Tugas Kespro
Tugas Kespro
NIM : 711540119096
Selain dapat menggangu aktivitas sehari-hari, beberapa jenis gangguan menstruasi perlu
diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko masalah kesuburan. Gangguan menstruasi yang
umum terjadi dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
1. Amenorea
Amenorea dibagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea primer adalah
kondisi di mana seorang wanita sama sekali belum mengalami haid hingga 16 tahun.
Sedangkan amenorea sekunder adalah kondisi di mana seorang wanita usia subur yang tidak
sedang hamil dan pernah menstruasi sebelumnya, berhenti mendapatkan menstruasi selama 3
bulan atau lebih.
Kedua jenis amenorea ini memiliki penyebab yang berbeda. Amenorea primer dapat disebabkan
oleh kelainan genetik, gangguan otak yang mengatur hormon menstruasi, atau masalah pada
indung telur (ovarium) atau rahim.
Kehamilan.
Menyusui.
Menopause.
Penurunan berat badan yang berlebihan.
Penyakit tertentu, seperti penyakit tiroid, polycystic ovarian syndrome (PCOS), dan tumor
otak di bagian kelenjar pituitari atau hipofisis.
Gangguan rahim, seperti miom atau polip dalam rahim.
Stres berat.
Efek samping obat-obatan, seperti kemoterapi, obat penunda haid, dan antidepresan.
Penggunaan kontrasepsi, seperti pil KB, KB suntik, dan IUD.
Selain itu, kekurangan gizi atau malnutrisi dan olahraga yang berlebihan juga bisa menyebabkan
wanita mengalami amenorea.
Tanda yang paling utama pada amenore adalah ketiadaan periode menstruasi yang tidak
normal. Beberapa tanda dan gejala yang dapat menyertai kondisi tidak haid, termasuk:
Keluarnya cairan dari puting susu
Rambut rontok
Sakit kepala
Perubahan penglihatan
Rambut wajah yang berlebihan
Nyeri pada panggul
Jerawat
Penatalaksanaan
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki
kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
1. Terapi Hormon
Salah satu penyebab amenorrhea adalah sindrom ovarium polikistik (PCOS). Jika ini
penyebabnya, gangguan haid biasanya akan dilakukan dengan penanganan yang berfokus untuk
mengurangi kadar hormon androgen dalam tubuh.
Metode ini dilakukan untuk menstabilkan hormon, sehingga memicu siklus haid dan sering
dilakukan pada kondisi insufisiensi ovarium primer. Penanganan amenorrhea yang satu ini
dilakukan dengan memberi “pengganti” hormon estrogen yang tidak dihasilkan oleh ovarium.
Padahal, hormon ini dibutuhkan untuk mengatur siklus menstruasi secara normal.
3. Konsumsi Obat
Amenorrhea juga bisa ditangani dengan pemberian obat-obatan tertentu. Biasanya, pengidap
penyakit ini akan dianjurkan untuk mengonsumsi pil kontrasepsi atau obat-obatan hormon yang
memicu terjadinya siklus haid.
Cara ini dilakukan untuk mengatasi amenorrhea yang terjadi karena faktor gaya hidup. Kondisi
ini biasanya ditangani dengan menjaga berat badan tetap ideal, mengontrol stres, serta
berolahraga secara teratur.
2. Dismenorea
Dismenorea adalah kondisi di mana wanita mengalami nyeri saat menstruasi, umumnya pada
hari pertama dan kedua haid. Gejalanya berupa nyeri atau kram di perut bagian bawah yang terus
berlangsung, dan terkadang menyebar hingga ke punggung bawah serta paha. Rasa nyeri tersebut
juga bisa disertai sakit kepala, mual, dan muntah.
Dismenorea ini bisa terjadi karena kadar hormon prostaglandin yang tinggi saat hari pertama
haid. Setelah beberapa hari, hormon ini akan berkurang kadarnya hingga dapat membuat nyeri
haid ikut mereda. Nyeri haid jenis ini biasanya akan mulai berkurang seiring bertambahnya usia
atau setelah melahirkan.
Selain karena hormon prostaglandin, dismenorea juga bisa terjadi karena adanya kelainan sistem
reproduksi wanita, seperti:
Endometriosis
Miom rahim
Kista atau tumor di rahim
Radang panggul
Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
Berbeda dengan dismenorea yang normal terjadi karena peningkatan hormon prostaglandin,
dismenorea karena penyakit tertentu biasanya akan berlangsung lebih lama dan semakin
memburuk seiring bertambahnya usia.
Kram atau nyeri di perut bagian bawah yang bisa menyebar sampai ke punggung bawah, dan
paha bagian dalam.
Nyeri haid muncul 1–2 hari sebelum menstruasi atau di awal-awal menstruasi.
Rasa sakit terasa intens atau konstan.
Penatalaksanaan :
PERAWATAN MANDIRI
Mengonsumsi obat nyeri seperti ibuprofen, asam mefenamat, atau parasetamol dapat membantu
meredakan nyeri dan kram menstruasi. Menggunakan bantal pemanas juga dapat membantu.
Segera periksa ke dokter jika Anda Mengalami perdarahan hebat, yang mengharuskan untuk
mengganti pembalut atau tampon setiap satu atau dua jam sekali Mengalami perubahan pada
pola perdarahan Kunjungi dokter jika Anda Berusia lebih dari 25 tahun dan belum pernah
merasakan kram sebelumnya Merasakan kram yang lebih berat dari biasanya
3. Menorrhagia
Menorrhagia adalah gangguan menstruasi berupa keluarnya darah menstruasi secara berlebihan
atau dalam jumlah yang terlampau banyak, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Ini
termasuk durasi haid yang berlangsung lebih dari menstruasi normal, yakni lebih dari 5-7 hari.
Wanita dengan gangguan menstruasi menorrhagia akan mengalami beberapa keluhan berikut ini:
Darah yang keluar dari vagina terlalu banyak, sehingga harus mengganti pembalut tiap
jam.
Harus menggunakan dua pembalut untuk menampung perdarahan.
Harus bangun untuk mengganti pembalut pada saat tidur.
Mengalami gejala anemia, misalnya lemas, pucat, atau sesak napas.
Mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah selama lebih dari satu hari.
Menorrhagia bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari perubahan pola makan, sering
olahraga, gangguan hormon, infeksi atau peradangan di vagina dan leher rahim, gangguan tiroid,
miom dan polip di rahim, gangguan pembekuan darah, hingga kanker rahim atau kanker serviks.
Gejala
Tanda dan gejala menoragia yang dapat Anda kenali antara lain adalah:
Perdarahan dari vagina yang sangat banyak saat haid (ganti pembalut setiap 1–3 jam sekali),
Haid berlangsung selama lebih dari satu minggu, Aktivitas sehari-hari terganggu, Gejala anemia
seperti mudah lelah, lemas, dan sesak napas, Nyeri perut bawah
Penatalaksaan :
Pengobatan menoragia tergantung pada penyebabnya. Namun secara umum, pengobatan yang
dapat dilakukan berupa:
4. Oligomenorea
Oligomenorea adalah kondisi ketika seorang wanita jarang sekali mengalami menstruasi, yakni
jika siklus menstruasinya lebih dari 35-90 hari atau mendapat haid kurang dari 8-9 kali dalam
kurun waktu setahun.
Oligomenorea sering dialami remaja yang baru memasuki pubertas dan wanita yang memasuki
masa menopause. Gangguan menstruasi ini merupakan dampak dari aktivitas hormon yang
sedang tidak stabil di fase-fase tersebut.
Di samping itu, ada beberapa hal lain yang mungkin jadi penyebab oligomenorrhea, yaitu:
Pernatalaksaan :
Ketika dokter sudah mengetahui apa penyebab oligomenore yang Anda alami, baru dokter
akan mendiskusikan pilihan pengobatan yang tepat untuk Anda. Bila oligomenore
disebabkan pola hidup yang salah misalnya berolahraga berlebihan, berat badan yang terlalu
rendah atau akibat stress berlebih, dokter akan menyarankan perubahan pola hidup menjadi
lebih sehat. Jika oligomenore yang Anda alami disebabkan karena gangguan hormonal, maka
dokter mungkin menyarankan mengganti pil kontrasepsi hormonal yang sedang Anda
konsumsi dengan kontrasepsi jenis lain. Bila oligomenore merupakan tanda dari penyakit lain
yang mendasari, misalnya penyakit menular seksual, maka dokter akan meresepkan obat
antibiotik untuk menangani masalah dasarnya. Begitu pula pada oligomenore yang
disebabkan penyakit lain, penanganannya adalah sesuai dengan penanganan penyakit yang
mendasari terjadinya oligomenore.
Menjelang menstruasi, tidak sedikit wanita mengalami nyeri atau kram perut ringan, sakit
kepala, dan keluhan psikologis, seperti perubahan mood, merasa cemas, gelisah, hingga mudah
emosi. Gejala-gejala yang muncul mendekati datang bulan ini disebut dengan PMS atau
premenstrual syndrome.
Namun jika gejala PMS yang dirasakan cukup berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari,
maka kondisi ini disebut PMDD. Selain nyeri haid yang disertai sakit kepala, gejala PMDD bisa
berupa gelisah, susah tidur, makan berlebihan, sulit konsentrasi, depresi, merasa lemas dan tidak
berenergi, hingga muncul ide atau keinginan untuk bunuh diri.
Penyebab PMDD dan PMS belum diketahui secara pasti, namun diduga karena adanya kelainan
zat kimia di otak yang mengatur mood. Salah satu zat kimia ini adalah serotonin.
Selain itu, ada beberapa hal yang diduga turut berperan dalam munculnya kondisi ini, seperti:
Faktor keturunan
Kelebihan berat badan
Jarang berolahraga
Penyakit tiroid
Konsumsi alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang
Beberapa pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan untuk menemukan penyebab gangguan
menstruasi adalah pap smear, biopsi rahim, dan histeroskopi.
Penanganan untuk setiap jenis gangguan menstruasi berbeda, tergantung pada penyebabnya.
Oleh sebab itu, Anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter guna mendapatkan
penanganan yang sesuai. Penanganan gangguan menstruasi bisa berupa pemberian obat-obatan
hingga operasi.
Gangguan menstruasi yang terjadi hanya sesekali biasanya tergolong normal dan tidak perlu
dikhawatirkan. Namun jika gejala-gejalanya sering muncul dan sudah berlangsung dalam jangka
waktu yang lama, Anda disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter
Penatalaksanaan :
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.