluarga dengan

fleksibel dan masyarakat

tepat dengan terjalin positif

tahap 6. Keluarga

perkembanga berdaptasi

n dengan

4. Terlihat perubahan

adanya

respek

dengan

anggota

keluarga
9 Ketegangan peran Kesulitan dalam Subjektif Subjektif

pemberi asuhan melaukukan peran 1. Khawatir


(Tidak Tersedia)
(D.0124) pemberian asuhan klien akan

dalam keluarga. kembali


Objektif
dirawat
1. Sulit
dirumah sakit
melakukan
2. Khawatir
dan/atau
tentang
kalanjutan menyelesaikan

perawatan tugas merawat

klien klien

3. Khawatir

tentang

ketidakmamp

uan pemberi

asuhan dalam

merawat klien

Objektif

(Tidak Tersedia)
10 Penampilan peranPola perilaku yang Subjektif Subjektif

tidak efektif berubah atau tidak 1. Merasa 1. Merasa cemas

(D.0125) sesuai dengan bingung

harapan, norma dan menjalankan Objektif

lingkungan. peran 1. Depresi

2. Merasa 2. Dukungan

harapan tidak sosial kurang

terpenuhi 3. Kurang

3. Merasa tidak bertanggung

puas dalam jawab

menjalankan menjalankan

peran peran
Objektif

1. Konflik peran

2. Adaptasi

tidak adekuat

3. Strategi

koping tidak

efektif
11 Pencapaian peran Terjadinya proses Subjektif Subjektif

menjadi orang tua interaktif antar (Tidak Tersedia) 1. Mengungkapk

(D.0126) anggota keluarga an kepuasan

(suami-istri, anggota Objektif dengan bayi

keluarga dan bayi) 1. Bounding Objektif

yang ditunjukkan acttachment 1. Melakukan

dengan optimal stimulasi

perkembangan bayi 2. Perilaku visual, taktil

yang optimal. positif atau

menjadi pendengaran

orang tua terhadap bayi

3. Saling

berinteraksi

dalam

merawat bayi
Faktor Risiko

12 Resiko gangguan Berisiko mengalami 1. Kekhawatiran menjalankan peran

perlekatan gangguan interaksi sebagai orang tua


(D.0127) antara orang tua atau 2. Perpisahan antara ibu dan

orang terdekat bayi/anak akibat hospitalisasi

dengan bagi/anak 3. Penghalang fisik (mis. Inkubator,

yang dapat baby warmer)

mempengaruhi 4. Ketidakmampuan orang tua

proses asah,asih, dan memenuhi kebutuhan bayi/anak

asuh. 5. Perawatan dalam ruang isolasi

6. Prematuritas

7. Penyalahgunaan zat

8. Konflik hubungan antara orang

tua dan anak

9. Perilaku bayi tidak terkoordinasi


13 Resiko prosesBerisiko mengalami 1. Kekerasan dalam rumah tangga

pengasuhan tidak proses kehamilan, 2. Kehamilan tidak

efektif (D.0128) persalinan dan diinginkan/direncanakan

setelah melahirkan 3. Kurang terpapar informasi

termasuk perawatan tentang proses

bayi baru lahir yang persalinan/pengasuhan

tidak sesuai dengan 4. Ketidakberdayaan maternal

konteks norma dan 5. Distres Psikologis

harapan. 6. Penyalahgunaan obat

7. Ketidakadekuatan manajemen

ketidaknyamanan selama

persalinan

8. Akses pelayanan kesehatan sulit


dijangkau

9. Kurangnya minat/proaktif dalam

proses persalinan

10. Ketidaksesuaian kondisi bayi

dengan harapan

11. Ketidakamanan lingkungan

untuk bayi

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan etiologi

Pada diagnosa keperawatan actual, factor yang berhubungan

merupakan etiologi adalah factor penunjang lain yang telah mempengaruhi

perubahan status kesehatan sedangkan factor faktor dapat dikelompokan

kedalam 4 kategori yaitu patofisiologi, tindakan yang berhubungan,

situasional, (lingkungan personal), dan maturasional.

Memperhatikan tingkat berfungsi dengan keluarga yang fungsional

unutk keluarga yang fungsional, tindakan yang berseifat prematif atau

preventif untuk keluarga yang disfungsional tindakan bersifat suportif.


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan

keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak

bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2014).

Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama Intervensi Pendukung


Diagno Kesiapan Status koping a. Fungsi keluarga a. Dukungan koping a. Dukungan

sis Peningkatan Koping keluarga (L. 09088) (L. 13114) (Hal. keluarga (I. 09260) pengambilan

(1) Keluarga (D.0090) (Hal. 116) 26) (Hal. 28) keputusan (I. 09265)

(Hal. 199) b. Ketahanan b. Pelibatan keluarga (I. (Hal. 34)


Katego Psikologis
keluarga (L. 14525) (Hal. 237) b. Dukungan keluarga
ri
Sub Integritas Ego 09074) (Hal. 45) c. Promosi koping (I. merencanakan

kategor c. Tingkat ansietas 09312) ( Hal. 375) perawatan (I. 13477)

i (L. 09093) (Hal. (Hal. 26)

132) c. Koordinasi diskusi

keluarga (I. 12482)


(Hal. 140)

d. Promosi keutuhan

keluarga (I. 13490)

(Hal. 372)
Definisi Pola adaptasi Perilaku anggota a. Kemampuan a. Memfasilitasi a. Memberikan informasi

anggota keluarga keluarga dalam keluarga peningkatan nilai-nilai, dan dukungan saat

dalam mengatasi mendukung, memenuhi minat dan tujuan dalam pembuatan keputusan

situasi yang dialami memberi rasa kebutuhan keluarga kesehatan

klien secara efektif nyaman, membantu anggota keluarga b. Memfasilitasi b. Memfasilitasi

dan menunjukkan dan memotivasi selama proses partisipasi anggota perencanaan

keinginan serta anggota keluarga lain perkembangan keluarga dalam penatalaksanaan

kesiapan untuk yang sakit terhadap b. Kapasitas perawatan emosional perawatan kesehatan

meningkatkan kemampuan keluarga untuk dan fisik keluarga

kesehatan keluarga beradaptasi, beradaptasi dan c. Meningkatkan upaya c. Menyeimbangkan

dan klien mengelola dan berfungsi secara kognitif dan perilaku kegiatan keluarga
mengatasi masalah positif setelah untuk menilai dan untuk mencapai tujuan

kesehatan mengalami merespon stressor bersama anggota

kesulitan atau dan/atau kemampuan keluarga

krisis menggunakan sumber- d. Meningkatkan

c. Kondisi emosi sumber yang ada pengetahuan dan

dan pengalaman kemampuan pasien

subyek terhadap untuk menjaga dan

subyek yang meningkatkan

tidak jelas dan kerekatan dan

spesifik akibat keutuhan keluarga

antisipasi bahaya

yang

memungkinkan

individu
melakukan

tindakan untuk

menghadapi

ancaman
Ekspektasi: Ekspektasi:

Membaik Membaik
Gejala dan Tanda KH: KH: a. Observasi a. Observasi

Mayor a. Perasaan a. Pemenuhan 1. Identifikasi 1. Identifikasi

Subjektif: diabaikan kebutuhan kesesuaian antara pemahaman keluarga

a. Anggota keluarga b. Kekhawatiran anggota keluarga harapan pasien, terhadap masalah

menetapkan tentang anggota b. Anggota keluarga, dan tenaga 2. Identifikasi

tujuan untuk keluarga keluarga saling kesehatan mekanisme koping

meningkatkan c. Perilakau mendukung 2. Idenfikasi respons keluarga

gaya hidup sehat mengabaikan c. Anggota emosionalterhadap b. Terapeutik

b. Anggota keluarga anggota keluarga keluarga kondisi saat ini 1. Fasilitasi kunjungan
menetapkan d. Kemampuan menjalankan b. Terapeutik keluarga

sasaran untuk memenuhi peran yang 1. Dengarkan masalah, 2. Fasilitasi

meningkatkan kebutuhan diharapkan perasaan, dan komunikasi terbuka

kesehatan anggota keluarga d. Adaptasi pertanyaan keluarga nalar setiap anggota

Objektif: e. Komitmen pada terhadap masalah 2. Fasilitasi keluarga

(tidak tersedia) perawatan/pengob Ekspektasi: pengungkapan c. Edukasi

Gejala dan Tanda atan meningkat perasaan antara 1. Anjurkan anggota

Minor f. Komunikasi a. Mendiskusikan pasien dan keluarga keluarga

Subjektif: antara anggota makna krisis atau antar anggota mempertahankan

a. Anggota keluarga keluarga b. Mempertahankan keluarga keharmonisan

mengidentifikasi g. toleransi kebiasaan rutin c. Edukasi anggota keluarga

pengalaman yang keluarga 1. Informasikan d. Kolaborasi

mengoptimalkan c. Dukungan kemajuan pasien 1.

kesejahteraan kemandirian secara berkala keluarga, jika perlu


b. Anggota keluarga antar anggota 2. Informasikan

berupaya keluarga fasilitas perawatan

menjelaskan d. Verrbalisasi kesehatan yang

dampak krisis harapan yang tersedia

terhadap positif antar d. Kolaborasi

perkembangan anggota keluarga 1. Rujuk untuk terapi

c. Anggota keluarga e. Menggunakan keluarga, jika perlu

mengungkapkan strategi koping

minat dalam yang efektif

membuat kontak f. Verbalisasi

dengan orang lain perasaan antar

yang mengalami anggota keluarga

situasi yang sama g. Mencari

Objektif: dukungan
(tidak tersedia) emosional dari

anggota keluarga

lain

h. Menganggap

kesulitan sebagai

tantangan

Ekspektasi: menurun

a. Verbalisasi

kebingunan

b. Verbalisasi

khawatir akibat

kondisi yang

dihadapi

c. Perilaku gelisah
d. Perilaku tegang

e. Pola tidur
Diagno Ketidakmampuan Status koping a. Adaptasi a. Dukungan koping a. Intervensi krisis (I.

sis Koping Keluarga (D. keluarga (L. 09088) disabilitas (L. keluarga (I. 09260) (Hal. 09278) (Hal. 125)

(2) 0093) (Hal. 204) (Hal. 116) 05037) (Hal. 14) 28) b. Mobilisasi keluarga (I.
Katego Psikologis
b. Dukungan 13483) (Hal. 234)
ri
Sub Integritas Ego keluarga (L.

kategor 13112) (Hal. 21)

i c. Dukungan sosial

(L. 13113) (Hal.

22)

d. Fungsi keluarga

(L. 13114) (Hal.

26)

e. Ketahanan
keluarga (L.

09074) (Hal. 45)

f. Manajemen

kesehatan

keluarga (L.

12105) (Hal. 63)

g. Tingkat agitasi

(L. 09092) (Hal.

130)
Definisi Perilaku orang Perilaku anggota a. Proses Memfasilitasi peningkatan a. Melakukan konseling

terdekat (anggota keluarga dalam penyesuaian nilai-nilai, minat dan jangka pendek untuk

keluarga atau orang mendukung, fungsional tujuan dalam keluarga mengatasi krisis dan

berarti) yang memberi rasa terhadap mengembangkan

membatasi nyaman, membantu tantangan tingkat fungsi ke

kemampuan dirinya dan memotivasi keterbatasan fisik sebelum krisis atau


dank lien untuk anggota keluarga lain b. Ketersediaan menjadi lebih baik

beradaptasi dengan yang sakit terhadap sokongan b. Memanfaatkan

masalah kesehatan kemampuan anggota keluarga kekuatan keluarga

yang dihadapi klien beradaptasi, untuk memenuhi untuk mempengaruhi

mengelola dan kebutuhan kesehatan pasien secara

mengatasi masalah individu yang positif

kesehatan menjalani

perawatan

c. Ketersediaan

sokongan dari

oran lain untuk

memenuhi

kebutuhan

individu yang
menjalani

perawatan

d. Kemampuan

keluarga

memenuhi

kebutuhan

anggota keluarga

selama proses

perkembangan

e. Kapasitas

keluarga untuk

beradaptasi dan

berfungsi secara

positif setelah
mengalami

kesulitan atau

krisis

f. Kemampuan

menangani

masalah

kesehatan

keluarga secara

optimal untuk

memulihkan

kondisi

kesehatan

anggota keluarga

g. Manifestasi
fisiologis dan

perilaku akibat

stress atau

pemicu biokimia
Ekspektasi: Ekspektasi:

membaik meningkat
Gejala dan tanda KH: KH: a. Observasi a. Observasi

Mayor a. Perasaan a. Verbalisasi 1. Identifikasi respon 1. Identifikasi kekuatan

Subjektif: diabaikan menyesuaikan emosional terhadap dan sumberdaya di

a. Merasa diabaikan b. Kekhawatiran diri dengan kondisi saat ini dalam keluarga dan

Objektif: tentang anggota disabilitas 2. Identifikai beban masyarakat

a. Tidak memenuhi keluarga b. Verbalisasi prognosis secara 2. Identifikasi kesiapan

kebutuhan c. Perilakau rekonsiliasi psikologis dan kemampuan

anggota keluarga mengabaikan dengan b. Terapeutik anggota keluarga

b. Tidak toleran anggota keluarga disabilitas 1. Dengarkan masalah, untuk belajar


c. Mengabaikan d. Kemampuan c. Adaptasi dengan perasaan, dan 3. Identifikasi

anggota keluarga memenuhi keterbatasan fisik pertanyaan keluarga keterbatasan,

Gejala dan Tanda kebutuhan d. Modifikasi pola 2. Terima nilai-nilai kemajuan, dan

Minor anggota keluarga hidup sesuai keluarga dengan cara implikasi perawatan

Subjektif: e. Komitmen pada kondisi yang tidak b. Terapeutik

a. Terlalu khawatir perawatan/pengob disabilitas menghakimi 1. Jadilah pendengar

dengan anggota atan Ekspektasi: 3. Fasilitasi yang baik untuk

keluarga f. Komunikasi meningkat pengungkapan anggota keluarga

b. Merasa tertekan antara anggota a. Anggota keluarga perasaan antara 2. BHSP dengan

(depresi) keluarga verbalisasi pasien dan keluarga anggota keluarga

Objektif: g. Toleransi keinginan untuk atau antar anggota 3. Dukung kegiatan

a. Perilaku mendukung keluarga anggota keluarga

menyerang anggota keluarga 4. Fasilitasi anggota dalam

(agresi) yang sakit keluarga dalam mempromosikan


b. Perilaku b. Menanyakan mengidentifikasi dan kesehatan atau

menghasut kondisi pasien menyelesaikan pengelolaan kondisi

(agitasi) c. Mencari konflik nilai 4. Libatkan anggota

c. Tidak dukungan sosial c. Edukasi keluarga untuk

berkomitmen bagi anggota 1. Informasikan fasilitas mengodentifikasi

d. Menunjukkan keluarga yang perawatan kesehatan layanan kesehatan

gejala sakit yang tersedia dan sumber daya

psikosomatis d. Mencari d. Kolaboras masyarakat

e. Perilaku menolak dukungan 1. Rujuk untuk terapi c. Edukasi

f. Perawatan yang spiritual bagi kelaurga, jika perlu 1. Berikan informasi

mengabaikan anggota keluarga kesehatan kepada

kebutuhan dasar Ekspektasi: keluarga, sesuai

klien meningkat kebutuhan

g. Mengabaikan a. Kemampuan
perawatan/pengob meminta bantuan d. Kolaborasi

atan anggota pada orang lain 1. Rujuk anggota

keluarga b. Bantuan yang keluarga pada

h. Perilaku ditawarkan oleh dukungan kelompok,

bermusuhan orang lain jika perlu

i. Perilaku c. Dukungan emosi

individualistic yang disediakan

j. Upaya oleh orang lain

membangun Ekspektasi:

hidup bermakna membaik

terganggu a. Pemenuhan

k. Perilaku sehat kebutuhan

terganggu anggota keluarga

l. Ketergantungan b. Anggota keluarga


anggota keluarga saling

meningkat mendukung

m. Realistis c. Anggota keluarga

kesehatan menjalankan

anggota keluarga peran yang

terganggu diharapkan

d. Adaptasi

terhadap masalah

Ekspektasi:

meningkat

a. Mendiskusikan

makna krisis

b. Mempertahankan

kebiasaan rutin
keluarga

c. Dukungan

kemandirian

antar anggota

keluarga

d. Verbalisasi

harapan yang

positif antar

anggota keluarga

e. Menggunakan

strategi koping

yang efektif

Ekspektasi:

meningkat
a. Kemampuan

menjelaskan

masalah

kesehatan yang

dialami

b. Aktivitas

keluarga

mengatasai

masalah

kesehatan tepat

c. Verbalisasi

kesulitan

menjalankan

perawatan yang
ditetapkan

Ekspektasi:

menurun

a. Kegelisahan

b. Frustasi

c. Sifat lekas marah

d. Tidak mampu

menahan diri
Diagno Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan a. Manajemen Promosi perilaku upaya a. Identifikasi risiko (I.

sis Cenderung Berisiko (L. 12107) (Hal. 88) kesehatan kesehatan (I. 12472) (Hal. 14502) (Hal. 120)

(3) (D. 0099) (Hal. 216) keluarga (L. 380) b. Konseling (I. 10334)
Katego Psikologis
12105) (Hal. 63) (Hal. 133)
ri
Sub Integritas Ego

kategor

i
Definisi Hambatan Kemampuan dalam Kemampuan Meningkatkan perubahan a. Menemukan dan

kemampuan dalam mengubah gaya menangani masalah perilaku penderita/klien menganalisis

mengubah gaya hidup/perilaku untuk kesehatan keluarga agar memiliki kemauan kemungkinan faktor-

hidup/perilaku untuk memperbaiki status secara optimal untuk dan kemampuan yang faktor risiko yang dapat

memperbaiki status kesehatan memulihkan kondisi kondusif bagi kesehatan mengganggu kesehatan

kesehatan kesehatan anggota secara menyeluruh baik

keluarga bagi lingkungan maupun b. Memberikan bimbingan

masyarakat sekitarnya untuk meningkatkan

atau mendukung

penganan, pemecahan

masalah dan hubungan

interpersonal
Ekspektasi: Ekspektasi:

membaik Meningkat
Gejala dan Tanda a. Penerimaan a. Kemampuan a. Observasi a. Observasi
Mayor terhadap menjelaskan 1. Identifikasi 1. Identifikasi perilaku

Subjektif: perubahan status masalah perilaku upaya keluarga yang

(tidak tersedia) kesehatan kesehatan yang kesehatan yang mempengaruhi

Objektif: b. Kamampuan dialami dapat ditingkatkan pasien

a. Menunjukkan melakukan b. Aktivitas b. Terapeutik b. Terapeutik

penolakan tindakan keluarga 1. Orientasi 1. Bina hubungan dan

terhadap pencegahan mengatasai pelayanan terapeutik

perubahan status masalah masalah kesehatan yang berdasarkan rasa

kesehatan kesehatan kesehatan tepat dapat pervaya dan

b. Gagal melakukan c. Kemampuan c. Verbalisasi dimanfaatkan penghargaan

tindakan peningkatan kesulitan c. Edukasi 2. Berikan empati,

pencegahan kesehatan menjalankan 1. Anjurkan kehangatan, dan

masalah perawatan yang menggunakan air kejujuran

kesehatan ditetapkan bersih 3. Fasilitasi untuk


c. Menunjukkan 2. Anjurkan mencuci mengidentifikasi

upaya tangan dengan air masalah

peningkatan bersih dan sabun c. Edukasi

status kesehatan 3. Anjurkan 1. Anjurkan

yang minimal menggunakan mengekspresikan

Gejala dan Tanda jamban sehat perasaan

Minor 4. Anjurkan makan 2. Anjurkan mengganti

Subjektif: sayur dan buah kebiasaan

(tidak tersedia) setiap hari maladaptif dengan

Objektif: 5. Anjurkan adaptif

a. Gagal mencapai melakukan

pengendalian aktivitas fisik

yang optimal setiap hari

6. Anjurkan tidak
merokok di dalam

rumah
Diagno Penurunan Koping Status koping a. Fungsi keluarga a. Dukungan koping Mobilisasi keluarga (I.

sis Keluarga (D. 0097) keluarga (L. 09088) (L. 13114) (Hal. keluarga (I. 09260) 13483) (Hal. 234)

(4) (Hal. 212) (Hal. 116) 26) (Hal. 28)


Katego Psikologis
b. Ketahanan b. Promosi koping (I.
ri
Sub Integritas Ego keluarga (L. 09312) ( Hal. 375)

kategor 09074) (Hal. 45)

i c. Tingkat ansietas

(L. 09093) (Hal.

132)
Definisi Ketidakadekuatan Perilaku anggota a. Kemampuan a. Memfasilitasi Memanfaatkan kekuatan

atau ketidakefektifan keluarga dalam keluarga peningkatan nilai-nilai, keluarga untuk

dukungan, rasa mendukung, memenuhi minat dan tujuan dalam mempengaruhi kesehatan

nyaman, bantuan dan memberi rasa kebutuhan keluarga pasien secara positif
motivasi orang nyaman, membantu anggota keluarga b. Meningkatkan upaya

terdekat (anggota dan memotivasi selama proses kognitif dan perilaku

keluarga atau orang anggota keluarga lain perkembangan untuk menilai dan

berarti yang yang sakit terhadap b. Kapasitas merespon stressor

dibutuhkan klien kemampuan keluarga untuk dan/atau kemampuan

untuk mengelola atau beradaptasi, beradaptasi dan menggunakan sumber-

mengatasi masalah mengelola dan berfungsi secara sumber yang ada

kesehatannya. mengatasi masalah positif setelah

kesehatan mengalami

kesulitan atau

krisis

c. Kondisi emosi

dan pengalaman

subyek terhadap
subyek yang

tidak jelas dan

spesifik akibat

antisipasi bahaya

yang

memungkinkan

individu

melakukan

tindakan untuk

menghadapi

ancaman
Ekspektasi: Ekspektasi:

Membaik Membaik
Gejala dan Tanda KH: KH: a. Observasi a. Observasi

Mayor a. Perasaan a. Pemenuhan 1. Identifikasi 1. Identifikasi kekuatan


Subjektif: diabaikan kebutuhan kesesuaian antara dan sumberdaya di

a. Klien b. Kekhawatiran anggota keluarga harapan pasien, dalam keluarga dan

mengeluh/khawat tentang anggota b. Anggota keluarga, dan tenaga masyarakat

ir tentang respon keluarga keluarga saling kesehatan 2. Identifikasi kesiapan

orang terdekat c. Perilakau mendukung 2. Idenfikasi respons dan kemampuan

pada masalah mengabaikan c. Anggota emosionalterhadap anggota keluarga

kesehatan anggota keluarga keluarga kondisi saat ini untuk belajar

Objektif: d. Kemampuan menjalankan b. Terapeutik 3. Identifikasi

a. Orang terdekat memenuhi peran yang 1. Dengarkan masalah, keterbatasan,

menarik diri dari kebutuhan diharapkan perasaan, dan kemajuan, dan

klien anggota keluarga d. Adaptasi pertanyaan keluarga implikasi perawatan

b. Terbatasnya e. Komitmen pada terhadap masalah 2. Fasilitasi b. Terapeutik

komunikasi orang perawatan/pengo Ekspektasi: pengungkapan 1. Jadilah pendengar

terdekat dengan batan meningkat perasaan antara yang baik untuk


klien f. Komunikasi a. Mendiskusikan pasien dan keluarga anggota keluarga

Gejala dan Tanda antara anggota makna krisis atau antar anggota 2. BHSP dengan

Minor keluarga b. Mempertahankan keluarga anggota keluarga

Subjektif: h. toleransi kebiasaan rutin c. Edukasi 3. Dukung kegiatan

a. Orang terdekat keluarga 1. Informasikan anggota keluarga

menyatakan c. Dukungan kemajuan pasien dalam

kurang terpapar kemandirian secara berkala mempromosikan

informasi tentang antar anggota 2. Informasikan kesehatan atau

upaya mengatasi keluarga fasilitas perawatan pengelolaan

masalah klien d. Verrbalisasi kesehatan yang kondisi

Objektif: harapan yang tersedia 4. Libatkan anggota

a. Bantuan yang positif antar d. Kolaborasi keluarga untuk

dilakukan orang anggota keluarga 1. Rujuk untuk terapi mengodentifikasi

terdekat e. Menggunakan keluarga, jika perlu layanan kesehatan


menunjukkan strategi koping dan sumber daya

hasil yang tidak yang efektif masyarakat

memuaskan f. Verbalisasi 5. Edukasi

b. Orang terdekat perasaan antar 6. Berikan informasi

berperilaku anggota keluarga kesehatan kepada

protektif yang g. Mencari keluarga, sesuai

tidak sesuai dukungan kebutuhan

dengan emosional dari c. Kolaborasi

kemampuan/kem anggota keluarga 1. Rujuk anggota

andirian klien lain keluarga pada

h. Menganggap dukungan kelompok,

kesulitan sebagai jika perlu

tantangan

Ekspektasi: menurun
a. Verbalisasi

kebingunan

b. Verbalisasi

khawatir akibat

kondisi yang

dihadapi

c. Perilaku gelisah

d. Perilaku tegang

e. Pola tidur
Diagno Manajemen Manajemen a. Ketahanan a. Dukungan keluarga Mobilisasi keluarga (I.

sis Kesehatan Keluarga kesehatan keluarga keluarga (L. merencanakan 13483) (Hal. 234)

(5) Tidak Efektif (L. 12105) (Hal. 63) 09074) (Hal. 45) perawatan (I. 13477)

(D.0115) (Hal. 254) b. Status kesehatan (Hal. 26)


Katego Perilaku
keluarga (L. b. Koordinasi diskusi
ri
Sub Penyuluhan dan 12108) (Hal. keluarga (I. 12482)
kategor Pembelajaran 112) (Hal. 140)

i
Definisi Pola penanganan Kemampuan a. Kapasitas a. Memfasilitasi Memanfaatkan kekuatan

masalah kesehatan menangani masalah keluarga untuk perencanaan keluarga untuk

dalam keluarga tidak kesehatan keluarga beradaptasi dan penatalaksanaan mempengaruhi kesehatan

memuaskan untuk secara optimal untuk berfungsi secara perawatan kesehatan pasien secara positif

memulihkan kondisi memulihkan kondisi positif setelah keluarga

kesehatan anggota kesehatan anggota mengalami b. Menyeimbangkan

keluarga keluarga kesulitan atau kegiatan keluarga

krisis untuk mencapai

b. Kondisi tujuan bersama

kesejahteraan anggota keluarga

fisik, mental dan

sosial keluarga
Ekspektasi: Ekspektasi:
Meningkat Meningkat
Gejala dan Tanda KH: KH: a. Observasi a. Observasi

Mayor a. Kemampuan a. Mendiskusikan 1. Identifikasi a)Identifikasi kekuatan

Subjektif: menjelaskan makna krisis kebutuhan dan dan sumberdaya di

a. Mengungkapkan masalah b. Mempertahankan harapan keluarga dalam keluarga dan

tidak memahami kesehatan yang kebiasaan rutin tentang kesehatan masyarakat

masalah dialami keluarga 2. Identifikasi sumber- b)Identifikasi kesiapan

kesehatan yang b. Aktivitas c. Dukungan sumber yang dan kemampuan

diderita keluarga kemandirian antar dimiliki keluarga anggota keluarga

b. Mengungkapkan mengatasai anggota keluarga 3. Identifikasi tindakan untuk belajar

kesulitan masalah d. Verrbalisasi yang dapat c)Identifikasi

menjalankan kesehatan tepat harapan yang dilakukan keluarga keterbatasan,

perawatan yang c. Verbalisasi positif antar b. Terapeutik kemajuan, dan

ditetapkan kesulitan anggota keluarga 1. Motivasi implikasi perawatan

Objektif: menjalankan e. Menggunakan pengembangan b. Terapeutik


a. Gejala penyakit perawatan yang strategi koping sikap dan emosi d)Jadilah pendengar

anggota keluarga ditetapkan yang efektif yang mendukung yang baik untuk

semakin f. Verbalisasi upaya kesehatan anggota keluarga

memberat perasaan antar 2. Gunakan sarana dan e)BHSP dengan

b. Aktivitas anggota keluarga fasilitas yang ada anggota keluarga

keluarga untuk g. Mencari dalam keluarga f) Dukung kegiatan

mengatasi dukungan c. Edukasi anggota keluarga

masalah emosional dari 1. Informasikan dalam

kesehatan tidak anggota keluarga fasilitas kesehatan mempromosikan

tepat lain yang ada di kesehatan atau

Gejala dan Tanda h. Menganggap lingkungan keluarga pengelolaan kondisi

Minor kesulitan sebagai 2. Ajarkan cara g)Libatkan anggota

Subjektif: tantangan perawatan yang bisa keluarga untuk

(tidak tersedia) Ekspektasi: dilakukan keluarga mengodentifikasi


Objektif: meningkat layanan kesehatan

a. Gagal melakukan a. Kesehatan fisik dan sumber daya

tindakan untuk anggota keluarga masyarakat

mengurangi b. Kesehatan c. Edukasi

faktor risiko mental anggota h)Berikan informasi

keluarga kesehatan kepada

keluarga, sesuai

kebutuhan

d. Kolaborasi

i) Rujuk anggota

keluarga pada

dukungan kelompok,

jika perlu
Diagno Gangguan Proses Proses keluarga (L. Dukungan keluarga a. Promosi proses efektif a. Pendampingan keluarga

sis Keluarga (D.0120) 13123) (Hal. 98) (L. 13112) (Hal. 21) keluarga (I. 13496) (I. 13486) (Hal. 287)
(6) (Hal. 266) (Hal. 383)
Katego Relasional
b. Terapi keluarga (I.
ri
Sub Interaksi Sosial 09322) (Hal. 425)

kategor

i
Definisi Perubahan dalam Kemampuan untuk Ketersediaan a. Melakukan tindakan Mendampingi keluarga

hubungan atau fungsi berubah dalam sokongan anggota untuk mempertahankan dan atau anggota keluarga

keluarga hubungan aatau keluarga untuk dan meningkatkan dalam menjalani regimen

fungsi keluarga memenuhi proses dalam keluarga pengobatan atau

kebutuhan individu b. Menggunakan anggota menghadapi masalah

yang menjalani keluarga untuk kesehatan

perawatan menggerakkan

keluarga melakukan

cara hidup yang lebih

produktif
Ekspektasi: membaik Ekspektasi:

meningkat
Gejala dan Tanda KH: KH: a. Observasi a. Observasi

Mayor a. Adaptasi keluarga a. Anggota keluarga 1. Identifikasi tipe j) Identifikasi

Subjektif: terhadap situasi verbalisasi proses keluarga kebutuhan keluarga

(tidak tersedia) b. Kemampuan keinginan untuk 2. Identifikasi terkait masalah

Objektif: keluarga mendukung masalah atau kesehatan keluarga

a. Keluarga tidak berkomunikasi anggota keluarga gangguan dalam k)Identifikasi tugas

mampu secara terbuka yang sakit proses keluarga kesehatan keluarga

beradaptasi diantara anggota b. Menanyakan b. Terapeutik yang terhambat

terhadap situasi keluarga kondisi pasien 1. Pertahankan b. Terapeutik

b. Tidak mampu c. Mencari interaksi yang l) BHSP dengan

berkomunikasi dukungan sosial berkelanjutan keluarga

secara terbuka bagi anggota dengan anggota m) Dengarkan

diantara anggota keluarga yang keluarga keinginan dan


keluarga sakit 2. Motivasi anggota perasaan keluarga

Gejala dan Tanda d. Mencari keluarga untuk n)Dukungan

Minor dukungan melakukan mekanisme koping

Subjektif: spiritual bagi aktivitas bersama adaptif yang

a. Keluarga tidak anggota keluarga seperti makan digunakan keluarga

mampu bersama, diskusi c. Edukasi

mengungkapkan bersama keluarga o)Ajarkan mekanisme

perasaan secara c. Edukasi koping yang dapat

leluasa 1. Diskusikan dijalankan keluarga

Objektif: dukungan sosial dari

a. Keluarga tidak sekitar keluarga

mampu

memenuhi

kebutuhan
fisik/emosional/sp

iritual anggota

keluarga

b. Keluarga tidak

mampu mencari

atau menerima

bantuan secara

tepat
Diagno Kesiapan Peran menjadi orang a. Keamanan c. Promosi antisipasi a. Promosi keutuhan

sis Peningkatan Menjadi tua (L. 13120) (Hal. lingkungan rumah keluarga (I. 12466) keluarga (I. 13490)

(7) Orang Tua (D. 0122) 79) (L. 14126) (hal. (Hal. 357) (Hal. 372)

(Hal. 270) 36)


Katego Relasional
b. Penampilan peran
ri
Sub Interaksi Sosial (L. 13119) (hal.

kategor 75)
i
Definisi Pola pemberian Kemampuan orang a. Pengaturan ruang Meningkatkan kesiapan Meningkatkan

lingkungan bagi anak tua memberi dan perabot keluarga untuk mencegah pengetahuan dan

atau anggota lingkungan bagi anak untuk mencegah perkembangan atau krisis kemampuan pasien untuk

keluarga yang cukup atay anggota terjadinya cedera situasi akibat masalah menjaga dan

untuk memfasilitasi keluarga yang cukup, fisik di rumah kesehatan meningkatkan kerekatan

pertumbuhan dan untuk memfasilitasi b. Pola perilaku dan keutuhan keluarga

perkembangan serta pertumbuhan dan sesuai dengan

dapat ditingkatkan perkembangan harapan, norma

dan lingkungan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi:

meningkat
Gejala dan Tanda KH: KH: a. Observasi a. Observasi

Mayor a. Bounding a. Pemeliharaan 1. Identifikasi metode 1. Identifikasi

Subjektif: attachment rumah pemecahan masalah pemahaman

a. Mengekspresikan b. Perilaku positif b. Pencahayaan yang sering keluarga terhadap


keinginan untuk menjadi orang tua eksterior digunakan keluarga masalah

meningkatkan c. Interaksi c. Pencahayaan b. Terapeutik 2. Identifikasi adanya

peran menjadi perawatan bayi interior 1. Fasilitasi dalam konflik prioritas

orang tua Ekspektasi: memutuskan strategi antar anggota

Objektif: membaik pemecahan masalah keluarga

a. Tampak adanya KH: yang dihadapi 3. Identifikasi

dukungan emosi a. Verbalisasi keluarga mekanisme koping

dan pengertian harapan 2. Libatkan seluruh keluarga

pada anak atau terpenuhi anggota keluarga 4. Monitor hubungan

anggota keluarga b. Verbalisasi dalam upaya antar anggota

Gejala dan Tanda harapan antisipasi masalah keluarga

Minor terpenuhi kesehatan, jika b. Terpeutik

Subjektif: c. Verbalisasi memungkinkan 1. Fasilitasi

a. Anak atau kepuasan peran c. Edukasi kunjungan keluarga


anggota keluarga d. Adaptasi peran 1. Jelaskan 2. Fasilitasi keluarga

lainnya e. Strategi koping perkembangan dan melakukan

mengekspresikan yang efektif perilaku yang pengambilan

kepuasan dengan normal kepada keputusan dan

lingkungan rumah keluarga pemecahan

b. Anak atau d. Kolaborasi masalah

anggota keluarga Kerjasama dengan 3. Fasilitasi

mengungkapkan tenaga kesehatan komunikasi terbuka

harapan yang terkait lainnya, jika nalar setiap

realistis perlu anggota keluarga

Objektif: c. Edukasi

a. Kebutuhan fisik 1. Anjurkan anggota

dan emosi keluarga

anak/anggota mempertahankan
keluarga keharmonisan

terpenuhi keluarga

d. Kolaborasi

1. Rujuk untuk terapi,

jika perlu
Diagno Kesiapan Proses Keluarga a. Dukungan Promosi antisipasi a. Dukungan penampilan

sis peningkatan proses (L.13123) (Hal.98) Keluarga (L. Keluarga (I. 12466) (Hal. peran (1.13478)

(8) keluarga (D.0123) 13112) (Hal. 21) 357) (Hal.33)


Katego Relasional
b. Kinerja b. Edukasi keluarga
ri
Sub Interaksi Sosial Pengasuhan c. Edukasi nutrisi anak

Katego (L.13117)

ri c. Status kesehatan

Keluarga (L.

12108) (Hal.

112)
d. Status Koping

Keluarga

(L.09088) (Hal.

116)
Definisi Pola fungsi keluarga Ketidakmampuan a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi pasien

yang cukup untuk untuk berubah dalam sokongan keluarga untuk mencegah dan keluarga untuk

mendukung hubungan atau fungsi anggota keluarga perkembangan atau krisis mempernbaiki

kesejahteraan keluarga untuk memenuhi situasi akibat masalah hubungan dengan

anggota keluarga dan kebutuhan kesehatan mengklarifikasi dan

dapat ditingkatkan individu yang memenuhi perilaku

menjalani peran tertentu

perawatan

b. Pola pemberian

lingkungan bagi

anak atau
anggota keluarga

untuk

mendukung dan

membangun

aspek fisik,

emosi, dan sosial

c. Kondisi

kesejahteraan

fisik, mental dan

sosial keluarga

d. Perilaku anggota

keluarga dalam

mendukung,

memberi rasa
nyaman,

membantu dan

memotivasi

anggota keluarga

lain yang sakit

terhadap

kemampuan

beradaptasi,

mengelola dan

mengatasi

masalah

kesehatan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi:

Meningkat
Gejala dan Tanda KH: KH: a. Observasi Observasi:
Mayor a. Adaptasi a. Anggota Identifikasi metode a. Identifikasi berbagai

Subjektif: keluarga terhadap keluarga pemecahan masalah peran dan periode

a. Mengekspresikan situasi verbalisasi yang sering transisi sesua tingkat

keinginan untuk b. Kemampuan keinginan untuk digunakan keluarga perkembangan

meningkatkan keluarga mendukung b. Terapeutik b. Identifikasi peran yang

dinamika berkomunikasi anggota keluarga 1. Fasilitasi dalam ada dalam keluarga

keluarga secara terbuka yang sakit memutuskan c. Identifikasi adanya

Objektif diantara anggota b. Menanyakan strategi pemecahan peran yang tidak

a. Menunjukkan keluarga kondisi pasien masalah yang terpenuhi

fungsi keluarga c. Mencari dihadapi keluarga Terapeutik

dalam memenuhi dukungan sosial 2. Libatkan seluruh a. Fasilitasi adaptasi peran

kebutuhan fisik, bagi anggota anggota keluarga keluarag terhadap

sosial, dan keluarga yang dalam upaya perubahan peran yang

psikologis sakit antisipasi masalah tidak diinginkan


anggota keluarga d. Mencari kesehatan, jika b. fasilitasi bermain peran

b. Menunjukkan dukungan memungkinkan dalam mengantisipasi

aktifitas untuk spiritual bagi c. Edukasi reaksi orang lain

mendukung anggota keluarga 1. Jelaskan terhadap perilaku

keselamatan dan Ekpektasi perkembangan dan Edukasi

pertumbuhan Meningkat: perilaku yang a. Diskusikan perilaku

anggota keluarga a. Pemenuhan normal kepada yang dibutuhkan untuk

c. Peran keluarga kebutuhan fisik keluarga pengembangan peran

fleksibel dan anak d. Kolaborasi b. Diskusikan perubahan

tepat dengan b. Pemenuhan 1. Kerjasama dengan peran yang diperlukan

tahap kebutuhan emosi tenaga kesehatan akibat penyakit atau

perkembangan anak terkait lainnya, jika ketidakmampuan

d. Terlihat adanya c. Pemebuhan perlu Kolaborasi

respek dengan kebutuhan a. Rujuk dalam kelompok


anggota keluarga Ekspektasi: untuk mempelajari

Gejala dan meningkat peran baru

Tanda Minor a. Kesehatan fisik

Subjektif anggota keluarga

(Tidak tersedia) b. Kesehatan

Objektif mental anggota

a. Keluarga keluarga

menunjukkan Ekepektasi:

minta melakukan Meningkat

aktivitas hidup a. Perasaan

sehari-hari yang diabaikan

positif b. Kekhawatiran

b. Terlihat adanya tentang anggota

kemampuan keluarga
keluarga untuk c. Perilakau

pulih dari kondisi mengabaikan

sulit anggota keluarga

c. Tampak d. Kemampuan

keseimbangan memenuhi

antara otonomi dan kebutuhan

kebersamaan anggota keluarga

d. Batasan-batasan e. Komitmen pada

anggota keluarga perawatan/pengob

dipertahankan atan

e. Hubungan dengan f. Komunikasi

masyarakat terjalin antara anggota

positif keluarga

f. Keluarga Toleransi
beradaptasi dengan

perubahan
Diagno Ketegangan Peran Peran Pemberi a. Dukungan Edukasi pada Pengasuh a. Promosi perilaku

sis Pemberi Asuhan Asuhan (L.13121) keluarga (L. (1.12402) (Hal.77) upaya kesehatan (I.

(9) (D.0124) (Hal.80) 13112) (Hal. 21) 12472) (Hal. 380)


Katego Relasional
b. Fungsi Keluarga b. Bimbingan sistem
ri
Sub Interaksi Sosial (L. 13114) (Hal. pendukung

Katego 26) c. Dukungan kelompok

ri c. Ketahanan d. Dukungan keluarga

Personal merencanakan

(L.09073)

(Hal.44)

d. Ketahanan

Keluarga (L.

09074) (Hal. 45)


e. Kinerja

Pengasuhan

(L.13117)

f. Penampilan

Peran (L. 13119)

(hal. 75)

g. Peran Menjadi

Orang Tua

(L.13120)

(Hal.79)
Definisi Kesulitan dalam Kemampuan a. Ketersediaan Memberikan informasi dan e. Meningkatkan

melakukan peran berperan sokongan dukungan untuk perubahan perilaku

pemberi asuhan memberikan asuhan anggota keluarga memfasilitasi pemberian penderita/klien agar

dalam keluarga dalam keluarga untuk memenuhi perawatan oleh pengasuh memiliki kemauan dan

kebutuhan kemampuan yang


individu yang kondusif bagi kesehatan

menjalani secara menyeluruh baik

perawatan bagi lingkungan

b. Kemampuan maupun masyarakat

keluarga sekitarnya

memenuhi

kebutuhan

anggota keluarga

selama proses

perkembangan

c. Kapasistas untuk

beradaptasi dan

berfungsi secara

positif setelah
mengalami

kesulitan atau

krisis

d. Kapasitas

keluarga untuk

beradaptasi dan

berfungsi secara

positif setelah

mengalami

kesulitan atau

krisis

e. Pola pemberian

lingkungan bagi

anak atau
anggota keluarga

untuk

mendukung dan

membangun

aspek fisik,

emosi, dan sosial

f. Pola perilaku

sesuai dengan

harapan, norma

dan lingkungan

g. Kemampuan

orang tua

memberi

lingkungan bagi
anak atau

anggota

keluaraga yang

cukup, untuk

memfasilitasi dan

perkembangan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi:

membaik
Gejala dan Tanda KH : KH: a. Observasi Observasi

Mayor a. Kemampuan a. Pemenuhan 1. Identifikasi 1. Identifikasi perilaku

Subjektif: memberi asuhan kebutuhan pemahaman dan upaya kesehatan yang

a. Khawatir klien b. Kemampuan anggota keluarga kesiapan peran dapat ditingkatkan

akan kembali merawat pasien b. Anggota keluarga pengasuh Terapeutik

dirawat di rumah c. Kemampuan saling 2. Identifikasi sumber 1. Orientasi pelayanan

sakit menyelesaikan mendukung dukungan dan kesehatan yang dapat


b. Khawatir tentang tugas merawat c. Anggota keluarga kebutuhan istirahat dimanfaatkan

kelanjutan pasien menjalankan pengasuh d. Edukasi

perawatan klien peran yang 3. Berikan dukungan 1. Anjurkan

c. Khawatir tentang diharapkan pada pengasuh menggunakan air

ketidakmampuan d. Adaptasi selama pasien bersih

pemberi asuhan terhadap masalah mengalami 2. Anjurkan mencuci

dalam merawat Ekspektasi: kemunduran tangan dengan air

klien membaik 4. Dukung bersih dan sabun

Objektif: a. Mendiskusikan keterbatasan 3. Anjurkan

(tidak tersedia) makna krisis pengasuh dan menggunakan

Gejala dan Tanda b. Mempertahankan diskusikan dengan jamban sehat

Minor kebiasaan rutin pasien 4. Anjurkan makan

Subjektif: keluarga b. Edukasi sayur dan buah

(tidak tersedia) c. Dukungan 1. Jelaskan dampak setiap hari


Objektif: kemandirian ketergantungan 5. Anjurkan

Sulit melakukan antar anggota anak pada melakukan

dan/atau keluarga pengasuh aktivitas fisik

menyelesaikan tugas d. Verrbalisasi 2. Ajarkan pengasuh setiap hari

merawat klien harapan yang meneksplorasi 6. Anjurkan tidak

positif antar kekuatan dan merokok di dalam

anggota keluarga kelmahannya rumah

e. Menggunakan 3. Ajarkan pengasuh

strategi koping cara memberikan

yang efektif dukungan

f. Verbalisasi perawatan diri

perasaan antar

anggota keluarga

g. Mencari
dukungan

emosional dari

anggota keluarga

lain

h. Menganggap

kesulitan sebagai

tantangan

Ekspektasi:

meningkat

a. Verbalisasi

harapan yang

positif

b. Menggunakan

strategi koping
yang efektif

c. Menunjukkan

garfa diri yang

positif

d. Mengambil

tanggung jawab

Diagno Penampilan peran Penampilan Peran a. Adaptasi Dukungan penampilan a. Promosi perilaku

sis tidak efektif (L. 13119) (hal. 75) Disabilitas Peran (L.13478) (Hal.33) upaya kesehatan (I.

(10) (D.0125) (L.05037) (Hal. 12472) (Hal. 380)

14) b. Dukungan Kelompok


Katego Relasional
b. Fungsi Keluarga c. Edukasi orang Tua;
ri
Sub Interaksi Sosial (L. 13114) (Hal. fase bayi

Katego 26) d. Edukasi OrangTua;

ri c. Interaksi Sosial Fase anak


(L.13115)

(Hal.34)
Definisi Pola perilaku yang Pola perilaku sesuai a. Proses Memfasilitasi pasien dan Meningkatkan perubahan

berubah atau tidak dengan harapan, penyesuaian keluarga untuk perilaku penderita/klien

sesuai dengan norma dan fungsional mempernbaiki hubungan agar memiliki kemauan

harapan, norma, dan lingkungan terhadap dengan mengklarifikasi dan kemampuan yang

lingkungan tantangan dan memenuhi perilaku kondusif bagi kesehatan

keterbatasan fisik peran tertentu secara menyeluruh baik

b. Kemampuan bagi lingkungan maupun

keluarga masyarakat sekitarnya

memenuhi

kebutuhan

anggota keluarga

selama proses

perkembangan
c. Kuantitas dan/

atau kualitas

hubungan sosial

yang cukup

Ekspektasi: Ekspektasi:

Membaik Membaik
Gejala dan Tanda KH: KH: a. Observasi: Observasi

Mayor a. Verbalisasi a. Verbalisasi 1. Identifikasi 1. Identifikasi perilaku

Subjektif: harapan menyesuaikan berbagai peran dan upaya kesehatan yang

a. Merasa bingung terpenuhi diri dengan periode transisi dapat ditingkatkan

menjalankan peran b. Verbalisasi disabilitas sesua tingkat Terapeutik

b. Merasa harapan harapan b. Verbalisasi perkembangan 1. Orientasi pelayanan

tidak terpenuhi terpenuhi rekonsiliasi 2. Identifikasi peran kesehatan yang dapat

c. Merasa tidak puas c. Verbalisasi dengan yang ada dalam dimanfaatkan


dalam kepuasan peran disabilitas keluarga Edukasi

menjalankan peran d. Adaptasi peran c. Adaptasi dengan 3. Identifikasi adanya 1. Anjurkan

Objektif e. Strategi koping keterbatasan fisik peran yang tidak menggunakan air

d. Konflik peran yang efektif Ekspektasi: terpenuhi bersih

e. Adaptasi tidak membaik b. Terapeutik 2. Anjurkan mencuci

adekuat a. Mendiskusikan 1. Fasilitasi adaptasi tangan dengan air

f. Strategi koping makna krisis peran keluarag bersih dan sabun

tidak efektif b. Mempertahankan terhadap perubahan 3. Anjurkan

Gejala dan Tanda kebiasaan rutin peran yang tidak menggunakan jamban

Minor keluarga diinginkan sehat

Subjektif: c. Dukungan 2. fasilitasi bermain 4. Anjurkan makan

a. Merasa cemas kemandirian peran dalam sayur dan buah setiap

Objektif: antar anggota mengantisipasi hari

a. Depresi keluarga reaksi orang lain 5. Anjurkan melakukan


b. Dukungan sosial d. Verrbalisasi terhadap perilaku aktivitas fisik setiap

kurang harapan yang c. Edukasi hari

c. Kurang positif antar 1. Diskusikan 6. Anjurkan tidak

bertanggungjawa anggota keluarga perilaku yang merokok di dalam

b menjalankan e. Menggunakan dibutuhkan untuk rumah

peran strategi koping pengembangan

yang efektif peran

f. Verbalisasi 2. Diskusikan

perasaan antar perubahan peran

anggota keluarga yang diperlukan

g. Mencari akibat penyakit

dukungan atau

emosional dari ketidakmampuan

anggota keluarga d. Kolaborasi


lain - Rujuk dalam

h. Menganggap kelompok untuk

kesulitan sebagai mempelajari peran

tantangan baru

Ekspektasi:

Meningkat

a. Perasaan nyaman

dengan sitiasi

sosial

b. Perasaan mudah

menerima atau

mengkomunikasi

kan perasaan

c. Responsif pada
orang lain

Diagno Pencapaian peran Peran Menjadi Orang a. Dukungan Promosi Antisipasi a. Dukungan penampilan

sis menjadi orang Tua Tua (L. 13120) (Hal. Keluarga (L. Keluarga (I. 12466) (Hal. Peran (L.13478)

(11) (D.0126) 79) 13112) (Hal. 21) 357) (Hal.33)

b. Dukungan Sosial b. Edukasi Nutrisi Anak


Katego Relasional
(L. 13113) (Hal. c. Edukasi Nutrisi Bayi
ri
Sub Interaksi Sosial 22)

Katego c. Keterlibatan

ri Sosial (L.13116)

(Hal. 47)

d. Tingkat

Pengetahuan

(L.12111) (Hal.

146)
Definisi Terjadinya proses Kemampuan orang a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi pasien

interaktif antar tua memberi sokongan keluarga untuk mencegah dan keluarga untuk

anggota keluarga lingkungan bagi anak anggota keluarga perkembangan atau krisis mempernbaiki

(suami-istri, anggota atay anggota untuk memenuhi situasi akibat masalah hubungan dengan

keluarga dan bayi) keluarga yang cukup, kebutuhan kesehatan mengklarifikasi dan

yang ditunjukkan untuk memfasilitasi individu yang memenuhi perilaku

dengan pertumbuhan dan menjalani peran tertentu

perkembangan bayi perkembangan perawatan

yang optimal b. Ketersediaan

sokongan dari

oran lain untuk

memenuhi

kebutuhan

individu yang
menjalani

perawatan

c. Kemampuan

untuk membina

hubungan yang

erat, hangat,

terbuka, dan

independen

dengan orang

lain

d. Kecukupan

informasi

kognitif yang

berkaitan dengan
topik tertentu

Ekspektasi: membaik Ekspektasi:

membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi:

Subjektif: a. Bounding a. Pemenuhan 1. Identifikasi metode 1. Identifikasi berbagai

a. (Tidak tersedia) attachment kebutuhan pemecahan masalah peran dan periode

Objektif: b. Perilaku positif anggota keluarga yang sering transisi sesua tingkat

a. Bounding menjadi orang b. Anggota keluarga digunakan keluarga perkembangan

attacment tua saling b. Terapeutik 2. Identifikasi peran

optimal c. Interaksi mendukung 1. Fasilitasi dalam yang ada dalam

b. Perilaku positif perawatan bayi c. Anggota keluarga memutuskan keluarga

menjadi orang tua menjalankan strategi 3. Identifikasi adanya

c. Saling peran yang pemecahan peran yang tidak

berinteraksi diharapkan masalah yang terpenuhi


dalam merawat d. Adaptasi dihadapi keluarga b. Terapeutik

bayi terhadap masalah 2. Libatkan seluruh 1. Fasilitasi adaptasi

Gejala dan Tanda anggota keluarga peran keluarag

Minor a. dalam upaya terhadap perubahan

Subjektif: antisipasi masalah peran yang tidak

a. Mengungkapkan kesehatan, jika diinginkan

kepuasan dengan memungkinkan 2. fasilitasi bermain

bayi c. Edukasi peran dalam

Objektif: 1. Jelaskan mengantisipasi

a. Melakukan perkembangan dan reaksi orang lain

stimulasi visual, perilaku yang terhadap perilaku

taktif atau normal kepada c. Edukasi

pendengaran keluarga 1. Diskusikan

terhadap bayi d. Kolaborasi perilaku yang


1. Kerjasama dengan dibutuhkan untuk

tenaga kesehatan pengembangan

terkait lainnya, peran

jika perlu 2. Diskusikan

perubahan peran

yang diperlukan

akibat penyakit

atau

ketidakmampuan

d. Kolaborasi

1. Rujuk dalam

kelompok untuk

mempelajari peran

baru
Diagno Risiko gangguan Perlekatan (L.13122) a. Dukungan a. Promosi Antisipasi a. Dukungan Kelompok
sis perlekatan (D.0127) (Hal.92) Keluarga (L. Keluarga (I. 12466) b. Dukungan Penampilan

(12) 13112) (Hal. 21) (Hal. 357) Peran (L.13478)


KategoRelasional
b. Kinerja b. Promosi Perlekatan (Hal.33)
ri
Sub Interaksi Sosial Pengasuhan c. Dukungan Sibling

Katego (L.13117)

ri c. Kontrol Risiko

(L.14128)

(Hali.60)

d. Organisasi

Perilaku Bayi

(L.05043) (Hal.

70)

e. Tingkat

Pengetahuan
(L.12111) (Hal.

146)
Definisi Beresiko mengalami Kemampuan a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi pasien

gangguan interaksi berinteraksi antara sokongan keluarga untuk mencegah dan keluarga untuk

antara orangtua atau orang tua atau anggota keluarga perkembangan atau krisis mempernbaiki

orang terdekat orang terdekat untuk memenuhi situasi akibat masalah hubungan dengan

dengan bayi/ anak dengan bayi/ anak kebutuhan kesehatan mengklarifikasi dan

yang dapat yang dapat individu yang memenuhi perilaku

mempengaruhi mempengaruhi menjalani peran tertentu

proses asah, asih, dan proses asah, asih, perawatan

asuh dan asuh b. Pola pemberian

lingkungan bagi

anak atau

anggota keluarga

untuk
mendukung dan

membangun

aspek fisik,

emosi, dan sosial

c. Kemampuan

untuk mengerti,

mencegah,

mengeliminasi,

atau mengirangi

ancaman

kesehatan yang

dapat

dimodifikasi

d. Kemampuan
integrasi respon

fisiologis dan

neurobehavior

bayi terhadap

lingkungan

e. Kecukupan

informasi

kognitif yang

berkaitan dengan

topik tertentu

Ekspektasi: Ekspektasi:

meningkat membaik
KH: KH: a. Observasi a. Observasi:
a. Mempraktikkan a. Pemenuhan 1. Identifikasi metode 1. Identifikasi

perilaku sehat kebutuhan pemecahan masalah berbagai peran dan

selama hamil anggota keluarga yang sering periode transisi

b. Menyiapkan b. Anggota keluarga digunakan keluarga sesua tingkat

perlengkapan saling b. Terapeutik perkembangan

bayi sebelum mendukung 1. Fasilitasi dalam 2. Identifikasi peran

kelahiran c. Anggota keluarga memutuskan strategi yang ada dalam

c. Verbalisasi menjalankan pemecahan masalah keluarga

perasaan positif peran yang yang dihadapi 3. Identifikasi adanya

terhadap bayi diharapkan keluarga peran yang tidak

d. Mencium bayi d. Adaptasi 2. Libatkan seluruh terpenuhi

e. Tersenyum terhadap masalah anggota keluarga b. Terapeutik

kepada bayi KH: dalam upaya 1. Fasilitasi adaptasi

Ekspektasi: antisipasi masalah peran keluarag


Meningkat kesehatan, jika terhadap perubahan

a. Gerakan pada memungkinkan peran yang tidak

ekstremitas c. Edukasi diinginkan

b. Kemampuan jari- 1. Jelaskan 2. fasilitasi bermain

jari perkembangan dan peran dalam

menggenggam perilaku yang mengantisipasi

c. Gerakan normal kepada reaksi orang lain

terkoordinasi keluarga terhadap perilaku

d. Respon normal d. Kolaborasi c. Edukasi

terhadap 2. 1. Diskusikan

stimulus sensorik perilaku yang

dibutuhkan untuk

pengembangan

peran
2. Diskusikan

perubahan peran

yang diperlukan

akibat penyakit

atau

ketidakmampuan

d. Kolaborasi

1. Rujuk dalam

kelompok untuk

mempelajari peran

baru
Diagno Risiko proses Proses Pengasuhan a. Dukungan a. Promosi Keutuhan c. Dukungan kelompok

sis pengasuhan tidak (L.13124) (Hal. 99) Keluarga (L. Keluarga d. Dukungan Keluarga

(13) efektif (D.0128) 13112) (Hal. 21) b. Promosi perilaku e. Dukungan

b. Kinerja upaya kesehatan (I. Pemeliharaan Rumah


Katego Relasional Pengasuhan 12472) (Hal. 380) f. Dukungan Penampilan

ri (L.13117) Peran (L.13478)


Sub Interaksi Sosial
c. Peran Menjadi (Hal.33)
Katego
Orang Tua (L.
ri
13120) (Hal. 79)

d. Tingkat

Pengetahuan

(L.12111) (Hal.

146)
Definisi Beresiko mengalami Kemampuan g. Ketersediaan Meningkatkan perubahan Memfasilitasi pasien dan

proses kehamilan, menerima proses sokongan perilaku penderita/klien keluarga untuk

persalinan, dan kehamilan, anggota keluarga agar memiliki kemauan mempernbaiki hubungan

setelah melahirkan persalinan, dan untuk memenuhi dan kemampuan yang dengan mengklarifikasi

termasuk perawatan setalah melahirkan kebutuhan kondusif bagi kesehatan dan memenuhi perilaku

bayi baru lahir yang termasuk perawatan individu yang secara menyeluruh baik peran tertentu
tidak sesuai dengan bayi baru lahir yang menjalani bagi lingkungan maupun

konteks norma dan sesuai dengan perawatan masyarakat sekitarnya

harapan konteks norma dan h. Pola pemberian

harapan lingkungan bagi

anak atau

anggota keluarga

untuk

mendukung dan

membangun

aspek fisik,

emosi, dan sosial

e. Kemampuan

orang tua

memberi
lingkungan bagi

anak atay

anggota keluarga

yang cukup,

untuk

memfasilitasi

f. Kecukupan

informasi

kognitif yang

berkaitan dengan

topik tertentu
Ekspektasi: Ekspektasi:

Membaik Membaik
KH: KH: a. Observasi a. Observasi:

a. Terpapar a. Pemenuhan 1. Identifikasi perilaku 1. Identifikasi


informasi tentang kebutuhan upaya kesehatan yang berbagai peran dan

proses anggota keluarga dapat ditingkatkan periode transisi

persalinan/ b. Anggota keluarga b. Terapeutik sesua tingkat

pengasuhan saling 1. Orientasi pelayanan perkembangan

b. Keadkuatan mendukung kesehatan yang dapat 2. Identifikasi peran

manjemen c. Anggota keluarga dimanfaatkan yang ada dalam

ketidaknyamanan menjalankan c. Edukasi keluarga

selama persalinan peran yang 1. Anjurkan 3. Identifikasi adanya

adekuat diharapkan menggunakan air peran yang tidak

d. Adaptasi bersih terpenuhi

terhadap masalah 2. Anjurkan mencuci b. Terapeutik

Ekspektasi: tangan dengan air 1. Fasilitasi adaptasi

meningkat bersih dan sabun peran keluarag

KH: 3. Anjurkan terhadap perubahan


a. Kemampuan menggunakan jamban peran yang tidak

mencari sehat diinginkan

inforamsi tentang 4. Anjurkan makan 2. fasilitasi bermain

risiko sayur dan buah setiap peran dalam

b. Kemampaun hari mengantisipasi

mengidentifiaksi 5. Anjurkan melakukan reaksi orang lain

fakrtor risiko aktivitas fisik setiap terhadap perilaku

c. Kemampuan hari c. Edukasi

melakukan 6. Anjurkan tidak 1. Diskusikan

strategi kontrol merokok di dalam perilaku yang

risiko rumah dibutuhkan untuk

(PPNI, 2018b), (PPNI, pengembangan

2018c) peran

2. Diskusikan
perubahan peran

yang diperlukan

akibat penyakit

atau

ketidakmampuan

d. Kolaborasi

1. Rujuk dalam

kelompok untuk

mempelajari peran

baru
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana

intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan

keluarga dalam bidang kesehtan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang

dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat

memampukan keluarga untuk: mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan

berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota

keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap

anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (Sudiharto,

2012).

Menurut Padila (2012), tindakan perawatan terhadap keluarga dapat berupa:

1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan kebutuhan

kesehatan, dengan cara:

a. Memberikan informasi: penyuluhan atau konseling

b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara:

a. Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

c. Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan

cara:

a. Mendemontrasikan cara perawatan

b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

c. Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.


4. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan dengan cara:

a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara:

a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga

b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan

keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas

yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen

kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah

tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam

melaksanakan evaluasi (Sudiharto, 2012).


Daftar Pustaka

Ali, 2010.Konsep dukungan keluarga. Jakarta: salemba medika

American Hearth Asosiation.(2012). Heart disease and stroke statistic.


http://ahajournal.org.com.

Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan


Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Atikah. (2016). Hubungan Antara Prokastitansi Kerja Dengan Stres Kerja Pada PNS.
Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Friedman, Bowden, & Jones. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga (Riset, Teori, dan
Praktik) (Edisi 5). EGC.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Belajar.

Kaplan & Schub. (2010). Hearth Failure In Women. Cinahl Information System. 1:57-63

Mubarak, Wahid Iqbal. (2011). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif,a.h. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis Dan Nanda


Nic Noc.yogyakarta : medication publishing yogyakarta.

Nuryati, L. D. (2013). Perbedaan Asupan Zat-Zat Gizi Dan Status Gizi Pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif / Congestive Heart Failure ( Chf ) Dengan Diet Oral Dan
Enteralparenteral Di Ruang Rawat Inap Intensif. JAKARTA : RS. JANTUNG
DAN PEMBULUHDARAH HARAPAN KITA.

Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan Kardiomegali


Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. 4, 0–5.

Smeltzer,S. C., Bare, B. G.,2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Brunner &
suddarth. Vol.2.E/8”. Jakarta : EGC.

Padila.(2012).Buku Ajar: Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Nuha Medika.


PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.

Rahmadhani, F. N. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagal Jantung Kongestif


(Chf) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit . Samarinda : Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi D-Iii Keperawatan.

Setiadi. (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudiharto.(2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta : EGC.

Vani, S. C. (2011). Penyakit penyerta dan gaya hidup pada penyakit CongestiveHeart Failure
(CHF) di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS.Stella Maris Makassar.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/385/BAB%20V
%20Vani.docx?sequence=3

Yenni, E.,Nurchayati.S., & Sabrian.F.(2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Latihan


Rehabilitasi Jantung terhadap Pengetahuan dan Kemampuan Mobilisasi Dini pada
Pasien Congestive Heart Failure (CHF). Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau.

Anda mungkin juga menyukai